Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEUTAMAAAN DAKWAH
DIAJUKAN UNTUK TUGAS MATA KULIAH
HADIST DAN TAFSIR
DOSEN PENGAMPU :
Dr.H.Ratoni,M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :
Naufal fadli mubarok

PROGRAM STUDI
BIMBINGAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES
Jl. Yos Sudarso No. 26 Pasarbatang Kec. Brebes Kab. Brebes
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Brebes,9 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... iii
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumuan Masalah .............................................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................
A. Dakwah sebagai tugas pokok rasul ................................................................................4
B. Dakwah sebagai sebaik-baiknya amal..............................................................................5
C. Dakwah memberi pahala yang berlipat ganda .................................................................6
BAB III PENUTUP ................................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Kegiatan dakwah tidak terbatas pada ceramah-ceramah
ataupun mauidloh saja. Akan tetapi, kegiatan dakwah sangatlah luas. Mengajak salat berjamaah, berhijab,
dan lain sebagainya adalah contoh kecil dari dakwah. Selama hal tersebut adalah mengajak kepada
kebaikan sesuai yang diperintahkan Allah Swt.. maka hal tersebut adalah dakwah. Sehingga setiap orang
pasti memiliki potensi untuk berdakwah.
            Pada kenyataannya, tidak semua orang memperhatikan hal tersebut. Sering kali manusia
disibukkan dengan urusan duniawi. Padahal keutamaan dakwah sangatlah besar. Ia bisa menjadi amal
yang tidak terputus-putus nantinya, dan masih banyak lagi keutamaannya.  Oleh karena itu, dalam
makalah ini penulis mencoba menguraikan keutamaan-keutamaan dakwah. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan antusias pembaca untuk berdakwah.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
.1.  Kenapa dakwah merupakan tugas pokok rasul?
2.  Kenapa dakwah merupakan sebaik-baik amal?
. 3. Kenapa dakwah memberi pahala yang berlipat ganda?
BAB II
PEMBAHASAN

    A.Dakwah Tugas Pokok Rasul


Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah Swt. untuk melakukan
tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak  pada
disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasulullah
Saw. dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul alaihimussalam.
َ‫ير ٍة َأنَا َو َم ِن اتَّبَ َعنِي َو ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو َما َأنَا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬
َ ‫ص‬ ِ َ‫قُلْ هَ ِذ ِه َسبِيلِي َأ ْدعُو ِإلَى هَّللا ِ َعلَى ب‬
Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku
berdakwah (mengajak kamu)  kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah Saw. dan para pengikut beliau yakni jalan
dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau Saw., ia harus terlibat dalam
dakwah sesuai kemampuannya.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam
menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:
‫ت قَوْ ِمي لَيْال َونَهَارًا‬ ُ ْ‫قَا َل َربِّ ِإنِّي َدعَو‬
Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan
siang. (Nuh (71): 5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah
dan ummatnya:
‫ َمعُونَ ُك ْم ِإ ْذ‬u‫لْ يَ ْس‬uuَ‫ا َل ه‬uuَ‫ق‬  . َ‫ا ِكفِين‬uu‫ا َع‬uuَ‫لُّ لَه‬uuَ‫د َأصْ نَا ًما فَنَظ‬uُ ُ‫قَالُوا نَ ْعب‬  . َ‫ ِإ ْذ قَا َل َأِلبِي ِه َوقَوْ ِم ِه َما تَ ْعبُ ُدون‬. ‫َوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبََأ ِإ ْب َرا ِهي َم‬
‫اُؤ ُك ُم‬uَ‫َأنتُ ْم َوآب‬  . َ‫ ُدون‬uُ‫ َرَأ ْيتُم َّما ُكنتُ ْم تَ ْعب‬uَ‫ال َأف‬u
َ َ‫ ق‬. َ‫ون‬uُ‫ َذلِكَ يَ ْف َعل‬u‫ا َك‬uَ‫ ْدنَا آبَا َءن‬u‫لْ َو َج‬uَ‫الُوا ب‬uَ‫ق‬  .‫رُّ ون‬u‫ض‬ ُ َ‫ونَ ُك ْم َأوْ ي‬uُ‫َأوْ يَنفَع‬  . َ‫تَ ْد ُعون‬
‫و‬uَ uُ‫ت فَه‬ ُ u‫ض‬ ْ ‫وَِإ َذا َم ِر‬  .‫قِي ِن‬u‫ُط ِع ُمنِي َويَ ْس‬ ْ ‫ َو ي‬uُ‫ َوالَّ ِذي ه‬  .‫ين‬ ِ ‫الَّ ِذي خَ لَقَنِي فَهُ َو يَ ْه ِد‬  . َ‫فَِإنَّهُ ْم َعد ٌُّو لِّي ِإالَّ َربَّ ْال َعالَ ِمين‬  . َ‫اَأل ْق َد ُمون‬
.‫ط َم ُع َأن يَ ْغفِ َر لِي خَ ِطيَئتِي يَوْ َم الدِّي ِن‬ ْ ‫ َوالَّ ِذي َأ‬  .‫ ثُ َّم يُحْ يِي ِن‬u‫ َوالَّ ِذي يُ ِميتُنِي‬  .‫يَ ْشفِين‬
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?". Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-
berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala
itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu)
sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". Ibrahim berkata: "Maka
apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. Kamu dan nenek moyang
kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali
Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki
aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan
aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
(Asy-Syuara (26): 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah Swt. mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat
Al-Quran, diantaranya:
َ‫ فَلَ َّما َجا َءهُم بِآيَاتِنَا ِإ َذا هُم ِّم ْنهَا يَضْ َح ُكون‬. َ‫َولَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُمو َسى بِآيَاتِنَا ِإلَى فِرْ عَوْ نَ َو َملَِئ ِه فَقَا َل ِإنِّي َرسُو ُل َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami
kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah
utusan dari Tuhan seru sekalian alam".  Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan
membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (Az-Zukhruf
(43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah Swt. mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:
ِ u‫اتَّقُوا هَّللا َ َوَأ ِطي ُع‬uuَ‫ ِه ف‬u‫ونَ فِي‬uuُ‫ْض الَّ ِذي ت َْختَلِف‬
َ uُ‫ ِإ َّن هَّللا َ ه‬.‫ون‬u
‫و‬u َ ‫ ِة َوُأِلبَيِّنَ لَ ُكم بَع‬u‫ ْد ِجْئتُ ُكم بِ ْال ِح ْك َم‬uَ‫ال ق‬ ِ ‫َولَ َّما َجا َء ِعي َسى بِ ْالبَيِّنَا‬
َ َ‫ت ق‬
.‫ص َراطٌ ُّم ْستَقِي ٌم‬
ِ ‫َربِّي َو َربُّ ُك ْم فَا ْعبُدُوهُ هَ َذا‬
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu
berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya
Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-
Zukhruf (43): 63-64).
Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun pekerjaan
dan tugas mulia mereka masih bisa diwariskan, sehingga terbuka peluang bahwa Allah SWT.
memuliakan para da’i yang mewariskan tugas tersebut.[1]
B. Dakwah Sebaik-baik Amal
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di dalam
pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal da’wah,
sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam
menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan berlangsung.
َ‫صالِحًا َوقَا َل ِإنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ قَوْ الً ِّم َّمن َدعَا ِإلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah Swt. menyeru
manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan
Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan
larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia
katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil
Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah
adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.
Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat
dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-
kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya,
dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya.
Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i
kecuali menyampaikan.  Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling,
adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan,
sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
C.  Dakwah Pahala yang Berlipatganda
َ َ‫ي هَّللا ُ بِكَ َر ُجالً َخ ْي ٌر لَكَ ِم ْن َأ ْن يَ ُكونَ ل‬
‫ك ُح ْم ُر النَّ َع ِم)) (رواه البخاري‬ َ ‫ ((فَ َوهَّللا ِ َأَل ْن يَ ْه ِد‬:‫ال َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم لِ َعلِ ٍّي‬
َ َ‫ق‬
)‫ومسلم وأحمد‬

Sabda Rasulullah Saw. kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah
Swt. menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.”
(Bukhari, Muslim & Ahmad).
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah
adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”
Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada
seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah Swt., lebih besar dan lebih baik
dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:
)‫ت َعلَ ْي ِه ال َّش ْمسُ » (رواه الحاكم في المستدرك‬ ْ ‫ك ِم َّما طَلَ َع‬ َ ‫ َأَل ْن يَ ْه ِد‬،‫يَا َعلِ ُّي‬
َ َ‫ي هللاُ َعلَى يَ َد ْيكَ َر ُجالً خَ ْي ٌر ل‬
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah Swt. menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu,
maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari
dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).
َ ُ‫ضينَ َحتَّى النَّ ْملَةَ فِي جُحْ ِرهَا َو َحتَّى ْالحُوتَ لَي‬
َ‫صلُّون‬ ِ ‫ت َواَأْل َر‬
ِ ‫ ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ َوَأ ْه َل ال َّس َم َوا‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫اس ْال َخ ْي َر رواه الترمذي عن أبي أمامة الباهلي‬ ِ َّ‫َعلَى ُم َعلِّ ِم الن‬
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. memberi banyak kebaikan, para malaikat-
Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu
mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari
Abu Umamah Al-Bahili).
Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa
besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!
Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin
‘Iyadh yang mengatakan:
ِ ‫ت ال َّس َم َوا‬
‫ت‬ ِ ‫عَالِ ٌم عَا ِم ٌل ُم َعلِّ ٌم يُ ْدعَى َكبِيرًا فِي َملَ ُكو‬
“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang besar
(mulia) di kerajaan langit.”
Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan
untuknya tetapi juga karena terus menerus nya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun ia
telah wafat.
Perhatikan sabda Rasulullah Saw. berikut ini:
‫ُأ‬
((‫ُور ِه ْم َش ْي ٌء َو َم ْن َس َّن فِي اِإْل ْساَل ِم‬ ِ ‫ب لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر َم ْن َع ِم َل بِهَا َواَل يَ ْنقُصُ ِم ْن ج‬ َ ِ‫َم ْن َس َّن فِي اِإْل ْساَل ِم ُسنَّةً َح َسنَةً فَ ُع ِم َل بِهَا بَ ْع َدهُ ُكت‬
ِ َ‫ب َعلَ ْي ِه ِم ْث ُل ِو ْز ِر َم ْن َع ِم َل بِهَا َواَل يَ ْنقُصُ ِم ْن َأوْ ز‬
‫ار ِه ْم َش ْي ٌء‬ َ ِ‫ير ب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ( )) ُسنَّةً َسيِّـَئةً فَ ُع ِم َل بِهَا بَ ْع َدهُ ُكت‬
ِ ‫رواه مسلم ع َْن َج ِر‬
‫)رضي هللا عنه‬.
“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh
(orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa
dikurangi sedikit pun pahala mereka yang mencontoh nya. Dan barangsiapa mencontohkan
perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa
seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari
Jarir bin Abdillah ra).[3]
D.  Dakwah Menyelamatkan dari Azab
Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum
manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya (mad’u). Manfaat itu
antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah Swt. sehingga ia terhindar
dari adzab Allah.
Tersebutlah sebuah daerah yang bernama “Aylah” atau “Eliah” sebuah perkampungan
Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari Jumat dan menjadikannya
hari besar, namun mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya
Allah Swt. melarang mereka untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat
ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan
ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari Sabtu masuk ke dalam perangkap
lalu mereka mengambilnya di hari ahad dan memakannya. Sementara orang-orang yang tidak
melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka yang mencegah
kemunkaran dan mereka yang diam saja.
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang  berdakwah
mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan dalam
Al-Quran:
َ‫بِتُون‬u ‫وْ َم الَ يَ ْس‬uuَ‫رَّعا ً َوي‬u ‫ت ِإ ْذ تَْأتِي ِه ْم ِحيتَانُهُ ْم يَوْ َم َس ْبتِ ِه ْم ُش‬
ِ ‫ض َرةَ ْالبَحْ ِر ِإ ْذ يَ ْع ُدونَ فِي ال َّس ْب‬ ِ ‫َت َحا‬ ْ ‫َوا ْسَأ ْلهُ ْم َع ِن ْالقَرْ يَ ِة الَّتِي َكان‬
ْ ُ‫ال‬uَ‫ ِديدًا ق‬u‫ َذابًا َش‬u‫ ِّذبُهُ ْم َع‬u‫ا هَّللا ُ ُم ْهلِ ُكهُ ْم َأوْ ُم َع‬u‫ونَ قَوْ ًم‬uuُ‫ت ُأ َّمةٌ ِّم ْنهُ ْم لِ َم تَ ِعظ‬
‫وا‬ ْ َ‫ال‬uَ‫وَِإ ْذ ق‬ . َ‫الَ تَْأتِي ِه ْم َك َذلِكَ نَ ْبلُوهُم بِ َما َكانُوا يَ ْف ُسقُون‬
‫س‬
ٍ ‫ب بَِئي‬ ْ u‫ظلَ ُم‬
ٍ ‫ َذا‬u‫وا بِ َع‬u َ َ‫ذنَا الَّ ِذين‬uْ u‫ُوا بِ ِه َأن َج ْينَا الَّ ِذينَ يَ ْنهَوْ نَ َع ِن السُّو ِء َوَأ َخ‬
ْ ‫ُوا َما ُذ ِّكر‬
ْ ‫فَلَ َّما نَس‬ . َ‫َم ْع ِذ َرةً ِإلَى َربِّ ُك ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬
ْ ُ‫بِ َما َكان‬
َ‫وا يَ ْف ُسقُون‬
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri  yang terletak di dekat laut ketika mereka
melanggar aturan pada hari Sabtu , di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di
sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan
itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku
fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati
kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat
keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu , dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat
dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka
selalu berbuat fasik. (Al-A’raf (7): 163-165).
Perhatikan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya mengapa mereka
menasehati orang-orang yang melanggar perintah Allah:
1.    ‫َم ْع ِذ َرةً ِإلَى َربِّ ُك ْم‬
2.     َ‫َولَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬
1.    Kami berdakwah agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah Swt..
2.    Mudah-mudahan mereka bertaqwa.
Perhatikan pula bahwa yang secara tegas diselamatkan oleh Allah dari adzab-Nya adalah
orang-orang yang melarang perbuatan maksiat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan oleh
kaum muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang
mendominasi kehidupan akan menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari Allah Swt..
Rasulullah Saw. bersabda:
((‫ضهُ ْم َأ ْسفَلَهَا فَ َكانَ الَّ ِذينَ فِي‬ ُ ‫ضهُ ْم َأعْاَل هَا َوبَ ْع‬ ُ ‫اب بَ ْع‬َ ‫ص‬ َ ‫َمثَ ُل ْالقَاِئ ِم َعلَى ُحدُو ِد هَّللا ِ َو ْال َواقِ ِع فِيهَا َك َمثَ ِل قَوْ ٍم ا ْستَهَ ُموا َعلَى َسفِينَ ٍة فََأ‬
‫صيبِنَا خَرْ قًا َولَ ْم نُْؤ ِذ َم ْن فَوْ قَنَا فَِإ ْن يَ ْت ُر ُكوهُ ْم َو َما َأ َرادُوا‬
ِ َ‫َأ ْسفَلِهَا ِإ َذا ا ْستَقَوْ ا ِم ْن ْال َما ِء َمرُّ وا َعلَى َم ْن فَوْ قَهُ ْم فَقَالُوا لَوْ َأنَّا َخ َر ْقنَا فِي ن‬
‫)رواه البخاري( ))هَلَ ُكوا َج ِميعًا َوِإ ْن َأ َخ ُذوا َعلَى َأ ْي ِدي ِه ْم نَ َجوْ ا َونَ َجوْ ا َج ِميعًا‬
Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya
seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat
di atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika
akan mengambil air harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita
melubangi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan
keinginan orang yang akan melubangi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan
mereka maka selamatlah semuanya. (HR. Bukhari).
:‫ال‬uuuuuuuuuuuuuuuu
َ َ‫ق‬ ‫لَّ َم‬uuuuuuuuuuuuuuuu‫ َو َس‬ ‫ ِه‬uuuuuuuuuuuuuuuuْ‫ َعلَي‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫لَّى‬uuuuuuuuuuuuuuuu‫ص‬ َ  ‫النَّبِ ِّي‬ ‫ع َْن‬ ‫ا ِن‬uuuuuuuuuuuuuuuu‫ ْاليَ َم‬ ‫ ْب ِن‬ َ‫ة‬uuuuuuuuuuuuuuuuَ‫حُ َذ ْيف‬ ‫ع َْن‬
ِ ‫بِ ْال َم ْعر‬ ‫لَتَْأ ُمر َُّن‬ ‫بِيَ ِد ِه‬ ‫نَ ْف ِسي‬ ‫َوالَّ ِذي‬
َ ‫يَ ْب َع‬ ‫َأ ْن‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫لَيُو ِش َك َّن‬  ْ‫َأو‬ ‫ ْال ُم ْن َك ِر‬ ‫ع َْن‬ ‫ َولَتَ ْنهَ ُو َّن‬ ‫ُوف‬
‫يُ ْست ََجا‬  ‫فَاَل‬ ُ‫تَ ْدعُونَه‬ ‫ثُ َّم‬ ُ‫ ِم ْنه‬ ‫ ِعقَابًا‬ ‫ َعلَ ْي ُك ْم‬ ‫ث‬
.‫ َح َس ٌن‬ ‫يث‬ ٌ ‫ َح ِد‬ ‫هَ َذا‬ :‫وقَا َل‬ ‫الترمذي‬ ‫ رواه‬.‫لَ ُك ْم‬  ُ‫ب‬
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw. beliau bersabda: “Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau Allah
akan menurunkan hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak
mengabulkan doa kalian.” (HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).
E. Dakwah Jalan Menuju Khoiru Ummah
Rasulullah Saw. berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang
zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan kader secara khusus adalah
jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah Saw.
melakukan tarbiyah mencetak kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah
Arqam bin Abil Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk
membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. ini adalah juga jalan yang harus kita tempuh
untuk mengembalikan kembali kejayaan umat. Imam Malik bin Anas ra berkata:
َ ‫الَ يَصْ لُ ُح آ ِخ ُر هَ ِذ ِه اُأل َّم ِة ِإالَّ بِ َما‬
‫صلُ َح بِ ِه َأ َّولُهَا‬
Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk
memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi’ hlm 22).
Umat Islam harus memainkan peran dakwah & amar ma’ruf nahi munkar dalam semua
keadaannya, baik ketika memperjuangkan terbentuknya khairu ummah maupun ketika cita-cita
khairu ummah itu telah terwujud. Allah Swt. berfirman:
‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُم ِّم ْنهُ ُم‬ ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬ ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
َ‫اسقُون‬ ِ َ‫ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran (3): 110).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan
bahwa keutamaan dakwah ada lima, antara lain:
  Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul (tugas para nabi dan rasul).
  Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal (sebaik-baik amal).
  Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim meraih pahala yang teramat
besar (al-hushul ‘alal ajri al-azhim).
  Dakwah menjadi utama karena dapat menyelamatkan da’i dari azab Allah swt dan
pertanggungjawaban di akhirat.
  Dakwah menjadi utama karena ia adalah jalan menuju khairu ummah (terbentuknya umat yang
terbaik).
Selain itu mungkin masih banyak lagi keutamaan-keutamaan dakwah yang belum bisa dibahas di
dalam makalah ini. Wallahu a’lam.
  Saran
Sebagai umat muslim kita seharusnya bisa berdakwah kapan pun dan dimana pun karena
keutamaan dakwah sangatlah besar. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan
kesempatan tersebut.

      
DAFTAR PUSTAKA

Jum’ah Amin Abdul Aziz. 2011. Fiqih Dakwah. Solo: PT. Era Adicitra Intermedia.
Tim Kajian Manhaj Tarbiyah. 2009. Fadhail (Keutamaan) Dakwah.
(http://www.dakwatuna.com/2009/03/08/2026/fadhail-keutamaan-dakwah/
#ixzz3EWUPQ4eu ). Tanggal akses terakhir 27 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai