القرأن ) adalah bentuk mashdar dari fi’i qara’a ( قرأ ) yang diartikan dengan arti isim
القميرالنن لكـللمم ار المميعرجمز الممـنلززمل لعللى لخاَتلرم الل ينبرـــلياَرء لوالمميرلسلرـــييلن برلوارســـطلرة اللرمـــييرن رجـــيبررييلل
ف اللميحــمفوظم رفـى ال ص
صــمديورر اللمـينــقميومل إرللــييلناَ رباَلزتــلواتمرر صاَرحــيي رب رفى اللم ل لعـلـ لييره الزسـللمم الـلميكـتميو م
الممـلتـلعـبزمد ربـترلللوترره اللمـيبمديومء ربـمسيولررة اللفـاَترلحرة الممـيخـلتـتلمم ربـمسيولررة الـزناَ ر
.س
Artinya : “Al-Qur’an adalah Kalam Allah sebagai mukjizat yang diturunkan kepada
penutup para Nabi dan Rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan perantara al-Amin
(Jibril as), ditulis dalam mushahif, terpelihara dalam dada-dada manusia,
disampaikan secara mutawatir, bacaannya diberi nilai ibadah, dimulai dengan
surat Al-Fatihah, dan diakhiri dengan surat An-Nas”.
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW, maka tidak akan ada seorang pun
manusia atau jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang sanggup membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an. Mereka pasti tidak akan mampu membuatnya. Allah telah
mengisyaratkan hal itu dalam ayat berikut:
1
Artinya : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
(QS. Al-Isra: 88)
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya untuk memperkuat
kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, tetapi diturunkannya itu mempunyai
fungsi dan tujuan bagi umat manusia.
2. Pengertian Wahyu
Pengertian wahyu banyak dibahas oleh para ahli tafsir, ahli kalam dan ahli bahasa.
Pendapat-pendapat itu bila diringkaskan sarinya adalah sebagai berikut: “wahyu itu ialah
sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma, atau isyarat cepat yang lebih
cenderung dalam bentuk rahasia daripada terang-terangan”
Di dalam Al-Qur’an terdapat kata “wahyu” dan kata-kata jadiannya, kira-kira tujuh
puluh kali dan dipakai dengan beberapa arti.
Dalam ayat 11 surah Maryam dipakai dengan arti “isyarat”.
Dalam ayat 121 surah Al-An’am dipakai dengan arti “perundingan-perundingan yang
jahat dan bersifat rahasia”.
Di dalam ayat 68 surah An-Nahl dipakai dengan arti “ilham” yang bersifat tabiat.
Dan dalam ayat 7 surah Al-Qasas dipakai dengan arti “ilham” yang diberikan
(diilhamkan) kepada selain dari Nabi dan selain dari malaikat.
Dan apabila kita periksa sunnatullah (hukum alam) yang ditetapkan Allah untuk
berhubungan dengan para Rasul-Nya, akan ditemukan bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Allah SWT memerintahkan malaikat turun membawa perintah dan larangan.
2. Allah SWT menjadikan malaikat sebagai pesuruh-pesuruh yang menyampaikan segalar
suruhan dari Allah kepada manusia.
3. Allah SWT membisikkan (mencampakkan) sesuatu makna ke dalam hati .
4. Allah SWT memperdengarkan perkataan-perkataan-Nya kepada siapa yang dikehendaki
dengan tidak memakai perantara dan tidak pula menampakkan diri.
5. Allah SWT memerintahkan Ruh Qudus/Ruh Amin, yakni Jibril, supaya membisikkannya
kepada jiwa Nabi.
Cara ketiga, keempat dan kelima, dapat kita pahami dari ayat 51 surah 42 Asy-Syura.
2
Artinya : “Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah
berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Asy-Syuura: 51)
Dalama ayat ini diterangkan bahwa cara menyampaikan kitab-Nya kepada Rasul
dengan tiga macam cara:
1. Menurunkan wahyu
2. Memperdengarkan suara dari belakang hijab (dengan tidak menampakkan yang bersuara).
3. Mengutus Rasul atau malaikat (mengirimkan seorang pesuruh) membawa wahyu.
Dan yang dimaksdukan dengan “wahyu” dalam ayat 51 surah 42 Asy-Syura, ialah
sesuatu yang dibisikkan (dihunjamkan) ke dalam sukma.
Untuk lebih jelas, perhatikan keterangan dibawah ini.
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu
isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surah, tulisan, atau segala yang
kita sebut kepada orang lain untuk diketahuinya.
Dipakai dengan arti “isyarat dengan tangan”, ataupun “dengan yang lain” dalam
firman Allah:
...
Artinya : “... lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang”. (QS. Maryam: 11)
3
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa
yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku".
mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai
Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang
patuh (kepada seruanmu)". (QS. AL-Maidah: 111)
Dan dengan arti “ilham” dinamakan dalam firman Allah: “Dan Kami
ilhamkan kepada Ibunya Musa”. (QS. Al-Qasas: 7)
Juga dengan arti “ilham” dipakai dalam firman Allah:
Artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-
sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia", (QS. An-Nahl: 68)
4
3. Perbedaan Al-Qur’an, hadits Qudsi, dan Hadits Nabi.
Seperti dijelaskan di atas, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Jibril as, dan membacanya
dianggap sebagai ibadah.
Sedangkan mengenai Hadtis Qudsi terdapat sejumlah pendapat, antara lain:
Hadits Qudsi ialah : “Perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi SAW dengan
mengatakan, “Allah berfirman”. Nabi menyandarkan perkataan itu pada Allah. Beliau
meriwayatkan dari Allah SWT”.
Kata Ath-Thibi: “Hadits Qudsi ialah titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi di
dalam mimpi, atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya iut
dengan susunan perkataan Beliau sendiri serta menyandarkannya kepada Allah”. Pada Hadits
yang lain, Beliau tidak mengatakan: “Berfirman Allah .....”
Menurut Al-Kirmani, Hadits Qudsi dinamakan juga dengan Hadits Ilahy dan Hadits
Rabbany.
Abu Baqa’ Al-ukhbari dalam Kuliyatnya, pada waktu menerangkan perbedaan anatara
Al-Qur’an dengan Hadits Qudsi berkata: “Al-Qur’an ialah wahyu yang lafal dan maknanya
dari Allah”, sedang Hadits Qudsi ialah: “Wahyu yang lafalnya dari Rasul, sedang maknanya
dari Allah, diturunkan kepadanya dengan jalan ilham atau jalan mimpi”.
Sebagian ulama berkata: “Al-Qur’an ialah lafal (ungkapan) yang seluruh ahli balagah
tidak dapat membuat yang semisalnya. Dan ia diturunkan dengan perantaraan Jibril,
sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian, ia tidak mu’jiz (melemahkan) dan tidak diturunkan
dengan perantaraan Jibril. Hadits Qudsi dinamakan juga dengan Hadits Ilahy dan Hadits
Rabbanny. ”
Contoh Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:
فـإذا كـاَن, كل عمل ابن ادم له ال الصوم فإنه لي وأناَ أجزي به والصـياَم جنـة:قاَل ا تعاَلى
. فليقل إني صاَئم,يوم صوم أحدكم فل يرفث ول يصخب فإن ساَبه أحد أو قاَتله
Artinya : “Allah SWT berfirman: “Seluruh amal anak Adam untuk dirinya sendiri kecuali
puasa. Puasa itu untuk-Ku, Aku akan memberikan balasannya. Puasa itu perisai.
Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah dia memaki-maki,
mengeluarkan kata-kata keji dan jangan dia berhiruk-hiruk. Jika dia dicarut oleh
seseorang, atau dibunuh (hendak dibunuh), hendaklah dia katakan: “saya
berpuasa”. (HR. Al-Bukhari-Muslim. Lafal hadits ini menurut riwayat Al-Bukhari)
5
Artinya : “Allah SWT berfirman: “Aku menurut persangkaan hamba-Ku dan Aku besertanya
di mana saja dia menyebut (mengingat) Aku”. (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Segolongan ulama berpendapat; segala hadits yang berpautan dengan Zat Allah dan
sifat-sifat-Nya, dinamai Hadits Qudsi, sedangkan yang lain dari itu tidak.
Dari uraian di atas, jelaskan bahwa Al-Qur’an baik lafal maupun maknanya dari Allah
dan diturunkan atau disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril as. Sedangkan
Hadits Qudsi lafalnya dari Nabi dan maknanya dari Allah, sementara disampaikannya kepada
nabi tidak melalui Jibril as. Dan kandungannya berkaitan dengan zat Allah dan sifat-sifat-
Nya.
Perbedaannya dengan Hadits Nabi ialah, Hadits Nabi tidak terbatas pada ucapan Nabi,
tetapi juga perbuatan dan penetapannya. Dan isi kandungannya mencakup segalanya.
6
2. Dengan nama “Al-Furqan”, Allah berfirman:
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam”, (QS. Al-Furan: 1)
2. Al-Qur’an diberi sifat “Syifa” (obat) dan “Rahmah” (kasih sayang), Allah berfirman:
Artinya : “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’: 82)
9
Artinya : “.... atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Asy-Syura: 51)
Yang dimaksud dengan hari bertemu dua pasukan ialah hari bertemunya tentara
Islam dengan tentara musyrikin dalam pertempuran Badar yang jatuh pada hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun kedu Hijriyah, dan hari Furqan adalah hari permulaan
diturunkan Al-Qur’an. Karena itu, kedua hari itu mempunyai satu sifat yakni sama-sama
jatuh pada hari Jum’at tujuh belas Ramadhan, walaupun tidak dalam tahun yang sama.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama-tama diterima Nabi Muhammad SAW
ialah ayat 1-5 surah Al-‘Alaq sebagai berikut:
* *
* *
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
10
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq:
1-5)
Dengan turunnya ayat-ayat yang pertama dari surah Al-‘Alaq kepada Nabi
Muhammad SAW d gua Hirau itu, maka sekaligus menjadikan tanda bahwa sejak itu
Beliau diangkat menjadi seorang Nabi (mencapai derajat Nubuwwah), yang sekaligus
mendapatkan tugas mengemban dan melakukan dakwah Islamiyah kepada seluruh umat.
Sesudah ayat-ayat tersebut, Allah menurunkan ayaat-ayat yang menunjukkan
kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu ayat 1-5 surah Al-Muddassir sebagai berikut:
* * *
*
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu
berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah”,
(QS. Al-Muddassir 1-5)
11
Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki Beliau
dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi
Rabbika, dalam arti bermanfaaat untuk kemanusiaan.
Iqra’ berarti bacalah, telitilah, amatilah, dalamilah, ketahuilah
ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah,
diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra’
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam cara yang
dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini,
bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak
diperoleh kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau membaca
hendaknya dilakukan sampai batas maksmal kemampuan, tetapi juga
untuk bacaan Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu juga.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Qur’an menimbulkan
penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian
jiwa serta kesejahteraan batin. Berulang-ulang “membaca’ alam raya,
membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta
menambah kesejahteraan lahir. Ayat Al-Qur’an yang kita baca dewasa
ini tak sedikit pun berbeda dengan ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasul
dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian, namun pemahaman,
penemuan rahasianya, serta limpahan kesejahteraan-Nya terus
berkembang, dan itulah pesan yang dikandung dalam Iqra’ wa
Rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia). Atas
kemurahan-Nyalah kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai.
Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia.
“Membaca” dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama
pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun
peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama, justru
dimulai dari satu kitab (bacaan). Demikian uraian Quraish Shihab.
14
diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan”. (QS. Ad-Dukhan: 1-3)
*
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan
itu?”. (QS. Al-Qadr: 1-2)
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.
(QS. Al-Baqarah: 185)
disebut makkiyah dan ada yang disebut Madaniyyah. Umpamanya sebelum kalimat ربـيسرم ار
15
اللريحـلمرن الزررحيـيمitu ditulis ( مسـولرةم اللبـلقـلرة لمردرنـزيةsurah Al-Baqarah itu Madaniyya), atau
( مسـيولرةم يـس لمـركزيةsurah Yasin itu Makkiyyah).
Maksud dari kalimat سورة البقرة مدنيةadalah bahwa secara keseluruhan ayat-ayat
dari surah Al-Baqarah itu diturunkan di Madinah, meskipun ada kekecualian beberapa ayat
yang turun di Mekah. Begitu juga dengan kalimat ســورة يــس مكيــةmaksudnya secara
keseluruhan ayat-ayat dari surah asin itu turun di Makkah.
Dan untuk menentukan mana ayat atay surah Makkiyah dan mana yang Madaniyyah,
jumhur ulama mendasarkan pada periodesasi kehidupan Rasulullah SAW, yang dibagi
menjadi 2 periode, yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Al-Qur’an yang diturunkan di Mekah kira-kira 19/30 dan Al-Qur’an yang diturunkan
di Madinah kira-kira 11/30.
Al-Qur’an dari awal sampai akhir terdiri dari 30 juz dan 114 (seratus empat belas)
surah. Permulaannya Al-Fatihah dan akhirnya An-Nas. Dua pertiga (2/3) dari 114 surah,
demikian menurut pendapat yang kuat, diturunkan di Madinah dan yang selainnya diturunkan
di Mekah.
Al-Khudary dalam kitab Tarikh Tasyri’ menetapkan, bahwa jumlah Al-Qur’an yang
turun di Mekah sejumlah 19/30 dan yang turun di Madinah sejumlah 11/30. Surah-surah yang
turun di Mekah sejumlah 91 surah dan yang turun di Madinah sejumlah 23 surah.
Bila kita periksa Al-Mushaf dan kita perhatikan keterangan-keterangan yang terdapat
di permukaan tiap-tiap surah, nyatalah bahwa surah yang turun di Mekah sejumlah 86 dan
yang turun di Madinah sejumlah 28 surah.
a. Surah-surah Makkiyyah menurut tertib turunnya
Dibawah ini nama surah-surah Makkiyah menurut tertib turunnya berdasar keterangan
sebagian ulama:
1. Al-‘Alaq 30. Al-Qari’ah 59. Az-Zumar
2. Al-Qalam 31. Al-Qiyamah 60. Al-Mu’min
3. Al-Muzzammil 32. Al-Humazah 61. Fussilat
4. Al-Muddassir 33. Al-Mursalat 62. Asy-Syura
5. Al-Fatihah 34. Qaf 63. Az-Zukhruf
6. Al-Lahab 35. Al-Balad 64. Ad-Dukhan
7. Al-Takwir 36. At-Tariq 65. Al-Jasiyah
8. Al-A’la 37. Al-Qamar 66. Al-Ahqaf
9. Al-lail 38. Sad 67. Az-Zariyat
10. Al-Fajr 39. Al-A’raf 68. Al-Ghasyiyah
11. Ad-Duha 40. Al-Jin 69. Al-Kahf
12. Al-Insyirah 41. Yasin 70. An-Nahl
13. Al-‘Asr 42. Al-Furqan 71. Nuh
14. Al-‘Adiyat 43. Fatir 72. Ibrahim
15. Al-Kautsar 44. Maryam 73. Al-Anbiya’
16. At-Takatsur 45. Taha 74. Al-Mu’minun
16
17. Al-Ma’un 46. Al-Waqi’ah 75. As-Sajdah
18. Al-Kafirun 47. Asy-Syu’ara 76. At-Tur
19. Al-Fiil 48. An-Nam 77. Al-Mulk
20. Al-Falaq 49. Al-Qasas 78. Al-Haqqah
21. An-Nas 50. Al-Isra’ 79. Al-Ma’arij
22. Al-Ikhlas 51. Yunus 80. An-Naba’
23. An-Najm 52. Hud 81. An-Nazi’at
24. ‘Abasa 53. Yusuf 82. Al-Infitar
25. Al-Qadar 54. Al-Hijr 83. Al-Insyiqaq
26. Asy-Syams 55. Al-An’am 84. Ar-Rum
27. Al-Buruj 56. As-Saffat 85. Al-Ankabut
28. At-Tin 57. Luqman 86. Al-Mutaffifin
29. Quraisy 58. Saba’
Sebagian ahli tafsir berkata: surah Al-Mutaffifin itulah surah yang paling
penghabisan turun di Mekah.
Menurut Al-Khudhary, selain dari surah-surah yang telah tersebut tadi, termasuk
juga dalam golongan surah-surah makkiyyah, surah-surah yang tersebut dibawah ini:
87. Az-Zalzalah
88. Ar-Rad
89. Ar-Rahman
90. Al-Insan
91. Al-Bayyinah
Surah-surah yang lima buah ini sebagian ulama memasukkannya ke dalam bagian
Madaniyyah.
Jika kita mengikuti pendapat sebagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa surah-
surah yang turun di Madinah sejumlah dua puluh delapan, tambahan atas dua puluh empa
ini, empat surah lagi, yaitu:
1. Ar-Ra’d
2. Ar-Rahman
3. Al-Insan
4. Al-Bayyinah
17
Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (yang dinamai Makkiyyah) mempunyai
beberapa tanda.
Pertama ayat-ayat Makkiyyah itu pendek-pendek dan dinamai ayat-ayat Qishar,
sedangkan ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang dan dinamai ayat-ayat Thiwal.
Buktinya, surah-surah yang diturunkan di Madinah hanya 11/30 Al-Qur’an.
Bilangan ayatnya 1456 (seribu empat ratus lima puluh enam). Lihatlah juz Qad Sami’a
yang diturunkan di Madinah. Ayatnya hanya seratus tiga puluh tujuh (137). Dan juz
Tabaraka yang diturunkan di Mekah bilangan ayatnya empat ratus tiga puluh satu (431).
Ini menurut kebanyakannya.
Kedua, kebanyakan firman Allah dalam surah Madaniyyah dimulai dengan
perkataan:
ياَ أيهاَ الذين امنوا
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman”
Cuma ada tujuh ayat saja dari Madaniyyah yang terdapat perkataan:
ياَ أيهاَ الناَس
Artinya : “Wahai manusia”
(21 : )البقرة .1
(168 : )البقرة .2
(1 : )انساء .3
(133 : )انساء .4
(170 : )انساء .5
(174 : )انساء .6
(13 : )الحدرات .7
Ketiga, ayat-ayat Makkiyyah kebanyakannya mengandung soal tauhid, soal
kepercayaan adanya Allah, hal ihwal azab dan nikmat di hari kemudian serta urusan-
urusan kebaikan.
Ayat-ayat hukum yang jelas dan tegas kandungannya, kebanyakannya turun di
Madinah.
mengatakan kepada orang-orang musyrik ( لكم دينكم ولي ديــنbagimu agamamu, dan
bagiku agamaku). Tetapi bila ia mengetahui bahwa surah ini turun di Mekah, ia akan
mengetahui maksudnya.
Surah ini turun sebagai jawaban kepada orang-orang musyrik Quraisy ketika
mereka mengajak komprom kepada Nabi Muhammad yang selalu mengajak mereka
untuk bertauhid tidak menyekutukan Allah SWT dengan apapun. Mereka menyampaikan
ide kepada Muhammad sebagai berikut:
“Muhammad! Mari kita kompromi saja, sehari kami menyembah Tuhanmu, hari
berikutnya kamu menyembah Tuhan kami”.
Jadi, surah الكفرونini diturunkan hanya untuk memberi jalan keluar kepada Nabi
Muhammad bagaimana mengatasi permasalahan kaumnya di Mekah. Surah ini tidak bisa
dijadikan bukti bahwa perintah jihad sudah tidak berlaku lagi, sebab ayat-ayat lain yang
menganjurkan untuk berjihad banyak turun di Madinah.
20
1) Arti Kata-Kata
Dibuat-buat يفترى
Selain Allah
Membenarkan دون الله
(kitab-kitab) yang sebelumnya تصديق
Menjelaskan hukum-hukum الذي بين يديه
yang telah ditetapkannya تفصيل الكتاب
2) Terjemahan
Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al
Quran itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya[691], tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau
(patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah
datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa
yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang yang benar”. (QS. Yunus : 37-38)
3) Penjelasan
Dalam dua ayat tersebut di atas, ditegaskan bahwa tidak mungkin Al-Qur’an itu
dibuat oleh selain Allah karena Al-Qur’an berisi berbagai pengetahuan dan ajaran
termasuk membenarkan kitab-kitab terdahulu, yang pada umumnya manusia tidak
mengetahui sebelumnya. Disamping itu, Al-Qur’an juga menjelaskan hukum-hukum yang
telah ditetapkan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Karena itu, sudah tidak ada keraguan lagi
bahwa Al-Qur’an ini adalah ciptaan Allah Tuhan seluruh alam.
Orang-orang kafir tidak mau percaya bahwa Al-Qur’an itu ciptaan Allah. Mereka
menganggap bahwa Al-Qur’an itu buatan Muhammad. Kalau mereka beranggapan bahwa
Al-Qur’an itu buatan nabi Muhammad yang mereka juga tidak mempercayai kerasulan
Muhammad, mereka menganggap bahwa Nabi Muhammad sebagai manusia biasa, sama
dengan mereka, ditambah lagi bersuku bangsa dan berbahasa yang sama. Mengapa
mereka tidak bersaing untuk membuat Al-Qur’an sebagaimana yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad itu. Mereka saling membantu satu sama lain. Hal ini semakin
21
membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah bukan ciptaan makhluk atau siapa
pun selain Allah.
Sementara dalam surah Al-Isra’ ayat 88 Allah SWT menegaskan:
Artinya : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain". (QS. Al-Isra: 88)
Ayat 88 surah Al-Isra’ di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an
adalah wahyu Allah SWT, bukan ucapan manusia. Al-Qur’an adalah
sumber dan dasar-dasar ilmu pengetahuan, sekaligus merupakan
mukjizat Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, seandainya seluruh
manusia dari segenap penjuru dunia berkumpul dan bersepakat
bersama-sama dengan makhluk jin dan segala bantuan dari pihak
mana pun selain Allah dikerahkan untuk membuat yang serupa Al-
Qur’an, pastilah mereka tidak akan mampu membuatnya. Yang
demikian itu membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar
mengalahkan segala kemampuan yang ada di dunia ini, bahkan Al-
Qur’an merupakan sumber segala ilmu pengetahuan dan hukum serta
sumber hidayah bagi hidup dan kehidupan kita semua.
4) Sari Makna
- Al-Qur’an adalah murni wahyu Allah bukan buatan manusia.
- Al-Qur’an menyempurnakan kitab-kitab terdahulu.
- Tiak ada yang mampu membuat Al-Qur’an selain Allah.
- Keutuhan Al-Qur’an merupakan rahmat Allah yang amat besar bagi Nabi Muhammad
SAW dan seluruh umatnya.
- Siapa pun tak mungkin dapat membuat Al-Qur’an selain Allah SWT.
2) Terjemah
Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa
yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-
benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan
Al Quran itu bukanlah Perkataan seorang penyair. sedikit sekali
kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula Perkataan tukang
tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia
adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
Seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas
(nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan
kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat
menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. Dan
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa. Dan Sesungguhnya Kami benar-benar
mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang
mendustakan(nya). Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar
menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). Dan
23
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha
besar.
3) Penjelasan
Dalam ayat 38-47 Allah bersumpah dengan segala yang tampak dan yang
tidak tampak oleh manusia, sebagai suatu penegasan dari pada-Nya bahwa Al-Qur’an
itu tidak sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya Al-
Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad itu benar-benar merupakan
wahyu dari Allah SWT bukan perkataan Nabi Muhammad sendiri, bukan pula ciptaan
penyair maupun tukang tenung. Sekiranya Nabi Muhammad SAW memalsukan
wahyu Allah (membuat-buat perkataan sendiri yang diakuinya sebagai wahyu Allah)
niscaya Allah akan menghapus pangkat kerasulan daripadanya. Dan tindakan Allah
yang demikian itu tidak ada yang sanggup menghalangi.
Ayat 38-52 menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa kepada Allah SWT yaitu mereka yang sungguh-sungguh
menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Al-Qur’an
memberikan gambaran bagaimana penyesalan yang akan dialami oleh orang-orang
kafir ketika mereka melihat kenikmatan yang dialami oleh orang-orang mukmin di
akhirat kelak.
Dalam ayat terakhir tersebut di atas, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya,
Muhammad SAW untuk bertasbih sebagai tanda syukur kepada Allah yang telah
melimpahkan nikmat hidayah melalui Al-Qur’an.
4) Sari Makna
- Allah SWT sampai bersumpah dalam menunjukkan kebenaran Al-Qur’an.
- Al-Qur’an adalah wahyu Allah, bukan perkataan penyair ataupun tukang tenung,
tapi benar-benar turun dari Tuhan seluruh alam
- Tak mungkin Nabi Muhammad SAW membuat-buat perkataan lalu dikatakannya
sebagai wahyu Allah.
- Setelah kita membenarkan dan meyakini bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah, maka
kita disuruh bertasbih sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Agung yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya melalui Al-Qur’an itu.
24
1) Arti Kata-Kata
Kami turunka نزلنا
Penolong-penolog
Maka takutlah kamu شهداء
Bahan bakarnya فاتقوا
Disediakan
وقودها
عدت
2) Terjemahan
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-
Baqarah: 23-24)
3) Penjelasan
Dalam ayat 23 suah Al-Baqarah tersebut di atas, Allah menuntut
kepada orang-orang yang masih saja meragukan terhadap kebenaran
Allah dengan meragukan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah untuk
membuat satu surah saja yang semisal dengan Al-Qur’an. Dan Allah
menganjurkan untuk mengajak pemimpin-pemimpin mereka serta
berhala-berhala mereka untuk membantu mereka dalam menciptakan
semisal Al-Qur’an. Namun ternyata mereka tidak mampu membuatnya,
sekalipun hanya satu surah saja. Hal ini menunjukkan bahwa tuduhan
mereka sama sekali tidaklah benar.
Selanjutnya dalam ayat 24 ditegaskan oleh Allah, jika mereka
dalam kenyataannya tidak sanggup dan tidak mampu berbuat yang
demikian itu, maka seharunya mereka mempercayainya dan mereka
seharunya takut akan siksa Allah yang amat berat yaitu api neraka
yang bahan bakarnya terdiri dari orang-orang kafir dan batu berhala
yang mereka sembah. Tempat itu disediakan untuk orang-orang yang
mengingkari akan kebenaran Al-Qur’an yang mulia.
25
4) Sari Makna
- Kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah tak perlu diragukan lagi karena terbukti
tak seorang pun mampu membuatnya sekalipun hanya satu surah.
- Orang-orang yang mengingkari akan kebenaran Al-Qur’an diancam siksa neraka yang
bahan bakarnya orang kafir dan batu berhala.
26
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat
petunjuk”.
3) Penjelasan
Dalam ayat 114, Allah menegaskan bahwa mencari hakim
kepada selain Allah adalah tidak dibenarkan, karena hakim yang
paling adil tidak lain adalah Allah SWT. Untuk menghakimi atau
mengadili umat manusia, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an
secara rinci, termasuk di dalamnya masalah peradilan dan masalah
kehakiman, kita tinggal menerapkannya. Oleh karena itu, tidaklah
pantas bagi Nabi Muhammad untuk mencari hakim selain dari Allah.
Demikian pula umat Islam, tidak diperkenankan mengambil hakim
kepada selain Allah, yakni memutuskan suatu hukum tanpa
landasan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an wajib diyakini akan
kebenarannya dan tidak dapat diragukan lagi.
Dalam ayat 115 dinyatakan bahwa kesempurnaan Al-Qur’an
meliputi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
benar di dalam segala petunjuk-Nya dan adil di dalam ketetapan
hukum-Nya. Tidak ada seorang pun (makhluk Allah) yang mampu
mengubah firman Allah sedikit pun.
Ayat 116 berisi mengenai peringatan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW supaya tidak mengikuti pikiran dan ajakan orang-
orang kafir, karena mereka membawa kepada kesesatan dari agama
Allah. Sesungguhnya apa yang mereka ikuti itu tidak berdasar pada
keyakinan yang benar tetapi karena dorongan nafsu dan angan-
angan belaka. Mereka mengingkari kebenaran Al-Qur’an. Mereka
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, serta
mereka menyembah berhala.
Ayat 117 menyatakan bahwa Tuhan Maha Mengetahui
terhadap orang-orang yang tersesat dan membawa sesat orang lain
27
dari ajaran Al-Qur’an yang telah dapat dipastikan akan
kebenarannya, dan penuh berisikan petunjuk bagi mereka yang
mau mempercayai dan mengamalkan isi ajaran Al-Qur’an itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengeahui terhadap mereka yang
memperoleh petunjuk, yakni mereka yang mau melaksanakan
ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an.
4) Sari Makna
- Al-Qur’an merupakan sumber hukum, keadilan dan kebenaran yang tidak dapat
diragukan lagi.
- Kesempurnaan Al-Qur’an itu tidak dapat dirubah oleh siapa pun.
- Kita tidak diperkenankan mengikuti pikiran dan ajakan orang kafir yang akan
membawa kesesatan.
- Allah senantiasa mengetahu orang-orang yang tersesat dan orang-orang yang
mendapat petunjuk.
28
ISI POKOK AJARAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang mengandung
petunjuk-petunjuk bagi umat manusia.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak ditirukan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu
abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. Oleh karena itu, luas ajaran-
ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Begitu luasnya objek sasaran Al-Qur’an secara garis besar, pokok-pokok isi Al-Qur’an itu
meliputi:
1. Masalah akidah
2. Masalah ibadah
3. Masalah mu’amalah
4. Masalah akhlak
5. Masalah hukum
6. Masalah sejarah
7. Masalah dasar-dasar sains
A. MASALAH AKIDAH
Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam agama Islam, begitu juga dalam
agama-agama lain. Aqidah Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah
SWT. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 163:
Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-
Baqarah: 163)
Allah juga berfirman dalams urah Al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:
# # #
Artinya : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas)
29
Ajaran tentang akidah ini disebut juga dengan keimanan, seperti kita
ketahui bahwa rukun iman itu ada enam, yang tersirat dalam ayat 1-4 surah
Al-Baqarah.
B. MASALAH IBADAH
Isi pokok Al-Qur’an yang kedua adalah masalah ibadah. Ibadah adalah
bentuk pengabdian seorang hamba kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq), Allah
SWT sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimanya.
Ibadah adalah realisasi dari keimanan. Seseorang yang mengakui
adanya Allah, adanya malaikat, diutusnya Nabi Muhammad dan sebagainya,
tetapi tidak melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah melalui Rasul-
Nya, sama dengan bohong, atau dalam agama disebut orang fasiq. Ibadah
ada yang berbentuk ucapan, perbuatan atau niatan dalam hati.
Diantara ayat-ayat yang menyuruh manusia beribadah atau
menyembah Allah adalah:
1. Ayat 21 Surat Al-Baqarah:
Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 21)
C. MASALAH MU’AMALAH
Yang dimaksud mu’amalah adalah tata cara hubungan manusia dengan
sesamanya dalam berbagai aspek kehidupannya, seperti hubungan sosial,
politik, ekonomi, dan perdagangan.
Hubungan antara manusia dalam bahasa Al-Qur’an disebut حبل من
الناس, sedangkan hubungan manusia dengan Allah disebut حبل من الله.
30
Secara garis besar, mu’amalah atau hubungan antara manusia di
dalam Al-Qur’an dituangkan dalam ayat 13, surah Al-Hujurat:
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.
Al-Hujurat: 13)
D. MASALAH AKHLAK
Pada prinsipnya ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an
secara garis besar adalah akhlak. Arti akhlak secara umum adalah sikap,
tingkah laku, norma atau budi pekerti.
Ketika Aisyah ra, ditanya tentang akhlak Rasul SAW, maka jawabannya
Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika, jika
etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya
berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah, akhlak lebih luas maknanya karena
tidak hanya berupa tingkah laku lahiriyah, tetapi juga mencakup sikap yang
bukan lahir. Misalnyaa, yang berkaitan dengan sikap batin atau pikiran.
31
Di dalam Al-Qur’an ada kurang lebih 460 ayat yang bersangkutan
dengan masalah akhlak. Di antara ayat yang berisi pokok-pokok akhlak yang
baik ialah ayat 90 surah An-Nahl:
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)
E. MASALAH HUKUM
Yang dimaksud dengan hukum di sini adalah aturah Allah untuk kepentingan kebaikan
umat manusia. Ketiga-tiganya sudah dijelaskan di atas. Hanya yang akan dijelaskan berikut ini
jumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah hukum mu’amalah.
Menurut penelitian Syeikh Abd Al-Wahhab Khallaf, ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan hukum mu’amalah dapat dikelompokkan ke dalam.
1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga, jumlah ayat Al-Qur’an tentang hal ini
+ 70 ayat.
2. Hukum-hukum perdata yang terkait dengan masalah jual beli, sewa-menyewa, perseroan,
utang-piutang dan sebagainya, jumlah ayatnya + 70 ayat.
3. Hukum-hukum yang terkait dengan masalah pidana, jumlah ayatnya + 30 ayat.
4. Hukum-hukum yang terkait dengan masalah gugatan, seperti putusan hakim, saksi, sumpah
dan sebagainya, jumlah ayatnya + 13 ayat.
5. Hukum-hukum yang terkait dengan undang-undang negara yang mengatur sistem
pembentukan-pembentukan hukum, ketetapan hak individu dan golongan dan lain-lain. Ayat
mengenai ha ini berjumlah + 10 ayat.
6. Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan antar negara, baik dalam keadaan aman
maupun dalam keadaan perang, jumlah ayatnya + 25 ayat.
7. Hukum-hukum yang berkait dengan masalah ekonomi dan keuangan, yaitu yang mengatur
hak si fakir dan kewajiban si kaya, pengaturan sumber dana dan belanja negara. Jumlah
ayatnya + 10 ayat.
Hukum-hukum di dalam Al-Qur’an itu ada yang dijelaskan secara rinci seperti masalah
ibadah dan pewarisan, ada yang dijelaskan secara global saja seperti perdata, pidana, ekonomi,
dan sebagainya.
F. MASALAH SEJARAH
32
Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah masalah sejarah, yaitu riwayat
umat-umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi umat Islam sekarang. Al-
Qur’an menjelaskan hal ini dalam ayat 111 surah Yusuf:
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. Yusuf:
111)
33
Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah dasar-dasar sains atau ilmu
pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’an memang bukan buku
ilmu pengetahuan, tetapi banyak ayat-ayatnya yang memberi isyarat
terhadap dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jauh sebelum teori-teori ilmu
pengetahuan itu dibuktikan oleh para ilmuwan melalui empirisnya, Al-Qur’an
telh mengisyaratkan ke arah itu. Contohnya adalah tentang teori atom.
Sampai dengan abad ke-19, para ahli masih beranggapan bahwa benda
terkeci yang tidak bisa dibagi lagi adalah atom. Namun setelah abad ke-20,
para ahli mengatakan bahwa atom masih bisa dibagi ke dalam proton,
neutron, dan elektron. Hal ini sebetulnya Al-Qur’an telah memberi isyarat
seperti pada ayat 61 surah Yunus:
Artinya : “Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak
membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan
suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada
yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan
(semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS.
Yunus: 61)
Kata asgar (terkecil) dari atom dalam ayat tadim berarti bahwa atom
masih bisa dibagi. Dan ungkapan في السماء (di langit0 mengandung arti
bahwa ciri-ciri khas atom yang ada di bumi sama dengan atom yang ada di
matahari, bintang dan planet-planet lain.
Dan mengenai dasar-dasar sains lainnya di sini dikutip beberapa
uraian dari kitab “Al-Muslimun wa Ilmu al-Hadits” karangan Abd. Razaq
Naufal dan buku-buku lainnya, yaitu:
1. Manunggalnya Alam/Cosmos
34
Teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa bumi adalah
sebagian dari gas yang panas yang memisahkan diri dan mendingin
(membeku) kemudian menjadi tempat yang dapat dihuni manusia.
Tentang kebenaran teori ini, mereka berargumentasi dengan adanya
vulcano-vulcano, benda-benda berapi yang berada di dalam perut bumi,
dan sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda-benda vulcano
yang berapi. Teori modern ini sesuai dengan apa yang ditunjukkan Al-
Qur’an dalam firman Allah sebagai berikut:
Artinya : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al-Anbiya: 30)
Air adalah unsur pokok bagi kelestarian hidup untuk semua benda-
benda hidup dan tumbuh-tumbuhan. Air itu sendiri memiliki
keistimewaan-keistimewaan lain yang menunjukkan bahwa Pencipta alam
telah memantapkannya dengan sesuatu yang bisa membuktikan adanya
zat yang mengatur makhluk-Nya. Air bisa menyedot oksigen dengan
banyak ketika temperaturnya rendah, dan ketika air itu membeku maka
akan timbullah temperatur panas yang cukup yang bisa membantu
makhluk yang hidup di laut; seperti ikan dan sebagainya. Maka di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang menjelaskan rahasia hidup
dengan kata-kata yang indah.
35
2. Asal Kejadian Cosmos
Seorang ahli astronomi bernama Jean mengatakan bahwa alam ini
pada mulanya adalah gas yang berserakan secara teratur di angkasa luas,
sedangkan kabut-kabut atau kumpulan cosmos-cosmos itu tercipta dari
gas-gas tersebut yang memadat.
Dokter Gamu berkata, “Sesungguhnya alam pada mula kejadiannya
itu penuh dengan gas yang terbagi-bagi secara teratur, dan dari gas itulah
timbul reaksi. Teori ini kita dapatkan penguatnya dalam Al-Qur’an,
seandainya Al-Qur’an tidak memberitahukan hal tersebut, tentu kita tidak
langsung membenarkan teori ini”.
Allah berfirman:
Artinya : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit
itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati". (QS. Fussilat: 11)
37
Artinya : “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui”. (QS. Yaasin: 36)
5. Selaput Rahim
Menurut ilmu pengetahuan bahwa embrio yang masih berada dalam
perut ibunya itu ditutupi oleh tiga selaput. Selaput ini tidak akan terlihat,
kecuali bila dilakukan pembedahan yang teliti, sehingga yang tampak oleh
mata seolah-olah hanya satu selaput saja. Selaput inilah yang dinamakan
selaput “chorion”, selaput “amnion” dan dinding “uterus” oleh ilmu
kedokteran modern. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang memperkuat
kenyataan ilmiah ini, dan ini terdapat dalam surah Az-Zumar ayat 6:
Artinya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan
selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”. (QS. Az-
Zumar: 6)
38
Dalam ayat ini terkandung mukjizat ilmiah bagi Al-Qur’an bahwa
rahim mempunyai tiga selaput yang diberi rahim mempunyai tiga selaput
yang diberi nama zulumat (kegelapan-kegelapan) karena selaput ini bisa
menghalangi dan menutupi sinar cahaya, dalam ilmu pengetahuan
modern disebutkan ada tiga selaput.
39
mencegah yang mungkar (amar makruf nahi mungkar) menghalalkan yang baik dan suci, serta
mengharamkan yang buruk dan kotor. Melalui rosulullah, allah swt. Menyuruh dan melarang hal hal
tersebut diatas allah swt. Berfirman dalam surat al-a’raf ayat 157 sebagai berikut;
“yitu orang orang yang mengikuti rosul nabi yang ummi (tidak bias baca tulis) yang namanya
mereka dapati tulis didalam taurat dinjil yang ada pada mereka yang menyuruh meraka berbuat
makruf dan mencegah yang mungkar, dan menghalalkan segala yang baik bagi merka yang
mengharamkan segala hal yang buruk bagi merka dan membebaskan beban beban dan belenggu
belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang orang yang beriman kepadanya memuliakanya,
menolongnya dan mengikuti cahya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-quran)n mereka
itulah orang yang beruntung” (QS al-a’raf ayat 157)
40