Definisi Wahyu
a) Ilham al-fithri li al-insan (ilham yang menjadi fitrah manusia). Seperti wahyu
yang diberikan kepada ibu Nabi Musa,
“Dan kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu musa; “Susuilah dia…” (Al-
Qashash:7)
b) Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah,
“Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka;
Hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam:11)
d) Bisikan setan untuk menghias yang buruk agar tampak indah dalam diri
manusia.
َواِ َّن ال َّش ٰي ِط ْينَ لَيُوْ حُوْ نَ اِ ٰلٓى اَوْ لِيَ ۤا ِٕٕىِ< ِه ْ<م لِيُ َجا ِدلُوْ ُك ْ<م ۚ َواِ ْن اَطَ ْعتُ ُموْ هُ ْم اِنَّ ُك ْم
e) Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah
untuk dikerjakan.
ۤ
ك اِلَى ْال َم ٰل ِٕٕىِ< َك ِة اَنِّ ْي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا< الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا
َ ُّاِ ْذ يُوْ ِح ْي َرب
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya
Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman.”
(Al-Anfal:12)
2
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, Al-Wahyul Muhammadi, hal. 44.
a) Pewahyuan (Menurunkan Wahyu)
Pewahyuan cara ini adalah sesuai dengan makna wahyu dalam arti
bahasa-isyarat yang cepat. Dalam hal ini wahyu adalah kebenaran yang di
sampaikan ke dalam kalbu atau jiwa seseorang.3 Wahyu dalam artian ini, tidak
sama dengan ilham, dan juga berbeda dengan meditasi karena wahyu merupakan
kebenaran yang tidak mengandung keraguan. Wahyu jenis inilah yang terkait
erat dengan Nabi. Seperti contoh wahyu yang diterima Nabi Ibrahim untuk
menyembelih putranya (Ismail).
3
QS. As-Saffat, 37:102.
4
QS. Ath-Thoha, 20:1-11.
5
Syaikh Manna’ Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2006), hal. 40.
Adapun nash tentang wahyu Allah kepada mereka, “Ingatlah ketika Tuhanmu
mewahyukan kepada malaikat; ’SesungguhnyaAku bersama kamu, maka
teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal:12)
Allah menurunkan wahyu kepada para rasul-Nya dengan dua cara, yaitu
melalui perantara malaikat Jibril dan tanpa melalui perantara seperti melalui
mimpi dalam tidur. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, “Sesungguhnya apa
yang mula-mula terjadi pada Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah
mimpi yang benar di dalam tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi
itu datang bagaikan terangnya pagi hari.”7
6
HR. Ath-Thabarani.
7
Muttafaq ‘Alaih.
Shahih Muslim, dari Annas dia berkata “Ketika Rasullullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam berada di antara kami di dalam masjid, tiba-tiba beliau mendengkur,
lalau mengangkat kepalanya dalam keadaan tersenyum. Aku tanyakan
kepadanya; ‘Apakah yang menyebabkan Engkau tertawa, wahai Rasulullah?’
beliau menjawab, ‘Tadi telah turun kepadaku sebuah surat. Lalu ia membaca;
Bismillahirrahmaanirrahiim, Inna a’thainakal kautsar; fa shalli lirabbika
wanhar; inna syani’aka huwal abtar.”8
Mimpi yang benar itu tidak hanya khusus bagi rasul saja. Mimpi yang
semacam itu juga bias terjadi pada kaum mu’minin, sekalipun mimpi itu bukan
wahyu. Rasulullah berdabda yang artinya;
“Wahyu telah terputus, tetapi berita-berita gembira tetap ada, yaitu mimpi orang
mu’min.” (Muttafaq Alaih)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, wahyu Allah kepada rasul itu ada
kalanya adalah tanpa perantara da nada kalanya pula melalui perantara malaikat
Jibril. Penyampaian wahyu oleh malaikat kepada rasul sendiri terdapat dua cara
penyampaian, yaitu:
Yakni suara yang amat sangat kuat yang dapat mempengaruhi kesadaran,
sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh tersebut. Cara
ini merupakan cara yang paling berat bagi rasul. Terkadang suara itu seperti
kepakan sayap-sayap malaikat, seperti yang dijelaskan di dalam hadist,
Cara seperti ini lebih ringan dari pada cara yang sebelumnya, karena
adanya kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Keadaan Jibril yang
menampakkan diri sebagai seorang laki-laki tidaklah menghilangkan sifat
keruhaniannya. Tetapi yang dimaksudkan ialah Jibril menampakkan dirinya
dalam wujud manusia untuk menyenangkan Rasulullah sebagai manusia.10
8
QS. Al-Kautsar, 108:1-3.
9
Khattan, Mabahits fi Ulum, hal. 39.
10
QS. An-Najm, 53:13-14.
Al-Harits berkata, “ Aku pernah melihat tatkala wahyu sedang turun
kepada beliau suatu hari yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi, keringat
mengucur dari dahi Rasulullah.”11
11
HR. Al-Bukhari.