DISUSUN OLEH:
Ira Yasita : 200101010222
Muhammad Fadliyansyah : 200101010229
Ahmad Mahdiani : 200101010216
Devi Kurniawati : 200101010320
Ersa Rashuna Anshari : 200101010294
M. Ihya Ayudia : 200101010315
Lisnawati : 200101010338
Muhammad Ananda Valentino : 200101010321
Muhammad Fathur Rahman : 200101010304
Ahmad Taufik : 200101010215
Heldawati : 200101010276
Juraida Shalehah : 200101010260
1. AR - RUUH
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:
ٰب َواَل ااْلِ مْيَا ُن َوٰل ِك ْن َج َع ْلنٰهُ نُ ْو ًراتكِ ْك روحا ِّمن اَم ِرنَا ۗما ُكْنت تَ ْد ِري ما ال ي ل
َِو َك ٰذلِك اَوحينٓا ا
ُ َ ْ َ َ ْ ْ ً ْ ُ َ ْ ََْ ْ َ َ
َّشاۤءُ ِم ْن ِعبَ ِادنَا ِ
َ ن َّْهد ْي بِه َم ْن ن
Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an)
dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an)
dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau
benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus” (QS. Asy-Syura: 52)
Maknanya adalah: “Dan demikianlah” ketika Kami wahyukan kepada para rasul
sebelummu, “Kami wahyukan kepadamu ruh dengan perintah kami,” dan itulah Al-Qur'an
yang agung ini. Dinamakan dengan "Ruh‟ karena ruh-lah yang mampu menghidupkan jasad,
begitu pula Al-Qur'an yang mampu menghidupkan hati dan ruh. Dengannya akan segala
kemaslahatan dunia dan agama, kebaikan berlimpah yang ada di dalamnya. Ia murni
merupakan karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang diberikan khusus bagi utusan-Nya dan
hamba-hamba-Nya yang beriman tanpa adanya upaya dari diri mereka. Untuk itu Allah
Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan: “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui”, yakni sebelum
diturunkan kepadamu: “Apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah
iman itu”. Maksudnya kamu tidak mengetahui tentang iman dan melaksanakan syariat-syariat
Ilahiyah. Bahkan engkau adalah seorang yang ummiy (buta huruf), tidak mampu menulis dan
membaca. Maka datang kepadamu ruh yang “Kami menjadikan ia sebagai cahaya, yang kami
tunjuki dengan siapa yang Kami kehendaki di antara hamba hamba Kami”. Mereka
menjadikannya cahaya penerang dalam gelapnya kekufuran, bid'ah dan hawa nafsu.
Dengannya mereka mengenal hakikat kebenaran dan mendapatkan petunjuk kepada jalan
yang lurus.Tidak mengherankan jika Al-Qur'an menjadi ruh dan inspirasi bagi hidup bagi
seluruh kemanusiaan, kemanusiaan yang telah terbunuh oleh tipu daya dan mati karena
kebodohan, yang anggota tubuhnya telah hancur digerogoti rayap dan bersarang di tubuhnya
penyakit yang mematikan. Maka ia pun digerogoti oleh penyakit-penyakit yang mematikan,
tak berdaya dan terjatuh dalam bencana, tiada keselamatan di dalamnya. Dan tiada kehidupan
yang baik kecuali dengan Al-Qur'an yang mulia, yang dinamakan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta'ala sebagai “ruh”. Ruh yang menghidupkan denyut urat nadi manusia.Dengan demikian,
di antara fenomena keagungan Al-Qur'an dan ketinggian derajatnya adalah bahwasanya ia
mempunyai kedudukan seperti ruh bagi tubuh yang menghidupkan hati dan jiwa. Ia adalah
sumber kehidupan bagi seluruh kemanusiaan. Barangsiapa yang tidak beriman dengan ruh
(Al-Qur'an) ini berarti dia telah mati, walaupun dia masih melaksanakan aktifitas makan dan
minum.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َإِنَّكَ اَل تُ ْس ِم ُع ْٱل َموْ ت َٰى َواَل تُ ْس ِم ُع ٱلصُّ َّم ٱل ُّدعَٓا َء إِ َذا َولَّوْ ۟ا ُم ْدبِ ِرين
َ َو َم ۤا اَ ۡنتَ بِ ٰه ِدى ۡالعُمۡ ِى ع َۡن
ض ٰللَتِ ِهمۡؕ اِ ۡن تُ ۡس ِم ُع ِااَّل َم ۡن ي ُّۡؤ ِمنُ بِ ٰا ٰيتِنَا فَهُمۡ ُّم ۡسلِ ُم ۡون
Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar
dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka
telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan)
orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun)
mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah
diri.” Q.S. An-Naml : 80-8
2. AT-TANZIL ( Diturunkan )
Kata al-tanzil diartikan turunnya Alquran berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam redaksi lain Ibnu Abbas mengatakan, “Alquran diturunkan pada malam Lailatul
Qadar pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus, lalu Dia menurunkan secara
berangsur-angsur.” (HR at-Thabrani).
Turunnya Alquran sekaligus dari Allah ke Lauh al-Mahfuz atau kepada Jibril bisa
dimaklumi karena keduanya tidak memerlukan dimensi waktu. Berbeda ketika Alquran
diteruskan kepada Muhammad SAW, dilakukan dengan proses berangsur-angsur karena
Rasul terikat dengan dimensi ruang dan waktu.
Seperti diketahui bahwa Alquran tidak diturunkan di dalam ruang kosong yang hampa
budaya, tetapi turun di dalam suatu konteks masyarakat yang plural. Karena itu, Alquran
membutuhkan waktu selama 23 tahun dalam dua periode yang lebih dikenal dengan periode
Makkah dan Madinah.
Dalil at-tanzil di dalam QS.Asy-syu’ara : 192 yang berbunyi:
ِ
Tafsir Jalalain: ُ( َوإِنَّهDan sesungguhnya ia) yakni Alquran ini ني ِّ ( لَتَن ِزي ُل َرbenar-
َ ب الْ َع الَم
benar diturunkan oleh Rabb semesta alam).
Tafsir Ibnu Katsir: Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.
Di antara hikmah turunnya Alquran berangsur-angsur kepada Nabi, menurut mayoritas
ulama ialah :
Pertama, untuk menguatkan dan meneguhkan hati Nabi dalam rangka menyampaikan
dakwahnya untuk menghadapi celaan orang-orang musyrik.Sebagaimana firman Allah,
“Berkatalah orang-orang kafir, ‘Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar).” (QS al-Furqan : 32).
Kedua, untuk memudahkan hafalan dan pemahaman karena Alquran diturunkan di tengah-
tengah umat yang tidak pandai membaca dan menulis (ummi), sebagaimana diisyaratkan
dalam Alquran, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS al-Qamar : 17).
Ketiga, sebagai pendidikan dan iktibar bagi umat Islam bahwa Allah pun menggunakan
waktu yang relatif lama (23 tahun) dalam menurunkan Alquran. Padahal, Dia memiliki
kemampuan Maha kreatif, “Kun fayakuun”.
3. AS-SYIFA ( Obat Penawar )
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi nama Al-Qur’an dengan “As-Syifa” (obat
penawar) pada tiga tempat di dalam kitab-Nya, yaitu:
ِِ ُّ يَآيُّ َها قَ ْد َجـآءَتْ ُك ْم َّم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِش َفآءٌ لِّ َما ىِف
َ الص ُدو ِر َو ُه ًدى َو َرمْح َةٌ لِّْل ُم ْؤمن
ني
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” (Q.S. Yunus : 57)
Maksud kata syifa (obat penawar) pada ayat di atas yaitu, menunjukkan bahwa Al-Qur’an
merupakani penyembuh dari berbagai penyakit hati (mental atau batin) yang ada pada
manusia seperti keragu-raguan terhadap kebenaran, kemunafikan, dengki, iri hati, buruk
sangka dan lain sebagainya .
Tidak ada keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan obat penawar dari berbagai macam
penyakit hati. Baik itu penyakit hati yang bersumber dari syahwat, ketidaktundukan pada
syariat, atau penyakit hati yang lahir dari syubhat (keraguan) yang mengotori keyakinan .
ِِ ِ ِ ِ
َ َونَُنِّز ُل م َن الْ ُق ْرءَان َما ُه َو ش َفآءٌ َو َرمْح َةٌ لِّْل ُم ْؤمن
ني
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.“ Q.S. Al-Isra’ : 182
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Al-qur’an itu semuanya menjadi obat
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang bisa mengobati penyakit hati, contohnya
pada q.s. al-Hujurat ayat 12 yang menerangkan tentang larangan serta akibat buruk dari
berburuk sangka kepada orang lain, menggunjing, mencari kesalahan orang lain. Ayat
tersebut dapat menyadarkan seseorang agar tidak berburuk sangka, menggunjing, dan
mencari kesalahan orang lain. Secara tidak langsung ayat tersebut telah berperan sebagai
penyembuh penyakit hati.
ِ ِِ
َ ُق َولَ ْو ُه َو للَّذ
ٌين ءَ َامنُوا ُه ًدى َوش َفآء
Artinya: “Al-Qur‟an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin." (Q.S.
Fushshilat : 44)
Ayat di atas menegaskan kembali fungsi Al-Qur’an yakni sebagai petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman. Dalam Al-Tafsir al-Kabir, Ar-Razi rahimahullah pernah
berkata mengenai obat penawar dari Al-Qur’an : “Ketahuilah bahwasanya Al-Qur’an adalah
obat penawar dari segala macam penyakit ruhani, dan juga sebagai obat penawar dari segala
penyakit jasmani. Adapun eksistensi Al-Qur’an sebagai obat penawar dari penyakit ruhani,
maka sudah jelas. Hal itu karena penyakit ruhani ada dua macam, yaitu akidah (keyakinan)
yang batil dan akhlak yang tercela.
Adapun akidah batil yang paling berbahaya adalah akidah yang rusak dalam masalah
ketuhanan, nubuwah (kenabian), hari akhir, serta qadha’ dan qadar (takdir). Dan Al-Qur’an
adalah kitab yang memuat paham yang benar dalam semua persoalan tersebut dan
meruntuhkan paham yang salah di dalamnya.
Sedangkan akhlak yang tercela, maka Al-Qur’an memuat rinciannya, dan mengenalkan
sisi-sisi kerusakannya serta membimbing kita kepada akhlak yang mulia dan sempurna serta
perilaku yang terpuji.
Adapun Al-Qur’an sebagai obat penawar dari berbagai penyakit jasmani, karena
mengambil berkah dari membacanya akan membentengi diri dari banyak penyakit ”.
Penuturan dari Ar-Razi tesebut, menjelaskan bahwa Al-Qur’an selain bisa menjadi obat
penawar bagi penyakit hati, Al-Qur’an juga bisa menjadi obat penawar bagi penyakit
jasamani. Dengan membaca Al-Qur’an seseorang akan mendapat berkah darinya serta dapat
membentengi diri pembacanya dari banyak penyakit seperti penyyakit gangguan jin.
Melalui beberapa pemaparan di atas, sudah sangat jelas bukti keagungan Al-Qur’an Al-
Karim dan ketinggian derajatnya serta kekuatan pengaruhnya. Di dalam Al-Qur’an, terdapat
obat penawar yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit akidah yang batil dan akhlak
yang tercela serta penyakit jasmani. Penawarnya juga menjangkau penyakit-penyakit modern
yang kronis, seperti penyakit krisis di bidang ekonomi, polotik, peradaban dan sebagainya.
Hal tersebut didapat dengan mengambil pelajaran dari Al-Qur’an serta mengamalkannya.
4. AL-KITAB ( Buku )
Al-Kitab artinya kitab atau yang tertulis, yaitu Kitab suci yang merupakan perwujudan
Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
kepada umatnya.
- Al-Baqarah : 2
ب فِْي ِه
َ ْاب اَل َري
ِ َ ِٰذل
ُ َك الْكت
Artinya : "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan di dalamnya"
Dinamakan al-Kitab karena wahyu dikumpulkan dalam sebuah buku atau kitab.
- Fushshilat : 41
ِ وا ۡل ِكت
ٰب ا ۡلُمبِ ۡي ِن َ
Artinya : " Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas "
5. AL- BURHAN ( Bukti kebenaran )
Al qur’an sudah sewajarnya memiliki sifat Al Burhan ( bukti kebenaran ). Keseluruhan isi
di dalam al quran mengandung arti yang sebenarnya dan selama peradaban umat manusia
sudah dibuktikan akan kebenaran isi yang ada didalamnya. Kebenaran akan selalu datang
kepada orang yang beriman kepada Allah SWT.
Alquran dengan sifat Al Burhan dijelaskan di dialam Q.S An Nisa : 174.
َّاس قَ ْد َجاۤءَ ُك ْم بُْر َها ٌن ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَْنَزلْنَٓا اِلَْي ُك ْم نُ ْو ًرا ُّمبِْينًا ٓ
ُ ٰياَيُّ َها الن
Artinya : Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang (Al-Qur'an).
6. ADZ-DZIKR ( Pengingat )
Al-Qur’an memiliki beberapa nama-nama, salah satunya adalah Adz-Dzikr. Adz-Dzikr
sendiri memiliki arti yaitu peringatan. Secara bahasa, perkataan dzikir berasal dari ungkapan
bahasa arab yaitu dzikr yang artinya mengingat, mengenang, atau menyebut. Adapun zikir ini
di dalam amaliah agama yaitu mengingat atau menyebut nama Allah SWT. Dan lawan kata
dari dzikir yaitu ghaflah yang artinya lupa atau lalai dalam menyebut nama Allah SWT.
Dan Al-Qur’an ini mempunyai nama Adz-Dzikr dikarenakan banyaknya ayat-ayat di
dalam Al-Qur’an yang mengandung berbagai peringatan. Berikut beberapa ayat-ayat Al-
Qur’an yang mengandung unsur peringatan:
- QS. Al-Hijr : 9
ِ
ِ احلدي
ث ْ أح َس َن
ْ اللّه ّنز َل. . .
Artinya : “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik . . .”(Q.S. Az-Zumar :23)
Maksudnya adalah perkataan yang paling bijaksana, dan dialah Al-Qur’an.
Inilah pujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap kitab (suci)-nya; Al-Qur’an Al-
Azhim, yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Yaitu bahwasanya Al-Qur’an itu
adalah perkataan yang paling baik dan ucapan yang paling indah secara mutlak.
Dan sebaik-baik kitab yang diturunkan dari kalam (perkataan) Allah Subhanahu Wa
Ta,ala adalah Al-Qur’an. Jika demikian, maka dapat dipahami bahwa lafazhnya adalah yang
terfasih dan paling terang. Dan bahwasanya maknanya adalah yang termulia, karena ia
merupakan sebaik-baik perkataan, baik secara lafazh maupun makna, memiliki keserupaan
dalam keindahan dan perpaduannya, serta tidak ada perbedaan di dalamnya dalam satu sisi
pun.
8. AL-BALAGH
Allah SWT memuji Al-Qur’an dengan firman-Nya yaitu :
ِ ََّاس ولِيُن َذرو ۟ا بِِۦه ولَِي ْعلَم ٓو ۟ا أَمَّنَا ُهو إِٰلَهٌ ٰو ِح ٌد ولِيَ َّذ َّكر أُ ۟لُوو ۟ا ٱأْل َلْب ٰ
ٰب َ َ َ َ ُ َ ُ َ ِ َٰه َذا َبلَ ٌغ لِّلن
Artinya : (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (Q.S
Ibrahim : 52)
As-Sa’di rahimahullah menyatakan: “Ketika Allah Subhanahu Wa Ta‟ala memberikan
keterangan yang nyata tentang Al-Qur’an, Dia memuji Al-Qur’an ini dengan firman-Nya:
„Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia‟. Maksudnya menjelaskan dan
memberikan petunjuk yang sempurna (kepada manusia) untuk mencapai puncak keluhuran,
meraih tempat dan kedudukan yang paling utama, disebabkan apa yang terkandung di
dalamnya yang berupa ajaran-ajaran prinsip, persoalan furu‟iyah dan semua ilmu yang
dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. “Dan supaya mereka diberi
peringatan dengannya,” karena kandungannya berupa peringatan terhadap perilaku buruk dan
perbuatan apa saja yang Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berikan ancaman siksa kepada
pelakunya.”
As-Suyuthi rahimahullah menyebutkan sebab penamaan Al-Qur’an dengan Al-Balagh
dengan mengatakan: “Adapun nama al-Balagh adalah karena ia menjelaskan kepada manusia
mengenai hal-hal yang diperintahkan dan segala apa yang dilarang-Nya, atau karena di
dalamnya ada penjelasan yang sempurna, yang tidak membutuhkan penjelasan yang lainnya.”
9. Al – FURQAN ( Pembeda )
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menamai Al-Qur’an dengan: Al-Furqan (Pembeda antara
yang hak dan yang batil) dalam 4 ayat dalam kitab-Nya yang penuh berkah, yaitu:
- Q.S. Al-Furqan : 1
ني نَ ِذ ًيرا ِ ِ ِ ِِ ِ
َ َتبَ َار َك الَّذي نََّز َل الْ ُف ْرقَا َن َعلَ ٰى َعْبده ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
- Q.S. Ali Imran : 4
ِِ ِ
ٌس َكمثْله َش ْيء
َ لَْي
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” Q.S. Asy-Syura : 11
Al-Qur’an Al-Azhim adalah pembeda antara jalan hidup yang terang dengan jalan
hidup yang suram, antara satu umat manusia dengan umat yang lain. Ia menetapkan
aturan hidup yang terang tak tercampuri oleh aturan hidup lain yang berlaku bagi
umat sebelumnya. Maka ia adalah Al-Furqan dengan pengertiannya yang luas dan
sempurna ini. Ia adalah Al-Furqan yang mengakhiri masa kemukjizatan dengan hal-
hal fisik yang luar biasa dan memulai masa kemukjizatan yang menyentuh akal.
Dengan kehadiran AlQur’an berakhirlah masa risalah yang bersifat domestik dan
dimulainya masa risalah yang mendunia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ني نَ ِذ ًيرا ِ ِ ِ
َ ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم. . .
“...agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”Q.S. Al-Furqan : 1
3) Ada yang berpendapat bahwa Al-Furqan adalah jalan keselamatan. Ini adalah
pendapat Ikrimah dan As-Suddi. Dinamakan demikian karena manusia hidup dalam
gelapnya kesesatan, dan dengan Al-Qur’an mereka menemukan jalan keselamatan.
Dan pada pengertian ini, ahli tafsir membawa makna firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala :
ِ ۟
ُ ﴾ أَنتُ ْم َعْنهُ ُم ْع ِر٦٧﴿ يم
٦٨﴿ ضو َن ٌ ﴾ قُ ْل ُه َو َنَب ٌؤا َعظ
Artinya : “Katakanlah: Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya”
Maknanya, yakni Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang musyrik itu bahwa
berita tentang Rasul utusan Allah yang memberi peringatan kepada manusia dan berita
keesaan dan kekuasaan Allah, tiada sekutu bagi-Nya adalah berita yang sangat besar
faedahnya bagi seluruh manusia, karena berita itu dapat menyelamatkan manusia dari
kesesatan, dapat menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus, jalan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak akan mau mengerti bahkan
mereka berpaling dari agama Allah.
As-Samarqandy rahimahullah mengatakan: “Firman-Nya Azza wa Jalla: “Katakanlah:
‘Berita itu adalah berita yang besar’”, maksudnya agar Nabi mengatakan bahwa Al-Qur’an
adalah berita yang besar, karena ia merupakan kalam (perkataan) Rabb semesta alam “Yang
kamu berpaling daripadanya”, maksudnya yang kalian tinggalkan dan tidak kamu imani.”
- Q.S. An-Naba’ Ayat 2