Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN AL-QURAN DAN SUNNAH SERTA KEDUDUKANNYA


DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:
1. ANNISA FITRIANI - 21320315
2. AISYAH SALSABILLA POU - 21320316
3. INTAN AMALIA AZZAHRA - 21320317
4. LUTHFIA TUNISAA - 21320318
5. SALSABILA RAMADHANI - 21320319
6. AFIFATUN MAULIYAH - 21320320
7. RAHMAISYAH DWI SAPUTRI - 21320321
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim atas nama Allah yang maha Kuasa kami panjatkan puji dan syukur
dengan terselesaikannya makalah ini. Penulis ingin berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah. Penulis berharap banyak manfaat
yang diberikan di masa yang akan datang.

Tak bisa dipungkiri manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, maka makalah ini masih
memiliki kelemahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat. Karena itu, kritik dan saran
akan diterima dengan baik oleh penulis.

Yogyakarta, 1 November 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….....1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...2

BAB I PEMBAHASAN…………………………………………………………………... 3

1.1 Karakteristik Al-Quran dan Nama-Namanya………………………………………….3

1.2 Kandungan Al-Quran………………………………………………………………....5

1.3 Pengertian Sunnah…………………………………………………………………....

1.4 Macam-Macam Sunnah………………………………………………………………...

1.5 Fungsi Sunnah Dalam Al-Quran……………………………………………………..

BAB II PENUTUP…………………………………………………………………………..

2.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..

BAB I PEMBAHASAN

2
1.1 Karakteristik Al-Quran dan Nama-Namanya

Al-Qur'an memiliki banyak nama yang kesemuanya menunjukkan tingkat fungsi dan
kedudukannya. Dengan kata lain, Al-Qur'an adalah kitab surgawi yang paling mulia. Nama-
nama Al-Qur'an antara lain: Al-Kitab, Al-Furqan, Adz-Dzikr, Al-Mau’idhah, Asy-Syifa’, Al-
Hukm, Al-Hikmah, Al-Huda, At-Tanzil, Ar-Rahmat, Ar-Ruh, Al-Bayan, Al-Kalam, Al-
Busyra, An-Nur, Al-Bashair, Al-Balagh, dan Al-Qaul. Selain itu, Al-Qur'an juga memiliki
beberapa sifat mulia seperti Nur, Hudan, Rahmah, Syifa, Mau'izah, Aziz, Mubarak, Basyir,
Nadzir dan sejenisnya.
Berikut adalah nama-nama lain dari Al-Qur’an:
1. Dinamakan Al Quran sebagaimana QS. Al-Isra [17]: (9)

‫ت اَ َّن لَهُ ْم اَجْ رًا َكبِيْر‬ ّ ٰ ‫ْن الَّ ِذ ْينَ يَ ْع َملُوْ نَ ال‬bَ ‫اِ َّن ٰه َذا ْالقُرْ ٰانَ يَ ْه ِديْ لِلَّتِ ْي ِه َي اَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُم ْؤ ِمنِي‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya: “Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” QS. Al-Isra [17]: (9).
2. Dinamakan Al-Kitab (buku) sebagaimana QS. Al-Baqarah [2]: (2)

َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي ۙن‬ َ ِ‫ٰذل‬


َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Artinya: “Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.”
3. Dinamakan Al-Furqan (pembeda benar salah) sebagaimana QS. Al-Furqaan [25]: (1)
ۙ ‫ك الَّ ِذيْ نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ ع َٰلى َع ْب ِد ٖه ِليَ ُكوْ نَ لِ ْل ٰعلَ ِم ْينَ نَ ِذ ْيرًا‬ َ ‫تَ ٰب َر‬
Artinya: “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya
(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).”
4. Dinamakan Adz-Dzikr (pemberi peringatan) sebagaimana QS. Al-Hijr [15]: (9)

َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬


Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.”
5. Dinamakan Al-Mau’idhah (pelajaran/nasihat) dan Asy-Syifa’ (obat/penyembuh)
sebagaimana QS. Yunus [10]: (57)

َ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang yang beriman.”
6. Dinamakan Al-Hukm (peraturan/hukum) sebagaimana QS. Ar-Ra’d [13]: (37)

‫هّٰللا‬ َ ‫ ِن اتَّبَعْتَ اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم بَ ْع َد َما َج ۤا َء‬bِ‫ك اَ ْن َز ْل ٰنهُ ُح ْك ًما َع َربِيًّ ۗا َولَ ِٕٕى‬
َ َ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ۙ ِم َما ل‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
ٍ ‫ك ِمنَ ِ ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل َوا‬
‫ق‬

3
Artinya: “Dan demikianlah Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. Sekiranya engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka tidak ada yang melindungi dan yang menolong engkau dari
(siksaan) Allah.”
7. Dinamakan Al-Hikmah (kebijaksanaan) sebagaimana QS. Al-Israa’ [17]: (39)

‫ك ِمنَ ْال ِح ْك َم ۗ ِة َواَل تَجْ َعلْ َم َع هّٰللا ِ اِ ٰلهًا ٰاخ ََر فَتُ ْل ٰقى فِ ْي َجهَنَّ َم َملُوْ ًما َّم ْدحُوْ رًا‬ َ ِ‫ٰذل‬
َ ‫ك ِم َّمٓا اَوْ ٰ ٓحى اِلَ ْي‬
َ ُّ‫ك َرب‬
Artinya: “Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad). Dan
janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau dilemparkan
ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat Allah).”
8. Dinamakan Al-Huda (petunjuk) sebagaimana QS. Al-Jin [72]: (13)

‫ى ٰا َمنَّا بِ ٖ ۗه فَ َم ْن ي ُّْؤ ِم ۢ ْن بِ َرب ِّٖه فَاَل يَ َخافُ بَ ْخسًا َّواَل َرهَقً ۖا‬
ٓ ‫َّواَنَّا لَ َّما َس ِم ْعنَا ْاله ُٰد‬
Artinya: “Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami
beriman kepadanya. Maka barangsiapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu ia takut rugi
atau berdosa.”
9. Dinamakan At-Tanzil (yang diturunkan) sebagaimana QS. Asy-Syu'ara’ [26]: (192)

ۗ َ‫َواِنَّهٗ لَتَ ْن ِز ْي ُل َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬


Artinya: “Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam,”
10. Dinamakan Ar-Rahmat (karunia) sebagaimana QS. An-Naml [27]: (77)

َ‫َواِنَّهٗ لَهُدًى و ََّرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْين‬


Artinya: “Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
11. Dinamakan Ar-Ruh (ruh) sebagaimana QS. Asy-Syura [42]: (52)
َ‫ك رُوْ حًا ِّم ْن اَ ْم ِرنَا ۗ َما ُك ْنتَ تَ ْد ِريْ َما ْال ِك ٰتبُ َواَل ااْل ِ ْي َمانُ َو ٰل ِك ْن َج َع ْل ٰنهُ نُوْ رًا نَّ ْه ِديْ بِ ٖه َم ْن نَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِدنَا َۗواِنَّك‬ َ ‫ك اَوْ َح ْينَٓا اِلَ ْي‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ۙ ٍْم‬ ِ ‫ي اِلى‬ ٰ ْٓ ‫لَتَ ْه ِد‬
Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan
perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan
apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau
benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,”
12. Dinamakan Al-Bayan (penerang) sebagaimana QS. Ali Imran [3]: (138)
َ‫اس َوهُدًى َّو َموْ ِعظَةٌ لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬ ِ َّ‫ان لِّلن‬ ٌ َ‫ٰه َذا بَي‬
Artinya: “Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
13. Dinamakan Al-Kalam (ucapan/firman) sebagaimana QS. At-Taubah [9]: (6)

َ‫ك فَا َ ِجرْ هُ َح ٰتّى يَ ْس َم َع َك ٰل َم هّٰللا ِ ثُ َّم اَ ْبلِ ْغهُ َمأْ َمنَهٗ ٰۗذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَوْ ٌم اَّل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ ‫َواِ ْن اَ َح ٌد ِّمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ ا ْستَ َج‬
َ ‫ار‬
Artinya: “Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke
tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak
mengetahui.”

4
14. Dinamakan Al-Busyra (kabar gembira) sebagaimana QS. An-Nahl [16]: (102)

َ‫ق لِيُثَبِّتَ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوهُدًى َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين‬
ِّ ‫ك بِ ْال َح‬ ِ ‫قُلْ نَ َّزلَهٗ رُوْ ُح ْالقُد‬
َ ِّ‫ُس ِم ْن َّرب‬
Artinya: “Katakanlah, “Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan
kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).””
15. Dinamakan An-Nur (cahaya) sebagaimana QS. An-Nisa [4]: (174)

ٌ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم بُرْ ه‬


‫َان ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَ ْنزَ ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم نُوْ رًا ُّمبِ ْينًا‬
Artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang (Al-Qur'an).”
16. Dinamakan Al-Basha’ir (pedoman) sebagaimana QS. Al-Jaatsiyah [45]: (20)

َ‫اس َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّقَوْ ٍم يُّوْ قِنُوْ ن‬ ۤ َ َ‫ٰه َذا ب‬
ِ َّ‫ ُر لِلن‬bِ‫صا ِٕٕى‬
Artinya: “(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang meyakini.”
17. Dinamakan Al-Balagh (penyampaian/kabar) sebagaimana QS. Ibrahim [14]: (52)

ِ ‫اس َولِيُ ْن َذرُوْ ا بِ ٖه َولِيَ ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َما ه َُو اِ ٰلهٌ و‬
ِ ‫َّاح ٌد َّولِيَ َّذ َّك َر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬ ِ َّ‫ٰه َذا بَ ٰل ٌغ لِّلن‬
Artinya: “Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka
diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.”
18. Dinamakan Al-Qaul (perkataan/ucapan) sebagaimana QS. Al-Qashash [28]: (51)

ۗ َ‫َولَقَ ْد َوص َّْلنَا لَهُ ُم ْالقَوْ َل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ن‬


Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menyampaikan perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka
agar mereka selalu mengingatnya.”

1.2 Kandungan Al-Quran


1. Akidah dan Tauhid

pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa.
Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-
Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain
Allah SWT dinamakan musyrik.

Al Quran banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di


dalamnya, di antaranya Surat Al Ikhlas 1-4:
)4( ‫) َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬3( ‫) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬2( ‫ص َم ُد‬
َّ ‫) هَّللا ُ ال‬1( ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬
Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

5
2. . Ibadah
Ibadah berasal dari kata 'abada-ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang
dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan
tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai
kekuasaan mutlak. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia
tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.

Firman Allah SWT:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz Dzariyat [51] : 56).
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.

1. ibadah mahdhah: ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat,
puasa, zakat dan haji.
2. ibadah ghairu mahdhah: artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak
ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT, misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut
ilmu, dan sebagainya.

3. Akhlak

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq (yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat,
atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Rasulullah SAW
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya Nabi SAW adalah untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.

‫ار َم األَ ْخالَق‬ ُ ُ ‫إِنَّ َما ب ُِع ْث‬


ِ ‫ت ألتَ ِّم َم َم َك‬
Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik. (HR. Ahmad).

1.3 Pengertian Sunnah

Kata sunnah terdiri dari akar kata sin (‫ )س‬dan jumlah huruf (‫)ن‬, sunnah berarti savvara
(gambar), secara etimologis Sunnah adalah Alterika (jalan) atau asirah (sikap), yaitu jalan langsung
Manusia atau orang baik. . sikap. Sunnah, sebagaimana dikatakan Sannu Attarik, adalah jalan lurus
yang tidak bergerak maju maupun menyimpang. Selain itu, konsep Dinasti Matahari adalah jalan
lurus yang tidak condong ke kedua arah, dan juga memberi makna sebagai penengah antara ekstrem.

Sunnah secara harfiah berarti "jalan (sirah) atau jalan (tarikoh) hidup, baik dan jahat". Ibnu
Taimiyah menunjukkan bahwa Sunnah adalah kebiasaan (aladah), metode yang diulang oleh orang
lain (tariko) apakah itu dianggap sebagai aliran sesat atau tidak. Para peneliti hadis Sunni umumnya

6
menganggap sunnah sebagai sinonim dengan hadits, kabar, dan achar. Mereka mendefinisikan Sunnah
sebagai "sesuatu yang diturunkan dari seorang nabi, terlihat hanya sebelum kenabian, dalam kata,
perbuatan, persetujuan, penampilan dan karakter, dalam bentuk sema, atau berdasarkan visi seorang
nabi, sahabat atau tabi".

4. Hukum
Dalam Islam, hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran Al Quran berisi kaidah-kaidah dan
ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia.
Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya
menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat kelak.

ayat-ayat Al Qur an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :

َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban
untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-
Maidah [5]: 90)
5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu

Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam.
Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar
senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.

ِ ‫ ِه َوتَ ْف‬bْ‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َدي‬


‫دًى‬bُ‫ ْي ٍء َّوه‬b‫لِّ َش‬b‫ي َْل ُك‬b‫ص‬ ْ ‫رى َو ٰل ِك ْن ت‬bَٰ ‫ ِد ْيثًا يُّ ْفت‬b‫انَ َح‬b‫ا َك‬b‫ب َم‬
َ ‫ ِد ْي‬b‫َص‬ ِ ۗ ‫ا‬bَ‫ َرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلب‬bْ‫ص ِه ْم ِعب‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫َّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم ي ُّْؤ ِمنُوْ ن‬
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).

7
1.4 Macam-Macam Sunnah
1. Sunnah Qauliyah
Merupakan bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw., yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak, peristiwa-
peristiwa atau kisah-kisah, baik yang berkenaan dengan aspek akidah, syariah maupun
akhlak. Dengan kata lain Sunnah Qauliyah yaitu sunnah Nabi Saw. yang hanya
berupa ucapannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah, cegahan,
maupun larangan. Yang dimaksud dengan pernyatan Nabi Saw. di sini adalah sabda
Nabi Saw. dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kininya dan
masa depannya, kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau
jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk lain seperti khutbah.
Contohnya:
- Hadis tentang doa Nabi Muhammad Saw. kepada orang yang mendengar,
menghafal dan menyampaikan ilmu.
Dari Zaid bin dabit ia berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Semoga
Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu
kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak
berilmu.” (HR. Abu Dawud)
- Hadis tentang belajar dan mengajarkan al-Qur’an

Dari Usman ra, dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Orang yang paling baik di antara
kalian adalah seorang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-
Bukhari)

- Hadis tentang persatuan orang-orang beriman

Dari Abu Musa dia berkata; Rasulullah Saw. bersabda: “Orang mukmin yang satu
dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling
mengokohkan. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

2. Sunnah Fi’liyah

Segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kualitas


sunnah fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah qauliyah. Sunnah fi’liyah juga dapat
maknakan Nabi Saw. yang berupa perbuatan Nabi yang diberitakan oleh para sahabat
mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti melaksanakan shalat, manasik haji dan
lain-lain. Contoh:

- Hadis tentang tata cara shalat di atas kendaraan

Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah Saw. shalat di atas tunggangannya
menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika beliau hendak
melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

3. Sunnah Taqririyah

Sunnah yang berupa ketetapan Nabi Muhammad Saw. terhadap apa yang
datang atau dilakukan para sahabatnya. Dengan kata lain sunnah taqririyah, yaitu

8
sunnah Nabi Saw. yang berupa penetapan Nabi Saw. terhadap perbuatan para sahabat
yang diketahui Nabi Saw. tidak menegurnya atau melarangnya bahkan Nabi Saw.
cenderung mendiamkannya. Beliau membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan
yang dilakukan para sahabatnya tanpa memberikan penegasan apakah beliau
membenarkan atau menyalahkannya.

Contohnya:
- Hadis tentang Tayamum

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. ia berkata: “Pernah ada dua orang bepergian dalam
sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa
air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat,
kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang
dari keduanya mengulangi shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak
mengulangi. Mereka menemui Rasulullah Saw. dan menceritakan hal itu. Maka beliau
berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: “Kamu sesuai dengan sunnah
dan shalatmu sudah cukup”. Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu dan
mengulangi shalatnya: “Bagimu pahala dua kali” (HR. ad-Darimi)

1.5 Fungsi Sunnah Dalam Al-Quran

Sunnah merupakan ajaran-ajaran yang berasal dari Rasulullah SAW. baik itu dari segi
perkataan, perbuatan, atau pun pernyataan beliau. Seorang mujtahid dalam setiap proses
ijtihadnya pasti merujuk kepada al-Qur’an kemudian as-Sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa
as-Sunnah merupakan sumber kedua setelah al-Qur’an dalam proses istinbath ahkam
(penggalian hukum). Di sini, as-Sunnah memiliki relevansi yang erat dengan al-Qur’an.
Dalam kitab Ushul Fiqh Abdul Wahab Khallaf, dijelaskan bahwa fungsi as-Sunnah terhadap
al-Qur’an dari aspek hukum yang timbul darinya itu ada tiga fungsi.
Pertama, fungsi as-Sunnah sebagai sumber yang menetapkan (muqaranah) dan
menguatkan (muakkidah) terhadap hukum-hukum dalam al-Qur’an. Karenanya, hukum itu
memiliki dua sumber: al-Qur’an dan as-Sunnah. Seperti anjuran bagi suami untuk berbuat baik
terhadap istrinya. Hal ini merujuk pada riwayat Amr bin Ahwash dari ayahnya, pada saat haji
wada’, nabi bersabda dalam khutbahnya:
‫…أَاَل َو َحقُّه َُّن َعلَ ْي ُك ْم أَ ْن تُحْ ِسنُوا إِلَ ْي ِه َّن فِي ِك ْس َوتِ ِه َّن َوطَ َعا ِم ِه َّن‬

…“Ingatlah! Hak mereka (para istri) atas kalian (para suami) adalah agar kalian berperilaku
baik kepada mereka dalam menafkahinya (memberi pakaian dan makanan)”. (HR. Ibnu Majah).

Di samping itu, anjuran berbuat baik terhadap istri juga telah dijelaskan dalam al-Qur’an, yaitu
terdapat dalam surah an-Nisa’ ayat 19:

ِ ‫… َوعَا ِشرُوه َُّن بِ ْال َم ْعر‬


‫ُوف…اآلية‬

…“Pergaulilah mereka (para istri) dengan baik” (QS. An-Nisa’ [4]: 19).

9
Dengan demikian, as-Sunnah yang berbentuk ucapan dari nabi itu mendukung atau menguatkan
ketetapan yang telah tertera dalam al-Qur’an.

Kedua, fungsi as-Sunnah sebagai sumber yang merinci (mufasilah) dan menjelaskan
(mufassiroh) hukum dalam al-Qur’an yang bersifat global. Seperti hadis nabi:

َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ‬


‫صلِّي‬ َ

“Shalatlah kalian sebagaimana aku shalat”. (HR. Al-Bukhari).

Hadis ini dan hadis-hadis yang menunjukkan tata cara shalat nabi berfungsi untuk menjelaskan
dan merinci perintah shalat yang masih bersifat global sebagaimana dalam ayat:

َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬


‫صاَل ةَ … اآلية‬

“Dan laksanakanlah shalat”…. (QS. Al-Baqarah [2]: 45).

Ayat ini masih bersifat global. Artinya, ayat ini hanya menjelaskan perintah shalat tetapi tidak
menjelaskan bagaimana tata cara shalat itu dilaksanakan. Di sinilah hadis-hadis yang
menunjukkan tata cara pelaksanaan shalat nabi berfungsi menjelaskan al-Qur’an yang masih
global tersebut.

Ketiga, fungsi as-Sunnah sebagai sumber yang mengatakan dan memunculkan hukum
yang tidak dijelaskan dalam al-Qur’an. Dengan demikian, hukum itu ditetapkan berdasarkan as-
Sunnah dan tidak ada nash (ketetapan hukum) al-Qur’an yang menjelaskannya. Seperti larangan
seorang laki-laki memakai perhiasan emas dan kain sutera. Diriwayatkan dari Ibnu Zubair bahwa
ia mendengar Ali bin Abi Thalib berkata:

‫ َوأَ َخ َذ َذهَبًا فَ َج َعلَهُ فِي‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم «أَ َخ َذ َح ِريرًا فَ َج َعلَهُ فِي يَ ِمينِ ِه‬
َ ِ‫إِ َّن نَبِ َّي هللا‬
»‫ور أُ َّمتِي‬ ِ ‫ «إِ َّن هَ َذ ْي ِن َح َرا ٌم َعلَى ُذ ُك‬:‫ِش َمالِ ِه» ثُ َّم قَا َل‬
“Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. mengambil sutera dan meletakkan di tangan kanannya
dan mengambil emas dan meletakkan di tangan kirinya. Kemudian beliau bersabda:
sesungguhnya dua benda ini haram atas kalangan laki-laki dari umatku”. (HR. An-Nasa’i).

Dalam al-Qur’an, tidak ditemukan ayat yang menjelaskan keharaman seorang laki-laki memakai
perhiasan emas dan kain sutera. Di sinilah hadis di atas berfungsi untuk menjelaskan hukum yang
tidak dijelaskan dalam al-Qur’an.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua sumber hukum ini saling melengkapi antara satu
dengan lainnya. Oleh karenanya, sudah selayaknya seorang pakar hukum Islam mahir dalam
kedua sumber hukum tersebut.

10
BAB II PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bahwa Al-Quran merupakan pedoman hidup yang begitu


mulia dan benar perkataannya. Al-Quran yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada

11
Nabi Muhammad SAW. mengandung banyak sekali ilmu pengetahuan mengenai dunia
maupun akhirat, menjadikannya penuntun manusia yang paling sempurna. Sedangkan
sunnah, sunnah merupakan perbuatan dan cara Ibadah yang mengacu pada Rasulullah SAW.
dimana antara sunnah dan Al-Quran memiliki ikatan, dalam artian sunnah merupakan sumber
kedua setelah Al-Quran pada proses penggalian hukum.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://bincangsyariah.com/khazanah/fungsi-sunnah-terhadap-al-quran/
2. http://repository.iainkudus.ac.id/3392/5/5.%20BAB%20II.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai