Anda di halaman 1dari 5

Nama: Aisyah Salsabila Pou

NIM: 21320316
Email: 21320316@students.uii.ac.id
Psikologi Sosial Kelas E
Dosen Pengampuh: Wanadya Ayu Krishna Dewi, MA

Tugas 1
Resume video 1
Judul: Judgement and decision making oleh Prof. Volker Thoma
Judgement atau penilaian merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan
memprediksi karakter dari kejadian yang tidak diketahui. Penilaian atau judgement mendasari
keputusan. Contohnya adalah ketika sedang ada pandemi covid-19, para ekonom mencoba
menilai apakah ekonomi akan pulih dengan cepat atau lambat atau mungkin tidak sama sekali
pada beberapa waktu atau bahkan mungkin menjadi lebih buruk.
Decision making – pengambilan keputusan merupakan tindakan untuk menilai dan
memilih di antara beberapa alternatif. Contohnya adalah ketika kita pergi berbelanja dan kita
biasa membuat keputusan tentang hal-hal apa yang ingin kita beli.
Ada dua faktor utama penyebab sulitnya untuk menilai dan mengambil sebuah
keputusan yaitu, konteks (di luar pikiran) dan cara kita berpikir (di dalam pikiran).
 The ‘centre-preference-effect’ (CP) adalah ketika dihadapkan dengan pilihan yang
disajikan secara bersamaan, orang cenderung memilih benda yang terletak di tengah
(Bar-Hillel, 2011).
 Explanations for Middle Preference
- Objek atau orang yang berada di posisi tengah terlihat lebih penting dan berharga
(Raghubir & Valenzuela, 2006; Rodway et al, 2011).
- Objek yang berada di posisi tengah mendapat perhatian lebih (Shaw et al, 2000;
Atalay et al. 2012)
 Position Effects
 Bias untuk memilih item di tengah sebuah tampilan atau jangkauan (muncul di
waktu bersamaan) lebih sering daripada di pinggiran.
- Paintings (Rodway, Schepman & Thoma, 2016)
- Multiple choice test items (Attali & Bar-Hillel, 2003)
- Toilet cubicles (Cheistenfeld, 1995)
- Pens (Shaw, Bergen, Brown & Gallagher, 2000)
 Opsi pertama selalu dipilih ketika alternatif ditampilkan satu demi satu
(berurutan)
- Job candidates, songs, paintings (Li & Epley, 2009)
- Joining a team (Carney & Banaji, 2012).
 Heuristic in Decision Making (Kahneman & Tversky, 1972; Tversky & Kanheman,
1974)
 Heuristic: jalan pintas mental; sebuah strategi yang beresiko eror tetapi terasa
mudah dan cepat untuk dilakukan.
 Algorithm: rute yang dijamin menuju hasil tetapi terasa sangat sulit dan lama
untuk dilakukan.
 Tversky & Kanheman: pengambilan keputusan manusia yang diukur dengan
membandingkan jawaban dengan apa yang diprediksi oleh statistik dan logika.
 Orang menggunakan heuristik untuk membuat pilihan.
 Heuristik menyebabkan bias, yaitu perkiraan yang salah secara sistematis.
 Aplications of Decision-Making
 Ekonomi, bisnis
- Perskpektif: bagaimana orang harus membuat keputusan.
 Psikolog kognitif
- Deskriptif: bagaimana orang benar-benar membuat keputusan.
 Bidang lain
- Diagnosa medis
- Yudisial (menimbang bukti)
- Militer dan politik
- Pemasaran
- Kebijakan sosial
- Penelitian klinis
- Keahlian misalnya, peramalan
Resume Video 2
Judul: Are we in control of our own decisions? Oleh Dan Ariely (Behavioral economist)
Indera penglihatan adalah salah satu hal terbaik yang kita dapatkan. Banyak bagian
otak didedikasikan untuk penglihatan daripada ke hal lainnya. Kita juga menggunakan
penglihatan lebih banyak daripada menggunakan panca indera lainnya. Secara evolusi, kita
terprogram untuk menggunakan indera penglihatan dan jika kita memiliki kesalahan berulang
yang terprediksi dalam penglihatan yang kita melakukannya dengan sangat baik, apakah
kemungkinannya kita tidak membuat kesalahan lebih banyak lagi dalam sesuatu yang kita
tidak lakukan sebaik itu? Mungkin kita sebenarnya melakukan lebih banyak kesalahan pada
penglihatan dan lebih buruknya lagi tidak memiliki jalan yang mudah untuk melihat itu
semua. Mengapa? Karena dalam ilusi visual kita dapat dengan mudah menunjukkan
kesalahan. Dalam ilusi kognitif bahkan sangat sulit untuk menunjukkan apa kesalahan kita.
Sebuah karangan oleh Johnson dan Goldstein menunjukkan grafik presentase orang
yang telah mengindikasikan mereka tertarik untuk memberikan organ tubuh mereka sebagai
sumbangan dan mereka semua berasal dari negara yang berbeda di Eropa. Pada dasarnya kita
melihat dua tipe negara, yaitu negara di sebelah kanan yang sepertinya memberi banyak dan
negara di kiri yang sepertinya memberi sedikit. Pertanyaannya adalah mengapa beberapa
negara memberi banyak sedangkan beberapa negara memberi sedikit? Ketika kalian
menanyakan pertanyaan ini, orang cenderung berpikir ini adalah sesuatu mengenai budaya,
peduli pada lingkungan, atau mungkin mengenai agama. Namun jika melihat grafik tersebut,
negara-negara yang kita pikir sangat mirip sebenarnya memiliki perilaku yang sangat
berbeda. Sebagai contoh, Swedia berada di paling kanan dan Denmark yang kita pikir secara
budaya sangatlah serupa berada di paling kiri. Tapi ternyata dari sumbangan organ mereka
sangatlah berbeda. Belanda merupakan negara dengan tingkat presentase terendah sebanyak
28% setelah mengirimkan surat di setiap rumah dan memohon untuk mengikuti program
donasi organ ini.
Tetapi apapun yang dilakukan negara-negara dengan presentase terbanyak, mereka
melakukan hal yang jauh lebih baik daripada sekadar memohon. Ternyata rahasia mengapa
mereka mendapatkan presentase tinggi ada pada bentuk pertanyaan yang dibuat di
Departemen Kendaraan Bermotor. Negara-negara di sebelah kiri memiliki bentuk pertanyaan
seperti ini: “Check the box below if you want to participate in the organ donor program”.
Apa yang terjadi? Orang tidak memberi tanda centang dan mereka tidak bergabung. Negara
di kanan yang memberi banyak memiliki bentuk pertanyaan yang berbeda. Pertanyaan
mereka adalah “Check the box below if you don’t want to participate in the donor program”.
Menariknya, pada saat orang mendapatkan ini, mereka tidak mencentang namun sekarang
mereka bergabung.
Apa yang sebenarnya dikatakan dari ilustrasi di atas adalah banyak dari keputusan ini
tidak berasal dari dalam diri kita melainkan berasal dari orang yang membuat bentuk
pertanyaan tersebut. Pada saat kita masuk ke Departemen Kendaraan Bermotor, orang yang
telah membuat pertanyaan akan membuat pengaruh yang sangat besar terhadap apa yang
akan kita lakukan. Keputusan di atas mungkin tidak membuat kita peduli, tetapi secara
definisi ini adalah keputusan mengenai sesuatu yang akan terjadi kepada kita setelah
meninggal. Menurut seorang ekonom standar pada umumnya, seseorang yang percaya
rasionalisme akan berkata “Usaha untuk mengangkat pensil dan memberi tanda centang lebih
besar daripada keuntungan dari keputusan itu sendiri. Jadi itulah sebabnya kita mendapati
efek tersebut.” Tetapi faktanya, bukanlah karena itu mudah, tidak penting, bukan karena kita
tidak peduli melainkan karena kita peduli dan itu kompleks sampai kita tidak tahu apa yang
harus kita lakukan sehingga kita hanya memilih apapun yang dipilihkan untuk kita.
Resume Video 3
Judul: How we read each other’s minds oleh Rebecca Sexe (Cognitive neuroscientist)
Beberapa perbedaan antara manusia tentang bagaimana cara kita menilai orang lain
dapat dijelaskan dengan cara-cara berbeda pada sistem otak. Terdapat satu bagian dalam otak
manusia yang tugasnya adalah menelaah pikiran orang lain. Bagian tersebut dinamakan the
Right Temporo-Parietal Junction (RTPJ). Bagian itu terletak pada bagian atas di belakang
telinga kanan dan ini adalah bagian otak yang digunakan ketika melihat gambar, membaca
buku atau ketika mencoba memahami perkataan orang lain. Bagian ini tidak digunakan untuk
memecahkan masalah lain. Sistem otak ini adalah bahwa meskipun kita manusia dewasa
memiliki kemampuan untuk memahami pikiran orang lain, sebenarnya kita tidak selalu
seperti itu.
Anak kecil memiliki proses yang panjang untuk memasuki fase dimana dia bisa
memahami orang lain. Contohnya adalah perubahan yang terjadi pada anak kecil antara usia
tiga dan lima tahun, ketika mereka belajar memahami bahwa orang lain dapat memiliki
keyakinan yang berbeda dengannya. Seorang anak berusia lima tahun yang menebak sebuah
teka-teki sederhana yang disebut dengan tebakan keyakinan (teka-teki bajak laut). Anak
berusia lima tahun ini tahu bahwa orang lain dapat memiliki kesalahan dalam meyakini
sesuatu dan apa akibat dari tindakannya itu. Anak berusia tiga tahun melakukan dua hal
berbeda. Pertama, dia menebak bahwa orang akan tetap mengambil apa yang memang
kepunyaannya, dan yang kedua adalah ketika orang mengambil sesuatu yang bukan miliknya,
anak tiga tahun menjelaskan bahwa orang tersebut tidak menginginkan apa yang menjadi
kepunyaannya sehingga orang mengambil sesuatu milik yang lain.
Ditemukan bagian otak yang sama pada anak-anak yakni RTPJ, digunakan ketika
memahami orang lain. Tidak seperti pada otak orang dewasa, bagian otak orang dewasa
hampir bersifat khusus. Bagian itu hampir tidak melakukan hal lain selain memahami pikiran
orang lain. Pada anak-anak ketika mereka berusia hingga delapan tahun, kejadian di atas
menunjukkan seperti apa sikap mereka. Dan ketika anak berusia delapan hingga sebelas
tahun, mereka masih tidak memiliki bagian otak seperti orang dewasa. Bahwa pada masa
anak-anak dan bahkan ketika remaja, baik sistem kognitif, yakni kemampuan pikiran
memahami pikiran orang lain, maupun sistem otak yang mendukungnya, terus berkembang
secara perlahan. Namun tentu saja, bahkan ketika dewasa, orang memiliki kemampuan
berbeda satu sama lain tentang seberapa baiknya mereka dapat memahami pikiran orang lain,
seberapa sering dan tepat mereka melakukannya.
Perbedaan di antara orang dewasa dalam hal bagaimana mereka memahami pikiran
orang lain, dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan pada bagian otak tersebut. Orang
sesungguhnya dilengkapi dengan peralatan untuk memahami pikiran orang lain. Kita
memiliki sistem otak khusus yang memungkinkan kita untuk berpikir tentang apa yang orang
lain pikirkan. Sistem ini membuthkan waktu lama untuk berkembang, berkembang dengan
perlahan sejak masa kanak-kanak hingga remaja awal. Bahkan ketika dewasa, perbedaan
pada bagian otak ini dapat menjelaskan perbedaan di antara orang dewasa dalam berpikir dan
menilai orang lain. Philiph Roth mengakhiri novelnya dengan berkata “Fakta tetap
menunjukan bahwa mendorong orang menjadi benar bukanlah arti dari kehidupan.
Menjadikan mereka salahlah yang merupakan kehidupan. Menjadikan mereka salah, salah,
dan salah, dan kemudian berdasarkan pertimbangan yang seksama, menajdikan mereka salah
kembali.”

TUGAS 2

Anda diminta menonton berita tentang laporan kasus-kasus yang ekstrim


(misalkan pembunuhan, kerusuhan, terorisme) untuk menemukan bukti bahwa analis
berita terlalu menekankan kasus dramatis dalam melaporkan berita.
Apakah melaporkan tindakan (misalnya) terorisme, membawa kita pada persepsi
yang menyimpang tentang pandangan rata-rata penduduk negara asal teroris (misalnya,
Arab, Muslim, dll.)?
Tuliskan Analisa tentang peran yang dimainkan media dalam heuristik
representatif dan ketersediaan.

https://www.youtube.com/watch?v=nw4NUWyg-6g
https://www.youtube.com/watch?v=C3lKYO_xIQ4

Kedua tautan di atas merupakan video mengenai jaringan terorisme di Indonesia.


Pembawa berita dalam video tersebut menggunakan kalimat-kalimat dramatis seperti
“Ledakan bom di tiga gereja di Surabaya menambah daftar panjang aksi terorisme di
Indonesia. Ini menunjukkan bahwa terorisme masih menjadi ancaman besar di Indonesia.”
Menambah daftar panjang disini menurut saya seakan terorisme telah sering dan banyak
dilakukan di Indonesia. Ancaman besar menurut saya digunakan oleh berita tersebut untuk
menegaskan bahwa terorisme di Indonesia menjadi kasus yang harus kita takuti dan kita
menjadi lebih aware dengan kasus tersebut.
Ketika kasus terorisme terjadi, sering sekali saya melihat pemberitaan tentang aksi
teror bom melalui media seperti berita, media sosial, surat kabar. Setiap hari pemberitaan
televisi adalah kasus terorisme yang terjadi, seperti rekaman cctv dari kejadian, siapa pelaku
pengeboman, dimana tempat kejadian perkara, berapa banyak orang yang menjadi korban,
serta latar belakang dari si pelaku. Adapun pemberitaan yang sering saya temui adalah pelaku
pengeboman ternyata baru kembali dari negara-negara Islam seperti Suriah. Disini saya
memiliki penilaian bahwa orang-orang akan menjadi fanatik secara agama karena dicuci otak
oleh oknum-oknum yang menurut saya bahkan tidak pantas disebut memiliki akidah.
Dari kedua video di atas saya menemukan fakta bahwa kebanyakan pelaku
pengeboman di Indonesia adalah para radikal Islam. Dilansir dari www.islamtimes.org ketua
yayasan prasasti perdamaian mengatakan bahwa hampir seluruh tindakan terorisme di
Indonesia di dukung oleh radikal Islam (dibaca wahhabi) termasuk Jemaah Islamiyah (JI),
JAT, Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan mereka semua memiliki tujuan yang sama, yakni
mendirikan negara Islam baru, tetapi tanpa demokrasi.
Akibat dari keseringan menonton berita terorisme, saya pun menjadi sedikit takut
ketika ada teman saya yang akan pergi melanjutkan studi di negara misal Suriah karena saya
menilai bahwa di Suriah tidak aman dan teman saya akan dicuci otak oleh mereka. Padahal
kenyataannya tidak semua bagian di negara Suriah memiliki oknum-oknum yang akan
melakukan kejahatan seperti yang saya bayangkan.
Dari apa yang saya sampaikan di atas, saya menarik kesimpulan bahwa media
memiliki peran yang sangat penting dalam strategi heuristik representatif setiap individu.
Dimana ketika kita disuguhkan oleh informasi yang terlalu luas dan sering kita dengarkan,
kita akan cenderung menilai sesuatu akan sama dengan berdasarkan pada informasi yang kita
terima, padahal bisa jadi kita mengabaikan fakta yang benar dan juga base-rate information
dari sebuah informasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai