Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PSQDH

TENTANG WAHYU
Diajukan kepada Dosen mata kuliah PSQDH untuk
memenuhi tugas harian Semester Genap

MAKALAH PRIBADI

Disusun Oleh :
Nama: Fikhi Rahmansyah
Nim: 2013040111

Dosen Pembimbing :
Dra. Nailul Rahmi, MAg

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua,sehingga penulis dapat menyesaikan tugas ini dengan
baik.Shalawat dan salam tidak lupa pula kita haturkan kepada nabi junjungan umat islam yakni
nabi Muhammad SAW. Tugas ini membahas tentang“WAHYU”. Penulis menyadari jika tugas
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Dan juga oleh keterbatasan pengetahuan penulis
tentang materi tersebut ada beberapa hal yang tidak dapat penulis sampaikan kepada kita semua.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan tugas penulis ke depannya.

Tertanda

Penulis
A. Pengertian Wahyu
1. Pengertian Wahyu Secara Bahasa
Secara bahasa wahyu berasal dari bahasa Arab ( ‫ي‬
ُ ‫ )ال َو ْح‬yang memiliki arti memberikan
isyarat atau pemberitahuan dengan cepat dan tersembunyi. Berikut definisi wahyu secara bahasa
menurut para ahli :
Manna Al-Qotthon

‫اإلعالم الخفي السريع الخاص بمن يوجَّه إليه بحيث يخفى على غيره‬
Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan pada orang yang
diberitahu tanpa diketahui orang lain.[1]
Doktor Muhammad Ali Al-Hasan

‫الوحي مصدر بمعنى اإلشارة السريعة الخفية‬


Wahyu adalah mashdar yang bermakna isyarat yang cepat dan tersembunyi[2]
Ibnu Hajar Al-Asqolani

ُ ْ‫َو ْال َوح‬


‫ي لُ َغةً اإْل ِ عْاَل ُم فِي خَ فَا ٍء‬
Wahyu secara bahasa berarti pemberitahuan yang tersembunyi
2. Pengertian Wahyu Secara Istilah Syar’i
Sementara pengertian wahyu secara istilah syar’i yang dikemukakan para ahli adalah
sebagai berikut :
Az-Zuhri

‫ُوحي هَّللا ُ إِلَى نَبِ ٍّي ِمنَ اأْل َ ْنبِيَا ِء فَي ُْثبِتُهُ فِي قَ ْلبِ ِه‬ ُ ْ‫ْال َوح‬
ِ ‫ي َما ي‬
Wahyu adalah apa yang diwahyukan kepada para Nabi, kemudian Allah teguhkan wahyu itu di
dalam hatinya.
Manna Al-Qotthon

‫كالم هللا تعالى ال ُمنَ َّز ُل على نبي من أنبيائه‬


Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada para Nabi-Nya.
Ibnu Hajar Al-Asqolani

ِ ْ‫اإْل ِ عْاَل ُم بِال َّشر‬


‫ع‬
Pemberitahuan tentang syariat.

Pengertian Wahyu dalam Al-Quran


1. Pengertian Wahyu Secara Bahasa dalam Al-Quran
Pada pembahasan sebelumnya telah kita ketahui bersama bahwa pengertian wahyu secara
bahasa berarti “memberi tahu dengan cepat dan tersembunyi”. Pengertian ini ditunjukkan dalam
Al-Quran sebagai berikut :
Yang pertama, wahyu bermakna ilham kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :

ِ ْ‫إِلَى أُ ِّم ُمو َسى أَ ْن أَر‬ ‫َوأَ ْو َح ْينَا‬


‫ض ِعي ِه‬
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,
[QS. Al-Qashas : 7]
Terjemahan tekstual “‫ ” َوأَ ْو َح ْينَا‬dalam ayat tersebut adalah “Kami mewahyukan”.Namun
mewahyukan yang dimaksud bukan mewahyukan seperti Allah mewahyukan para Nabi.Namun
mewahyukan disini mengandung pengertian mengilhami kepada manusia.Yang mana dalam
ayat tersebut Allah ilhamkan kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya.
Yang kedua, wahyu bermakna naluri yang diberikan kepada hewan. Allah ta’ala berfirman :

ِ ‫ك إِلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ‫ْر ُشون‬ َ ُّ‫ َرب‬ ‫َوأَ ْو َحى‬
Dan Tuhanmu mewahyukan  kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
[QS. An-Nahl : 68]
Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “ ‫ ” َوأَ ْو َحى‬yang artinya adalah
mewahyukan.Makna mewahyukan disini adalah ilham dari Allah berupa naluri dan insting yang
diberikan kepada hewan.Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting kepada lebah
untuk membuat sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat yang dibikin manusia.
Yang ketiga, wahyu bermakna memberi isyarat yang cepat. Allah ta’ala berfirman :

‫إِلَ ْي ِه ْم أَ ْن َسبِّحُوا بُ ْك َرةً َو َع ِشيًّا‬ ‫فَأ َ ْو َحى‬ ‫ب‬


ِ ‫خَر َج َعلَى قَوْ ِم ِه ِمنَ ْال ِمحْ َرا‬
َ َ‫ف‬
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia  memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
[QS. Maryam : 11]
Kata “‫ ”فَأ َ ْو َحى‬dalam ayat di atas bermakna memberikan isyarat.Ayat tersebut bercerita
tentang Nabi Zakariya yang sedang berpuasa dari berbicara selama tiga hari tiga
malam.Sehingga ketika harus menyampaikan pesan kepada kaumnya untuk bertasbih di waktu
pagi dan petang ia melakukannya dengan memberi isyarat.
Yang keempat, wahyu bermakna bisikan setan. Allah ta’ala berfirman :

‫إِلَى أَوْ لِيَائِ ِه ْم لِي َُجا ِدلُو ُك ْم‬  َ‫وحون‬ ِ َ‫َوإِ َّن ال َّشي‬
ُ ُ‫لَي‬  َ‫اطين‬
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu
[QS. Al-An’am : 121]
Yang kelima, wahyu bermakna perintah Allah pada malaikat. Allah ta’ala berfirman :

‫ َربُّكَ إِلَى ْال َمالئِ َك ِة أَنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬ ‫وحي‬


ِ ُ‫ي‬ ‫إِ ْذ‬
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"
[QS. Al-Anfal : 12]
2. Pengertian Wahyu Secara Syar’i dalam Al-Quran
Menurut istilah syariat wahyu berarti kalam Allah yang diturunkan kepara para Nabi. Hal
ini ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran sebagai berikut :

‫ق‬
َ ‫ْحا‬ َ ‫إِلَ ٰى إِ ْب َرا ِهي َم َوإِ ْس َما ِع‬ ‫ َوأَوْ َح ْينَا‬ ‫وح َوالنَّبِيِّينَ ِمن بَ ْع ِد ِه‬
َ ‫يل َوإِس‬ ٍ ُ‫إِلَ ٰى ن‬ ‫أَوْ َح ْينَا‬ ‫ َك َما‬  َ‫إِلَ ْيك‬ ‫أَ ْو َح ْينَا‬ ‫إِنَّا‬
‫س َوهَارُونَ َو ُسلَ ْي َمانَ َوآتَ ْينَا دَا ُوو َد َزبُورًا‬ َ ‫اط َو ِعي َس ٰى َوأَي‬
َ ُ‫ُّوب َويُون‬ ِ َ‫وب َواأْل َ ْسب‬ َ ُ‫َويَ ْعق‬
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
[QS. An-Nisa : 163]
ٌ ‫ْب فِي ِه فَ ِري‬
‫ق‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫إِلَ ْيكَ قُرْ آنًا ع ََربِيًّا لِّتُن ِذ َر أُ َّم ْالقُ َر ٰى َو َم ْن َحوْ لَهَا َوتُن ِذ َر يَوْ َم ْال َج ْم ِع اَل َري‬ ‫أَوْ َح ْينَا‬ ‫ك‬
ِ ‫ق فِي ال َّس ِع‬
‫ير‬ ٌ ‫فِي ْال َجنَّ ِة َوفَ ِري‬
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi
peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya
serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan
padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
[QS. Asy-Syura : 7]

B. Penggunaan Istilah Wahyu Dalam Al-Qur’an


1. Pemahaman Secara Fitrah
Dalam al-Quran disebutkan, dalam surat an-Nahl ayat 68 yangArtinya: Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah: “buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon kayu dan di tempat-
tempat yang bikin manusia”. Syekh Mufid menjelaskan, “Yang dimaksud dengan wahyu adalah
ilham yang tersembunyi.Lebah madu, tanpa ada ucapan tertentu, memahami dan mengetahui
tugas-tugasnya.
Di antara perilaku lebah madu yang mengherankan adalah membuat sarang yang
berbentuk segi enam yang terbuat dari malam, melakukan penjagaan terhadap sarang, melakukan
perjalanan yang cukup jauh untuk dapat menemukan bungabunga, menghisap sari madu bunga-
bunga tersebut, mengubahnya menjadi madu, kembali ke sarang masing-masing, meletakkannya
di dalam sarang, melakukan penjagaan terhadap ratu dan bermain-main dengan ratu lebah, dan
masih banyak lagi perilaku-perilaku lebah yang sangat mengherankan. Seluruh perilaku tersebut
bersumber dari insting yang ada pada lebah.Lebah madu, dalam perilaku yang indah dan
mengherankan tersebut berbuat, sesuai dengan ilham yang telah diberikan oleh Allah pada
mereka yang terdapat dalam diri mereka.
2. Berlakunya Sunnatullah dan Hukum Alam
Dalam Alquran disebutkan, Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati"…
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya.dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintangbintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Sebagian ahli tafsir menafsirkan kata wahyu yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah wahyu
yang diberikan pada penghuni langit yaitu para malaikat.Dari dua ayat tersebut, dapat dipahami dua poin
berikut.Pertama, wahyu tersebut tidak melalui pembicaraan.Kedua, penerima wahyu tidak harus sesuatu
yang memiliki akal.
3. Ilham yang Dipancarkan Dalam Hati
Al-Quran berkenaan dengan ibu Nabi Musa as menjelaskan bahwa ketika Kami mengilhamkan
kepada ibumu suatu yang diilhamkan,Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian
lemparkanlah ia ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-
Ku dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku, Maksudnya: Setiap orang yang memandang Nabi
Musa a.s. akan merasa kasih sayang kepadanya.
4. Isyarat
Al-Quran menerangkan, Zakariya berkata, “Tuhanku, berilah aku tanda.”Allah berfirman,
“Tandamu adalah jangan engkau berbicara dengan manusia selama tiga hari tiga malam berturut-turut.”
Kemudian dari mihrabnya, ia keluar menjumpai kaumnya, lalu mewahyukan (mengisyaratkan) pada
mereka untuk memuji Allah sepanjang pagi dan petang (QS. Maryam:10-11).
Dalam ayat yang lainnya, al-Quran menjelaskan tentang kisah Nabi Zakariya sebagai berikut,
Zakariya berkata, “Tuhanku, berilah aku sesuatu sebagai tanda.”Allah berfirman, “Tandamu adalah
jangan kau berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dalam bentuk simbol (isyarat).Banyaklah
mengingat Tuhanmu dan bertasbihlah kepada-Nya di pagi dan petang.” (QS. Ali Imran:41).
Pada kedua ayat di atas, pemberi wahyu (isyarat) adalah Nabi Zakariya dan penerima wahyu
adalah kaumnya.Wahyu juga bermakna memahamkan sesuatu dalam bentuk isyarat yang hanya dipahami
oleh orang yang dituju sebagaimana yang disebutkan pada ayat ke-41 surah Ali Imran, yang
menggunakan kalimat, illa ramza, “kecuali simbol”.Kandungan dari wahyu juga berupa bertasbih pada
Allah di setiap pagi dan petang.
5. Wahyu Pada Malaikat
Alquran menjelaskan, Manakala Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat, “Aku bersama
kalian.Kukuhkanlah langkah orang-orang Mukmin.” (QS. al-Anfal:12). Pada ayat tersebut,
pemberi wahyu adalah Allah dan penerima wahyu adalah para malaikat.Akan tetapi wahyu
tersebut bukanlah wahyu kenabian dan bukan pula dengan menciptakan pembicaraan atau
menciptakan suara karena para malaikat sebagaimana yang telah ditetapkan dan dibuktikan
bahwa mereka tidaklah berjasad atau tidak memiliki materi.
6. Wahyu pada Hawariyyun
Alquran menerangkan, Saat Kami wahyukan kepada para Hawari untuk beriman kepada-
Ku dan kepada utusan-Ku, mereka berkata, “Kami beriman dan kami bersaksi bahwa kami
adalah orang-orang Muslim.” (QS. al-Maidah:111). Pemberi wahyu dalam hal ini adalah Allah
dan penerima wahyu adalah para Hawari dan sahabat-sahabat Nabi Isa as.Sebagian para penafsir
memungkinkan bahwa para Hawari adalah para nabi.Oleh karena itu, wahyu pada mereka adalah
wahyu dalam istilah.Andaikan kenabian mereka tidak dapat dibuktikan, maka kata wahyu yang
digunakan dalam ayat tersebut bermakna pancaran dalam hati atau ilham.Nampaknya kata
wahyu dalam ayat ini bermakna demikian.
7. Wahyu Setan
Pemberi wahyu dalam hal ini adalah setan dari jenis jin dan manusia yang menyampaikan
sesuatu yang menyesatkan secara tersembunyi pada pengikut mereka. Oleh karena itu, wahyu
juga bermakna ucapan yang tersembunyi atau waswas yang disampaikan ke telinga mereka
masing-masing sebagaimana setan-setan dari golongan jin adalah pemberi wahyu, mereka
meniupkan waswas dalam hati manusia yang sesat.
8. Wahyu pada Para Nabi
Kendatipun kata wahyu juga digunakan untuk selain para nabi sebagaimana yang telah
kami sebutkan.Akan tetapi, kata wahyu lebih banyak digunakan untuk para nabi.Sebagai contoh,
dalam Alquran disebutkan, Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana
Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan para nabi setelahnya. Kami wahyukan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, dan Ya’qub serta Kami wahyukan kepada Asbath, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan
Sulaiman serta Kami berikan Zabur kepada Daud (QS. an-Nisa:163). Alquran menjelaskan,
Kami kisahkan kepadamu melalui wahyu Alquran tentang kisah-kisah terbaik.Kendatipun kalian
lalai setelah hal itu (QS. Yusuf:3). Dalam ayat lainnya, Alquran menjelaskan, Katakan, “Apakah
kesaksian yang paling besar?”Katakan, “Allah menjadi saksi antara aku dan kalian.Diberikan
wahyu kepadaku berupa Alquran ini untuk memberi peringatan kepada kalian dan orang-orang
yang Alquran sampai kepada mereka.” (QS. alAn’am:19).

C. Tata Cara Turunnya Wahyu Kepada Para Nabi


Ternyata wahyu diturunkan oleh Allah melalui beberapa cara. Berikut ini akan kita
ketahui bersama bagaimana Allah turunkan wahyu kepada Malaikat, para Rasul, dan juga kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
1. Wahyu Allah Kepada Malaikat
Di dalam Al-Quran dan Al-Hadits disebutkan bahwa Allah berbicara langsung kepada
para malaikat ketika menurunkan wahyu. Allah ta’ala berfirman :

ِ ْ‫اع ٌل فِي اأْل َر‬


ً‫ض َخلِيفَة‬ ِ ‫ال َربُّكَ لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َج‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi"
[QS. Al-Baqarah : 30]

‫ك إِلَى ْال َمالئِ َك ِة أَنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


َ ُّ‫ َرب‬ ‫يُو ِحي‬ ‫إِ ْذ‬
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"
[QS. Al-Anfal : 12]
Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

‫ف هَّللا ِ َع َّز‬ِ ْ‫ت ِم ْنهُ َرجْ فَةٌ ِم ْن َخو‬ ِ ‫ت ال َّس َما َوا‬ ِ ‫ فَإ ِ َذا تَ َكلَّ َم أَ َخ َذ‬،‫ُوح َي بِأ َ ْم ٍر تَ َكلَّ َم بِ ْال َوحْ ِي‬
ِ ‫إِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ أَ ْن ي‬
‫ون أَ َّو َل َم ْن يَرْ فَ ُع َر ْأ َسهُ ِجب ِْري ُل‬ ُ ‫ فَيَ ُك‬،‫ ص ُِعقُوا َوخَ رُّ وا ُس َّجدًا‬،‫ت‬ ِ ‫ فَإ ِ َذا َس ِم َع َذلِكَ أَ ْه ُل ال َّس َما َوا‬،َّ‫َو َجل‬
‫ ُكلَّ َما َم َّر بِ َس َما ٍء قَا َل‬،‫ فَيَ ْنتَ ِهي بِ ِه ِجب ِْري ُل َعلَى ْال َماَل ئِ َك ِة‬،َ‫ فَيُ َكلِّ ُم هَّللا ُ ِم ْن َوحْ ي ِه بِ َما أَ َراد‬،‫َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬
‫ فَيَقُولُونَ ُكلُّهُ ْم‬:‫ قَا َل‬.ُ‫ َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َكبِير‬،‫ق‬َّ ‫ قَا َل ْال َح‬:ُ‫ َما َذا قَا َل َربُّنَا يَا ِجب ِْريلُ؟ فَيَقُو ُل ِجب ِْريل‬:‫أَ ْهلُهَا‬

ِ ْ‫ْث أَ ْم َرهُ هَّللا ُ ِمنَ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬


‫ض‬ ُ ‫ َحتَّى يَ ْنتَ ِه َي بِ ِه ْم ِجب ِْري ُل َحي‬،ُ‫ِم ْث َل َما قَا َل ِجب ِْريل‬
Ketika Allah hendak memberikan wahyu maka Ia berbicara dengan wahyu. Ketika Ia berbicara
maka bergetarlah langit karena takut pada Allah azza wa jalla. Ketika penghuni langit
mendengar hal itu maka merekapun pingsan dan tersungkur bersujud.
Orang yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril ‘alaihis-salam, kemudian Allah
menyampaikan wahyu itu dengan apa yang ia kehendaki. Kemudian Jibril melewati para
Malaikat, maka ketika ia melewati satu langit, para penduduk langit itu bertanya : “Apa yang
dikatakan Tuhan kita wahai Jibril?” lalu Jibril menjawab : “Dia mengatakan Al-Haq, dan Dia
Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Maka para malaikatpun mengatakan seperti yang dikatakan
oleh Jibril. Lalu  Jibril menyampaikan wahyu itu kepada mereka sesuai apa yang diperintahkan
oleh Allah dari langit dan bumi.
[HR. Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah]
2. Wahyu Allah kepada Para Rasul
Allah ta’ala berfirman :

‫ب أَوْ يُرْ ِس َل َر ُسواًل فَيُو ِح َي بِإ ِ ْذنِ ِه َما‬


ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر أَن يُ َكلِّ َمهُ هَّللا ُ إِاَّل َوحْ يًا أَوْ ِمن َو َرا ِء ِح َجا‬
‫إِنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬  ۚ‫يَ َشا ُء‬
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
[QS. Asy-Syura : 51]
Dari ayat tersebut kita mengetahui ternyata Allah tidak berbicara kepada manusia kecuali
melalui wahyu, atau di balik hijab, atau Allah mengutus utusan (malaikat) untuk menyampaikan
wahyu. Nah, ayat tersebut menunjukkan bahwa jalur diturunkannya wahyu kepada para Nabi dan
Rasul adalah sebagai berikut :
Pertama, wahyu diturunkan langsung tanpa perantara kepada para Nabi dan Rasul.
Diturunkannya wahyu secara langsung ini melalui dua cara sebagai berikut :
a. Mimpi yang Benar
Diturunkannya wahyu secara langsung adalah melalui mimpi yang benar. Hal ini
berdasarkan firman Allah ta’ala dan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai
berikut :

ِ َ‫قَا َل يَا أَب‬  ۚ‫ك فَانظُرْ َما َذا تَ َر ٰى‬


ْ‫ت ا ْف َعل‬ َ ‫أَنِّي أَ ْذبَ ُح‬ ‫أَ َر ٰى فِي ا ْل َمنَ ِام‬ ‫ي إِنِّي‬ َ َ‫فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َّس ْع َي ق‬
َّ َ‫ال يَا بُن‬
َ‫ َست َِج ُدنِي إِن َشا َء هَّللا ُ ِمنَ الصَّابِ ِرين‬  ۖ‫َما تُ ْؤ َم ُر‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku  melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar".[QS. Ash-Shaffat : 102]
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu ia menceritakan :
َ‫ فَ َكانَ ال‬،‫فِي النَّوْ ِم‬ ُ‫صالِ َحة‬ ُّ  ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِمنَ ال َوحْ ِي‬
َّ ‫الر ْؤيَا ال‬ َ ‫أَ َّو ُل َما بُ ِد‬
َ ِ ‫ئ بِ ِه َرسُو ُل هَّللا‬
‫ْح‬
ِ ‫ق الصُّ ب‬ِ َ‫ت ِم ْث َل فَل‬
ْ ‫يَ َرى ر ُْؤيَا إِاَّل َجا َء‬
Awal mula wahyu datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan  mimpi
yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh.
[Muttafaqun ‘Alaih]
b. Berbicara Langsung di Balik Hijab
Allah ta’ala ketika menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ‘alaihis salam langsung
berbicara kepada beliau di balik hijab. Allah ta’ala berfirman :

‫قَا َل لَن تَ َرانِي َو ٰلَ ِك ِن انظُرْ إِلَى‬  ۚ‫ك‬ َ ‫ال َربِّ أَ ِرنِي أَنظُرْ إِلَ ْي‬ َ َ‫ق‬ ُ‫ َو َكلَّ َمهُ َربُّه‬ ‫َولَ َّما َجا َء ُمو َس ٰى لِ ِميقَاتِنَا‬
َ ‫فَلَ َّما ت ََجلَّ ٰى َربُّهُ لِ ْل َجبَ ِل َج َعلَهُ َد ًّكا َو َخ َّر ُمو َس ٰى‬  ۚ‫ْال َجبَ ِل فَإ ِ ِن ا ْستَقَ َّر َم َكانَهُ فَ َسوْ فَ تَ َرانِي‬
‫فَلَ َّما‬  ۚ‫ص ِعقًا‬
َ‫ْت إِلَ ْيكَ َوأَنَا أَ َّو ُل ْال ُم ْؤ ِمنِين‬ َ ‫أَفَا‬
ُ ‫ق قَا َل ُسب َْحانَكَ تُب‬
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan
dan  Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan
berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya
menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun
jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
[QS. Al-A’raf : 143]
Kedua, wahyu diturunkan melalui perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam.
Diturunkannya wahyu dengan perantara ini melalui dua cara sebagai berikut :
a. Malaikat Mendatangi Nabi
Ketika malaikat mendatangi Nabi maka terdengar suara yang kuat seperti suara
gemerincing lonceng. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َ َ‫ْت َع ْنهُ َما ق‬


‫ال‬ ُ ‫ص ُم َعنِّي َوقَ ْد َو َعي‬ َّ َ‫ َوهُ َو أَ َش ُّدهُ َعل‬،‫س‬
َ ‫ فَيُ ْف‬،‫ي‬ ِ ‫صلَ ِة ال َج َر‬ َ ‫أَحْ يَانًا يَأْتِينِي ِم ْث َل‬
َ ‫ص ْل‬
Kadang-kadang datang kepadaku bagaikan gemerincing lonceng, dan itulah yang paling berat
bagiku. Lalu ia pun pergi dan aku telah memahami apa yang telah dikatakannya.
[HR. Bukhari : 2]
Mengenai suara gemerincing lonceng tersebut, Manna Al-Qotthon dalam kitabnya
mabahits fii ulumil-quran menjelaskan :

‫ضى هَّللا ُ األَ ْم َر فِي‬


َ َ‫ إِ َذا ق‬: ‫وقد يكون هذا الصوت حفيف أجنحة المالئكة المشار إليه في الحديث‬
ٍ ‫ص ْف َو‬
‫ان‬ َ ‫ َكأَنَّهُ ِس ْل ِسلَةٌ َعلَى‬،‫ت ال َمالَئِ َكةُ بِأَجْ نِ َحتِهَا ُخضْ َعانًا لِقَوْ لِ ِه‬ َ ،‫ال َّس َما ِء‬
ِ َ‫ض َرب‬
Dan suara tersebut mungkin adalah suara kepakan sayap-sayap para malaikat, seperti yang
ditunjukkan di dalam Al-Hadits : Ketika Allah menghendaki suatu perkara di langit, maka para
malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena tunduk pada firman-Nya, (yang suara kepakan
itu) bagaikan gemerincing mata rantai di atas batu-batu yang licin.[6]
b. Malaikat Menjelma Sebagai Seorang Lelaki
Cara yang kedua adalah malaikat menjelma menjadi seorang lelaki.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ك َر ُجاًل فَيُ َكلِّ ُمنِي فَأ َ ِعي َما يَقُو ُل‬


ُ َ‫َوأَحْ يَانًا يَتَ َمثَّ ُل لِ َي ال َمل‬
Dan terkadang malaikat itu menjelma sebagai seorang lelaki lalu ia berbicara kepadaku dan
aku pun paham apa yang ia katakan.
[HR. Bukhari : 2]

DAFTAR PUSTAKA

- Mabahits fii Ulumil-Quran oleh Manna Al-Qotthon

- Al-Manaar fii Ulumil-Quran oleh DR. Muhammad Ali Hasan

- Al-Itqon fii Ulumil-Quran oleh Jalaluddin As-Suyuthi

- Alwi Shihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, Cet.V, Bandung.1999

- Aritonang, Jan s. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Geraja. Jakarta: PT


BPKGunungMulia, 2008.

- Al-Futuhat al-Makkiyyah, Jus. 2.

- Boehlke, Robert R. Sejarah Perkemabagan Pikiran dan Praktek Pendidkan Agama Kristen.
Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Anda mungkin juga menyukai