Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FIKIH DAKWAH DAN TARBIYAH


“Keutamaan Berdakwah”

Mata Kuliah : Fikih Dakwah dan Tarbiyah

Dosen Pengampu : Ustazah Nuraeni Novira, S.Pd.I, M.Pd.I

PM 7 H KELOMPOK 2

Aisyah
Fadhilah Amalia Amran
Fitriani
Friska Laode
Justriani
Rini Nurayni
Yumita

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB


SEKOLAH TINGGI ILMU ISLAM DAN BAHASA ARAB
(STIBA) MAKASSAR
1443 H. / 2022 M.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Keutamaa Berdakwah”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pilihan
(MKP) Fiqh Dakwah dan Tarbiyah.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ustadzah Nuraeni Novira, S.Pd.I, M.Pd.I Selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Pilihan (MKP). Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam Fiqh Dakwah Dan Tarbiyah. Dengan menyadari banyaknya kekurangan
dalam penyususnan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
teman-teman maupun ustazah. Semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun dan pembacanya, syukran wa jazakumullahu khairan.

Makassar, 21 Sebtember 2022

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dakwah adalah satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dari sudut
bahasa, dakwah artinya mengajak atau menyeru. Adapun istilah dakwah yang biasa kita
gunakan memiliki pengertian yang lebih khusus: mengajak dan menyeru manusia ke
jalan Allah (da’watun naas ilallah). Ini artinya sangat luas, yakni mengajak dari
kekafiran kepada keimanan, dari syirik kepada tauhid, dari kesesatan kepada petunjuk,
dari kebodohan kepada ilmu, dari kehidupan jahiliyah kepada kehidupan islami, dari
kemaksiatan kepada ketaatan, dari bid’ah kepada sunnah, dari keburukan kepada
kebaikan.
Pada kenyataannya, tidak semua orang memperhatikan hal tersebut. Sering kali
manusia disibukkan dengan urusan duniawi, padahal keutamaan dakwah sangatlah
besar. Ia bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Oleh karena itu, dalam makalah
ini kami mencoba menguraikan beberapa keutamaan berdakwah, sehinga dapat
meningkatkan antusias pembaca untuk berdakwah.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keutamaan berdakwah?

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalahg ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keutamaan berdakwah
2. Untuk meningkatkan semangat berdakwah

3
BAB II

PEMBAHASAN

Keutamaan Berdakwah

1. Sebaik-baik amalan dan perkataan


‫مم‬ ‫م‬ ‫اَّللم وع ممل م‬ ‫م‬
َ ‫صاِلًا َوقَ َال إمن مَِّن م َن ال ُْم ْسلم‬
‫ي‬ َ َ َ َ َّ ‫َح َس ُن قَ ْوالً ِّمَّن َد َعا إم ََل‬
ْ ‫َوَم ْن أ‬
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah
(menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah Swt.
menyeru manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang
yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu,
berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah
untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir
Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara
dakwah adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul ‘alaihimussalam.
Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya
kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di
depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang
membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada
penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah,
tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas
kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran.
Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam
kedudukan yang amat tinggi…”
2. Mendapat pahala yang berlipat ganda

‫م‬ ‫ قاَ َل رسو ُل َّم‬:‫وعن ابن مسعو ٍد رضي هللا عنه قاَ َل‬
ْ ‫” أ‬.‫َج مر فاَعمل مه‬ ‫م‬
ُ‫َخَر َجه‬ ْ ‫ فَلَهُ مثْ ُل أ‬،‫“م ْن َد َّل َعلَى َخ ٍْْي‬
َ : ‫اَّلل صلى هللا عليه و سلم‬ ُْ َ ُْ ْ َ ْ َ
.‫سلمم‬
ْ ‫ُم‬
Dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu Ta’āla anhu, beliau berkata: Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan,
maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut.” (HR Muslim)

4
Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang menunjukkan kepada orang lain suatu
kebaikan atau suatu jalan hidayah seperti; mengajar, memberikan wejangan, berfatwa, dan
memberikan tauladan yang baik, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya.
Inilah ganjaran perputaran pahala yang berjalan tanpa henti hingga hari kiamat.
Itulah alasan, mengapa kita tidak mampu mengimbangi ganjaran pahala para sahabat.
Logikanya jelas, mereka memiliki amal jariah yang banyak dan mengalir terus menerus
sejak dulu hingga sekarang. Bahkan Islam yang kini tengah kita rasakan, tak lepas dari
perjuangan mereka. Dan seiring kebajikan dan pahalanya yang kita dapatkan, sebesar itu
pula para sahabat mendapatkannya.
Itulah indahnya hidup dalam dakwah, para pelakunya tak pernah merasakan rugi.
Oleh karena itu, para da’i sudah seyogyanya tidak disibukkan dengan mencari ganjaran
apa yang ia dapati dari hasil kerja kerasnya itu, karena sesungguhnya ia telah memiliki
investasi amalan yang terus menerus berputar tanpa henti, hingga pada masanya ia dapat
menikmatinya di hari kekekalan pada hari kiamat kelak.
3. Lebih baik dari unta merah

‫اَّللُ َعلَى يَ َديْ مه قَ َال‬


َّ ‫الرايَةَ َغ ًدا َر ُج ًًل يَ ْفتَ ُح‬
َّ ‫ي‬َّ َ ‫ُع مط‬
ْ ‫ال ََل‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْي مه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ‫ول َّم‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫َع ْن َس ْه مل بْ من َس ْع ٍد َر مض َي‬
َّ ‫اَّللُ َعْنهُ أ‬
‫اَّللم صلَّى َّ م‬ ‫م‬
‫اها‬َ َ‫اَّللُ عَلَْيه َو َسلَّ َم ُكلُّ ُه ْم يَ ْر ُجو أَ ْن يُ ْعط‬ َ َّ ‫َّاس غَ َد ْوا عَلَى َر ُسول‬ ُ ‫َصبَ َح الن‬ ْ ‫اها فَلَ َّما أ‬
َ َ‫َّاس يَ ُدوُكو َن لَْي لَتَ ُه ْم أَيُّ ُه ْم يُ ْعط‬
ُ ‫ات الن‬ َ َ‫فَب‬
‫م‬
ُ‫ص َق مِف َعْي نَ ْيه َوَد َعا لَه‬
‫م‬ ‫م‬ ‫م‬
َ َ‫اَّلل قَ َال فَأ َْرسلُوا إملَْيه فَأْتُ موِن بمه فَلَ َّما َجاءَ ب‬
‫ول َّم‬ َ ‫ب فَ َقالُوا يَ ْشتَكمي َعْي نَ ْي مه ََي َر ُس‬ ٍ ‫فَ َق َال أَيْ َن َعلم ُّي بْ ُن أمَِب طَالم‬
‫ك َح ََّّت تَْن مزَل‬َ ‫اَّللم أُقَاتملُ ُه ْم َح ََّّت يَ ُكونُوا ممثْلَنَا فَ َق َال انْ ُف ْذ َعلَى مر ْسلم‬
َّ ‫ول‬ َ ‫الرايَةَ فَ َق َال َعلم ٌّي ََي َر ُس‬
َّ ُ‫َعطَاه‬ ْ ‫فََََبأَ َح ََّّت َكأَ ْن ََلْ يَ ُك ْن بممه َو َجع فَأ‬
‫ك مم ْن‬ َ َ‫اح ًدا َخ ْْي ل‬ ‫ك رج ًًل و م‬ ‫اَّللم ََلَ ْن يَ ْه مدي َّ م‬َّ ‫اَّللم فم ميه فَ َو‬
َّ ‫ب َعلَْي مه ْم مم ْن َح مِق‬ ‫اْل ْس ًَلمم وأ ْ م م م‬ ‫احتم مه ْم ُُثَّ ْاد ُع ُه ْم إم ََل ْم‬
َ ‫بم َس‬
َ ُ َ َ ‫اَّللُ ب‬ َ ُ ‫َخ َْب ُه ْم ِبَا ََي‬ َ
‫َّعم‬َ ‫ك ُحُْ ُر الن‬ َ َ‫أَ ْن يَ ُكو َن ل‬
Dari Sahal bin Sa'ad radliallahu 'anhu] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Besok, sungguh aku akan menyerahkan bendera komando ini kepada
seorang laki-laki yang lewat tangannya Allah memenangkan peperangan ini". (Sahal)
berkata; "Maka orang-orang semalaman memperbin cangkan siapa diantara mereka yang
akan diberikan kepercayaan itu". Pada pagi harinya, orang-orang telah berkumpul di
hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masing-masing berharap diberikan
kepercayaan tersebut. Beliau berkata: "Mana 'Ali bin Abu Thalib?". Orang-orang
menjawab; "Dia sedang sakit mata, wahai Rasulullah". Beliau berkata; "Datangilan dan
bawa dia kemari". Tatkala 'Ali datang dengan matanya yang bengkak, beliau
mendo'akannya maka seketika matanya sembuh seakan tidak ada bekas sakit sebelumnya.
Akhirnya beliau menyerahkan bendera komando perang tersebut kepadanya. 'Ali berkata;

5
"Wahai Rasulullah, "Akan kuperangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita". Beliau
berkata; "Laksanakanlah dengan tenang hingga kamu singgah pada tempat tinggal mereka,
lalu ajaklah mereka menerima Islam dan kabarkan kepada mereka apa yang menjadi
kewajiban mereka dari hak-hak Allah. Sungguh seandainya Allah memberi hidayah
kepada seseorang lewat perantaraan kamu, hal itu lebih baik buatmu dari pada unta merah
(harta yang paling baik) ". [Bukhari]
Pesan terakhir dari hadis di atas menjadi kaidah bagi kita dalam melakukan tugas
mulia ini (baca: berdakwah). Sebagaimana dengan yang dianalogikan dalam hadits
tersebut, bahwa mendakwahi satu orang menuju Allah, jauh lebih besar untungnya -apabila
dibandingkan dengan materi pada saat itu- dari pada memiliki seekor unta merah.
Dalam kitab Fathul Bâri dijelaskan, petikan hadis ini memberikan pesan bahwa
menjadi pintu hidayah bagi seseorang, lebih baik bagi dari pada memiliki seekor unta
merah, yang mana hewan itu merupakan simbol kekayaan dan hal yang paling
dibanggakan dikalangan bangsa Arab pada masa itu.

4. Didoakan oleh penduduk langit dan bumi

َّ ‫اس ُم أَبُو َعْب مد‬


‫َج ٍيل حدَّثَنَا الْ َق م‬ ‫م‬ ‫م‬ ٍ ‫م‬
‫الر ُْحَ من َع ْن أمَِب‬ َ َ ‫الصنْ َع ماِنُّ َحدَّثَنَا َسلَ َمةُ بْ ُن َر َجاء َحدَّثَنَا ال َْولي ُد بْ ُن‬ َّ ‫َعلَى‬ ْ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َعْبد ْاَل‬
‫اَّللُ َعلَْي مه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ ‫ول َّم‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫َح ُد ُُهَا َعابمد َو ْاْل َخ ُر َع ماَل فَ َق َال َر ُس‬ ‫م‬ ‫اَّللم صلَّى َّ م‬
َ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َر ُج ًَلن أ‬
‫م م م‬ ‫مم‬
َ َّ ‫أ َُم َامةَ الْبَاهل مِي قَ َال ذُك َر ل َر ُسول‬
ُ ‫ضلمي َعلَى أ َْد ََن ُك ْم ُُثَّ قَ َال َر ُس‬ ‫م‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫اَّلل وم ًَلئم َكتَه وأَهل َّ م‬
َ ‫الس َم َوات َو ْاَل ََرض‬ ‫صلَّى َّ م َّ م‬
َ ْ َ ُ َ َ ََّ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسل َم إ َّن‬
‫ول َّم‬
َ ‫اَّلل‬ ْ ‫ض ُل ال َْعاَل َعلَى ال َْعابم مد َك َف‬ ْ َ‫ف‬
)‫ (رواه الرتميذي‬.‫َّاس ا ْْلَْ َْي‬ ‫صلُّو َن َعلَى ُم َعلمِم الن م‬ َ ُ‫َح ََّّت الن َّْملَةَ مِف ُج ْح مرَها َو َح ََّّت ا ِْل‬
َ ُ‫وت لَي‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul A’la Ash–Shan’ani telah
menceritakan kepada kami Salamah bin Raja` telah menceritakan kepada kami Al–Walid
bin Jamil telah menceritakan kepada kami Al–Qashim Abu Abdurrahman dari Abu
Umamah Al–Bahili ia berkata; “Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah saw. salah
seorang adalah ahli ibadah dan yang lain seorang yang berilmu, kemudian Rasulullah saw.
bersabda: “Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku dari orang
yang paling rendah di antara kalian” kemudian beliau melanjutkan sabdanya:
“Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang
ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

6
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan-penjelasakan yang sudah dituliskan diatas, dapat disimpulkan


bahwa keutamaan dakwah ada empat, antara lain :

1. Sebaik-baik amalan dan perkataan


2. Mendapat pahala yang berlipat ganda
3. Lebih baik dari unta merah
4. Didoakan oleh penduduk langit dan bumi

Namun, masih banyak keutamaan-keutamaan dakwah yang belum sempat kami bahas
dalam makalah ini, wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai