Anda di halaman 1dari 15

Kuliah Islam Al-Ma’wa

Ilmu Al-Quran Dan Tafsir


Program S1 Angkatan 1

#pertemuan ke-5

WAHYU DAN MACAM-MACAMNYA

Pengertian Wahyu Secara Bahasa

Para Ulama ahli bahasa Arab telah menjelaskan makna wahyu menurut bahasa Arab dalam
kitab-kitab mereka, antara lain.

Imam Ibnul Manzhûr rahimahullah berkata, “Wahyu adalah pemberitahuan secara


tersembinyi atau rahasia.” (Lisânul ‘Arab, bagian: Wawu Ha’ Ya’ )

Imam al-Fairuz Abâdi rahimahullah berkata, “Wahyu adalah isyarat, penulisan, yang ditulis,
risalah, ilham, perkataan yang samar, dan semua yang engkau beritahukan kepada orang
lain.” (Qâmûs al-Muhîth, bagian: Wawu Ha’ Ya’)

Manna Al-Qotthon ,”Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan
pada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.”

Pengertian Wahyu Secara Bahasa dalam Al-Quran

Sementara didalam al-Qur’ân, makna wahyu secara lughawi (bahasa Arab) juga digunakan,
antara lain sebagai berikut:

Yang pertama, wahyu bermakna ilham kepada manusia. Allah ta’ala berfirman : ‫أو َْحينَْا‬
َ ‫َو‬
َ ‫ِإ َل ُِّأم ُم‬
ِْ ‫وس أنَْ أ َر‬
‫ض ِعي ِه‬
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,[QS. Al-Qashas : 7]

Terjemahan tekstual “ ‫ ” َوَأوْ َح ْينَا‬dalam ayat tersebut adalah “Kami mewahyukan”. Namun
mewahyukan yang dimaksud bukan mewahyukan seperti Allah mewahyukan para Nabi.
Namun mewahyukan disini mengandung pengertian mengilhami kepada manusia. Yang
mana dalam ayat tersebut Allah ilhamkan kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya.

Yang kedua, wahyu bermakna naluri yang diberikan kepada hewan. Allah ta’ala berfirman :

1
ْ
ِ َ‫أن اتََِّّ ِذي ِمنَ ا ْلِب‬
َ‫ال بُي ُوتا ً َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَعْر ُِشون‬ َِ ‫ك إ ََِل النَّحْ ِل‬
َ ُّ‫أو َح َرب‬
َْ ‫َو‬
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohonpohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",[QS. An-Nahl : 68]

Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “‫ ” َوَأوْ َحى‬yang artinya adalah mewahyukan.
Makna mewahyukan disini adalah ilham dari Allah berupa naluri dan insting yang diberikan
kepada hewan. Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting kepada lebah
untuk membuat sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat yang dibikin manusia.

Yang ketiga, wahyu bermakna memberi isyarat. Allah ta’ala

‫ب فَأ َْو َح ِإلَ ِْه ْم أنَْ َسبِّحُوا ب ْ ُك َرةً و َع ِشيًّا‬ َْ ‫فَ َخ َر َج َع َل‬: berfirman
ِ ‫قو ِم ِه ِمنَ ال ِْمحْ َرا‬
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.[QS. Maryam : 11]

Kata “‫ ”فَا َوْ َحى‬dalam ayat di atas bermakna memberikan isyarat. Ayat tersebut bercerita
tentang Nabi Zakariya yang sedang berpuasa dari berbicara selama tiga hari tiga malam.
Sehingga ketika harus menyampaikan pesan kepada kaumnya untuk bertasbih di waktu pagi
dan petang ia melakukannya dengan memberi isyarat.

Yang keempat, wahyu bermakna bisikan setan. Allah ta’ala berfirman : ِ َ‫َوِإ َّن ال َّشي‬
َ‫اطين‬

‫أواََِل ئ ِه ْم لَُِ َجا ِدل ُو ُك ْم‬ ََِ َ‫لَ ُوحُون‬


َْ ‫إل‬
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu.[QS. Al-An’am : 121]

Yang kelima, wahyu bermakna perintah Allah pada malaikat. Allah ta’ala berfirman : ‫إ ِْذ‬

‫إل ال َمْالئ َِك ِة َأ ِّّ ِن َم َع ُك ْم فَثَبتِّ ُوا الََِّّينَ آ َمن ُوا‬


ََِ ‫ك‬
َ ُّ‫ح َرب‬
ِ ‫ي ُو‬
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman".[QS. Al-Anfal :
12]

Wahyu Secara Istilah Syariat

Ada beberapa ta’rîf yang disebutkan Ulama tentang makna wahyu, walaupun dengan
kalimat yang berbeda-beda namun hakekatnya sama.

al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,

“Di dalam istilah agama wahyu adalah pemberitahuan dengan syari’at. Dan terkadang istilah
wahyu dimaksudkan sebagai obyeknya, yaitu yang diwahyukan, yaitu perkataan Allâh yang
diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. [Fathul Bâri, 1/14-15]

Di antara ta’rif yang cukup mewakili adalah perkataan imam lain az-Zarqani rahimahullah.

2
Beliau menyatakan bahwa wahyu adalah,

“Pemberitahuan Allâh kepada hamba pilihan-Nya akan semua perkara yang ingin Dia
tunjukkan kepada hamba tersebut yang berupa hidayah dan ilmu, dengan cara rahasia dan
tersembunyi, tidak biasa (terjadi) pada manusia.” [Manâhilul ‘Irfân, 1/63, karya az-Zarqani]

Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran sebagai berikut :

َ
َ ِ ‫أو َْحينَْا ِإ ََٰل إبِ َْرا ِهي َم َوإ ِسْم َما‬
‫يل َوإ ِسْم َحا‬ َ ‫ب ِّيِينَ ِمن بَ ْع ِد ِه َو‬ ِ َّ‫ح َوالن‬ َ َّ ‫إنِا‬
ََِٰ ‫أو َْحينَْا ِإلَكَْ َك َما أ َو َْحينَْا‬
ٍ ‫إل ن ُو‬
‫نس وهَارُونَ و َُسليَ َْمانَ َوآتيَ ْنَا دَا ُوو َد زَب ُورًا‬ ُّ ‫يس َوَأ‬ ْ َ ُ‫وي َْعق‬
َُ ‫ب َوي ُو‬ َ ‫يو‬ ََٰ ‫اط و َِع‬ ِ َ‫وب َو ْال َْسب‬ َ
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.[QS. An-Nisa :

ْ ْ ْ ‫[و َك ٰ َذلك أو َْحي ْنَا لَكَْ قرُْ آنا ً ع ََربيًِّا ِّلُِنذ َر أ ُم ال ْقُ َر ٰى وم ْن َحوْ لهََا وتنُذ َر يوم‬163
‫ْع َل َري َ فِي ِه‬
ِ ‫م‬
َ ‫ال‬ َ َْ ِ َ َ َ َّ ِ ِ ‫ِإ‬ َ َِ َ
‫فريم‬
َِ
َْ ِ
‫ف ال َّس ِع ِي‬ َِ ‫ف ْالنَّ ِة َو‬
ِ ‫فري‬
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu
memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak
ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.[QS.
Asy-Syura : 7]

Dengan penjelasan ini kita mengetahui bahwa wahyu menurut syari’at hanya ditujukan
kepada hamba pilihan Allâh, yaitu para Nabi atau Rasul. Oleh karena itu seseorang tidak bisa
berusaha mendapatkan wahyu, sebagaimana anggapan sesat sebagian ahli filsafat atau
orang-orang yang terpengaruh dengan mereka. Karena wahyu adalah semata-mata
anugerah dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala .

Dan karena Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, maka semua pengakuan orang tentang
adanya wahyu Allâh kepada manusia setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat adalah kesesatan dan hawa nafsu. Walaupun sebagian orang menamakan dengan
istilah wangsit, petunjuk, atau lainnya, karena perubahan nama tidak mengubah hakekat.

Macam-Macam Wahyu Allah Kepada Para Rasul

Allah ta’ala berfirman :

ََُّّ ِّ َُ
‫ب ِْذن ِم ِه َمما‬ َِِ ‫أو يرُْ ِسم َل ر َُسمو ًل فَي ُم‬
ِ ‫وح‬ َْ ‫ب‬
ٍ ‫أو ِمن َو َرا ِء ِح َجا‬ َْ ‫يكلِ َمهُ الل ِإ َّل‬
َْ ‫وحيًا‬ ٍ ََ ‫َو َما َكنَ لِب‬
َ‫ش أن‬
3
‫ي َشا ُء ۚ إنِهَُّ َع ي ِل َح ِكي م‬

Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
ۡ ٓ ۡ
‫ ِإ ن ُه َو ِإ َّل‬. ‫نط ُق َع ِن ٱل َه َو ٰى‬
‫ا‬ َ َ َ
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.[QS. Asy-Syura : 51] ِ ‫وما ي‬
َ ‫ي ُي‬ٞ ‫َو ۡح‬
‫وح ٰى‬
Dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya.Tidak lain (Al-Qur`ān itu) adalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya), [QS. An-Najm : 3-4]

Dari ayat tersebut kita mengetahui ternyata Allah tidak berbicara kepada manusia kecuali
melalui wahyu, atau di balik hijab, atau Allah mengutus utusan (malaikat) untuk
menyampaikan wahyu. Ayat tersebut menunjukkan bahwa jalur diturunkannya wahyu
kepada para Nabi dan Rasul adalah sebagai berikut :

Pertama, wahyu diturunkan langsung tanpa perantara kepada para Nabi dan Rasul.
Diturunkannya wahyu secara langsung ini melalui dua cara sebagai berikut :

a. Mimpi yang Benar

Diturunkannya wahyu secara langsung adalah melalui mimpi yang benar. Hal ini
berdasarkan firman Allah ta’ala dan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai
berikut :

ِّ ِّ
ْ‫ت ا ْف َعل‬
َِ َ‫َى ۚ قَا َل يا َ أب‬ َ ََُ‫ف ال َْمن َِام َأ نِّ ِ أ َْذب‬
ٰ ‫ك فَانظُرْ َما َذا ت َر‬ ٰ ‫فَل ََّما بلَ َغ َم َعهُ ال َّس َْْع قَا َل يا َ ب ََُّن إ ِِِّن أ َر‬
ِ ‫َى‬
َُّ ‫َما تُْؤ َم ُر ۚ َست َِجدُنِّ ِ ِإن َشا َء‬
َ‫الل َّ ِمنَ الصَّاب ِرين‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar".[QS. Ash-Shaffat : 102]

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu ia menceritakan :

ِ َُ‫ي ا الصَّالِة‬
‫ فَ َكنَ َل‬،‫ف النَّوْ ِم‬ َ ‫ح الرُّ ْؤ‬ َُّ ‫ص ََّّل‬
َ َ‫الل عَليَ ِْه و َسَل ََّم ِمن‬ َ ‫أ ََّو ُل َما ب ُِدَئ ب ِه ر َُسو ُل ال ََِّّل‬
ِِْ ‫الو‬
‫ي َم َرى‬

4
َ
ِْ ُّ‫ثل فَل ِ الص‬
‫بح‬ ْ ‫ُرْؤ يَا ِإ َّل َجا َء‬
َْ ‫ت ِم‬
Awal mula wahyu datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan
mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya
subuh.[Muttafaqun ‘Alaih]

b. Berbicara Langsung di Balik Hijab

Allah ta’ala ketika menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ‘alaihis salam langsung berbicara
kepada beliau di balik hijab. Allah ta’ala berfirman :

ِّ َ
ْ‫من انظُمر‬ ِ ‫أر ِن أنَظُرْ ِإلَكَْ ۚ قَا َل ل َمن ت َم َرانِّ ِ َول ٰ َِك‬ َِ ‫ب‬ َِ ‫وس ل ِميقَاتنَِا َو َّك َمهُ َربُّهُ قَا َل ر‬
ََٰ ‫َول ََّما َجا َء ُم‬
‫ك و َخ َّر ُمو‬ًَّ ‫ب ِل َج َعلهَُ َد‬ َ َْ‫ب ِل فَ ِ ِْن ا ْستَقَ َّر َم َكنهَُ فَ َسوف‬
َ ‫ترَانِّ ِ ۚ فَل ََّما تَلَََّّٰ َربُّ هُ للِ َْج‬ َ ‫إل ْْال‬ ََِ
‫ص ِعقًا ۚ فَل ََّما‬
َ ‫س‬
ََٰ

َ
ُ ْ ُ‫ك ت‬
َ‫بت ِإ َل كَْ َوأنَا َ أ ََّو ُل ال ُْمْؤ ِم نِين‬ َْ ‫أفَا قَا َل س‬
َ ‫ُبحان‬
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan
berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya
menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun
jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".[QS. Al-A’raf : 143]

Kedua, wahyu diturunkan melalui perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam. Diturunkannya
wahyu dengan perantara ini melalui cara sebagai berikut :

a. Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya.

Cara seperti ini sangat jarang terjadi, dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat Malaikat Jibril
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah masa vakum dari wahyu, yaitu setelah
Surat al ‘Alaq diturunkan, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menerima wahyu
beberapa saat. Masa ini disebut masa fatrah, artinya kevakuman.

Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan:

َُّ ‫حزن رسو ُل ال َِّل ص ََّّل‬


‫الل عليه وسل َّم ] فيما بل َغنا [ حزنا ً غدَا منه ِمرارًا‬ ََّّ ً‫وفت الو ُح فتَة‬
َ
ِ ‫حت‬ ِ
‫بال فكل َّما أوفى ب ِذرو ِة جب ٍل كي يلُق َي نف َسه منها تب َّدى له جبري ُل‬ ِ ‫رؤوس شواه ْال‬
ِ ‫لكي يتَ َّدى ِمن‬
‫ك رسو ُل الِ َِّل حقًّا فيس ُك ُن لَّلك جأ ُشه وتقَرُّ نفسُه‬
َّ ‫ يا مح َّم ُد إن‬:‫فقال له‬

5
“Telah sampai informasi kepada kami bahwa masa fatrah terjadi begitu lama hingga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersedih hati. Yang ini membuat beliau berulang kali
berlari kencang ke atas bukit untuk melompat. Setiap kali beliau sampai ke atas bukit,
malaikat Jibril menampakkan diri dan berkata: ‘wahai Muhammad, engkau adalah
benarbenar Rasulullah’. Sehingga hati dan jiwa beliau menjadi tenang” (HR. Al Bukhari)

Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Malaikat Jibril dalam wujud aslinya,
yaitu saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimi’rajkan.

b. Malaikat mendatangi nabi namun ia tidak terlihat

Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ia tidak terlihat. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kedatangan Malaikat Jibril dengan suara yang
mengirinya. Terkadang seperti suara lonceng, dan terkadang seperti dengung lebah.

Inilah yang terberat bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga dilukiskan saat
menerima wahyu seperti ini, wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah. Meski
pada cuaca yang sangat dingin, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermandikan keringat,
dan pada saat itu bobot fisik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah secara
mendadak.

Sebagaimana diceritakan oleh salah seorang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit Radhiyallahu
‘anhu, dia berkata : “Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sementara itu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di
atas pahaku. Lalu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi berat, sampai aku
khawatir pahaku akan hancur”. (HR. Al Bukhari)

Beratnya menerima wahyu dengan cara seperti ini, juga diceritakan sendiri oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya :

ََُّّ
َْ ‫صم ََّّل الل عَليَ ْم ِه و َسَمل ََّم‬
‫أحيَان ًما ي َمأ ْتيِ َِن ِمث ْم َل‬ َ ‫ال ر َُسمو ُل ال ََِّّل‬
َ َ‫ح فَق‬ َْ ‫ك‬
ُِْ ‫الو‬ َ ‫ول ال ََِّّل َكيفَْ يَأ ْتِي‬
َ ‫يا َ ر َُس‬

َ ْ َ َ ْ َْ ‫صل‬
ُ ‫ال َمْل َم‬
‫ك‬ َْ ‫ن ْهُ َما قَا َل َو‬
ِ ‫أحيَان ًما يَتَ َمثَّم ُل‬ ُ ‫ص ُم َِّن َوقَ ْد َو‬
‫يت‬ ِ ‫صلةَِ ْال َر‬
َ ‫َس وهَُ َو أ َش ُّدهُ َع ََّل فَيُ ْف‬ َ
‫ع َما يَقُو ُل‬ ‫َأ‬ ‫َُاًل‬
َِِ ‫رج فَيُكلَ ُِّم َِن ف‬
“Wahai, Rasulullah. Bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,”Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng,
dan inilah yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan apa dia katakan. Dan terkadang
seorang malaikat mendatangi dengan berwujud seorang lelaki, lalu dia menyampaikannya
kepadaku, maka akupun memperhatikan apa yang dia ucapkan.” (HR. Al Bukhari)

Berdasarkan riwayat dan penjelasan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, maka
dapat dipahami bahwa saat menerima semua wahyu, Rasulullah merasa berat. Namun, yang
paling berat ialah cara yang semacam ini.

c. Malaikat Menjelma Sebagai Seorang Lelaki

6
Cara yang kedua adalah malaikat menjelma menjadi seorang lelaki. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :

‫ع َما يَقُو ُل‬ ‫َأ‬ َُ ‫أحيَانا ً يَتَ َمثَّ ُل ِ َ ال َمل‬


‫ك َُاًل‬
َِِ ‫رج فَيُكلَ ُِّم َِن ف‬ َْ ‫َو‬

Dan terkadang malaikat itu menjelma sebagai seorang lelaki lalu ia berbicara kepadaku dan
aku pun paham apa yang ia katakan.[HR. Bukhari]

Dalam penyampaian wahyu seperti ini, semua sahabat yang hadir dapat melihatnya dan
mendengar perkataannya, akan tetapi mereka tidak mengetahui hakikat permasalahan ini.

Sebagaimana diceritakan dalam hadits Jibril yang masyhur, yaitu berisi pertanyaan tentang
iman, Islam dan ihsan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Di awal hadits ini, ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menceritakan :

ََُّّ
ِ ‫اض الثيَِّا‬
‫ب‬ َْ َ‫ص ََّّل الل عَليَ ِْه و َسَل ََّم َذات‬
ِ َ‫يو ٍم إ ِْذ طَل َع عَليَنَْا ر َُج ل َش ِدي ُد بَي‬ ِ ‫بيَ ْنَ َما نَ ُْن ِعن َْد ر َُس‬
َ ‫ول ال ََِّّل‬
ََُّّ ََّّ ‫يرى عَلي ْه أثَ َُر ال َّسفَر ول يعْرفهُُ منَّا أح د ح‬
‫صم ََّّل الل‬َ ِِّّ ِ ‫إل النَّم‬
ََِ ‫س‬
َ ‫ت َجل َم‬ َ َ ِ ِ َ َ َ ِ َِ َُ ‫َش ِدي ُد َس َوا ِد ال َّش َع ِر َل‬
… ‫عَليَ ِْه و َسَل ََّم‬
Pada suatu saat, kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tibatiba muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, sangat hitam rambutnya, tidak
terlihat tanda-tanda melakukan perjalanan jauh, dan tidak tidak ada seorangpun di antara
kami yang mengenalnya, sampai dia duduk di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam …

Kemudian di akhirnya, yaitu sesaat setelah orang itu pergi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
ََُّّ ُْ ُ ُ
sallam bertanya kepada Umar Radhiyallahu ‘anhu : ‫لت الل‬ ‫يا َ َم ُر أتَ َْد ِري َم ْن السَّائ ُِل ق‬
‫ال فَ نِهَُّ ِجب ِْر ي ُل أتَا َ ُم ْم يُ َعل ُِّم ُك ْم ِدينَ ُك ْم‬
َ َ‫َو َرسُولُهُ أ َْعل َُم ق‬
“Wahai, ‘Umar. Tahukah engkau, siapakah orang yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah
dan RasulNya yang lebih mengetahui,” (kemudian) Rasulullah bersabda,”Dia itu adalah
Malaikat Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian din (agama) kalian.”

Ini menunjukkan, meskipun para sahabat dapat melihatnya dan bisa mendengar suaranya,
namun mereka tidak mengetahui jika dia adalah Malaikat Jibril yang datang membawa
wahyu. Mereka mengerti setelah diberitahu oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

d. Wahyu disampaikan dengan cara dibisikkan ke dalam kalbu.

Yaitu Allah Azza wa Jalla atau Malaikat Jibril meletakkan wahyu yang hendak disampaikan ke
dalam kalbu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disertai pemberitahuan bahwa, ini
merupakan dari Allah Azza wa Jalla.

Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab al Qana’ah, dan Ibnu
Majah, serta al Hakim dalam al Mustadrak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

7
َْ ََّّ ‫َف س ح‬ ْ
‫ت ت َْست َْك ِم َل ِر ْزقَهَما ف َماتَّقُوْ ا ال ََّل َوأ ِ ل ُموْ ا‬ َ ْ ‫ لنَْ تَ ُموتَْ ن‬: ‫ع‬
ِ ْ‫ف رُو‬
ِ ‫ث‬ ِ ‫ِإ َّن رُوْ َح القُ ُد‬
َ َ‫س نَف‬

ْ ‫أح َد ُم ْم اسْتب‬
ْ َ‫طَا ُء الر ِّْز ِ أنَْ ي‬ َ َ َّ
‫ْصيةَِ ال َِّل فَ ِ َّْن ال ََّل َل يُنَا ُل َم ا ِعن ْم َدهُ ِإ َّل‬
ِ ‫طلبُهَُ ب َِمع‬ ِ َ ‫لن‬َّ ‫م‬
ِ ْ َ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫و‬
َ ِ ‫ف الطل‬
ِ

‫بطَِا َعتِ ِه‬


“Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) meniupkan ke dalam kalbuku : “Tidak akan ada
jiwa yang mati sampai Allah Azza wa Jalla menyempurnakan rizkinya. Maka hendaklah kalian
bertakwa kepada Allah, dan carilah rizki dengan cara yang baik. Janganlah keterlambatan
rizki membuat salah seorang di antara kalian mencarinya dengan cara bermaksiat kepada
Allah. Sesungguhnya apa yang di sisi Allah Azza wa Jalla tidak akan bisa diraih, kecuali
dengan mentaatiNya”.

e. Wahyu diberikan Allah Azza wa Jalla dalam bentuk ilham.

Yaitu Allah memberikan ilmu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat beliau berijtihad
pada suatu masalah.

PENGINGKARAN ORANG-ORANG KAFIR DAN BANTAHANNYA

8
Orang-orang kafir di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari wahyu Allâh yang
turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbagai alasan.

Berikut diantara alasan mereka dan sekaligus bantahannya:

1. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa al-Qur’ân hanyalah buatan Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri dengan usahanya, lalu beliau berdusta dengan
menyatakannya sebagai wahyu Allâh Azza wa Jalla .

Bantahan: Kalau Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat al-Qur’ân sendiri,
kenapa para ahli bahasa Arab, para penyair, dan para ahli filsafat, tidak membuat seperti
alQur’ân ? Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menantang mereka, dan menanti
selama 23 tahun ? Ketidakmampuan mereka menunjukkan kedustaan mereka.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman

ٍ ‫﴾فلَ ْيَأ ْت ُوا بَِ َِدي‬٣٣﴿ َ‫أ َْم يَقُولوُنَ تَقَ َّولَهُ ۚ ب َْل َل يُْؤ ِمنُون‬
َ ‫ث ِمث ْلِ ِه إ ْ ِن َكن ُوا‬
َ‫صا ِدقِين‬
Ataukah mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya”. Sebenarnya mereka
tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’ân itu
jika mereka orang-orang yang benar. [ath-Thûr/52: 33-34]

Bahkan Nabi Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat Allâh yang
menantang mereka untuk membuat satu surat seperti al-Qur’ân, dan menetapkan ketidak
mampuan mereka.

Allâh Azza wa Jalla berfirman

َ ْ
‫ور ٍة ِم ْن ِم ث ْلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَا َء ُم ْم ِم ْن دُو ِن ال ََِّّل إ ْ ِن ُكن ْتُ ْم‬ ِ ‫َوإ ْ ِن ُكن ْتُ ْم‬
َ ‫ف َري ٍ ِم َّما ن ََّزل ْنا َ َع َٰل ب ِْدنا َ فَأ ْت ُوا ب ُِس‬

ِ ‫ت للِ ََْك‬
َ‫فرين‬ ْ ‫ارةُ ۚ أ ُِع َّد‬ ِ َّ‫﴾ فَ ْ ِن ل َْم تَ ْف َعل ُوا َولنَْ تَ ْف َعل ُوا فاَتَّقُوا النَّا َر ال‬٢٣﴿ َ‫صا ِدقِين‬
َ ‫ت َوقُو ُدهَا النَّاسُ َوالِِْ َج‬ َ
Jika kamu (tetap) ragu tentang al-Qur’ân yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’ân itu dan ajaklah
penolongpenolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu
dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, (neraka itu) telah disediakan bagi
orangorang kafir. [al-Baqarah/2:23-24]

Demikian juga Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa seandainya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdusta atas nama Allâh, maka Allâh Azza wa Jalla pasti sudah menghukumnya, dan
tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman

9
ْ ‫﴾فَ َمما ِممن ُْك ْم ِم‬٤٦﴿ َ‫﴾ثُ َّم لقَطَعْنا َ ِمن ْهُ ال ْم َوتِين‬٤٥﴿‫﴾ ْلَ َخ ْذنا َ ِمن ْهُ باِلََْ ِمي ِن‬٤٤﴿‫يل‬ ْ
‫من أ َح ٍد‬ َ ‫لو تَقَ َّو َل عَليَ ْنا َ بَع‬
ِ ‫ْض الَْقا َ ِو‬ َْ ‫َو‬
َ
َ‫﴾وِإنهَُّ لَِ ْذ ِك َر ة للِ ُْمتَّقِين‬ ِ ‫ن ْهُ َح‬
َ ٤٧﴿ َ‫اج ِزين‬
Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan (dusta) atas (nama) Kami,
niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan kanannya [Kami beri tindakan yang
sekeras-kerasnya], kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekalikali
tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi
itu. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa. [al-Hâqqah/69: 44-48]

2. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdusta
atas nama Allâh.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala ‫ى‬:‫ى‬

‫اح ر َك َّذا ب‬ ٰ ُِ ‫و َع ِجبُوا أنَْ َجا َءهُ ْم ُمن ِْذ ر ِمن ْهُ ْم ۚ َوقا َ َل ال ََْك‬berfirman
ِ ‫فرونَ هَ َذا َس‬
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul) dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta.” [Shaad/38: 4]

Bantahan:

Tuduhan mereka ini sesungguhnya telah terbantah dengan beberapa hal di bawah ini:

a. Pernyataan mereka sendiri sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam


diangkat sebagai utusan Allâh. mereka mengatakan bahwa beliau orang yang amanah dan
jujur.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada mereka :‫ى‬

ِّ
‘‫ق؟‬
َِِّ ‫ص ِد‬ َ ‫أكن ْتُ ْم ُم‬
َُ ،‫تري ُْد أنَْ ت ُِغ َْي َع ليَ ُْك ْم‬ ُ
ُِ ‘‫لو أخَْ بَرْ ت ُك ْم أنَْ َخياْل ً باِل َوا ِدي‬
َْ ‫أ َرَأيَْتُ ْم‬
Apa pendapat kalian jika kuberitahukan kepada kalian bahwa satu pasukan berkuda Di balik
lembah ini akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku َ ‫اج َرب ْنا‬ ُْ َ ‫ى?ى قا‬
َ ‫لوا َم‬
ً
‫عَليَكَْ َك ِذبا‬
Mereka menjawab: “Tentu, karena kamu tidak pernah berdusta”. [HR. Bukhâri, no. 4770]

b. Pertanyaan kaisar Heraklius kepada Abu Sufyân yang ketika itu masih kafir tentang
keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,

“Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang dia katakan
(bahwa dia adalah seorang Nabi) ?”,

Abu Sufyân menjawab, “Tidak”.

10
Kemudian di akhir pembicaraan kaisar Heraklius .

‫اس َويَ ْك ِذبُ َع َل ال َِّل‬ َ ‫ى َما َكنَ لَِ َد َع ال َْك ِذ‬berkata


ِ َّ‫ب َع َل الن‬

“Tidaklah seseorang selalu meninggalkan dusta kepada manusia, lalu dia berdusta atas
(nama) Allâh”. [HR. Bukhâri, no. 7]

c. al-Walid bin Mughirah, seorang tokoh kafir Quraisy, menolak dengan tegas
kemungkinan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdusta atas (nama) Allâh, dia berkata. ‫ى َوت‬
ً َ
ِ ‫ فَهَلْ َج َرب ْتُ ْم عَليَ ِْه َشيْئا ِمنَ ال َْك ِذ‬،‫زَْ ُم وْ نَ َأنهَُّ َك َذا ب‬
ُْ َ‫ب؟ فَق‬
‫ َل‬:‫الوا‬
“Kamu mengatakan bahwa dia (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) pendusta,
apakah kamu pernah mendapatinya berdusta sedikit saja ?”, mereka menjawab, “Tidak”

3. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diajari
oleh seseorang lalu beliau menyatakannya sebagai wahyu Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa
Jalla menyebutkan perkataan mereka dan sekaligus membantahnya.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala :‫ى‬

‫ِم و ٰهَ َذا ل َِسا‬ ‫ش ۚ ل َِسا نُ الََِّّي يلُ ِْح ُدونَ إلََِ ِْه أ َْع َجي‬
ََ ‫ َولقَ ْد نَعْل َُم َأنَّهُ ْم يَقُولوُنَ ِإنَّ َما يُ َعل ُِّمهُ ب‬berfirman
‫ب ين‬
ِ ‫ب ُم‬
ِ ‫ن َع َر ي‬
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya al-Qur’ân itu
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang
mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘ajam (selain bahasa
Arab), sedang al-Qur’ân adalah dalam bahasa Arab yang terang. [an-Nahl/16:103]

Yakni mereka menuduh bahwa al-Qur’ân yang didakwahkan oleh Nabi Muahammad n
adalah berasal dari pengajaran seorang budak non Arab, padahal budak tersebut tidak tahu
bahasa Arab, atau mengetahui sedikit bahasa Arab sekadar menjawab pertanyaan yang
sangat diperlukan. Maka Allâh membantah mereka, bagaimana mungkin Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa al-Qur’ân yang sempurna kefasihannya,
ketinggian bahasanya, dan maknanya, belajar kepada orang non Arab ?! Orang yang
menuduh demikian benar-benar tidak memiliki akal sedikitpun!

4. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang yang gila. Ini merupakan tuduhan yang tidak masuk akal, sehingga memang tidak
pantas dihiraukan.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ
‫تولَّوْ ا ن ْهُ َوقاَل ُوا‘ ُم َع َّل م َم ْنُو ن‬ ِ ‫َأ ََّّٰن لهَُ ُم الَِّّ ْك َر ٰى َوق َْد َجا َءهُ ْم ر َُسو‘ ل ُم‬
َ ‫﴾ثُ َّم‬١٣﴿‫ب ين‬

Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka
seorang Rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya dan berkata,

11
“Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila.”
[adDukhân/44:13-14]

Dalam ayat lain Allâh Azza wa Jalla berfirman .

َ ْ ِ ‫َويقَُولوُنَ أَئنَِّا اََِل ر ُكو آلهَِتِنا َ لش‬


َ‫وص َّد ال ُْمر َْسلِين‬
َ َْ ٣٦﴿‫ون‬
ِّ ‫﴾بل َجا َء باِ َِْل‬ ٍ ُ‫اع ٍر َمن‬ َِ ِ
“Dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sembahansembahan kami karena seorang penyair gila?” Sebenarnya dia (Muhammad) telah
datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul (sebelumnya).
[Ash-Shaaffat/37: 36-
37]

Bantahannya: Jika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang gila, kenapa mereka
menjadikannya sebagai hakim ketika menghadapi masalah penting, yaitu meletakkan Hajar
Aswad di tempatnya ketika membangun Ka’bah ?

Demikian juga tuduhan mereka bahwa selain gila, beliau juga seorang yang diajar oleh orang
lain, dan beliau juga seorang penyair, bukankah ini tuduhan kontradiksi ?

Tuduhan yang tidak perlu didengar. Barangsiapa siapa memperhatikan al-Qur’ân, maka dia
akan mengetahui bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang
membawa kebenaran yang nyata.

5. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang penyair.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala :‫ى‬

ْ
ِِّ ‫تربَّصُوا فَ ِِِّّن َم َع ُك ْم ِمنَ ال ُْمتََب‬
َ‫صين‬ ِ ُ‫اع ر نَتََبَّصُ ب ِه َري َ ال َْمن‬
َ ‫﴾ ق ُْل‬٣٠﴿ ‫ون‬ ِ ‫ىأ َْم يَقُولوُنَ َش‬berfirman
Bahkan mereka mengatakan, “Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu
kecelakaan menimpanya”. Katakanlah, “Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk
orang yang menunggu (pula) bersama kamu.” [Ath-Thuur/52: 30-31]

Bantahan: Sesungguhnya terdapat banyak perbedaan antara al-Qur’ân yang dibawa oleh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sya’ir. Seandainya beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam benar seorang penyair tentu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mendekati para
penyair dan duduk bersama mereka. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, beliau mencela
mayoritas para penyair,

sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla‫ى‬:‫ى‬

‫﴾ِإ َّل‬٢٢٦﴿ َ‫﴾وَأنَّهُ ْم يَقُولوُنَ َمما َل يَ ْف َعل ُمون‬


َ ٢٢٥﴿ َ‫ك َوا ٍد يهَِي ُمون‬ ِ ‫﴾ألَ َْم ت َر َأنَّهُ ْم‬٢٢٤﴿ َ‫َوال ُّش َع َرا ُء يتَبَِّ ُعهُ ُم ال َْغاوُون‬
ُُِّ ‫ف‬
‫صوا ِم ْن بَعْم ِد َمما ُملِ ُمموا ۚ و َسَميَعْل َُم الََِّّيمنَ َملمَُموا‬ َََّّ ‫صا َت و َذ َكرُوا‬
ْ ‫الل َكثِيًا َو‬
َُ َ‫انت‬ ِ ‫الََِّّينَ آ َمنُوا و َع ِمل ُوا ال َّ اِِل‬
ََّ ‫أ‬
‫ي‬

12
َ
َ‫ُمنقَْل ٍ يَنقَْلِبُون‬
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat
bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allâh dan
mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak
akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. [Asy-Syu’ara/26: 224-227]

Yakni mayoritas para penyair adalah para pendusta, sehingga tidak pantas jika al-Qur’ân
dianggap sebagai sya’ir.

Oleh karena itu Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman .

ِ ْ ۚ ُ‫َو َما َعلَّ ْمناَهُ ال ِّشع َْر َو َما ينَ ْبَ ِغ لَه‬
ِ ‫إن ه َُو ِإ َّل ِذ ْك ر َوق ُْرآ ن ُم‬
‫ب ين‬

“‫ى‬Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah
layak baginya. Al-Qur’ân itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi
penerangan. [Yâsîn/36: 69]

6. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang kahin (dukun).

Allâh Subhanahu wa Ta’ala :‫ى‬

ْ ْ ‫ ف َذ ِّكرْ فَ َما أن‬berfirman


ٍ ُ‫ك ب َِكا ِه ٍن َو َل َمن‬
‫ون‬ َِّ ‫ت َرب‬
ِ ‫َتَ بنِ ْع َم‬

Maka tetaplah memberi peringatan, dan disebabkan nikmat Rabbmu kamu bukanlah
seorang dukun dan bukan pula seorang gila. [ath-Thûr/52:29]

Bantahan: Kahin (dukun) adalah orang yang memberitakan perkara-perkara yang


tersembunyi yang telah terjadi atau perkara-perkara yang akan terjadi. Dan kebanyakan
mereka mengambil informasi dari jin, padahal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
banyak menjelaskan kesesatan dukun.

Pertanyaan lain, apakah mungkin seorang dukun membuat suatu kitab yang berisi
kebenaran mutlak seperti al-Qur’ân ?

Sungguh, tuduhan ini hanyalah tudauhan palsu dan mengada-ngada. Ini mereka lontarkan
karena mereka tidak mampu menghadapi argumen-argumen yang dibawa oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

7. Sebagian orang-orang kafir mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang penyihir. Allâh Azza wa Jalla berfirman memberitakan kegelisahan orang-orang kafir
dan tuduhan mereka yang membabi-buta.

13
Allâh Azza wa Jalla :‫ى‬
ِ ‫أن ل هَُ ْم ق َد َم‬
ٍ ‫ص ْد‬ ََِِّ َ َّ‫رج ٍل ِمن ْهُ ْم أنَْ أنَ ِْذ ِر الن‬
ََّ ‫اس َوبش الََِّّينَ آ َمنُوا‬ َُ ‫أو َْحي ْنا َ ِإ ََٰل‬ ِ َّ‫ىأ َكانَ للِن‬berfirman
َ َْ‫اس ع ََجبًا أن‬
ٰ َِّ َ‫فرون‬
ُِ ‫ِعن َْد َربِّ ِهم ْم ۚ قا َ َل ال ََْك‬
‫ب ين‬ ِ ‫إن هَ َذا ل َس‬
ِ ‫َاح ر ُم‬

Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang
lakilaki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-
orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Rabb mereka”.
Orangorang kafir berkata, “Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah
tukang sihir yang nyata”. [Yûnus/10: 2]

Bantahan: Sihir adalah suatu ilmu yang bersumber dari setan, dan sungguh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahaya ilmu sihir bahkan kekafiran pelakunya, lalu
bagaimana mungkin beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tukang sihir.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala ‫ى‬:‫ى‬

َ‫ك سُليَ َْمانَ ۚ َو َما َمفَ َر سُليَ َمْا نُ َول ٰ َِك َّن ال َّشيا َ ِطينَ َمفَرُوا يُ َعل ُِّممون‬
ِْ ‫ َواتَّبَعُوا‘ َما ت َْتل ُو ال َّشيا َ ِطينُ َع َٰل ُمل‬berfirman
‫ماس السِّحْ َر‬ َ َّ‫الن‬

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman
(yaitu mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
mereka mengajarkan sihir kepada manusia. [al-Baqarah/2:102]

Jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar tukang sihir, maka pasti beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan menjelaskan kesesatan dan kehinaan para tukang
sihir. Dengan berbagai keterangan di atas kita tahu dengan jelas bahwa berbagai tuduhan
orang-orang kafir di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tuduhan-tuduhan dusta
dan kontradiksi satu dengan yang lain.

Ini semua menunjukkan kelemahan dan kegelisahan mereka menghadapi dakwah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian sebagian tuduhan orang-orang kafir di zaman
dahulu itu ternyata dilanjutkan oleh sebagian orang-orang kafir di zaman ini, baik dari
kalangan orientalis, atau orang-orang yang terpengaruh dengan perkataan mereka. Namun
orang-orang kafir sekarang menutupi tuduhan itu dengan baju ilmiah dan riset, sehingga
sebagian kaum Muslimin terpedaya. Oleh karena itu hendaklah kita selalu waspada dari
segala usaha orang-orang kafir untuk menyesatkan umat Islam dari agamanya yang haq.
Hanya Allâh Tempat memohon pertolongan.

14
‫وفقكم هللا جميعا ‪ ،‬وهللا تعالى أعلى وأعلم‬

‫‪15‬‬

Anda mungkin juga menyukai