Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ULUMUL QURAN

“ WAHYU ”
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Oom Mukharomah, M.Hum

Disusun Oleh : kelompok 12


Marzuqi akmal (211120016)
Muhammad fikri haykal (211120033)
Indri undiyanti (211120036)

KELAS A
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan
kesempatan dalam rangka menyelesaikan tugas makalah yang berjudul“ WAHYU ”yang
diberikan oleh Ibu Dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.

Serang, 24 februari 2022


Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wahyu.........................................................................................
B. Proses Turunnya Wahyu...............................................................................
C. proses penerimaan wahyu
D. Cara Allah Menurunkan Wahyu Kepada Malaikat-Nya..............................
E. Cara Allah SWT Menurunkan Wahyu Kepada Nabi-Nya...........................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
C. Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wahyu merupakan suatu kalam dari Allah SWT yang diturunkan melalui Malaikat
Jibril kepada para nabi Allah. Selain makna pokok wahyu tersebut ada banyak sekali makna
wahyu yang ada di kehidupan kita sehari hari diantaranya : wahyu bermakna ilham, wahyu
bermakna naluri bahkan hingga wahyu bermakna bisikan setan.
Di turunkanya wahyu adalah untuk memberi arahan atau petunjuk kepada para Nabi serta
makhluk yang lainya. Wahyu tersendiri ada yang dibukukan menjadi kitab suci Al-quran dan ada
juga yang di khususkan teruntuk para Nabi untuk menuntun umatnya ke jalan yang benar.Untuk
itu pada makalah kali ini kami akan menjelaskan seputaran tentang apa itu wahyu dan beberapa
cara penyampainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wahyu?
2. Bagaimana Proses Turunnya Wahyu?
3. Bagaimana proses penerimaan wahyu?
4. Bagaimana Cara Allah SWT menurunkan Wahyu kepada Malaikat-Nya?
5. Bagaimana Cara Allah SWT menurunkan Wahyu kepada Nabi-Nya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wahyu
Secara bahasa wahyu berasal dari bahasa Arab (‫ )ال َوحْ ُي‬yang memiliki arti memberikan isyarat
atau pemberitahuan dengan cepat dan tersembunyi.
Sementara pengertian wahyu secara istilah yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Az-Zuhri ‫ فِي قَ ْلبِه‬Oُ‫ ْال َوحْ ُي َما يُو ِحي هَّللا ُ ِإلَى نَبِ ٍّي ِمنَ اَأْل ْنبِيَا ِء فَي ُْثبِتُه‬Wahyu adalah apa yang
diwahyukan kepada para Nabi, kemudian Allah teguhkan wahyu itu di dalam hatinya

ِ ْ‫ اِإْل عْاَل ُم بِال َّشر‬Pemberitahuan tentang syariat.


Ibnu Hajar Al-Asqolani ‫ع‬
Pengertian Wahyu Secara Bahasa dalam Al-Quran
1. wahyu bermakna ilham kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,[QS. Al-Qashas : 7]
dalam ayat tersebut adalah “Kami mewahyukan”. Namun mewahyukan yang dimaksud
bukan mewahyukan seperti Allah mewahyukan para Nabi. Namun mewahyukan disini
mengandung pengertian mengilhami kepada manusia. Yang mana dalam ayat tersebut
Allah ilhamkan kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya.

2. wahyu bermakna naluri yang diberikan kepada hewan. Allah ta’ala berfirman :

ِ َ‫ك ِإلَى النَّحْ ِل َأ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجب‬


ِ ‫ال بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ‫ْر ُشون‬ َ ُّ‫َوَأوْ َحى َرب‬

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia"[QS. An-Nahl : 68]
Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “‫ ” َوَأوْ َحى‬yang artinya adalah mewahyukan.
Makna mewahyukan disini adalah ilham dari Allah berupa naluri dan insting yang
diberikan kepada hewan. Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting
kepada lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat yang dibikin
manusia.

3. wahyu bermakna memberi isyarat yang cepat.


[QS. Maryam : 11] Kata “‫”فََأوْ َحى‬
dalam ayat bermakna memberikan isyarat. Ayat tersebut bercerita tentang Nabi Zakariya
yang sedang berpuasa dari berbicara selama tiga hari tiga malam. Sehingga ketika harus
menyampaikan pesan kepada kaumnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang ia
melakukannya dengan memberi isyarat.
4. wahyu bermakna bisikan setan. Allah ta’ala berfirman :

‫اطينَ لَيُوحُونَ ِإلَى َأوْ لِيَاِئ ِه ْم لِيُ َجا ِدلُو ُك ْم‬


ِ َ‫وَِإ َّن ال َّشي‬

Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka


membantah kamu[QS. Al-An’am : 121]

5. wahyu bermakna perintah Allah pada malaikat. Allah ta’ala berfirman :

‫ك ِإلَى ْال َمالِئ َك ِة َأنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


َ ُّ‫ِإ ْذ يُو ِحي َرب‬

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku


bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"[QS. Al-
Anfal : 12].

Pengertian Wahyu Secara istilah dalam Al-Quran


Menurut istilah syariat wahyu berarti kalam Allah yang diturunkan kepara para Nabi. Hal ini
ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran sebagai berikut :

ِ َ‫وب َواَأْل ْسب‬


‫اط‬ َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ َ ‫ِّين ِمن بَ ْع ِد ِه َوَأوْ َح ْينَا ِإلَ ٰى ِإ ْب َرا ِهي َم َوِإ ْس َما ِعي َل َوِإ ْس َحا‬ ٍ ُ‫ك َك َما َأوْ َح ْينَا ِإلَ ٰى ن‬
Oَ ‫وح َوالنَّبِي‬ َ ‫ِإنَّا َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬
‫س َوهَارُونَ َو ُسلَ ْي َمانَ َوآتَ ْينَا دَا ُوو َد زَ بُورًا‬ َ ُ‫ُّوب َويُون‬ َ ‫َو ِعي َس ٰى َوَأي‬
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.[QS. An-Nisa : 163]

‫ق فِي‬ ٌ ‫ق فِي ْال َجنَّ ِة َوفَ ِري‬ َ ‫ك قُرْ آنًا َع َربِيًّا لِّتُن ِذ َر ُأ َّم ْالقُ َر ٰى َو َم ْن َحوْ لَهَا َوتُن ِذ َر يَوْ َم ْال َج ْم ِع اَل َري‬
ٌ ‫ْب فِي ِه فَ ِري‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫ك َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬
‫ير‬
ِ ‫الس َِّع‬
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi
peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya
serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan
padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam. [QS. Asy-Syura : 7]
B. Proses Turunnya Wahyu
Pembicaraan tentang turunya Al-Quran umumnya berkisar pada masalah ayat yang di turunkan
pertama kali dan ayat yang terakhir. Tentang ayat-ayat yang pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw menurut pendapat terkuat ialah ayat-ayat permulaan Surat Al-Alaq. Ayat-
ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah Saw berada di Gua Hira, yaitu sebuah gua di Jabal
Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari kota Mekkah. Ini terjadi pada malam hari Senin, tanggal
17 Ramadhan tahun ke 41 dari usia Rasulullahtiga belas tahun sebelum Hijrah bertepatan dengan
bulan Juli tahun 610 M. Malam turunnya Al-Qur‟an ini disebut dengan malam “Lailatul qadr”
dan ayat yang paling terakhir di turunkan, menurut pendapat yang terkuat ialah firman Allah
Terjemahnya: pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Firman tersebut kita
dapati sebagai bagaian ayat ke tiga Surat Al-Maidah.Diturunkan ketika Nabi berwukuf di padang
Arafah sewaktu melakukan ibadah“Hijjatul Wada” yaitu ketika haji yang terakhir dilakukan
sebelum wafatnya Nabi. Itu terjadi pada hari Jumat, 9 Dzulhijjah, tahun 10 Hijriah, atau tahun ke
63 dari usia Rasulullah , kira-kira 81 malam sebelum beliau wafat, berteptan dengan bulan
Marettahun 632 M. Rasulullah wafat pada hari senin 13 Rabi‟ul Awal tahun 11 H, atautanggal 7
Juni tahun 632 M.Apabila kita hubungkan saat permulaan dan saat terakhir dari turunnya ayat-
ayat Al-Qur‟an itu, ternyata bahwa turunnya seluruh ayat-ayat Al-Qur‟an itu memakan waktu
selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Masa tersebut dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu:
a).Masa sebelum Hijrah, ketika Rasulullah masih berdiam di Mekkah, yaitu Selama12 tahun, 5
bulan, 13 hari, ialah sejak turunnya ayat-ayat pertama kali tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari
usia Rasulullah, samapai dengan permulaan bulan Rabiul Awwal tahun ke 54 dari usia beliau.
Semua surat-surat dan ayat-ayat yang turun dalam periode ini disebut dengan istilah “Surat-surat
atau ayat-ayatMakkiyah. b.)Masa sesudah Hijrah, yaitu setelah Rasulullah berhijrah dari Mekkah
ke Madinah, adalah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari, ykni semenjak permulaan bulan Rabiul
Awwal tahun ke 54 dari usia Rasulullah sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjahtahun ke 10 H. atau
tahun ke 63 usia beliau. “Semua surat dan ayat-ayat yangt urun dalam periode ini disebut dengan
istilah ”Surat-surat atau ayat-ayat Madaniyah.
C. Proses Penerimaan Wahyu
Allah berfirman dalam Kitab Suci Al qur’an:
“Dan tidak ada bagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata dengan perantaraan wahyu atau
di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya
dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana. * Dan dengan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al qur’an) dengan
perintah Kami. Sebelum Kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab (Al qur’an) dan tidaklah
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjdaikan Al qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar menjadi petunjuk kepda jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syûra [42]; 51-52)
Dalam dua ayat di atas dijelaskan bahwa kontak yang terjadi antara Allah SWT dengan para nabi
as adalah melalui tiga cara:
1.Tiupan pada qalbu seorang nabi lalu ia faham dan mengerti apa yang diwahyukan padanya, dan
seakan tertulis dalam hatinya.
2. Pembicaraan dari belakang tabir, dengan menciptakan suara yang dapat difahami, seperti yang
terjadi pada Nabi Musa as.
3. Mengutus Malaikat untuk menjadi perantara yang menjembatani, lalu malaikat tersebut
menyampaikan kepada nabi apa yang ia terima dari Allah SWT.
Di samping tiga cara yang disebut di atas, masih ada cara-cara lain yang dimuat di dalam
riwayat-riwayat seperti riwayat Imam Bukhari dari Harits bin Hisyam, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana proses wahyu datang kepadamu?” Beliau Manjawab, ‘Kadang-kadang
wahyu itu datang kepadaku seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah paling berat kurasakan
lalu berhenti dan aku pun memahami apa yang ia katakan, dan kadang-kadang malaikat
menampakkan dirinya kepadaku berupa seorang laki-laki maka ia mengatakan kata-kata
kepadaku dan aku memahami apa yang ia ucapkan’
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wahyu dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Wahyu Mubasyir: wahyu yang diterima secara langsung tanpa perantaraan malaikat atau yang
lainnya.
2. Wahyu Ghairul Mubasyir: wahyu yang diterima melalui perantaraan malaikat, baik datang
dalam bentuk aslinya ataupun dalam bentuk manusia. Dan Al quran secara keseluruhan, diterima
oleh Nabi saw. dengan perantaraan malaikat Jibril as, sebagaimana dijelaskan pada: Surat Al
Baqarah ayat 97, Surat An-Nahl ayat 102, Surat Asysyura ayat 102-196, Surat At-Takwir ayat
19-21, Surat An-Najm ayat 4-10 dll.
D. Cara Allah SWT Menurunkan Wahyu Kepada Malaikat-Nya
Di dalam Al-Quranul Karim terdapat nash mengnai kalam Allah kepada para Malaikat-Nya
diantaranya:
1. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yangakan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, PadahalKami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikanEngkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yangtidak kamu
ketahui."
2. Juga terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka. Terjemahnya:(ingatlah), ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat:"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka
teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan
kedalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung
jari mereka.
3. Disamping itu ada pula nash tentang para malaikat yang mengurus urusandunia menurut
perintah-Nya. Terjemahnya:Dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan.

E. Cara Allah SWT Menurunkan Wahyu Kepada Nabi-Nya


Allah memberitahukan apa yang dikehendaki-Nya kepada para Nabi Nyadengan tiga system:
1. Menyampaikan pengertian kedalam hati Nabi atau meniupkan ke dalam hati Nabi. Ini disebut
dengan jalannya Wahyu,
2. Berbicara kepada Nabi di balik hijab.Kedua system tersebut di atas adalah penyampaian
wahyu yang tidakmemakai perantara.
3. Lewat malaikat yang diutus(dengan perantara)
Penyampaian wahyu melalui malaikat, juga terdapat beberapa system yangdigunakan , yaitu:
1. Malaikat datang seperti gemerincingnya lonceng.
2. Malaikat datang dengan bentuk orang laki-laki atau ia menyampaikan wahyu.
3. Malaikat datang ketika Nabi jaga, sebaimana pada malam isra‟
4. Kadang-kadang turun tidak dengan menampakkan diri, tetapi tampak perubahan pada Nabi,
seperti orang tidur atau seperti pingsan dan terasa berat bagi Nabi, juga kadang-kadang dia
berkeringat pada hari yang sangat dingin.
5. Malaikat jibril menampakkan dirinya dalam bentuk yang asli.
6. Kadang-kadang mirip suara lebah dari jurusan Nabi berada. Para sahabat tidakmengetahui isi
pembicaraannya itu, namun Nabi merasa terang benderang apa yang disampaikan Malaikat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian wahyu secara bahasa : Pemberitahuan yang cepat dan tersembunyi
Pengertian wahyu secara istilah : Kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi-Nya
Ada 5 makna penggunaan kata “wahyu” secara bahasa dalam Al-Quran (yaitu) : (1) Ilham
kepada manusia; (2) Pemberian naluri kepada hewan; (3) Isyarat; (4) Bisikan setan; (5) Perintah
kepada malaikat.
Penyampaian wahyu melalui malaikat, juga terdapat beberapa system yang digunakan , yaitu:
a. Malaikat datang seperti gemerincingnya lonceng.
b. Malaikat datang dengan bentuk orang laki-laki atau ia menyampaikan wahyu.
c. Malaikat datang ketika Nabi jaga, sebaimana pada malam isra
d. Kadang-kadang turun tidak dengan menampakkan diri, tetapi tampak perubahan pada Nabi,
seperti orang tidur atau seperti pingsan dan terasa berat bagi Nabi, juga kadang-kadang ia
berkeringat pada hari yang sangat dingin.
e. Malaikat jibril menampakkan dirinya dalam bentuk yang asli.
f. Kadang-kadang mirip suara lebah dari jurusan Nabi berada. Para sahabat tidakmengetahui isi
pembicaraannya itu, namun Nabi merasa terang benderang apa yang disampaikan Malaikat.

B. Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis mengharapkan banyak kritik dan saran
dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

C. Daftar Pustaka
https://www.nasehatquran.com/2020/10/pengertian-wahyu.html
https://kajiantafsirsyiah.wordpress.com/2015/06/22/tema-tema-penting-ulumul-quran-1-makna-
wahyu-dalam-al-quran/
Drs. H.A. Mustofa, SEJARAH ALQUR‟AN, AL-IKHLAS, Surabaya,1994.
Ibrahim Al- Abyadi, SEJARAH AL-QUR‟AN, PT RINEKA CIPTA, Jakarta, 1992

Anda mungkin juga menyukai