Tentang
NUZUL AL-QUR’AN
OLEH :
FIKHI RAHMANSYAH
2013040111
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS SYARIAH
2021
NUZUL AL-QUR’AN
Nuzul secara etimologi (bahasa) berarti ”menetap di satu tempat” atau “turun dari tempat
yang tinggi”. Kata kerjanya ialah “nazala” yang artinya “dia telah turun” atau “dia menjadi
tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara terminology (istilah) yaitu Peristiwa diturunkannya
wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat
Jibril as secara berangsur-angsur. Sejarah terjadinya peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada
malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ada beberapa pendapat mengenai proses penurunan al-Qur’an dari Allah SWT sampai
kepada Nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat itu pada dasarnya dapat dibedakan ke
dalam 3 kelompok besar, yaitu :
1.Kelompok yang berpendapat bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus (dari awal sampai
akhir) ke langit dunia pada malam al-Qadar. Kemudian sesudah itu diturunkan
secara berangsur-angsur dalam tempo 20, 23, atau 25 tahun sesuai dengan
perbedaan pendapat diantara sesama mereka.
2.Golongan yang berpendirian bahwa al-Qur’an diturunkan ke langit dunia bagian demi
bagian (tidak sekaligus) pada setiap malam al-Qadar karena tidak ada kesepakatan
di kalangan kelompok ini. Jadi, menurut mereka, setiap datang malam al-Qadar
pada setiap Ramadhan, bagian tertentu dari al-Qur’an diturunkan ke langit dunia
sekadar kebutuhan untuk selama satu tahun, sampai ketemu malam al-Qadar tahun
berikutnya. Menurut pendapat ini, penurunan al-Qur’an bagaikan sistem paket yang
dilakukan sekali dalam satu tahun, tepatnya pada setiap malam al-Qadar.
3.Aliran yang menyimpulkan bahwa al-Qur’an itu untuk pertama kali diturunkan pada
malam al-Qadar sekaligus, dari Lauh Mahfudz ke Bait al-Izzah dan kemudian
setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit dalam berbagai
1.Tahap pertama, al-Qur’an diturunkan Allah SWT ke Lauh Mahfuzh, sesuai dengan al-
Qur’an QS. Al-Buruuj ayat 21-22 :
Artinya : Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh.
2.Tahapan kedua, al-Qur’an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Bayt al-Izzah di langit
dunia pada suatu malam yang dinamakan Lailah al-Qadar, sesuai dengan al-Qur’an
QS. Al-Qadr ayat 1
Artinya : Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
3.Tahapan ketiga, al-Qur’an diturunkan dari Bayt al-Izzah kepada Nabi Muhammad SAW
dengan perantara Malaikat Jibril AS, sebagaimana dalam al-Qur’an QS. Al-Syu’ara’
ayat 193-194 :
Artinya : Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.
1.Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul
dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
3.Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum
yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Hikmah Diturunkannya Al-Qur'an Secara Bertahap
Penurunan wahyu yang tidak sekaligus akan memberikan pengaruh dan bekas yang
sangat kuat bagi hati dan banyak membantu bagi objek dakwah itu sendiri. Oleh karena itu,
hikmah diturunkkannya sedikit demi sedikit kepada Nabi adalah dalam rangka untuk
meringankan beban dan kesulitan yang dididapatinya ketika mengemban risalah Islam. Demi
memotivasi Nabi, terkadang Allah swt. memerintahkan kepada beliau untuk bersabar.Di waktu
yang lain Allah memerintahkan beliau untuk tidak bersedih. Di samping itu terkadang Allah
menceritakan kisahkisah Nabi sebelumnya. Allah swt juga memotivasi beliau dengan
memberitahukan bahwa orang-orang kafir itu sebenarnya bukan menyakiti dan menuduh beliau
sebagai pendusta. Tetapi hal itu lebih disebabkan karena mereka berpaling dari kebenaran
ayatayat Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
al-Suyuti, ‘Abdur Rahman bin Abi Bakar. al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut: Darmal-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004
Abu Sahbah, Muhammad bin Muhammad. al-Madkhal li Dirasati alQur′an al-Karim.
Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1992.