Anda di halaman 1dari 4

No Paradigma Judul Masalah Hasil Riset

1 Positivisme Analisis Faktor-Faktor Yang Dunia pendidikan


Mempengaruhi Prestasi Belajar seperti sekolah
Yang Ditinjau Dari Aspek formal merupakan
Manajemen Minat Belajar Siswa sistem pendidikan
yang memang diatur
sedemikian sehingga
diharapkan mampu
menciptakan sumber
daya manusia yang
kelak ikut berperan
serta dalam
memajukan bangsa.
Pelaksanaan proses
mengajar di sekolah,
guru memiliki peran
sangat penting demi
tercapainya proses
belajar mengajar
yang baik.
Berhubungan dengan
peranan ini, seorang
guru dituntut harus
memiliki kompetensi
yang memadai dalam
hal kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Dalam kegiatan
belajar, minat
berperan sebagai
kekuatan yang akan
mendorong siswa
untuk belajar. Siswa
yang berminat dalam
belajar akan terus
tekun belajar,
berbeda dengan siswa
yang hanya
menerima tanpa ada
niat yang ada dalam
dirinya, maka ia tidak
tekun dalam belajar.
2 Constructivism Paradigma Konstruktivisme Dalam Fenomena Paradigma
Pembelajaran Pendidikan Pancasila pembelajaran konstruktivisme
Dan Kewarganegaraan Pendidikan Pancasila dalam
dan pembelajaran
Kewarganegaraan Pendidikan
yang sering kali Pancasila dan
menggunakan Kewarganegaraan
pendekatan dimaknai dengan
permukaan atau penyusunan atau
surface approach membentuk
terhadap belajar pengetahuan dari
seperti pengalaman
menyelesaikan tugas, konkrit, aktivitas
menghafal informasi kolaboratif, refleksi
dan memberlakukan dan interpreatasi
tugas mengakibatkan sehingga para
tidak tercapainya tiga peserta didik
kompetensi dasar termotivasi dalam
yang diharapkan menggali makna
dalam Pendidikan fisafat dan ideologi
Pancasila dan Pancasila serta
Kewarganegaraan, memiliki
yaitu: (1) sikap kecakapan sikap
kewarganegaraan kewarganegaraan
termasuk keteguhan, Indonesia.
komitmen, dan
tanggung jawab
kewarganegaraan
(civic confidence,
civic committment,
and civic
responsibility); (2)
pengetahuan
kewarganegaraan
(civic knowledge);
dan (3) keterampilan
kewarganegaraan
berupa kecakapan
dan partisipasi
kewarganegaraan
(civic competence
and civic
responsibility).
3 Critical Theory Diskursus Pendidikan Kritis (Critical Seiring mengalirnya pendidikan kritis
Pedagogy) Dalam Kajian Pendidikan arus modernisasi, merupakan
Kewarganegaraan sistem pendidikan pendidikan yang
saat ini tak ubahnya berupaya
dengan sistem menciptakan
kapitalis. Nuryatno pendidikan yang
(2011: 89) kritis dan optimis
menyatakan bahwa dalam membangun
dunia pendidikan masyarakat
tengah dihadapkan demokratis. Sistem
pada persoalan serius pendidikan bukan
yaitu semakin lagi pendidikan
dominannya yang
corporate values menyeragamkan,
dimana nilai mendominasi dan
korporasi telah hanya
menjadi core values mementingkan
mengalahkan aspek kognitif
academic values. Jika melainkan sistem
kondisi seperti ini pendidikan yang
diteruskan maka humanis, kritis, dan
dunia pendidikan demokratis dengan
disangsikan memiliki mengedepankan
peran yang signifikan aspek budi pekerti.
dalam membentuk Guna mewujudkan
kehidupan publik, peserta didik yang
politik dan kultural memiliki
karena pendidikan kemampuan
justru dibentuk oleh berpikir kritis guru
dunia pasar. Hal yang harus membekali
tak kalah penting diri dengan ilmu
adalah pengaruh pengetahuan dan
globalisasi dan kompetensi agar
perkembangan guru tidak berperan
teknologi informasi sebagai transmitter
diberbagai bidang ilmu namun
kehidupan manusia. sebagai fasilitator
Sebagaimana pengembangan
penjelasan Susanto ilmu. Proses
(Hidayati, 2008: 64) pembelajaran PKn
bahwa perkembangan tidak lagi bersifat
pengetahuan dan sentralistik, pasif
teknologi berdampak dan indoktrinatif
besar terhadap namun beralih pada
perubahan pengembangan
masyarakat seperti ilmu pengetahuan
pergeseran budaya, yang positif dan
nilai, dan agama yang dinamis dimana
digantikan dengan guru harus berperan
nilai-nilai yang tidak sebagai pendidik
selalu sesuai dengan transformatif.
keyakinan dan
kepercayaan sehingga
menimbulkan
berbagai
penyimpangan nilai.
4 Participatory Pemberdayaan Koperasi Pondok Membenahi Pondok Pesantren
Pesantren Sebagai Pendidikan Sosial kepengurusan, (Ponpres) memiliki
Dan Ekonomi Santri keanggotaan dan peran strategis dan
mengembangkan unit penting yaitu
usaha sebagai sebagai lembaga
pendidikan sosial pendidikan yang
serta ekonomi bagi membentuk
kemandirian santri. karakter dan
Pesantren menjadi perilaku yang
pendidikan alternatif agamis, bermoral
dan bukan pilihan dan spiritual,
utama, tetapi pendidikan ilmu
memiliki potensi pengetahuan, serta
yang mampu bangkit pendidikan sosial
menepis stigma dan ekonomi untuk
negatif dengan berinteraksi,
keinginan yang kuat, berwirausaha dan
kemampuan, dan mandiri dalam
bekerja sama dengan masyarakat seperti
masyarakat adanya Koperasi
melakukan program Pondok Pesantren
pemberdayaan yang (Kopontren).
berhasil membentuk Pengembangan
kelompok usaha dan karakter dan
Koperasi Syariah. keterampilan
ekonomi, berjiwa
sosial, dan bekerja
sama dengan
memiliki kegiatan
kewirausahaan
seperti budi daya
perikanan dan
peternakan,
bengkel motor,
warung
kelontongan serta
Koperasi Pondok
Pesantren
(Kopontren)
sebagai induk
usaha untuk
kesejahteraan
bersama. Sehingga
para santri lulusan
pesantren dapat
menjadi generasi
pembangunan yang
memiliki karakter
bermoral,
berwirausaha dan
mandiri serta
mampu
menciptakan
lapangan usaha di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai