DOSEN PENGAMPU :
NANANG ARIANTO,M.A
NIP:
198405282019031005
Disusun Oleh :
MANDAILING NATAL
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir Ayat-Ayat Dakwah.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kenyataan bahwa tata cara
memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Aktivitas dakwah
pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan
apa yang diterima dari rasullullah SAW,walaupun hanya satu ayat.Hal ini dapat dipahamai
sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits Rasullah SAW :“Balighu ‘anni walau ayat”. Inilah
yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang
mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam.
Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi
yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat
melakukan dakwah. Kegiatan dakwah sering digeluti oleh para dai dan da’iyah secara
tradisional secara lisan dalam bentuk ceramah dan pengajian.
Yang mana para da’I berpindah dari satu majelis ke majelis yang lainnya.Akan tetapi
berkembangnya zaman dakwah sekaramg ini tidak lagi dilakukan secara tradisional.Dakwah
sekarang sudah menjadi satu profesi yang menuntut skill, planning dan manajemen
handal.Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami
sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak
pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
1.Tafsir jalalayn
(Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul
selain kamu (Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Alquran,
yang karenanya kalbu manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami
wahyukan kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami
mewahyukan kepadamu (apakah Alkitab) yakni Alquran itu (dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam
ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il menempati
kedudukan dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran
itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk)
maksudnya kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan)
tuntunan (yang lurus) yakni agama Islam.
Dikutip,18-10-2020,23:01
mereka. Oleh karena itulah, Dia berfirman,œSebelumnya engkau tidaklah mengetahui
apakah kitab (Al Quran) dan apakah iman itu, yakni engkau tidak memiliki
pengetahuan tentang berita kitab-kitab terdahulu, demikian pula tidak memiliki iman
dan amal terhadap syariat Allah, bahkan engkau adalah seorang yang ummi (buta
huruf), tidak bisa menulis dan membaca, lalu datanglah kitab ini kepadamu, Mereka
mengambil sinarnya untuk menerangi kegelapan kufur, bidâ™ah, dan hawa nafsu.
Dengannya mereka mengenal hakikat dan dengannya mereka memperoleh petunjuk
ke jalan yang lurus. 2
َ َِّو َما ُك ْنتَ تَرْ ج ُْٓوا اَ ْن ي ُّْل ٰقٓى اِلَ ْيكَ ْال ِك ٰتبُ ِااَّل َرحْ َمةً ِّم ْن َّرب
َك فَاَل تَ ُكوْ ن ََّن ظَ ِه ْيرًا لِّ ْل ٰكفِ ِر ْين
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Alquran) itu
diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu
janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (al-Qashash
[28]: 86) 3
Akan tetapi, wahyu dalam bahasa agama ialah informasi yang diterima seseorang
dan diyakininya bahwa itu sumbernya dari Allah. Wahyu dalam artian seperti itu tidak
akan ada lagi setelah Nabi Muhammad wafat. Ayat 53-56 menjelaskan Firaun
mengirim orang untuk mengumpulkan bala tentaranya.
Bagi Firaun, Bani Israil sesungguhnya hanyalah sekelompok kecil kaum yang
ditindasnya, tetapi sebagian dari Bani Israil ada yang masih berutang kepada orang
Mesir dan telah berbuat hal-hal yang menimbulkan amarahnya.Yang perlu kita garis
bawahi bahwa Musa dan Bani Israil tidak berangkat melalui jalur yang dekat, tapi
ambil jalur yang jauh. Apa makna itu? Walaupun mereka telah mendapat jaminan dari
Allah, Musa harus tetap berhati-hati dan berusaha di jalan yang tidak mudah.Ketika
matahari terbit Firaun mengutus orang-orangnya untuk mencari jalur yang dilewati
Musa. Dan ketika dia tahu yang mana jalurnya, dia ikuti dari belakang.Di ayat 57-59
2
https://tafsirq.com/42-asy-syura/ayat-52#diskusi Dikutip,18-10-2020,23:20
3
https://risalahmuslim.id/quran/asy-shyuura/42-52/ Diakses,18-10-2020,23:24
dijelaskanlah bahwa itu merupakan tipu daya Allah agar Firaun dan para pengikutnya
meninggalkan tempat tinggal, kebun-kebun, mata air, perbendaharaan mereka untuk
mengejar Musa. "Demikianlah, dan Kami wariskan semuanya (itu) kepada Bani
Israil." Kalau Allah mau turun tangan, jangan anggap kekuasaan dan kekayaan Anda
akan kekal terus bersamamu.
4.Tafsir Al-Mishbah
kali ini menjelaskan makna dari Surah Asy Syu'ara ayat 52-68. Secara garis
besar ayat-ayat itu berisi perintah Allah kepada Nabi Musa untuk menyelamatkan
Bani Israil dari kekejaman dan pembinasaan Firaun.Ayat 52 berisi, "Dan kami
wahyukan kepada Musa berangkatlah di waktu malam bawa hamba-hambaku (Bani
Israil), sebab pasti kamu akan dikejar." Wahyu dari segi bahasa berarti isyarat yang
cepat. Wahyu bisa berarti ilham. Akan tetapi, wahyu dalam bahasa agama ialah
informasi yang diterima seseorang dan diyakininya bahwa itu sumbernya dari Allah.
Wahyu dalam artian seperti itu tidak akan ada lagi setelah Nabi Muhammad wafat.4
Ayat 53-56 menjelaskan Firaun mengirim orang untuk mengumpulkan bala
tentaranya. Bagi Firaun, Bani Israil sesungguhnya hanyalah sekelompok kecil kaum
yang ditindasnya, tetapi sebagian dari Bani Israil ada yang masih berutang kepada
orang Mesir dan telah berbuat hal-hal yang menimbulkan amarahnya.Yang perlu kita
garis bawahi bahwa Musa dan Bani Israil tidak berangkat melalui jalur yang dekat,
tapi ambil jalur yang jauh. Apa makna itu? Walaupun mereka telah mendapat jaminan
dari Allah, Musa harus tetap berhati-hati dan berusaha di jalan yang tidak
mudah.Ketika matahari terbit Firaun mengutus orang-orangnya untuk mencari jalur
yang dilewati Musa. Dan ketika dia tahu yang mana jalurnya, dia ikuti dari
belakang.Di ayat 57-59 dijelaskanlah bahwa itu merupakan tipu daya Allah agar
Firaun dan para pengikutnya meninggalkan tempat tinggal, kebun-kebun, mata air,
perbendaharaan mereka untuk mengejar Musa. "Demikianlah, dan Kami wariskan
semuanya (itu) kepada Bani Israil." Kalau Allah mau turun tangan, jangan anggap
kekuasaan dan kekayaan Anda akan kekal terus bersamamu.
Sebab an-Nuzul ayat di atas berkenaan dengan perkataan Yahudi terhadap Nabi
saw. Seorang Yahudi berkata kepada Nabi saw., “Hai Nabi bagaimana caramu dapat
berbicara dan melihat Allah, jika kamu seorang Nabi, sebagaimana berbicanya dan
melihatnya Musa kepada Allah. Sesungguhnya kami tidak akan beriman kepadamu
hingga kamu mengerjakan yang demikian itu.” Lalu turunlah ayat surat as-Sura ayat
ke 51 tersebut. 5
Firman Allah (wa maa kaana libasyarin ayyukallimahullahu illa wahyan) menurut
mujahid hembusan yang dihumbuskan pada hati Nabi saw. yang berbentuk ilham,
atau ada kalanya melihat langsung di dalam tidurnya.
Firman Allah (au miuwaraai hijaabin) atau di belang tabir sebagaimana Musa as.
Berbicara dengan Tuhannya. (au yursala rasulan) dengan mengutus seorang utusan,
seperti pengutusan Jibril as. kepada Musa as. 5
4
Ibid
5
Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim, (Cairo : Dar al-Hadis, 2002), Jilid 7, h. 217
B. Kewajiban Berdakwah Menurut Q.S Al-Alaq (96) : 1-5)
Surat Al-Alaq membahas tentang 3 hal yaitu sebagaimana dijelaskan dalam kitab
Tafsir Al-Munir:
3. Menjelaskan tentang bentuk fir’aun pada umat ini yaitu Abu Jahal yang
melarang nabi saw untuk shalat dan menyuruh menyembah patung dan
berhala (Ayat 9 – 19)
Di gua itu beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata: ‘Bacalah!’
Rasulullah saw. bersabda, “Maka kukatakan: ‘Aku tidak dapat membaca.’” Lebih
lanjut beliau bersabda: “Lalu Jibril memgangku seraya mendekapku sampai aku
merasa kepayahan. Selanjutnya Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai aku
benar-benar kepayahan. Selanjutnya dia melepaskanku lagi seraya berkata: ‘Bacalah.’
Aku tetap menjawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Lalu dia mendekapku untuk ketiga
kalinya sampai aku benar-benar kepayahan.’ Setelah itu dia melepaskan aku lagi
seraya berkata: iqro bismirabbikalladzi kholaq,…dst (ayat 1-5).
Dia berkata: “Maka beliaupun pulang dengan sekujur tubuh dalam keadaan
menggigil sehingga akhirnya masuk menemui Khadijah dan berkata: ‘Selimuti aku.
Selimuti aku.’ Merekapun segera menyelimuti beliau sampai rasa takut beliau hilang.
Selanjutnya beliau bersabda: ‘Apa yang terjadi padaku?’ lalu beliau menceritakan
peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, ‘Aku khawatir sesuatu akan menimpa
diriku.’ Maka Khadijah pun berkata kepada beliau: ‘Tidak, bergembiralah. Demi
Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang
yang paling suka menyambung tali silaturahim, berkata jujur, menganggung beban,
menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran.’”6
Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi hingga akhirnya dia membawa beliau
menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak
paman Khdijah, saudara laki-laki ayahnya. Dia seorang penganut nasrani pada jaman
jahiliyah. Dia yang menulis sebuah kitab berbahasa Arab dan juga menulis Injil
dengan bahasa Arab atas kehendak Allah. Dia adalah seorang yang sudah berumur
lagi buta. Lalu Khadijah berkata: “Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak
saudaramu ini.” Kemudian Waraqah berkata: “Wahai anak saudaraku, apa yang telah
terjadi dengan dirimu?” kemudian Rasulullah menceritakan apa yang beliau alami
kepadanya. Lalu Waraqah berkata: “Ini adalah Namus [malaikat Jibril] yang
diturunkan kepada Musa. Andai saja saat itu aku masih muda. Andai saja nanti aku
masih hidup saat engkau diusir oleh kaummu.” Kemudian Rasulullah bertanya:
“Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab: “Ya. Tidak akan ada
seorangpun yang datang dengan membawa apa yang engkau bawa melainkan akan
disakiti. Dan jika aku masih hidup pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu
dengan pertolongan yang sangat besar.” Dan tidak lama kemudian Waraqah
meninggal dunia dan wahyu terhenti, sehingga Rasulullah saw. benar-benar bersedih
hati.
Berdasarkan berita yang sampai kepada kami, kesedihan beliau itu berlangsung
terus-menerus, agar beliau turun dari puncak gunung. Setiap kali beliau sampai di
puncak gunung dengan tujuan menjatuhkan diri, maka Jibril muncul seraya berkata:
“Wahai Muhammad sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.” Dengan
demikian, maka hati beliau pun menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan
setelah itu beliau kembali pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu
terlalu lama, maka beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai
6
https://lttqfathullahuinjkt.com/nilaipendidikandalamsurahalalaqayat1-5/ Diakses,19-10-2020,11:07
di puncak gunung, maka malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal yang
sama kepada beliau. (Tafsir Ibnu Katsir – Surat Al Alaq).
Maka permulaan yang diturukan dari al-quran ini merupakan ayat-ayat penuh
kemulian dan keberkahan yaitu Rahmat Allah yang pertama kali diberikan kepada
hamba, nikmat Allah yang pertama kali diberikan kepada mereka dimana terdapat
peringatan atas permulaan penciptaan manusia dari segumpal darah, dan
sesungguhnya diantara kemulian yang Allah yaitu mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak tahu, lalu mengagungkannya dan memuliakannya dengan ilmu dan itu
adalah takdir yang menjadikan sebaik-baik makhluk adam a.s atas mempunyai
kelebihan atas malaikat. Terkadang, ilmu berada di dalam akal fikiran, terkadang
berada dalam lisan dan terkadang dalam tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan, dan
tulisan mengharuskan keduanya (dalam perolehan ilmu) dan tidak sebaliknya. Oleh
karena itu, Allah Ta’ala berfirman: iqra’ wa rabbukal akram. Alladzii ‘allama bil
qalam. ‘allamal ingsaana maa lam ya’lam. di dalam atsar disebutkan: “Ikatlah ilmu
dengan tulisan.” selain itu, di dalam atsar juga disebutkan: “Barangsiapa
mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya apa
yang tidak diketahui sebelumnya. (Tafsir Ibnu Katsir – Surat Al Alaq). 7
Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini adalah surat pertama
dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan
Rasulullah SAW pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan
pertama kali menapaki jalan dakwah dengan Bismillah: “Iqra’ bismi rabbik”. (Tafsir
Fi Zhilal Al Qur’an).
ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum
baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah (ayat Al Qur’an) dan ayat-ayat
kauniyah (yang terjadi di alam). Ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah
SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah tanda-
tanda kebesaran Allah SWT yang berupa keadaan alam semesta.
Ayat kedua, Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dari segumpal
darah. Allah SWT sendiri juga telah menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai
sebaik-baik ciptaan dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan fasilitas hidup
yang menyamai manusia. Allah Swt menganugerahi manusia berupa akal pikiran,
perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu menjadikan manusia sebagai makhluk yang
paling mulia. Yang demikian itu, diharapkan manusia bersyukur kepada Allah SWT
dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya.
Ayat keempat, Allah Swt mengajar manusia dengan pena. Maksudnya dengan
pena manusia dapat mencatat berbagai cabang ilmu pengetahuan, dengan pena
manusia dapat menyatakan ide, pendapat dan keinginan hatinya dan dari pena
manusia juga mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan baru.8
7
Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim, (Cairo : Dar al-Hadis, 2002), Jilid 7, h. 223-224
8
https://lttqfathullahuinjkt.com/nilaipendidikandalamsurahalalaqayat1-5/ Dikutip,19-10-2020,13:43
Ayat kelima, Allah SWT mengajar manusia apa yang tidak/belum diketahuinya.
Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan,
Allah Swt memberikan manusia kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar
dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu manusia mampu mencapai
cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin
langsung diberikan oleh Allah SWT kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa
melalui belajar (ilmu laduni). Demikian, Allah SWT telah menerangkan bahwa
manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan
mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar memberi peringatan
dan petunjuk serta menyampaikan agama-Nya kepada umat manusia, karena tugasnya
tidak lain hanyalah memberi peringatan dengan menyampaikan kabar gembira dan
kabar yang menakutkan.9
Oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin
Muhammad Alu asy-Syaikh:
Wahai Rasul, berilah peringatan orang-orang yang berpaling dengan risalah yang
dengannya engkau diutus kepada mereka.Janganlah bersedih karena berpalingnya
mereka karena sesungguhnya kewajibanmu hanya menyampaikan peringatan itu,
tidak ada kewajiban atasmu untuk memaksa mereka beriman.
9
https://tafsirweb.com/12605-quran-surat-al-ghasyiyah-ayat-21.htmlDiakses,19-10-
2020,22:40
Surah Al-Ghasyiyah (bahasa Arab:الغاشية, al-Ġhāšiyäh, “Hari Pembalasan”) adalah
surah ke-88 dalam Alquran.Surah ini tergolong surah Makkiyah dan terdiri atas 26
ayat.
Dinamakan Al-Ghasyiyah yang berarti Hari Pembalasan diambil dari kata al-
Ghasyiyah yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Yang dimaksud dengan “Hari
Pembalasan” dalam surah ini adalah Hari Penghakiman10
BAB III
KESIMPULAN
10
https://risalahmuslim.id/quran/al-ghaasyiyah/88-21/Diakses,19-10-2020, 14:32
dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam
kepada orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di
dasarkan pada firman Allah Swt surat Ali Imran ayat 104 yang menegaskan kepada
umat manusia agar menyeru kepada sesama golongan umat manusia agar berbuat
amar ma’ruf dan menjauhi perbuatan yang mungkar.
Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang
di ridhoi Allah Swt. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di
akhirat, lalu mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt artinya mereka diharapkan agar senantiasa
mengerjakan segala perintah Allah dan selalu meninggalkan perkara yang
dilarangnya, membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf, Membina
mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur'an al-‘Adhim, (Cairo : Dar al-Hadis, 2002), Jilid 7
https://tafsirq.com/42-asy-syura/ayat-52#diskusi
https://risalahmuslim.id/quran/asy-shyuura/42-52/
https://lttqfathullahuinjkt.com/nilaipendidikandalamsurahalalaqayat1-5/
https://tafsirweb.com/12605-quran-surat-al-ghasyiyah-ayat-21.html
https://risalahmuslim.id/quran/al-ghaasyiyah/88-21
https://www.bacaanmadani.com/2017/10/isi-kandungan-al-quran-surat-asy-syura-
ayat.html