Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN WAHYU, MACAM-MACAM & PROSES

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah Ulumul Qur'an
Dosen Pengampu:Dr. H. Moh. Abdul Khaliq Hasan, M.A
Disusun oleh :
Umar Z A
Zuhadul Bahrain
Mentari Faj'riyah
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
SURAKARTA
2013

BAB 1
PENDAHULUAN
Wahyu merupakan sesuatu yang di tuangkan dengan cara cepat dari Allah
ke dalam dada Nabi-nabin-nya sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz Al-Qur'an yang
datang secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi,apa sebenarnya yang dimaksud dengan
wahyu, yang Allah khususkan bagi para nabi dari sekian hamba-hamba-Nya? Apakah alQur'an termasuk wahyu dari Allah?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, akan dibahas pada bab selanjutnya dan akan diuraikan
tentang wahyu dan macam-macamnya agar kita dapat memahami tentang hakikat wahyu
yang sebenarnya, karena pada dasarnya kita belum mengerti dan memahami tentang wahyu
itu sendiri

BAB II
a. Pengertian Wahyu

Arti wahyu dari segi bahasa adalah petunjuk yang di sampaikan secara sembunyi, atau
dengan kata lain wahyu tersebut menggunakan metode sembunyi-sembunyi dalam
penyampaiannya. Pengertian wahyu Menurut syara' wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT
kepada orang yang dipilih dari beberapa hamba-Nya mengenai beberapa petunjuk dan ilmu
pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara yang tidak biasa bagi
manusia, baik dengan perantaraan atau tidak dengan perantaraan.
Lafazh "wahyu'' ini menunjukkan bahwa penyampaian berita dari Allah Swt kepada
Rasulullah SAW menggunakan metode khusus.Hal itu dapat dibuktikan dengan
digunakannya metode sembunyi-sembunyi, keakuratan, dan tidak memungkinkannya orang
lain untuk dapat mengetahui atau bahkan untuk sekedar merasakannya.
Metode wahyu ini bukanlah satu-satunya cara yang digunakan oleh Allah Swt untuk
menyampaikan kalimat-Nya kepada penutup para nabi, Muhammad saw. Akan tetapi selain
itu terdapat metode-metode lain yang lebih umum sebagaimana yang pernah dijalani oleh
para utusan-Nya yang lain dalam memperoleh kitab dari-Nya
Menuurut bahasa, wahyu mempunyai beberapa arti, antara lain sebagai berikut:
a) Berarti ilham gharizi atau instink yang terdapat pada manusia atau binatang.
Contohnya, seperti kata wahyu yang terdapat firman Allah SWT:

Artinya: "Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberi instink) kepada lebah,


supaya membuat (sarang-sarang) di bukit-bukit, di pohon-pohon, kaydan di
(rumah-rumah) yang didirikan (manusia)." (Q.S. An-Nahl: 68)
b) Berarti ilham fitri atau firasat yang hanya ada pada manusia dan tidak pada
binatang. Contohnya seperti kata wahyu dalam firman Allah SWT:

Artinya:
"Dan kami ilhamkan (berfirasat) kepada ibu nabi musa supaya menyusui dia
(Musa)." (Q.S. Al-Qashash: 7)
c) Berarti tipu daya dan bisikan setan, seperti arti kata wahyu dalam firman Allah
SWT:

Artinya:
"Dan sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawan mereka
agar mereka membantah kalian." (Q.S. Al-An'am: 121)

d) Berarti isyarat yang cepat secara rahasia, yang hanya tertuju pada Nabi/ Rasul
saja. Contohnya seperti arti kata wahyu dalam firman Allah SWT:

Artinya:
"Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu, sebagaimana kami
telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi sesudahnya."
(Q.S. An-Nisa: 163)
Arti keempat inilah yang relevan dengan pengertian wahyu menurut istilah
dalam pembahasan disini.
Dan definisi antara keduanya sangat mirip dengan pengertian wahyu menurut kaum
orientalis, yang menuduh bahwa wahyu itu hanyalah berupa angan-angan dari dalam diri
Nabi sendiri. Tuduhan itu tidak tepat. Sebab wahyu itu adalah sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas. Ustadz Muhammad Abduh mendefinisikan ilham ialah intuisi yang diyakini
oleh jiwa yang mendorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa sadar dari mana
datangnya, hal dan senang.

B. Cara Turunnya Wahyu


Dari keterangan al-Qur'an jelaslah bagi kita bahwa wahyu merupakan hubungan ghaib
yang tersembunyi antara Allah Swt dan para utusan-Nya. Secara umum wahyu diturunkan,
seperti yang diidentifikasikan Alqur'an:

Artinya:
" Dan tidak ada bagi seseorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia, kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki.
Sesungguhnya dia maha tinggi lagi maha bijaksana". (Q.S. Asy-Syura: 51)
Dari keterangan ayat tersebut dapatlah diketahui bahwa cara turunnya wahyu pada
umumnya ada tiga cara, termasuk cara turun wahyu Al-qur'an itu adalah sebagaiberikut:
Pertama, dengan cara menambatkan makna isi al-Qur'an tersebut ke dalam hati
Rasulullah saw, atau dengan cara menghembuskannya ke dalam jiwanya, sehingga ia
merasakan sendiri bahwa apa yg diterimannya itu berasal dari Allah Swt. Cara ini sering
disebut dengan caraRa'yu ash-shalihah atau impian nyata diperolehnya dengan jalan mimpi
dalam tidur, tetapi kemudian menjadi kenyataan. Contohnya, seperti impian Nabi Ibrahim
AS ketika menerima wahyu yang memerintahkan supaya menyembelih puteranya Ismail.

Kedua, menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW dari balik tabir, yakni
suara bisikan wahyu disampaikan kepada Nabi SAW dari celah-celah gemerincingya suara
lonceng/bel. Jadi yang dijadikan tabir menutup pendengaran para sahabat adalah gemuruhnya
bunyi lonceng, yang menghalangi telinga mereka mendengar bisikan suara wahyu ayat yang
diturunkan. Tetapi telinga Nabi tetap mendengar bisikan suara wahyu itu dari tabir suara
lonceng tersebut.


, :

:
. ,
Sesungguhnya al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata:
"Wahai Rasulullah bagaimana wahyu itu datang kepadamu? Maka Rasulullah SAW
menjawab, bersabda: Kadang-kadang datang kepadaku seperti gemuruhnya bunyi lonceng,
dan itu yang paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah
menguasai apa yang sudah diucapkan-Nya.
Ketiga, Dengan cara melalui perantaraan malaikat Jibril AS sebagai pembawa
wahyu-Nya. Hal ini sebagaimana sudah diisyaratkan oleh Alqur'an yang terdapat pada ayat
193-194 surah Asyu'ara. Jadi, malaikat Jibril membacakan wahyu ayat-ayat yang diturunkan,
baik dia itu tetap dalam bentuk aslinya dalam alam rohani, dan tubuh Nabi SAW yang
melepaskan diri dari bentuk tubuh jasmani menjadi bentuk rohani. Sebagaimana sabda Nabi
SAW lanjutan hadits diatas:

, :
:
( ) ,
Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak
berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang dikatakannya. "Aisyah lalu berkata: "Saya
pernah melihat beliau menerima wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai
wahyu itu dari beliau, maka bercucuranlah keringat di pelipis beliau SAW. (H.R. al-Bukhari).
Cara ini terasa berat bagi Nabi, sehingga seolah-olah beliau seperti mengigau atau pingsan,
melainkan karena sedang penuh konsentrasi dalam menghadapi malaikat dalam alam rohani.
Hal ini sesuai dengan keterangan Al-Qur'an:

Artinya:
" Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat."
Muzammil: 5

(Q.S. Al-

BAB III
KESIMPULAN
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa wahyu yang diterima oleh Rasulullah
SAW berupa ayat-ayat al-Qur'an mayoritas diterima melalui perantara malaikat-Nya. Dan
sebagian yang lainnya dengan cara penyampaian langsung dari Allah Swt kepada utusan-Nya
tersebut. Metode penyampaian wahyu secara langsung. Ketika menerima secara langsung
saat Rasulullah SAW mendengar perintah dari Allah tanpa melalui perantara, memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi beliau SAW. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa imam
shadiq pernah ditanya tentang surah Al-Ghasiyah yang diterima oleh Rasulullah saw, "
Apakah itu disampaikan melalui turunnya malaikat?" Imam Shadiq kemudian menjawab,
"Bukan tetapi ayat tersebut langsung diterimanya (Nabi saw) dari Allah Swt, tanpa seorang
perantara pun."

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Baqir Muhammad, Ulumul Qur'an, AL-HUDA jakarta,2006
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur'an, surabaya, 1998
Prof. Dr.Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, PT PUSTAKA RIZKI
PUTRA semarang,2009

PROSES TURUNNYA AL-QURAN


Oleh m ismail
PENDAHULUAN
Tidaklah tersembumyi bagi siapapun juga bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada kadarnya.
Demikianlah sunnatullah didalam alam ini. Sejarah adalah saksi yang benar menetapkan
kebenaran ini. Seseorang ahli sejarah yang hendak menggali sesuatu dari perkembangan
sejarah harus mengetahui sebab-sebab kejadian dan pendorong-pendorongnya, jika dia ingin
mengetahui hakikat sejarah itu sebenaranya, bukan sejarah saja yang memerlukan hal
demikian, ilmu-ilmu tabiat, ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan
juga memerlukan sebab dan musabab.
Turunnya AlQuran merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus
menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat Al-alaq(ayat:1-5), Nabi
Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena karena diturunkan lewat
perantara malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat jibril
menyampaikan wahyu tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa
melaksakan apa yang diperintah malaikat jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril

mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya. Begitupun saat menerima ayat-ayat
yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu yang mengiringi ayatayat tersebut.
Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa
turunnya Al Quran merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga merupakan
suatu . Dengan turunnya Al Quran berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi,
baik dari segi sebab-sebab turunnya atau yang sering disebut Asbabun Nuzul maupun proses
turunnya Al Quran itu sendiri.
Dalam Makalah ini pembahasannya hanya terkait tentang proses turunnya Al Quran
saja atau yang sering disebut ilmu nuzulul Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TURUNNYA AL QURAN
Secara majazi turunnya Al-Quran diartikan sebagai pemberitahuan dengan cara dan
sarana yang dikehendaki Allah SWT sehingga dapat diketahui oleh para malaikat bi lauhil
mahfudz dan oleh nabi Muhammad SAW didalam hatinya yang suci.
Adapun tentang kayfiyat Al-Quran itu di turunkan telah terjadi penyelisihan antara
para ulama. Dalam hal ini ada tiga pendapat :
1. Al-Quran itu diturunkan ke langit dunia pada malam al-qadr sekaligus lengkap dari awal
sampai akhir. Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau
23 tahun atau 25 tahun berdasarkan pada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama nabi
bermukim di mekkah sesudah beliau di angkat menjadi rasul. Pendapat ini berpegang pada
riwayat Ath Thabary dari Ibnu abbas beliau berkata diturunkan Al-Quran dalam lailatul
qadr dalam bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian dari sana (langit)
diturunkan sedikit sedikit kedunia. Dari segi isnad riwayat tersebut kurang kuat akan tetapi
boleh di gunakan[1]
2. Al-Quran itu di turunkan ke langit dunia dalam 20 kali lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23
kali lailatul qadr dalam 23 tahun atau 25 kali lailatul qadr dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap
malam diturunkan ke langit dunia tersebut, sekedar yang hendak di turunkan dalam tahun itu
kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur.
3. Al-Quran itu permulaan turunnya ialah di malm al qadr, kemudian diturunkan setelah itu
dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
Adapula pendapat bahwa Al-Quran di turunkan tiga kali dalam tiga tingkat:
1. Di turunkan ke lauhil mahfudz.
2. Di turunkan ke baitul izzah di langit dunia.
3. Di turunkan berangsur-angsur kedunia.
Meski sanad nya shoheh, Dr. Subhi as Sholeh menolak pendapat di atas tersebut karena
turunnya Al-Quran yang demikian itu termasuk bidang yang ghaib dan juga berlawanan
dengan dzahir Al-Quran.[2]
Menurut pendapat ulama jumhur, bahwa lafadz Al-Quran tertulis di lauhil mahfudz
lalu di pindah dan di turunkan ke bumi, dengan demikian tidak ada lagi lafadz-lafadz AlQuran. Di lauhil mahfudz. Menurut pendapat Hasby Ash-Shiddiqie yang di nukil bukan
lafazd yang ter matub, hanya di salin lalu di turunkan. Hal ini sama dengan orang yang
nenghapal isi kitab Al-Quran, isi kitab tetap berada dalam kitab yang di salin dalam hapalan
pun persis sebagai mana yang tertulis dalam kitab Al-Quran itu.
Al-Quran diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam
17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah Haji wada tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.[3] Permulaan turunnya Al-Quran ketika Nabi SAW
bertahannus (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara Jibril

Al-Amin dengan membawa beberapa ayat Al-Quran Hakim. Surat yang pertama kali turun
adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda
dan dalil) sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dengan sanad dari Aisyah
yang menunjukkan akan datangnya wahyu dan bukti nubuwwah bagi rasul SAW yang
mulia. Diantara tanda-tanda tersebut adalah mimpi yang benar di kala beliau tidur dan
kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di Gua Hira untuk beribadah kepada
Tuhannya.
Al-Quran diturunkan pada bulan ramadhan berdasarkan nash yang jelas yang terdapat
dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 :











(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil).

Proses turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap,
yaitu : [4]
Al-Quran turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu tempat
yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini
diisyaratkan
dalam
Q.S
Al-Buruuj
:
21-22
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al- Quran yang mulia. Yang
(tersimpan)
dalam
Lauh
Mahfuzh.
dan Q.S Al-Waqiah :77-80 yang artinya : Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah
bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, Diturunkan
dari Rabbil alamiin.
2.
Al-Quran diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di
langit dunia. Diisyaratkan dalam: Q.S Al-Qadar: 1, Sesungguhnya kami Telah
menurunkannya
(Al
Quran)
pada
malam
kemuliaan.
dan pada QS Ad-Dhuhan:3, Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.
3.
Al-Quran diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi melalui malaikat Jibril
dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat,
bahkan kadang-kadang satu surat. Diisyaratkan dalam Surat Ass-Syuara 193-195, Dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad)
1.

agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi


peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas
B. AYAT YANG PERMULAAN DITURUNKAN
Tentang ayat-ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut pendapat yang terkuat ialah ayat permulaan surah Al-alaq





Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah SAW. Berada di gua Hira, yaitu
disebuah gua di Jabal Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari kota Mekah. Terjadi pada malam
hari senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah 13 tahun sebelum hijriah,
bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. malm turunnya Al-Quran itu disebutlailatul
qadratau lailatul mubarakah yaitu suatu malm kemulian dan keberkahan hal ini termaktub
didalam Al-quran sebagai berikut:


Bahwasanya kami telah menurunkannya(Al-quran pertama kali) pada malm lailatul
qadr (QS. Al-Qadr ayat 1)


Sesungguhnya kami telah menurunkannya ( AL-Quran pertama kali) pada lailatul
mubarakah.(QS. Ad-Dukhan ayat 3)
Saat turunnya al-quran pertama kali itu disebut Yaumul Furqan ialah karna Al-quran
itu membawa ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang jelas, yang memberikan batas yang
terang antara yang haq dan yang bathil, antara yang salah dan benar, dan antara yang halal
dan yang haram.
Di samping itu ada ulama berpendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat al-quran
yang pertama kali diturunkan ialah surah al-fatihah. syekh Muhammad Abduh menguatkan
pendapat ini dengan beberapa alasan, yaitu:
1. Dengan memperhatikan surah al-fatihah itu yang seolah-olah yang mencakup segala pokokpoko isi al-quran itu secara garis besarnya, sehingga apa-apa yang tersebut dalam surahsurah berikutnya adalah merupakan keterangan perincian bagi pokok-pokok yang telah
disebutkan dalam surst Al-Fatihah itu. Dengan demikian ia Preambule bagi Alquran
seluruhnya.
2. Boleh jadi karena fungsinya sebagai preambule tersebut itu maka nabi memerintahkan
supaya surah al-fatihah itu dicantumkan pada permulaan Al-Quran.
3. Memang ada hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam kitab Dalailun nubuwwah
yang menerangkan hal itu.
Akan tetapi ada pendapat lain lagi yang menyatakan bahwa ayat yang mula-mula
diturunkan surah Ad-Dhuha. Dan ada pula yang mengatakan ayat yang mula-mula yang
diturunkan surah Al-Mudatstsir. Bahkan ada pula yang mengatakan ayat-ayat surah Almuzammil.
C. MASA TERPUTUSNYA WAHYU
Apabila kita perhatikan dari riwayat hidup Rasulullah berdasarkan riwayat-riwayat
yang terkuat maka kita akan dapat kesimpulan bahwa ayat yang permulaan yang diturunkan
memanglah lima ayat permulaan surah Al-alaq kemudian ketika surah Al-mudatstsir.

Kemudian setelah itu wahyu mpun terputus, beliau tidak pernah lagi menerima wahyu dalam
waktu yang agak lama. Nabi amat merasa sedih dan gelisah karna terputusnya wahyu
tersebut, karna justru hal itu terjadi pada saat beliau mulai melaksanakan tugas yang amat
berat, dimana beliau memerlukan tuntunan-tuntunan dari tuhan, apalagi untuk menghadapi
rintangan-rintangan dari pihak lawan bahkan timbul keragu-raguan dalam hati Nabi, apakah
Allah benar-benar mengangkat beliau sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Kalau benar, mengapa
kini wahyu terputus, justru saat beliau sangat memerlukan dan merindukannya? Kesdihan,
kegelisahan dan kekecewaan itu pada suatu ketika mencapai puncaknya,dimana beliau
merasa ditinggalkan oleh Tuhanya sedemikian rupa.
Tetapi akhirnya, kesedihan,kekecewaan dan keraguan itu berakhir juga dengan
kembalinya wahyu turun kepada beliau yaitu ayat-ayat surah Ad-duha, yang menggambarkan
dengan jelas betapa hebatnya derita bathin yang beliau tanggung dalam masa terputusnya
masa-masa itu, dan betapa pula Allah menghibur hati Nabi serta mengingatkan beliau pada
masa lampaunya yang dahulunya adalah seseorang yang melarat lalu diberikan kekayaan.
Allah juga mengajarkan kepada Nabi bagaimana harus bersikap pada anak yatim dan orang
yang meminta-minta. Dan bagaimana mensyukuri nikmat tuhan.
Dengan memperhatikan suasana yang meliputi turunnya surah ad-duha ini dapatlah di
simpulkan bahwa surah tersebut adalah surah yang ketiga diturunkan.
D. HIKMAH TERPUTUSNYA WAHYU
Para ulama menyebutkan hikmah dan terputusnya wahyu itu antara lain ialah:
1. Supaya lenyap sama sekali rasa takut yang dialami Nabi keika turunnya wahyu pertama kali
di Gua Hira.
2. Supaya timbul rasa kerinduan dalam hati Nabi untuk kembalinya wahyu kepada beliau
setelah terputusnya dalam beberapa waktu.
Hal ini memang terjadi. Di samping timbulnya rasa kecewa dan keragu-raguan beliau
tentang kenabian dan kerasulannya, beliau juga mersa rindu untuk mendapat wahyu itu
kembali. Pada saat kerinduan itu begitu hebatnya maka Tuhan menurunkan wahyu surah AdDuha ini. Dengan demikian tentramlah hati beliau bahwa Allah benar-benar mengangkatnya
menjadi Nabi dan Rasul-Nya.
E. LAMANYA WAHYU TERPUTUS
Terdapat bermacam-macam pendapat tentang lamanya terputus wahyu: Ada
yang mengatakan bahwa wahyu itu terputus selama tiga tahun. Ada pula yang mengatakan
dua sengah tahun. Dan ada yang lain berkata empat puluh hari dan ada pula yang
menyebutkan lima belas hari. Bahkan ada pula yang berkata, hanya tiga hari saja. Ustadz AlKhuduri dalam bukunya Nurul Yakin mengatakan bahwa yang terkuat di antara
pendapat-pendapat tersebut ialah pendapat yang mengatakan empat puluh hari. Akan tetapi
jika kita hubungkan analisa di atas tadi, bahwa surah Ad-Duha itu turun pada waktu bitsah
Nabi, maka dapatlah dikatakan bahwa Fatratul Wahyi itu berlangsung selama lebih dari
dua tahun. Dan timbulnya perbedaan-perbedaan pendapat yang begitu menyolok dalam
menentukan masa fatratul Wahyi ini juga kita dapat kita pahami, terutama jika diingat
bahwa peristiwa itu terjadi masih pada permulaan islam, disana jumlah kaum uslimin masih
sedikit, dan mereka selalu dapat gangguan dari pihak-pihak lawan, sehingga tidak pernah
timbul inisiatif pada mereka, atau tidak ada kesempatan secara kronologis dan teratur, tentang
peristiwa-peristiwa penting yang mereka hadapi.
F. CARA-CARA AL-QURAN DITURUNKAN
Al-Quran itu diturunkan secara berangsur-angsur bukan sekaligus semuanya.
Memang sudah diperoleh kenyataan dari dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-Quran
diturunkan menurut keperluan: lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan kadangkadang hanya setengah ayat.

Ayat-ayat yang sepuluh ayat turunnya, ialah ayat-ayat yang mengkisahkan tentang
tuduhan terhadap Aisyah dalam surat An-Nur dan ayat-ayat yang dipermulaan surah Almuminun. diantara yang setengah saja diturunkan, ialah firman Allah SWT :

Yang selain dari orang yang mempunyai kemelaratan (halangan).(QS An-Nissa :
95)



Dan
jika
kamu
takut
kepapaan,
maka
kelak
Allah
akanmengayakan kamu dari keutamaanNya, jika iya kehendaki
bahwasanya Allah sangat mengetahui dan sangat bijaksana.(QS At-Taubah:
28)
Kata An Nakhrawy dalam kitab Al Waqaf adalah Al Quran diturunkan secara
bercerai-cerai,satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak dari itu.
Diriwayatkan oleh Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar, ujarnya ; Abul aliyah berkata : pelajarilah
Quran lima ayat- lima ayat, karena Nabi menerimanya dari Jibril, lima ayat- lima ayat.
Yakni Jibril lebih menyampaikannya kepada Nabi sejumlah itu, sesudah Nabi menghafalnya,
barulah di sampaikan yang lain.
Kata setengah ulama diantara ayat-ayat Al Quran, ada yang diturunkan berceraibercerai, ada yang diturunkan secara berkumpul-kumpul. Bagian pertama surah itu lebih
banyak. Contohnya dalam surah-surah pendek, Iqrabismi rabbika. Pada permulaan
diturunkan hanya sampai kepada Ma lam yalam. Wadldluha pada permulaan
diturunkan hanya sampai kepada Fatardla. Di antara contoh yang diturunkanberkumpul,
yani sepenuh surat diturunkan sekaligus ialah surat Al-Fatihah, Al Ikhlas, Al Kautsar,
Tabbat,Lam yakun, An Nasr dan Al Muauwidzatani. Di antara surat yang panjang
yang diturunkan sekaligus ialah surah Al Mursalat.
G. HIKMAH AL-QURAN DITURUNKAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
bila orang bertanya, apakah rahasia yang terkandung dalam menurunkan Al-Quran
berangsur-angsur dan mengapakah tidak sekaligus semuanya seperti kitab-kitab Samawy
yang lain ?, maka kami menjawab : pertanyaan yang demikian telah dijawab Allah sendiri
dalam firmanNya :



Dan berkatalah segala orang yang kafir: apakah gerangan sebabnya tiada
diturunkan Al-Quran sekaligus semuanya. (Q.A. 32. S. 25 : al Furqan)
Mereka bermaksud, mengapa tidak diturunkan Al-Quran sebagai diturunkan kitabkitab yang lain ?
Tuhan berfirman :
...
sedemikianlah (kami turunkan dia berangsur-angsur) untuk kami kuatkan dengan
dia hati engkau.(Q.A 32. S 25 : Al-Furqan)
Diantara hikmah diturunkannya al-quran secara bertahap:[5]
1. Meneguhkan hati Rasulullah saw. Dalam melaksanakan tugasnya, kendati ia menghadapi
hambatan dan tantangan (QS. Al-Furqon: 32-33). Disamping itu dapat juga menghibur hati
beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orag-orang kafir (QS.
Al-Ahqof:5), dan sebaginya.

2. Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal lafad al-Quran, mengingat al-Quran
bukan syair atau prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga
memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
3. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan segala isinya oleh umat islam.
4. Di antara ayat-ayat al-Quran, menurut ulama ada yang nasikh dan ada yang mansukh ,
sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak akan jelas jika al-Quran di Nuzulkan secara
sekaligus.
5. Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup semasa semasa dengan nabi.
6. Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap
mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur-angsur.
7. Al-Quran yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri.
Bahkan hal itu dapat membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan
yang dihadapi dapat dicarika jalan keluarnya dari penjelasan al-Quran
8. Untuk membuktikan bahwa al-Quran benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad.
Jadi, al-Quran secara berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.
Perlu ditegaskan sedikit, bahwa setengah ulama tidak membenarkan bahwa kitabkitab yang lain dari Al Quran, semuanya diturunkan sekaligus. Memang tak ada dalil yang
menyatakan demikian. Maka pendapat yang benar soal ini, semua kitab itu diturunkan
bercerai-cerai sebagai Al Quran juga.
H. TEMPO LAMA TURUN AL-QURAN
Antara permulaan turun al Quran dengan penghabisannya, lamanya dua puluh tahun
atau dua puluh tiga tahun. Ini berdasarkan kepada perselisihan tentang berapa lama Nabi
bermukim di makkah sesudah beliau diutus. Memang para ulama berselisihant paham
tentang lamanya Nabi bermukim di makkah sesudah beliau diutus. Pad satitu mereka sepakat
menepatkan, bahwa lama Nabi bermukim di madinah sepuluh tahun.
Al Ustadz Al Khudlary dalam Tarikh Tasyri menetapkan bahwa lama tempo Nuzulul
Quran dari permulaannya sehingga penghabisannya, 22 tahun 2 bulan 22 hari , yani dari
malam 17 ramadhan tahun 41 dari Millad Nabi, hingga 9 Dzulhijjah hari haji Akbar
I. AYAT YANG TERAKHIR TURUN
Pertama, ada yang mangatakan bahwa ayat yang terakhir turunnya ialah ayat yang
mengenai riba. Menurut hadis bukhari dan ibnu abbas katanya, ayat terakhir diturunkan tuhan
kepada muhammad SAW ialah ayat riba. Yang dimksud dengannya itu ialah firman tuhan
yang berbunyi;



Hai orang orang beriman, bertakwalah kamu kepada allah dan tinggalkanlah
riba, (QS albaqarah:278)
Kedua, ada pula yang mengatakan bahwa ayat terakhir turun Allah berfirman;



Dan periharalah dirimu (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. (QS Al-Baqarah: 281)
Ketiga, ada pula yang mengatakan ayat tentang utang-piutang, ayat itu berbunyi:



Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah, tdak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya. (QS Al-Baqarah 282)

Keempat,ada pula yang mengatakan ayat terakhir turun, Allah berfirman:




Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) katakanlah, Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah. (QS An-Nisa :176)
Kelima,ada pula yang mengatakan ayat terakhir turun, firman Allah;

. . . . .
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari golongan kamu
sendiri, (QS At-Taubah: 128-129)
Keenam, ada pula yang mengatakan surah al-maidah
Ketujuh, ada pula yang mengatakan, firman Allah:



Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain. (QS Ali-imran: 195)
Kedelapan, ada pula yang mengatakan, firman Allah:




dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.(QS An-Nisa: 93)
Sembilan, hadits ibnu abbas RA mengatakan bahwa ayat yang terakhir diturunkan:

Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan. (QS An-Nasr: 1)
Kesepuluh, ada pula yang mengatakan, firman Allah:






pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS Al-Maidah: 3)
Menurut ijtihad para ulama ayat yang kesepuluh lah yang paling
banyak kesepakatan karna ayat ini turun diarafah pada tahun haji wada.
Pada akhirnnya menunjukan kesempatan segala yang fardu dan hukumhukum, dan menunjukan kesempurnaan agama. Allah telah mencukupkan
nikmatnya dari negri haram mkengalahkan orang musyrik.
Kata Qadhi Abu Bakar Al-barkani dam kitabnya Al-Intisar, mengatakan mengenai
perbedaan riwayat ayat terakhir turun diatas tidak ada satu juapun yang bersumber dari Nabi
SAW. Oleh karena itu orang boleh melakukan ijtihat dan membuang hal-hal yang masih
diragukan. Barang kali tiap-tiap orang memberitakan tentang apa yang didengarnya dari nabi

pda hari wafatnya,atau beberapa hari sebelum wafat.selain itu ada pula orang yang
mengatakan katanya dia pernah mendengar dari Nabi, padahal ia tidak pernah
mendengarkannya sama sekali. Dan barangkali ada pula yang mengatakan ayat inilah yang
terakhir dibaca Nabi SAW. Disamping ayat-ayat yang lain turun. Nabi memerintahkan untuk
menuliskan ayat-ayat yang terakhir dibacakannya itu
KESIMPULAN
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah
surah atau surat yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Quran secara
keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13 tahun waktu nabi masih tinggal
di mekkah, 10 tahun waktu nabi sesudah dimadinah. Alquran mulai diturunkan kepada nabi
Muhammad pada malam Lailatul-Qadar tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia
41 tahun bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 Masehi.
Wahyu yang pertama-tama kali diterima Nabi ialah ayat 1 smpai dengan 5 surat AlAlaq, pada waktu Nabi sedang berada di gua Hira. Sedang, wahyu terakhir yansg diterima
Nabi adalah surat Al-Maidah ayat 3 pada tanggal 9 Dzul hijjah tahun ke 10 Hijriah atau 7
Maret 632 Masehi. Antara wahyu pertama dan wahyu terakhir diterima Nabi berselang
kurang lebih 23 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Ahad Syadali,. Ahmad Rofii, Ulumul Quran 1, CV Pustaka setia abadi, Bandung: 1997
Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qanaah), 1980,
Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Quran,Rineka Cipta, Jakarta: 1992
Manaul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Quran, PT Rineka cipta, Jakarta: 1993
M. Hasbi Ashshiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu alquran dan Tafsir, PT Bulan Bintang,
Jakarta: 1992
Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, Dana Bakti Primayasa, Yogyakarta: 1998
Subhi Ash-Shalih, Membahas
Firdaus Jakarta: 1993

ilmu-ilmu

Al-quran,

terjemah

Nur

Rakhim, Pustaka

APA ITU WAHYU?


a. Pengertian Wahyu secara Bahasa
Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui
orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaran yang berupa
rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui
isyarat dengan sebagian anggota badan.
Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar ( infinitif ); dan materi kata itu menunjukkan dua
pengertian dasar, yaitu ; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa
wahyu adalah : pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat dan khusus ditujukan kepada
orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.

b. Pengertian Wahyu dalam Istilah Syar'i


Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai : kalam Allah yang diturunkan kepada seorang
Nabi`. Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul, yaitu al muha ( yang diwahyukan ).

Ustadz Muhammad Abduh membedakan antara wahyu dengan ilham . Ilham itu intuisi yang
diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari
mana datangnya. Hal sepeti itu serupa dengan rasa lapar, haus sedih da senang.

BAGAIMANA CARA WAHYU TURUN


PADA MALAIKAT
Didalam Al- Quranul Karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikatnya :
diantaranya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: `Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.` Mereka berkata: `Mengapa
Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya .`( al-Baqarah : 30 ).
Juga terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka : `Ketika Tuhanmu
mewahyukan kepada para malaikat : `Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka
teguhkan orang-orang yang telah beriman`.( al-Anfal : 12 ).
Disamping itu ada pula nash tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia
menurut perintah-Nya. `Demi malaikat yang mebagi-bagi urusan.`( ad-dzariyat : 4 ).

Nash-nash diatas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para malaikat
tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh para malaikat itu. Hal itu
diperkuat oleh hadis dari Nawas bin Sam`an r.a yang mengatakan :
Rasulullah SAW berkata :
`Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui
wahyu; maka langitpun tergetarlah dengan getaran- atau Dia mengatakan dengan
goncangan-yang dahsyat karena takut kepada Allah Azza wa jalla. Apa bila penghuni langit
mendengar hal itu, maka pingsan dan bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama
sekali mengangkat muka diantara mereka itu adalah jibril, maka Allah membicarakan wahyu
itu, kepada jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian jibril berjalan melintasi para
malikat, setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu;
apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai jibril ? jibril menjawab : Dia mengatakan
yang hak. Dan Dialah yang maha tinggi lagi Maha Besar. Para malikatpun mengatakan
seperti apa yang dikatakan jibril. Lalu jibril menyampaikan wahyu itu seperti apa yang
diperintahkan Allah azza wajalla.`
Hadits di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Pertama Allah berbicara, dan para
malikatnya mendengar-Nya. Dan pengaruh wahyu itupun sangat dahsyat; apa bila pada
lahirnya- didalam perjalanan jibril untuk menyampaikan wahyu-hadis diatas menunjukkan
turunnya wahyu khusus mengenai Quran, akan tetapi hadis tersebut juga menjelaskan cara
turunnya wahyu secara umum.

CARA WAHYU ALLAH TURUN KEPADA


PARA RASUL
Allah memberikan wahyu kepada para rasul-Nya ada yang melalui perantaraan dan ada
yang tidak.

CARA PERTAMA : TANPA MELALUI


PERANTARAAN.
Diantaranya ialah dengan :

Mimpi yang benar didalam tidur.


Dari Aisyah r.a dia berkata : sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah
SAW adalah mimpi yang benar diwaktu tidur, beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu
datang bagaikan terangnya di waktu pagi hari.`
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para Nabi adalah wahyu
yang wajib diikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim agar menyembelih anaknya, Ismail. `( as-Saffat :
101-112 ).
Mimpi yang benar itu tidaklah khusus bagi para rasul saja, mimpi yag demikian itu tetap ada
pada kaum mukminin, sekalipun mimpi itu bukan wahyu.hal itu seperti dikatakan oleh
Rasulullah SAW : `Wahyu telah terputus, tetapi berita-berita gembira tetap ada, yaitu mimpi
orang mukmin.`
Mimpi yang benar bagi para nabi diwaktu tidur itu merupakan bagian pertama dari sekian
macam cara Allah berbicara seperti yang disebutkan didalam firman- Nya:


`Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.`(as-Syuraa : 51 ).

Kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara.


Yang demikian itu terjadi pada Nabi Musa a.s. Sebagaimana firman Allah SWT :


Artinya :Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan
telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: `Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau`.( al-Araaf : 143 ).
Demikian pula menurut pendapat yang paling sah, Allah pun telah berbicara secara
langsung kepada Rasul kita Muhammad saw. Pada malam isra` dan mi`raj. Yang demikian

ini yang termasuk bagian kedua dari apa yang disebutkan oleh ayat diatas ( atau dari balik
tabir ).

CARA KEDUA MELALUI PERANTARAAN


MALAIKAT
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul :

Cara pertama : Datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara
yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan
segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat baat
Rasul.
Apa bila wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW dengan cara ini maka ia
mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya. Dan mungkin suara itu sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat,
seperti diisyaratkan didalam hadis .
Cara kedua : Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam
bentuk manusia. Cara ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya. Karena ada
kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasul meraa senang sekali mendengar
dari utusan pembawa wahyu itu. Karena merasa seperti manusia yang berhadapan
saudaranya sendiri.

Keduanya cara di atas disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul
Mu`minin r.a bahwa haris bin Hisyam r.a bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai hal itu
dan jawab Nabi : ` Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng, dan
itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang
dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu
dia berbicara kepadaku, dan akupun memahami apa yang ia katakan`.
Aisyah juga meriwayatkan apa yang dialami Rasulullah SAW berupa kepayahan , dia
berkata : `Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari
yang amat dingin, lalu malaikat itu pergi. Sedang keringatpun mengucur dari dahi
Rasulullah`.

TUDUHAN & JAWABAN SINGKAT


SEPUTAR WAHYU
Permasalahan wahyu sering menjadi sasaran tuduhan kaum jahiliyan dari dulu hingga
sekarang ( kafir qurays hingga orientalis masa kini ) dalam rangka mengkaburkan keyakinan
kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari Al-Quran, diantaranya sebagai berikut :
Pertama : Meraka mengira bahwa Qur`an dari pribadi Muhammad; dengan menciptakan
maknanya dan dia pula yang menyusun ` bentuk gaya bahasanya` ; Qur`an bukanlah
wahyu.
Kita jawab dengan, bagaimana dengan ayat-ayat Al-Quran yang jelas-jelas

'memperingatkan' & 'menyalahkan' Rasulullah SAW dalam beberapa momentum, seperti


ketika Rasulullah SAW mendahulukan mendakwahi pembesar quraiys dan tidak
mempedulikan Abdullah bin Ummi Maktum ? (QS Abasa 1-10), atau saat Rasulullah SAW
memutuskan untuk menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan ?. Maka jika itu
benar buatan Nabi, sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya sendiri.
Begitu pula saat momentum lain, dengan peristiwa yang dikenal sebagai haditsul ifki,
dimana kehormatan keluarga nabi tercoreng dengan isu yang melanda seisi kota tentang
ketidaksetiaan ibunda Aisyah. Kasus ini cukup lama membuat Madinah bergejolak, tapi
Rasulullah SAW bergeming dan menunggu jawaban tuntas dari Al-Quran untuk
membebaskan ibunda Aisyah dari tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang
membuat al-Quran, maka mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya wahyu
dengan kondisi yang segenting itu.
Kedua : Mereka menyangka bahwa Rasulullah SAW mempunyai ketajaman otak,
kedalaman penglihatan, kekuatan firasat, kecerdikan yang hebat, kejernihan jiwa dan
renungan yang benar, yang menjadikannya memahami ukuran ukuran yang baik dan yang
buruk, benar dan salah melalui ilham ( inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang
rumit melalui kasyaf. Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual dan
pemahaman yang diungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan retorikanya.
Kita Jawab, bahwa segi berita yang merupakan bagian terbesar dalam Quran tidak
diragukan oleh orang yang berakal bahwa apa yang diterimanya hanya berdaarkan kepada
penerimaan dan pengajaran. Qur`an telah menyebutkan berita-berita tentang umat
terdahulu, golongan-golongan dan perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang
benar dan cermat, seperti halnya yang disaksikan oleh saksi mata. Sekalipun masa yang
dilalui oleh sejarah itu sudah amat jauh. Bahkan sampai pada kejadian pertama alam
semesta ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat, serta gambaran surga
dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu tidak dapat memberikan tempat bagi
penggunaan pikiran dan kecermatan firasat. Secerdas apapun manusia, bahkan hingga hari
ini dengan zaman yang penuh teknologi, tetap tidak bisa menyentuh pemberitaanpemberitaan ghaib tersebut.
Ketiga : Mereka menyangka bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari
seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan buta huruf dan
tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa simbol ilmu dan pengajaran, ini
adalah kenyataan yang disaksikan oleh sejarah, dan tidak dapat diragukan. Bahkan kita juga
menyaksikan bahwa beliau di masa kecilnya tidak tumbuh dengan bimbingan khusus dari
ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW justru lebih
diarahkan untuk menjadi pedagang, hingga ikut serta dalam perjalanan dagangnya ke negri
Syam yang akhirnya bertemu dengan pendeta Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta
tersebut, Muhammad SAW yang masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu apapun
dari pendeta tersebut.

Anda mungkin juga menyukai