Anda di halaman 1dari 13

TUGAS DOSEN PENGAMPU

ULUMUL QUR’AN DR. RAIHANAH, M.AG

NAMA LAIN DARI AL-QUR’AN BESERTA DALIL DAN PENJELASANNYA

DISUSUN OLEH:
Ira Yasita : 200101010222
Muhammad Fadliyansyah : 200101010229
Ahmad Mahdiani : 200101010216
Devi Kurniawati : 200101010320
Ersa Rashuna Anshari : 200101010294
M. Ihya Ayudia : 200101010315
Lisnawati : 200101010338
Muhammad Ananda Valentino : 200101010321
Muhammad Fathur Rahman : 200101010304
Ahmad Taufik : 200101010215
Heldawati : 200101010276
Juraida Shalehah : 200101010260
1. AR - RUUH
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

‫ٰب َواَل ااْلِ مْيَا ُن َوٰل ِك ْن َج َع ْلنٰهُ نُ ْو ًرا‬‫ت‬‫ك‬ِ ْ‫ك روحا ِّمن اَم ِرنَا ۗما ُكْنت تَ ْد ِري ما ال‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َِ‫و َك ٰذلِك اَوحينٓا ا‬
ُ َ ْ َ َ ْ ْ ً ْ ُ َ ْ ََْ ْ َ َ
‫َّشاۤءُ ِم ْن ِعبَ ِادنَا‬ ِ
َ ‫ن َّْهد ْي بِه َم ْن ن‬
Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an)
dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an)
dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau
benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus” (QS. Asy-Syura: 52)
Maknanya adalah: “Dan demikianlah” ketika Kami wahyukan kepada para rasul
sebelummu, “Kami wahyukan kepadamu ruh dengan perintah kami,” dan itulah Al-Qur'an
yang agung ini. Dinamakan dengan "Ruh‟ karena ruh-lah yang mampu menghidupkan jasad,
begitu pula Al-Qur'an yang mampu menghidupkan hati dan ruh. Dengannya akan segala
kemaslahatan dunia dan agama, kebaikan berlimpah yang ada di dalamnya. Ia murni
merupakan karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang diberikan khusus bagi utusan-Nya dan
hamba-hamba-Nya yang beriman tanpa adanya upaya dari diri mereka. Untuk itu Allah
Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan: “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui”, yakni sebelum
diturunkan kepadamu: “Apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah
iman itu”. Maksudnya kamu tidak mengetahui tentang iman dan melaksanakan syariat-syariat
Ilahiyah. Bahkan engkau adalah seorang yang ummiy (buta huruf), tidak mampu menulis dan
membaca. Maka datang kepadamu ruh yang “Kami menjadikan ia sebagai cahaya, yang kami
tunjuki dengan siapa yang Kami kehendaki di antara hamba hamba Kami”. Mereka
menjadikannya cahaya penerang dalam gelapnya kekufuran, bid'ah dan hawa nafsu.
Dengannya mereka mengenal hakikat kebenaran dan mendapatkan petunjuk kepada jalan
yang lurus.Tidak mengherankan jika Al-Qur'an menjadi ruh dan inspirasi bagi hidup bagi
seluruh kemanusiaan, kemanusiaan yang telah terbunuh oleh tipu daya dan mati karena
kebodohan, yang anggota tubuhnya telah hancur digerogoti rayap dan bersarang di tubuhnya
penyakit yang mematikan. Maka ia pun digerogoti oleh penyakit-penyakit yang mematikan,
tak berdaya dan terjatuh dalam bencana, tiada keselamatan di dalamnya. Dan tiada kehidupan
yang baik kecuali dengan Al-Qur'an yang mulia, yang dinamakan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta'ala sebagai “ruh”. Ruh yang menghidupkan denyut urat nadi manusia.Dengan demikian,
di antara fenomena keagungan Al-Qur'an dan ketinggian derajatnya adalah bahwasanya ia
mempunyai kedudukan seperti ruh bagi tubuh yang menghidupkan hati dan jiwa. Ia adalah
sumber kehidupan bagi seluruh kemanusiaan. Barangsiapa yang tidak beriman dengan ruh
(Al-Qur'an) ini berarti dia telah mati, walaupun dia masih melaksanakan aktifitas makan dan
minum.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫إِنَّكَ اَل تُ ْس ِم ُع ْٱل َموْ ت َٰى َواَل تُ ْس ِم ُع ٱلصُّ َّم ٱل ُّدعَٓا َء إِ َذا َولَّوْ ۟ا ُم ْدبِ ِرين‬
َ ‫َو َم ۤا اَ ۡنتَ بِ ٰه ِدى ۡالعُمۡ ِى ع َۡن‬
‫ض ٰللَتِ ِهمۡ‌ؕ اِ ۡن تُ ۡس ِم ُع ِااَّل َم ۡن ي ُّۡؤ ِمنُ بِ ٰا ٰيتِنَا فَهُمۡ ُّم ۡسلِ ُم ۡون‬
Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar
dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka
telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan)
orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun)
mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah
diri.” Q.S. An-Naml : 80-8
2. AT-TANZIL ( Diturunkan )
Kata al-tanzil diartikan turunnya Alquran berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam redaksi lain Ibnu Abbas mengatakan, “Alquran diturunkan pada malam Lailatul
Qadar pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus, lalu Dia menurunkan secara
berangsur-angsur.” (HR at-Thabrani).
Turunnya Alquran sekaligus dari Allah ke Lauh al-Mahfuz atau kepada Jibril bisa
dimaklumi karena keduanya tidak memerlukan dimensi waktu. Berbeda ketika Alquran
diteruskan kepada Muhammad SAW, dilakukan dengan proses berangsur-angsur karena
Rasul terikat dengan dimensi ruang dan waktu.
Seperti diketahui bahwa Alquran tidak diturunkan di dalam ruang kosong yang hampa
budaya, tetapi turun di dalam suatu konteks masyarakat yang plural. Karena itu, Alquran
membutuhkan waktu selama 23 tahun dalam dua periode yang lebih dikenal dengan periode
Makkah dan Madinah.
Dalil at-tanzil di dalam QS.Asy-syu’ara : 192 yang berbunyi:

‫ني‬ ِ ِّ ‫وإِنَّه لَتَن ِزيل ر‬


َ ‫ب الْ َعالَم‬ َُ ُ َ
Terjemahan:
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,

ِ
Tafsir Jalalain: ُ‫( َوإِنَّه‬Dan sesungguhnya ia) yakni Alquran ini ‫ني‬ ِّ ‫( لَتَن ِزي ُل َر‬benar-
َ ‫ب الْ َع الَم‬
benar diturunkan oleh Rabb semesta alam).
Tafsir Ibnu Katsir: Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.
Di antara hikmah turunnya Alquran berangsur-angsur kepada Nabi, menurut mayoritas
ulama ialah :
Pertama, untuk menguatkan dan meneguhkan hati Nabi dalam rangka menyampaikan
dakwahnya untuk menghadapi celaan orang-orang musyrik.Sebagaimana firman Allah,
“Berkatalah orang-orang kafir, ‘Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar).” (QS al-Furqan : 32).
Kedua, untuk memudahkan hafalan dan pemahaman karena Alquran diturunkan di tengah-
tengah umat yang tidak pandai membaca dan menulis (ummi), sebagaimana diisyaratkan
dalam Alquran, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS al-Qamar : 17).
Ketiga, sebagai pendidikan dan iktibar bagi umat Islam bahwa Allah pun menggunakan
waktu yang relatif lama (23 tahun) dalam menurunkan Alquran. Padahal, Dia memiliki
kemampuan Maha kreatif, “Kun fayakuun”.
3. AS-SYIFA ( Obat Penawar )
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi nama Al-Qur’an dengan “As-Syifa” (obat
penawar) pada tiga tempat di dalam kitab-Nya, yaitu:

ِِ ُّ ‫يَآيُّ َها قَ ْد َجـآءَتْ ُك ْم َّم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِش َفآءٌ لِّ َما ىِف‬
َ ‫الص ُدو ِر َو ُه ًدى َو َرمْح َةٌ لِّْل ُم ْؤمن‬
‫ني‬
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” (Q.S. Yunus : 57)
Maksud kata syifa (obat penawar) pada ayat di atas yaitu, menunjukkan bahwa Al-Qur’an
merupakani penyembuh dari berbagai penyakit hati (mental atau batin) yang ada pada
manusia seperti keragu-raguan terhadap kebenaran, kemunafikan, dengki, iri hati, buruk
sangka dan lain sebagainya .
Tidak ada keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan obat penawar dari berbagai macam
penyakit hati. Baik itu penyakit hati yang bersumber dari syahwat, ketidaktundukan pada
syariat, atau penyakit hati yang lahir dari syubhat (keraguan) yang mengotori keyakinan .

ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َونَُنِّز ُل م َن الْ ُق ْرءَان َما ُه َو ش َفآءٌ َو َرمْح َةٌ لِّْل ُم ْؤمن‬
‫ني‬
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.“ Q.S. Al-Isra’ : 182
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Al-qur’an itu semuanya menjadi obat
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang bisa mengobati penyakit hati, contohnya
pada q.s. al-Hujurat ayat 12 yang menerangkan tentang larangan serta akibat buruk dari
berburuk sangka kepada orang lain, menggunjing, mencari kesalahan orang lain. Ayat
tersebut dapat menyadarkan seseorang agar tidak berburuk sangka, menggunjing, dan
mencari kesalahan orang lain. Secara tidak langsung ayat tersebut telah berperan sebagai
penyembuh penyakit hati.
ِ ِِ
َ ‫ُق َولَ ْو ُه َو للَّذ‬
ٌ‫ين ءَ َامنُوا ُه ًدى َوش َفآء‬
Artinya: “Al-Qur‟an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin." (Q.S.
Fushshilat : 44)
Ayat di atas menegaskan kembali fungsi Al-Qur’an yakni sebagai petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman. Dalam Al-Tafsir al-Kabir, Ar-Razi rahimahullah pernah
berkata mengenai obat penawar dari Al-Qur’an : “Ketahuilah bahwasanya Al-Qur’an adalah
obat penawar dari segala macam penyakit ruhani, dan juga sebagai obat penawar dari segala
penyakit jasmani. Adapun eksistensi Al-Qur’an sebagai obat penawar dari penyakit ruhani,
maka sudah jelas. Hal itu karena penyakit ruhani ada dua macam, yaitu akidah (keyakinan)
yang batil dan akhlak yang tercela.
Adapun akidah batil yang paling berbahaya adalah akidah yang rusak dalam masalah
ketuhanan, nubuwah (kenabian), hari akhir, serta qadha’ dan qadar (takdir). Dan Al-Qur’an
adalah kitab yang memuat paham yang benar dalam semua persoalan tersebut dan
meruntuhkan paham yang salah di dalamnya.
Sedangkan akhlak yang tercela, maka Al-Qur’an memuat rinciannya, dan mengenalkan
sisi-sisi kerusakannya serta membimbing kita kepada akhlak yang mulia dan sempurna serta
perilaku yang terpuji.
Adapun Al-Qur’an sebagai obat penawar dari berbagai penyakit jasmani, karena
mengambil berkah dari membacanya akan membentengi diri dari banyak penyakit ”.
Penuturan dari Ar-Razi tesebut, menjelaskan bahwa Al-Qur’an selain bisa menjadi obat
penawar bagi penyakit hati, Al-Qur’an juga bisa menjadi obat penawar bagi penyakit
jasamani. Dengan membaca Al-Qur’an seseorang akan mendapat berkah darinya serta dapat
membentengi diri pembacanya dari banyak penyakit seperti penyyakit gangguan jin.
Melalui beberapa pemaparan di atas, sudah sangat jelas bukti keagungan Al-Qur’an Al-
Karim dan ketinggian derajatnya serta kekuatan pengaruhnya. Di dalam Al-Qur’an, terdapat
obat penawar yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit akidah yang batil dan akhlak
yang tercela serta penyakit jasmani. Penawarnya juga menjangkau penyakit-penyakit modern
yang kronis, seperti penyakit krisis di bidang ekonomi, polotik, peradaban dan sebagainya.
Hal tersebut didapat dengan mengambil pelajaran dari Al-Qur’an serta mengamalkannya.
4. AL-KITAB ( Buku )
Al-Kitab artinya kitab atau yang tertulis, yaitu Kitab suci yang merupakan perwujudan
Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
kepada umatnya.
- Al-Baqarah : 2

‫ب فِْي ِه‬
َ ْ‫اب اَل َري‬
ِ َ ِ‫ٰذل‬
ُ َ‫ك الْكت‬
Artinya : "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan di dalamnya"
Dinamakan al-Kitab karena wahyu dikumpulkan dalam sebuah buku atau kitab.
- Fushshilat : 41

ِ ِّ ِ‫إِ َّن الَّ ِذين َك َفروا ب‬


ٌ َ‫الذ ْك ِر لَ َّما َجاءَ ُه ْم ۖ َوإِنَّهُ لَكت‬
‫اب َع ِز ٌيز‬ ُ َ
Artinya : " Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu
datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu
adalah kitab yang mulia ".
- Ad Dhukan : 3

ِ ‫وا ۡل ِكت‬
‫ٰب ا ۡلُمبِ ۡي ِن‬ َ
Artinya : " Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas "
5. AL- BURHAN ( Bukti kebenaran )
Al qur’an sudah sewajarnya memiliki sifat Al Burhan ( bukti kebenaran ). Keseluruhan isi
di dalam al quran mengandung arti yang sebenarnya dan selama peradaban umat manusia
sudah dibuktikan akan kebenaran isi yang ada didalamnya. Kebenaran akan selalu datang
kepada orang yang beriman kepada Allah SWT.
Alquran dengan sifat Al Burhan dijelaskan di dialam Q.S An Nisa : 174.

‫َّاس قَ ْد َجاۤءَ ُك ْم بُْر َها ٌن ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَْنَزلْنَٓا اِلَْي ُك ْم نُ ْو ًرا ُّمبِْينًا‬ ٓ
ُ ‫ٰياَيُّ َها الن‬
Artinya : Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang (Al-Qur'an).
6. ADZ-DZIKR ( Pengingat )
Al-Qur’an memiliki beberapa nama-nama, salah satunya adalah Adz-Dzikr. Adz-Dzikr
sendiri memiliki arti yaitu peringatan. Secara bahasa, perkataan dzikir berasal dari ungkapan
bahasa arab yaitu dzikr yang artinya mengingat, mengenang, atau menyebut. Adapun zikir ini
di dalam amaliah agama yaitu mengingat atau menyebut nama Allah SWT. Dan lawan kata
dari dzikir yaitu ghaflah yang artinya lupa atau lalai dalam menyebut nama Allah SWT.
Dan Al-Qur’an ini mempunyai nama Adz-Dzikr dikarenakan banyaknya ayat-ayat di
dalam Al-Qur’an yang mengandung berbagai peringatan. Berikut beberapa ayat-ayat Al-
Qur’an yang mengandung unsur peringatan:
- QS. Al-Hijr : 9

‫الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ حَلَافِظُو َن‬


ِّ ‫إِنَّا حَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-dzikru dan kami (pula) yang
memeliharanya”.
- QS. Al-Imran : 58

‫الذکِر ا ۡل َح ِك ۡی ِم‬ ِ ۡ ِ َ ‫ك نَ ۡتلُ ۡوهُ علَ ۡی‬


ِّۡ ‫ت و‬ ِ
َ ٰ‫ك م َن ا ل اٰی‬ َ َ ‫ٰذل‬
Artinya: “Demikianlah, Kami membacakan kepada kamu sebagian dari bukti (kerasulannya)
dan (membacakan) Al-Quran/Adz-Dzikr yang penuh hikmah”.
7. AHSAN AL-HADIS ( Pembicaraan Terbaik )
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

ِ
ِ ‫احلدي‬
‫ث‬ ْ ‫أح َس َن‬
ْ ‫ اللّه ّنز َل‬. . .
Artinya : “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik . . .”(Q.S. Az-Zumar :23)
Maksudnya adalah perkataan yang paling bijaksana, dan dialah Al-Qur’an.
Inilah pujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap kitab (suci)-nya; Al-Qur’an Al-
Azhim, yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Yaitu bahwasanya Al-Qur’an itu
adalah perkataan yang paling baik dan ucapan yang paling indah secara mutlak.
Dan sebaik-baik kitab yang diturunkan dari kalam (perkataan) Allah Subhanahu Wa
Ta,ala adalah Al-Qur’an. Jika demikian, maka dapat dipahami bahwa lafazhnya adalah yang
terfasih dan paling terang. Dan bahwasanya maknanya adalah yang termulia, karena ia
merupakan sebaik-baik perkataan, baik secara lafazh maupun makna, memiliki keserupaan
dalam keindahan dan perpaduannya, serta tidak ada perbedaan di dalamnya dalam satu sisi
pun.
8. AL-BALAGH
Allah SWT memuji Al-Qur’an dengan firman-Nya yaitu :

ِ َ‫َّاس ولِيُن َذرو ۟ا بِِۦه ولَِي ْعلَم ٓو ۟ا أَمَّنَا ُهو إِٰلَهٌ ٰو ِح ٌد ولِيَ َّذ َّكر أُ ۟لُوو ۟ا ٱأْل َلْب‬ ٰ
‫ٰب‬ َ َ َ َ ُ َ ُ َ ِ ‫َٰه َذا َبلَ ٌغ لِّلن‬
Artinya : (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (Q.S
Ibrahim : 52)
As-Sa’di rahimahullah menyatakan: “Ketika Allah Subhanahu Wa Ta‟ala memberikan
keterangan yang nyata tentang Al-Qur’an, Dia memuji Al-Qur’an ini dengan firman-Nya:
„Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia‟. Maksudnya menjelaskan dan
memberikan petunjuk yang sempurna (kepada manusia) untuk mencapai puncak keluhuran,
meraih tempat dan kedudukan yang paling utama, disebabkan apa yang terkandung di
dalamnya yang berupa ajaran-ajaran prinsip, persoalan furu‟iyah dan semua ilmu yang
dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. “Dan supaya mereka diberi
peringatan dengannya,” karena kandungannya berupa peringatan terhadap perilaku buruk dan
perbuatan apa saja yang Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berikan ancaman siksa kepada
pelakunya.”
As-Suyuthi rahimahullah menyebutkan sebab penamaan Al-Qur’an dengan Al-Balagh
dengan mengatakan: “Adapun nama al-Balagh adalah karena ia menjelaskan kepada manusia
mengenai hal-hal yang diperintahkan dan segala apa yang dilarang-Nya, atau karena di
dalamnya ada penjelasan yang sempurna, yang tidak membutuhkan penjelasan yang lainnya.”
9. Al – FURQAN ( Pembeda )
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menamai Al-Qur’an dengan: Al-Furqan (Pembeda antara
yang hak dan yang batil) dalam 4 ayat dalam kitab-Nya yang penuh berkah, yaitu:
- Q.S. Al-Furqan : 1

‫ني نَ ِذ ًيرا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫َتبَ َار َك الَّذي نََّز َل الْ ُف ْرقَا َن َعلَ ٰى َعْبده ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم‬
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
- Q.S. Ali Imran : 4

‫َوأَْنَز َل الْ ُف ْرقَا َن‬


Artinya : “Dan Dia menurunkan Al-Furqan.”
- Q.S. Al-Baqarah : 185

ِ َ‫ات ِمن اهْل َد ٰى والْ ُفرق‬


ٍ َ‫َّاس وبِّين‬ ِ ِِ ِ
‫ان‬ ْ َ ُ َ َ َ ِ ‫ضا َن الَّذي أُنْ ِز َل فيه الْ ُق ْرآ ُن ُه ًدى للن‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
batil).”
- Q.S. Al-Isra’ : 106

ٍ ‫َّاس علَى مك‬


‫ْث َو َنَّزلْنَاهُ َتْن ِزياًل‬ ِ
ُ ٰ َ ِ ‫َو ُق ْرآنًا َفَر ْقنَاهُ لَت ْقَرأَهُ َعلَى الن‬
Artinya : “Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.”
Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata:“Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Ubay bin
Ka’ab, Qatadah dan Al-Sya’bi membaca: ‘Farraqnaahu’ dengan mentasydid Ra’, maknanya:
“Kami telah menurunkannya secara berangsur-angsur, tidak dengan sekali turun.’ Sedangkan
jumhur (mayoritas) ahli qira’at membacanya: ‘Faraqnaahu’ tanpa bertasydid, dan maknanya:
“Kami terangkan dan jelaskan maknanya, dan Kami bedakan di dalamnya antara yang hak
dan yang batil.”
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai sebab penamaan Al-Qur’an dengan Al-
Furqan menjadi beberapa pendapat, yaitu:
1) Dinamakan dengan Al-Furqan, karena Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-
angsur. Di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkannya dalam rentang waktu
23 tahun. Sementara kitab-kitab samawi sebelumnya, diturunkan seluruhnya dengan
sekali turun.
- Pendapat ini didukung oleh bacaan “Farraqnaahu” yang ra’ dibaca tasydid.
2) Dinamakan dengan Al-Furqan, karena Al-Qur’an itu diturunkan sebagai pembeda
antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, yang global dan yang
terperinci, baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, jalan yang lurus dan jalan yang
sesat, kebahagiaan dan kesengsaraan, orang-orang mukmin dan orang-orang kafir,
kaum yang jujur dan kaum yang dusta serta orang-orang yang adil dan orang-orang
zhalim. Dengan itulah Umar bin alKhattab Radhiyallahu „Anhu diberi gelar “Al-
Faruq”.
- Pendapat ini berlandaskan pada qiraat jumhur “Faraqnaahu” tanpa tasydid.
Ibnu Asyur rahimahullah telah menerangkan latar belakang penyebutan Al-Qur’an
dengan Al-Furqan dengan perkataannya: “Sebab penamaan Al-Qur’an dengan Al-
Furqan, karena ia begitu istimewa bila dibandingkan kitab-kitab samawi sebelumnya
dengan banyaknya penjelasan mengenai perbedaan antara yang hak dan yang batil di
dalamnya. Karena Al-Qur’an ditopang petunjuknya dengan dalil dan
perumpamaanperumpamaan serta senada dengan itu. Dan cukup bagi anda melihat
terangnya ajaran Tauhid dan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebuah ajaran
tidak akan Anda temukan seperti itu di dalam Taurat maupun Injil, sebagaimana
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

ِِ ِ
ٌ‫س َكمثْله َش ْيء‬
َ ‫لَْي‬
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” Q.S. Asy-Syura : 11
Al-Qur’an Al-Azhim adalah pembeda antara jalan hidup yang terang dengan jalan
hidup yang suram, antara satu umat manusia dengan umat yang lain. Ia menetapkan
aturan hidup yang terang tak tercampuri oleh aturan hidup lain yang berlaku bagi
umat sebelumnya. Maka ia adalah Al-Furqan dengan pengertiannya yang luas dan
sempurna ini. Ia adalah Al-Furqan yang mengakhiri masa kemukjizatan dengan hal-
hal fisik yang luar biasa dan memulai masa kemukjizatan yang menyentuh akal.
Dengan kehadiran AlQur’an berakhirlah masa risalah yang bersifat domestik dan
dimulainya masa risalah yang mendunia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫ني نَ ِذ ًيرا‬ ِ ِ ِ
َ ‫ ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم‬. . .
“...agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”Q.S. Al-Furqan : 1
3) Ada yang berpendapat bahwa Al-Furqan adalah jalan keselamatan. Ini adalah
pendapat Ikrimah dan As-Suddi. Dinamakan demikian karena manusia hidup dalam
gelapnya kesesatan, dan dengan Al-Qur’an mereka menemukan jalan keselamatan.
Dan pada pengertian ini, ahli tafsir membawa makna firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala :

‫اب َوالْ ُف ْرقَا َن لَ َعلَّ ُك ْم َت ْهتَ ُدو َن‬ ِ ِ


َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َوإ ْذ آَتْينَا ُم‬
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu
mendapat petunjuk.” Q.S. Al-Baqarah : 53
Terlepas dari apakah latar belakang penamaan Al-Qur’an Al-Azhim dengan Al-Furqan
lantaran ia diturunkan ke dunia secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun,
sementara kitab-kitab yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan sekaligus; atau
dinamakan demikian karena ia merupakan pembeda antara yang hak dan yang batil, atau
disebabkan karena di dalamnya ada jalan keselamatan dari awan gelap kesesatan; maka
perbedaan pendapat variatif ini menunjukkan dengan tegas atas keagungan Al-Qur’an,
ketinggian derajatnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan luhur kedudukannya.
10. AL- HAQ ( Kebenaran )
Al Haq memiliki arti kebenaran. Sudah sewajarnya Al Qur’an diberi nama sebagai Al
Haq karena isinya dari wal hingga akhir yang mengandung kebenaran. Kebenaran yang
datang dari Allah SWT untuk menciptakan kehidupan manusia yang sesuai dengan isi Al
Qur’an serta untuk mengatur sistem kehidupan manusia.
Karena itu, pandangan yang ada di dalam Al Qur’an merupakan sesuatu yang sudah
seharusnya untuk diikuti serta dijadikan sebagai prioritas utama dalam segala sisi kehidupan
termasuk dalam pengambilan keputusan.
Al Haq sebagai nama lain dari Al Qur’an dinyatakan Allah SWT dalam firmannya di Al
Qur’an surat Al Baqarah ayat 147 :

‫من امل ْمرَت يْ َن‬


َ ‫ونن‬
َّ ‫ك فَالَ ت ُك‬
َ ّ‫احلَ ّق من رب‬
ُ
Artinya : “kebenaran itu sesungguhnya dari Tuhanmu, maka jangan sekali-sekali wahai
engkau (Muhammad) termasuk ke dalam orang-orang yang ragu”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menmakan Al-Quran dengan Al-Haq dalam beberapa
tempat dalam kitabnya (Al-Quran). Kita akan menyebutkan beberapa ayat yang berhubungan
dengan Al-Haq:
- Q.S. Al-Haqqah:51
“Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.”
11. AN-NABA’ AL-AZHIIM (Kabar yang Agung)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menamakan Al-Qur’an dengan Al-Naba’ Al-‘Azhim pada
dua tempat, yaitu di dalam Surah Shaad dan Surah An-Naba’ sebagai berikut.
- Q.S. Shaad Ayat 67-68

ِ ۟
ُ ‫﴾ أَنتُ ْم َعْنهُ ُم ْع ِر‬٦٧﴿ ‫يم‬
٦٨﴿ ‫ضو َن‬ ٌ ‫﴾ قُ ْل ُه َو َنَب ٌؤا َعظ‬
Artinya : “Katakanlah: Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya”
Maknanya, yakni Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang musyrik itu bahwa
berita tentang Rasul utusan Allah yang memberi peringatan kepada manusia dan berita
keesaan dan kekuasaan Allah, tiada sekutu bagi-Nya adalah berita yang sangat besar
faedahnya bagi seluruh manusia, karena berita itu dapat menyelamatkan manusia dari
kesesatan, dapat menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus, jalan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak akan mau mengerti bahkan
mereka berpaling dari agama Allah.
As-Samarqandy rahimahullah mengatakan: “Firman-Nya Azza wa Jalla: “Katakanlah:
‘Berita itu adalah berita yang besar’”, maksudnya agar Nabi mengatakan bahwa Al-Qur’an
adalah berita yang besar, karena ia merupakan kalam (perkataan) Rabb semesta alam “Yang
kamu berpaling daripadanya”, maksudnya yang kalian tinggalkan dan tidak kamu imani.”
- Q.S. An-Naba’ Ayat 2

‫َع ِن ٱلنَّبَِإ ٱلْ َع ِظي ِم‬


“Tentang berita yang besar”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa beliau berkata, "Orang-orang Quraisy ketika turun
Al-Qur’an sering bertanya-tanya satu sama lain. Di antara mereka ada yang membenarkan
dan di antara mereka ada pula yang mendustakan. Maka turunlah ayat ini". Allah menjawab
pertanyaan mereka itu dengan firman-Nya. Berita yang sangat besar yang dimaksud dalam
ayat ini ialah berita tentang Hari Kiamat. Disebut berita yang sangat besar karena Hari
Kiamat itu amat besar huru-haranya dan menjadi pembicaraan yang luas di kalangan orang-
orang Quraisy pada masa itu. Di antara mereka ada yang berkata bahwa kejadian Kiamat itu
mustahil, dan adapula yang meragukannya.
Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an itu merupakan kabar yang agung. Sejak manusia
diciptakan dan diadakan, tidak pernah terlihat dan terdengar seperti Al-Qur’an Al-‘Azhim ini.
Dia agung dalam uslub (gaya bahasa)nya, nasihatnya, maknanya, keindahan susunan katanya,
balasan dan siksaannya, hukum-hukumnya, perintah dan larangannya, beritanya, dan
kisahnya serta perumpamaannya. Al-Qur’an mengabarkan tentang keagungan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan keMahaperkasaan-Nya, mengabarkan kewajiban untuk
mentauhidkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengesakan-Nya dalam ibadah, juga
menerangkan tentang hukum-hukum ibadah dan muamalat, serta menjelaskan segala hal yang
dibutuhkan oleh manusia untuk agama dan dunianya.
Kabar yang agung (Al-Qur’an) ini telah mengubah garis perjalanan hidup kemanusian
kepada jalan yang lurus. Tidak pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia seluruhnya
suatu peristiwa maupun berita, yang meninggalkan dampak seperti yang ditinggalkan oleh
kabar yang agung ini (Al-Qur’an) dan ini menunjukkan keagungan, ketinggian nilai,
kedudukan serta pengaruhnya. Ia telah menumbuhkan nilai-nilai dan paradigma, serta
mengukuhkan prinsip-prinsip dan sistem hukum di seluruh bumi, dan dalam seluruh generasi
manusia seluruhnya, yang belum pernah terbesit dalam benak bangsa Arab sebelumnya.
12. AL-MAU’IZHAH
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

‫كم َو ِشفآءٌ لِّ ِما يف الصدور‬ ِ


ْ ِّ‫يأيّها الناس قَ ْد َجاءَ تْ ُك ْم َم ْوعظَةٌ من َرب‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.“ (Q.S. Yunus : 57)
Maksudnya adalah bahwa Al-Qur‟an itu berisi pelajaran bagi orang yang membacanya
dan memahami maknanya. Al-Mau’izhah maksudnya adalah Al-Qur’an, karena Mau’izhah
itu sesungguhnya bisa berupa perkataan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
yang mungkar, melembutkan hati, menjanjikan balasan dan mengancam dengan siksaan. Dan
yang demikian itu merupakan sifat Al-Qur’an yang mulia.
Maksud ayat di atas adalah:
“Hai manusia telah datang kepadamu kitab yang berisi hikmah yang harus diamalkan, yang
menerangkan kebaikan amal dan keburukannya, memerintahkan kepadamu untuk berbuat
baik dan melarang kamu dari perbuatan jahat”
Telah datang kepadamu kitab yang menghimpun segala pelajaran atau nasihat yang baik
untuk perbaikan akhlak dan perilaku serta mencela segala bentuk kejahatan, membersihkan
hati dari warna keraguan dan kekeliruaan dalam akidah, menunjukkan kepada kebenaran,
keyakinan dan jalan yang lurus, yang dapat menghantarkanmu pada kebahagiaanhidup di
dunia dan akhirat.
Karakteristik nasihat itu bahwa ia berasal “Dari Tuhanmu” untuk menegaskan tentang
keindahan, kesempurnaan dan kebutuhan alam semesta seluruhnya terhadap mau’izhah itu.
Dan apakah ada pelajaran yang lebih sempurna dari pelajaran Rabbaniyah? Dan apakah ada
lebih banyak menembus ke lorong-lorong hati manusia yang paling dalam daripada al-
Qur’an?
Al-Qur’an itu pada hakikatnya merupakan pelajaran yang sangat istimewa, karena yang
berbicara adalah Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, yang menyampaikannya adalah Jibril Alaihi
Salam dan yang menerimanya adalah Muhammad Shalallahu Alaihi wa sallam. Bagaimana ia
tidak menjadi suatu pelajaran (nasihat) yang luar biasa? Sekiranya semua makhluk dihimpun,
baik dari manusia maupun jin, kemudian didatangkan ahli bahasa dan sastra, maka mereka
tidak akan mampu menandingi kandungan nasihat Qur‟ani atau yang semisal dengannya.
Maka dimanakah keindahan tutur kata mereka, dan dimanakah kedalaman sentuhan
pengajaran mereka jika dibanding dengan keagungan Al-Qur’an? Oleh karenanya, ini
menjadi bukti nyata tentang keagungan Al-Qur‟an dan ketinggian kedudukan, pengaruh dan
efektifitasnya.
Al-Qur’an juga merupakan pelajaran yang penuh hikmah dan terperinci. Ia ibarat
cambuk bagi hati. Dan pada saat yang sama ia sebagai penggembira dan sumber kebahagiaan.
Ia memerintahkan segala yang baik dan mencegah setiap yang buruk. Maka wajib bagi kita
untuk mempelarinya dengan penuh kerelaan hati, penerimaan yang total dan kepasrahan diri
yang sempurna.
Cukuplah Al-Qur’an sebagai pemberi nasihat. Cukuplah Al-Qur’an sebagai penegur jiwa
yang lalai. Cukuplah Al-Qur‟an sebagai pembawa petunjuk dan pemberi peringatan.
Daftra Pustaka :
Zainuddin, Muhammad Ihsan. Ragam Nama dan Sifat Al-Qur’an. www.alukah.net
Bag. Metode pembelajaran. Ad-diinu-l-Islam : juz 2. Darussalam. Ponorogo. November 2004
www.olympics30.com/religion
https://olympics30.com/nama-lain-al-quran
http://tafsiranmanusia.blogspot.com/2014/01/shad-61-70.html diposting oleh Manusia, pada
pukul 18:18. Minggu, 26 Januari 2014.
http://tafsiranmanusia.blogspot.com/search/label/Juz%2030 diposting oleh Manusia, pada
pukul 21.35. Selasa, 13 Maret 2012.
https://muslimah.or.id/7155-nama-nama-al-quran.html
https://www.khudzilkitab.com/2019/09/20-nama-lain-al-quran-lengkap-dalil-dan-
penjelasannya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai