Anda di halaman 1dari 5

Penjelasan Pembagian Syafa’at

 Januari 10, 2020 Riko Septian

WhatsAppFacebookTwitter

PENJELASAN PEMBAGIAN SYAFA’AT


Oleh: Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Penjelasan pembagian syafa’at:
1. Syafa’at yang diingkari oleh Allah,

Yaitu syafa’at yang tidak mendapatkan izin dari Allah, karena tidak ada
seorang pun yang dapat memberikan syafa’at di sisi Allah kecuali setelah
mendapatkan izin-Nya.
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia terbaik, penutup para
Nabi, tatkala ingin memberikan syafa’at bagi orang-orang di mauqif (tempat
manusia dihisab oleh Allah) kelak di hari kiamat, beliau bersujud kepada Allah,
berdoa, memuji-Nya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa bersujud
sampai Allah berfirman kepadanya, “Bangkitlah, berkatalah maka engkau akan
didengar, mintalah syafa’at, maka akan dikabulkan syafa’atmu” (penggalan
dari hadits yang panjang, diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no. 7510, Muslim, no.
193 dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu), maka beliau tidak
memberikan syafa’at kecuali telah diizinkan oleh Allah.
Syafa’at yang diingkari adalah syafa’at musyrik, yaitu syafa’at yang diminta
dari selain Allah dalam perkara yang tidak dapat dikabulkan kecuali oleh Allah.
Seperti meminta syafa’at dalam mengampuni dosa dari orang yang tidak
memiliki keberhakan untuk melakukannya.
Syafa’at itu maknanya adalah meminta doa, syafa’at adalah
permintaan, sedangkan orang yang diminta itu:
a. Ada kalanya orang hidup dan ada di tempat, baik hidup di dunia maupun
hidup di akhirat. Maka banyak dalil yang menunjukkan kebolehan meminta
syafa’at darinya.
b. Atau bisa jadi yang diminta itu adalah mayit, maka mayit sudah tidak lagi
hidup di alam amal, tidak lagi hidup di alam minta-meminta. Juga mereka tidak
memiliki kedudukan di sisi Allah yang jika dia meminta kepada-Nya lalu akan
diberi. Akan tetapi syafa’at hanya diminta dari Allah saja.
Oleh sebab itu, barang siapa yang meminta sesuatu dari selain Allah yang hanya
dapat dikabulkan oleh Allah, seperti berkata: “Saya memohon syafa’at”, maka
dia telah menyekutukan Allah.
Allah berfirman:

ٌ‫ين َآمنُوا َأنِْف ُقوا مِم َّا َر َز ْقنَا ُك ْم ِم ْن َقْب ِل َأ ْن يَْأيِت َ َي ْو ٌم اَل َبْي ٌع فِ ِيه َواَل ُخلَّة‬
َ
ِ َّ‫يا َأيُّها ال‬
‫ذ‬ َ َ
‫اعةٌ ۗ َوالْ َكافُِرو َن ُه ُم الظَّالِ ُمو َن‬ َ ‫َواَل َش َف‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual
beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafa’at. Orang-orang
kafir itulah orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 254)

Di akhirat kelak tidak akan ada persahabatan, tidak akan ada ukhuwah, masing
masing akan berlepas diri dari yang lainnya, bahkan saling bermusuhan, kecuali
orang-orang yang bertakwa:

ِ ٍ ‫ض ُه ْم لَِب ْع‬ ٍ ‫ِئ‬ ِ


َ ‫ض َع ُد ٌّو ِإاَّل الْ ُمتَّق‬
‫ني‬ ُ ‫اَأْلخاَّل ءُ َي ْو َم ذ َب ْع‬
“Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali
mereka yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67)

Dan juga tidak berguna syafa’at musyrik yang mereka minta dari orang-orang
mati atau dari selain Allah.

2. Syafa’at yang dibenarkan

Yaitu syafa’at yang memenuhi dua syarat:

a. Syarat pertama: mendapatkan izin dari Allah.

b. Syarat kedua: yang diberikan syafa’at adalah orang yang mentauhidkan


Allah, yaitu para pendosa dari kalangan ahli tauhid.
Bila salah satu syarat tidak terpenuhi maka itu adalah syafa’at yang batil,

Dalil mengenai syarat adanya izin Allah bagi pemberi syafa’at adalah:

‫َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْش َف ُع ِعْن َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذنِِه‬


“Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 255)

Dalil bahwa bahwa yang diberi syafa’at hanyalah orang-orang yang Ikhlash dari
kalangan ahli tauhid, merekalah orang yang Allah ridhai:

ِ ِ
َ َ‫َي ْعلَ ُم َما َبنْي َ َأيْدي ِه ْم َو َما َخْل َف ُه ْم َواَل يَ ْش َفعُو َن ِإاَّل ل َم ِن ْارت‬
‫ض ٰى‬
“Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai
(Allah).” (QS. Al-Anbiya [21]: 28)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan; saya bertanya; “Wahai


Rasulullah, siapa manusia yang paling beruntung dengan syafa’atmu padahari
kiamat?” Nabi menjawab:

‫ت‬ ‫َأي‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ‫يث َأح ٌد ََّأو ُل ِمْنك ل‬ ِ ‫لََق ْد ظََنْنت يا َأبا هرير َة َأ ْن اَل يسَألَيِن عن ه َذا احْل ِد‬
َُْ َ َ َ َ َ َْ َْ َْ َ ُ َ َ ُ
‫ال اَل ِإلَهَ ِإاَّل‬َ َ‫اعيِت َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َم ْن ق‬
َ ‫َّاس بِ َش َف‬
ِ ‫َأس َع ُد الن‬ ِ ِ
ْ ‫ك َعلَى احْلَديث‬ َ ‫ِم ْن ِح ْر ِص‬
‫صا ِم ْن قِبَ ِل َن ْف ِس ِه‬ ِ
ً ‫اللَّهُ َخال‬
“Hai Abu Hurairah, saya sudah mengira bahwa tak seorang pun yang akan
mendahului engkau dalam menanyakan masalah ini kepadaku, dikarenakan aku
melihat semangatmu mencari hadits, manusia yang paling beruntung dengan
syafa’atku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallaah,
dengan tulus dari lubuk hatinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6570)

Adapun orang-orang kafir dan musyrik, maka tidak ada syafa’at yang berguna
bagi mereka:

ِ ِ ِ ‫ما لِلظَّالِ ِم‬


ُ‫ني م ْن مَح ي ٍم َواَل َشفي ٍع يُطَاع‬
َ َ
“Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zhalim dan tidak ada
baginya seorang penolong yang diterima (pertolongannya).” (QS. Ghafir [40]:
18)

Bahkan kelak ketika dibangkitkan pada hari kiamat, orang-orang musyrik yang
menjadikan sembahan sebagai pemberi syafa’at akan menyesal:

‫ني‬ِِ ِ
َ ‫فَ َما لَنَا م ْن َشافع‬
“Maka sehingga (sekarang) kita tidak mempunyai pemberi syafa’at
(penolong),” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 100)
‫ص ِد ٍيق مَحِ ي ٍم‬
َ ‫َواَل‬
“Dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 101)

Dan mereka berkata kepada sembahan itu:

ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُمب‬ ِ ِ
‫ني‬ َ ‫تَاللَّه ِإ ْن ُكنَّا لَفي‬
”Demi Allah, sesungguhnya kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang
nyata,” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 97)

‫ني‬ ِ ِّ ‫ِإ ْذ نُس ِّوي ُكم بِر‬


َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ْ َ
“Karena kita mempersamakan kamu (berhala-berhala) dengan Tuhan seluruh
alam.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 98)

Mempersamakan, maksudnya adalah dalam mengagungkan, mengibadahi,


bukan mempersamakan sembahan dengan Allah dalam penciptaan, pengaturan.
Akan tetapi mereka menyekutukan Allah dalam ibadah yang seharusnya hanya
menjadi hak Allah.

Mereka menyeru sembahan sebagaiamana menyeru (berdoa) kepada Allah. Ini


adalah dalil bahwa mereka telah mengenal Allah dan mereka pun beribadah
kepada Allah, namun menjadikan sembahan-sembahan itu sebagai pemberi
syafa’at di sisi Allah.

Dengan demikian, syafa’at itu hanyalah bagi orang-orang yang Ikhlash dalam
ibadahnya, baik itu syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para malaikat,
orang-orang saleh dan syafa’at para ulama pada hari kiamat hanyalah bagi
orang-orang yang Ikhlash. Sedangkan orang Ikhlash itu hanya meminta syafa’at
tersebut dari Allah, dengan berdoa: “Ya Allah berikanlah syafa’at Nabi-Mu
pada hari kiamat, ya Allah berikanlah syafa’at para Malaikat-Mu, Ya Allah
berikanlah syafa’at para Ulama yang saleh, dan redaksi-redaksi doa yang senada
lainnya.

Jadi, syafa’at tidak boleh diminta kepada makhluk, kenapa? Karena syafa’at itu
artinya meminta doa, jika seseorang berkata: “Saya meminta syafa’at”, maka
artinya saya meminta doa darimu, saya memintamu menyampaikan kebutuhan
saya kepada Allah. Jika syafa’at itu adalah permintaan, maka artinya syafa’at itu
termasuk dari macam-macam doa. Dan berdoa kepada selain Allah adalah syirik
besar. Oleh karena itu kita katakan, meminta syafa’at dari selain Allah adalah
syirik akbar, karena termasuk doa, sedangkan doa wajib Ikhlash hanya kepada
Allah saja.

Read more https://www.belajar-islam.net/penjelasan-pembagian-syafaat/

Anda mungkin juga menyukai