NIM : 3012016077
Prodi : Psikologi Komunikasi
Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah
Arab-Latin: Wa każālika auḥainā ilaika rụḥam min amrinā, mā kunta tadrī mal-kitābu wa lal-
īmānu wa lākin ja'alnāhu nụran nahdī bihī man nasyā`u min 'ibādinā, wa innaka latahdī ilā
ṣirāṭim mustaqīm
Terjemah Arti: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
52. ك رُوحًا ِّم ْن أَ ْم ِرنَا َ ِ( ۚ َو َك ٰذلDan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
َ ك أَوْ َح ْينَآ إِلَ ْي
dengan perintah Kami) Yakni Kami mewahyukan al-Qur’an kepadamu yang merupakan perintah
Allah dan ruh karena ia membawa petunjuk yang mengandung kehidupan dari kematian akibat
kekafiran. ُا ْال ِك ٰتبbb ْد ِرى َمb َا ُكنتَ تbb( َمSebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran)) Yakni tidak mengetahui apa itu kitab, sebab Rasulullah merupakan ‘ummi’ yang tidak
dapat membaca dan menulis. ُ(واَل اإْل ِ يمٰ نdan
َ tidak pula mengetahui apakah iman itu) Yakni
sebelum diwahyukan kepada Rasulullah, dia tidak mengetahui arti iman dan syari’at-syari’at
secara terperinci, namun Allah hanya menyebutkan iman karena ia merupakan inti dan asas
syari’at. ( َو ٰل ِكن َج َع ْل ٰنهُ نُورًا نَّ ْه ِدى بِ ِهۦ َمن نَّ َشآ ُءtetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami
tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki) Yakni Kami jadikan ruh (al-Qur’an) yang Kami
wahyukan kepadamu sebagai cahaya dan petunjuk kepada ketauhidan, keimanan, dan jalan-jalan
kehidupan, dengannya Kami memberi petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari
kegelapan kejahiliyahan dan kesesatan menuju hidayah dan ilmu.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah
52. Sebagaimana kami mewahyukan rasul-rasul selain kamu, kami juga mewahyukan Al-Qur’an
ini kepadamu. Itu adalah salah satu perintah Allah. Al-Qur’an disebut ruh, karena hati bisa hidup
lantaran Al-Qur’an, diberi petunjuk melalui Al-Qur’an, dan di dalamnya terdapat cara hidup agar
terhindar dari kematian dalam keadaan kafir. Kamu tidak mengenal Al-Qur’an sebelum
diwahyukan kepadamu, karena kamu Ummiy (buta huruf). Kamu juga tidak mengetahui hakikat
keimanan yang ada dalam berbagai syariat dan hukum yang berbeda-beda. Akan tetapi kami
jadikan Al-Qur’an ini cahaya penerang dan petunjuk pada keesaan (Allah) dan keimanan. Kami
membimbing hamba yang Kami kehendaki menuju agama yang benar. Wahai nabi,
sesungguhnya kamu membimbing manusia menuju jalan yang lurus.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
(Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain kamu
(Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Alquran, yang karenanya kalbu
manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. (Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu (apakah Alkitab) yakni
Alquran itu (dan tidak pula mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-
Nya Nafi dalam ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il
menempati kedudukan dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran
itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba
Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru
dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan) tuntunan (yang lurus) yakni agama
Islam.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah
21. Maka peringatkanlah wahai nabi, dengan ayat-ayat-Ku yang berwujud dan ayat-ayat-Ku dari
Al-quran. Juga dari berbagai nikmat-Ku dan bukti ke-Esa-an-Ku agar mereka takut.
Sesungguhnya engkau hanyalah pemberi peringatan Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah
az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 21-22. Setelah Allah menjelekkan urusan mereka
kaum musyrikin, Allah perintahkan Nabi-Nya ﷺagar selalu terus menerus
menasihati mereka orang-orang yang tersesat dan agar membuat mereka takut kepada Allah dan
adzab-Nya yang pedih. Kemudian Allah menjelaskan bahwa urusan dan tugas (Muhammad
)ﷺadalah hanya menasihati, memberikan petunjuk, dan menyampaikan risalah, dan
tidak ada kewajiban baginya memaksakan kehendak atas mereka sesuai kemauannya
(Muhammad )ﷺ, maka engkau wahai Nabi hanyalah sebagai yang menyampaikan
dan di sisi Allah lah hisabnya.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Kemudian Allah ﷻberkata kepada Rasul-Nya dengan kata perintah : { } فَ َذ ِّكرْ إِنَّ َما أَ ْنتَ ُم َذ ِّك ٌر
Maka berilah peringatan wahai Muhamad, karena sesungguhnya kamu hanya sebagai pemberi
peringatan, Allah ﷻmemerintahkan kepada Rasul-Nya untuk memberi peringatan kepada
kaum kuffar dan musyrikin, memperigati mereka dengan nasehat yang dengannya mereka
selamat dari siksaan api neraka, menjelaskan kepada mereka tentang syari'at yang Allah ﷻ
tetapkan atas hamba-Nya di muka bumi, yaitu syariiat yang dapat menyelamatkan mereka dari
kesengsaraan dunia dan mengutamakan kemaslahatan bagi mereka, Rasulullah dipenrintahkan
untuk menyampaikan kepada ummatnya tentang risalah Allah ﷻyang menjelaskan
kewajiban mereka sebagai hamba, itulah tugas utama seorang Rasulullah sebagai pemberi
ُ ك إِاَّل ْالبَاَل
peringatan, Allah ﷻberfirman : { غ َ ( } فَإ ِ ْن أَ ْع َرضُوا فَ َما أَرْ َس ْلنَاJika
َ bك َعلَ ْي ِه ْم َحفِيظًا ۖ إِ ْن َعلَ ْي
mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah) ) [ Asy Syura : 48 ] , Rasulullah
hanya menyampaikan risalah, sedangkan urusan diterimanya risalah itu kembali kepada Allah
ﷻ, hati-hati para penguasa tidak akan menerima risalah itu kecuali Allah ﷻyang
menggerakkannya, Dialah yang memberikan hati-hati itu hidayah sehingga mau menerima
peringatan dari Rasulullah, dan Dia juga lah yang menyesatkan dan membutakan hati siapapun
yang Dia kehendaki, tetapi hal itu tergantung bagaimana mereka menggunakan hati mereka
dengan baik.
Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah
(Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)
Kemudian setelah menjelaskan di antara tanda-tanda kuasa-Nya adalah empat tanda yaitu unta,
langit, pegunungan dan bumi, Allah berfirman kepada Nabi-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam:
ْ " فَ َذ ِّكرMaka berilah peringatan" Allah memerinhkan kepadanya agar memberikan peringatan, dan
tidak disebutkan secara khusus untuk siapa peringatan itu diberikan, maksudnya: Allah tidak
mengatkan berilah peringatan kepada fulan dan fulan, peringatan ini luas untuk siapa pun, karena
Rasul shallallaahu 'alaihi wa sallam diutus kepada seluruh manusia. Maknanya: Berilah
peringatan keaoda semua orang di setiap waktu dan di setiap tempat. Maka Nabi 'alaihissholaatu
wassalaam memberikan peringatan, dan para khulafa penerusnya pun memberi peringatan pada
ummatnya dalam ilmu, beramal dan berdakwah, tetapi peringatan itu apakah akan bermanfaat
ْ b ُع ْال ُمbَ ِّذ ْك َرى تَ ْنفbإ ِ َّن الbَ " َو َذ ِّكرْ فDan tetaplah memberi
bagi semua manusia? Jawabannya: tidak, َؤ ِمنِينb
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
"(QS. Adz-Dzariyat: 55) Ada pun selain orang yang beriman, maka peringatan adalah sebagai
penegak hujjah atas dirinya tetapi tidak akan bermanfaat baginya, peringatan tidak akan
bermanfaat kecuali bagi orang yang beriman. Dan kita katakan: Jika anda melihat hatimu tidak
ingat dengan peringatan maka tuduhlah ia, karena Allah berfirman: َ" َو َذ ِّكرْ فَإ ِ َّن ال ِّذ ْك َرى تَ ْنفَ ُع ْال ُم ْؤ ِمنِين
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-
orang yang beriman. " Jika anda diberi peringatan dan anda tidak mendapati bekas dan manfaat
darinya maka salahkanlah dirimu, ketahuilah bahwa pada dirimu terdapat kekurangan iman,
karena kalau saja imanmu sempurna, pasti peringatan akan bermanfaat bagimu, karena
peringatan pasti bermanfaat bagi orang-oran g yang beriman. " إِنَّ َما أَ ْنتَ ُم َذ ِّك ٌرkarena sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan." Maksudnya: Bahwa Muhammad
'alaihissholaatu wassalaam tidak lain hanya pemberi juga penyampai peringatan, ada pun hidayah
maka itu di tangan Allah 'Azza Wa Jalla ا ُءbb ِدي َم ْن يَ َشbbْدَاهُ ْم َولَ ِك َّن هَّللا َ يَهbbُك ه
َ bbْْس َعلَي
َ " لَيBukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi
petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Baqarah; 272) Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan dan memberi peringatan hingga ujung akhir
hayatnya, sampai sampai beliau bersabda di akhir hayatnya: ت أَ ْي َمانُ ُك ْم
ْ صالَةَ َو َما َملَ َك َّ " اَلJagalah
َّ صاَل ةَ ال
shalat, jagalah sholat, dan jagalah (hak-hak) budak-budak kalian"(1) sampai-sampai beliau
ucapkan di detik-detik nyawa terlepas darinya 'alaihissholatu wassalaam, Beliau telah
memberikan peringatan sejak awal beliau diutus dikatakan kepada beliau: ْ " قُ ْم فَأ َ ْن ِذرbangunlah,
lalu berilah peringatan!"(QS. Al-Mudatsir: 2) sampai Allah mewafatkannya, tidak pernah
meninggalkan usaha memberi peringatan di setiap tempat dan di setiap waktu karena yang
menimpanya berupa gangguan dari kaumnya dan dari selain kaumnya. Orang yang membaca
sejarah sirah nabi mengetahui apa-apa yang menimpanya berupa gangguan dari penduduk mekah
dari kaumnya yang mena mereka adalah orang-orang terdekatnya sendiri, yang mengenalnya
betul, yang menjulukinya al-amin (orang yang terpercaya), mereka menjulukinya dengan julukan
itu dan mereka mempercayainya, hingga mereka memutuskan dialah yang berhak menaruh hajar
aswad di ka'bah, ketika mereka merobohkan ka'bah dan sampai di bagian hajar aswad, mereka
berkata: Siapa yang menruh batu ini? Mereka saling berselisih antar suku-suku, setiap suku
mengatakan: kamilah yang menaruh batu itu ke tempatnya, hinggga datanNabi shallallahu 'alaihi
wa sallam dan mereka pun menjadikan Nabi sebagai penetukeputusan di antara mereka, beliau
memerintahkan untuk menaruh batu itu di sebuah kain, lalu setiap suku memegang ujung kain
sehingga mereka semua mengangkatnya, ketika mereka mengangkatnya hingga posisinya dekat
dengan tempatkan, barulah beliau mengambil dengan tangannya yang mulia dan menaruhnya di
tempatnya, mereka pun menjulukinya dengan sebutan al-amin. Namun setelah Allah Ta'ala
memuliakannya dengan kenabian, itu berubah menjadi ejekan-ejekan. Mereka berubah
mengatakan: Bahwa beliau adalah penyihir, peramal, panyair, orang gila dan pendusta, mereka
mereka menuduhnya dengan berbagai cacian, Rasul 'alaihissholaatu wassalaam memberi
peringatan, kewajiban beliau hanya memberi peringatan, dari sini kita mengambil kesimpulan
bahwa hidayah itu di tangan Allah, tidak mungkin bagi kita memberi hidayah taufik kepada
orang terdekat dengan kita ا ُءb ِدي َم ْن يَ َشbْ ِدي َم ْن أَحْ بَبْتَ َولَ ِك َّن هَّللا َ يَهbْك اَل تَه
َ َّ " إِنSesungguhnya kamu tidak
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya,"(QS. Al-Qashas: 56) Maka janganlah kita mengeluh jika
kita sudah memberikan peringatan kepada seseorang, dan kita dapati dia menentang, membantah
atau mengatakan: Aku berbuat sesuka ku atau semisalnya. (1) Dikeluarkan Ibnu Majah (2698)
dari hadits Ali radhiyallaahu 'anhu, Al-Albani mengatakan dalam shahih at-targhiib (2285):
Shahih lighairihi
Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H
Menurut penyusun tafsir Al Jalaalain, “Berilah mereka peringatan dengan (mengingatkan)
nikmat-nikmat Allah dan dalil-dalil terhadap keesaan-Nya.” Syaikh As Sa’diy berkata, “Berilah
peringatan kepada manusia dan nasihatilah mereka, berikan peringatan dan kabar gembira
kepada mereka, karena engkau diutus untuk mengajak manusia kepada Allah dan mengingatkan
mereka. Tidak diutus sebagai penguasa dan tidak sebagai orang yang diserahkan memperhatikan
amal mereka. Jika engkau telah melaksanakan kewajibanmu, maka engkau tidak lagi
mendapatkan celaan setelahnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala, “Kami lebih mengetahui
tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap
mereka. Maka berilah peringatan dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.”
(Terj. Qaaf: 45)