Anda di halaman 1dari 40

A.

AL-QUR’AN DAN WAHYU


1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah SAW, mempunyai dua
pengertian, yatu pengertian secara bahasa dan pengertian menurut istilah.
Al-Qur’an menurut bahasa adalah “bacaan” atau “yang dibaca’. Kata Al-Qur’an (

‫القرأن‬ ) adalah bentuk mashdar dari fi’i qara’a ( ‫قرأ‬ ) yang diartikan dengan arti isim

maf’ul, yaitu ‫( مقروء‬yang dibaca/bacaan).


Pengertian di atas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai
berikut:
    *    
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”. (QS. Al-
Qiyamah: 17-18)

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut syara’ (istilah) ialah “nama bagi


Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf”.
Secara lengkap Dr. Bakri Syaikh Amin mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:

‫القميرالنن لكـللمم ار المميعرجمز الممـنلززمل لعللى لخاَتلرم الل ينبرـــلياَرء لوالمميرلسلرـــييلن برلوارســـطلرة اللرمـــييرن رجـــيبررييلل‬
‫ف اللميحــمفوظم رفـى ال ص‬
‫صــمديورر اللمـينــقميومل إرللــييلناَ رباَلزتــلواتمرر‬ ‫صاَرحــيي ر‬‫ب رفى اللم ل‬ ‫لعـلـ لييره الزسـللمم الـلميكـتميو م‬
‫الممـلتـلعـبزمد ربـترلللوترره اللمـيبمديومء ربـمسيولررة اللفـاَترلحرة الممـيخـلتـتلمم ربـمسيولررة الـزناَ ر‬
.‫س‬
Artinya : “Al-Qur’an adalah Kalam Allah sebagai mukjizat yang diturunkan kepada
penutup para Nabi dan Rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan perantara al-Amin
(Jibril as), ditulis dalam mushahif, terpelihara dalam dada-dada manusia,
disampaikan secara mutawatir, bacaannya diberi nilai ibadah, dimulai dengan
surat Al-Fatihah, dan diakhiri dengan surat An-Nas”.
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW, maka tidak akan ada seorang pun
manusia atau jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang sanggup membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an. Mereka pasti tidak akan mampu membuatnya. Allah telah
mengisyaratkan hal itu dalam ayat berikut:
         
        

1
Artinya : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
(QS. Al-Isra: 88)

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya untuk memperkuat
kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, tetapi diturunkannya itu mempunyai
fungsi dan tujuan bagi umat manusia.

2. Pengertian Wahyu
Pengertian wahyu banyak dibahas oleh para ahli tafsir, ahli kalam dan ahli bahasa.
Pendapat-pendapat itu bila diringkaskan sarinya adalah sebagai berikut: “wahyu itu ialah
sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma, atau isyarat cepat yang lebih
cenderung dalam bentuk rahasia daripada terang-terangan”
Di dalam Al-Qur’an terdapat kata “wahyu” dan kata-kata jadiannya, kira-kira tujuh
puluh kali dan dipakai dengan beberapa arti.
Dalam ayat 11 surah Maryam dipakai dengan arti “isyarat”.
Dalam ayat 121 surah Al-An’am dipakai dengan arti “perundingan-perundingan yang
jahat dan bersifat rahasia”.
Di dalam ayat 68 surah An-Nahl dipakai dengan arti “ilham” yang bersifat tabiat.
Dan dalam ayat 7 surah Al-Qasas dipakai dengan arti “ilham” yang diberikan
(diilhamkan) kepada selain dari Nabi dan selain dari malaikat.
Dan apabila kita periksa sunnatullah (hukum alam) yang ditetapkan Allah untuk
berhubungan dengan para Rasul-Nya, akan ditemukan bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Allah SWT memerintahkan malaikat turun membawa perintah dan larangan.
2. Allah SWT menjadikan malaikat sebagai pesuruh-pesuruh yang menyampaikan segalar
suruhan dari Allah kepada manusia.
3. Allah SWT membisikkan (mencampakkan) sesuatu makna ke dalam hati .
4. Allah SWT memperdengarkan perkataan-perkataan-Nya kepada siapa yang dikehendaki
dengan tidak memakai perantara dan tidak pula menampakkan diri.
5. Allah SWT memerintahkan Ruh Qudus/Ruh Amin, yakni Jibril, supaya membisikkannya
kepada jiwa Nabi.
Cara ketiga, keempat dan kelima, dapat kita pahami dari ayat 51 surah 42 Asy-Syura.
            
         

2
Artinya : “Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah
berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Asy-Syuura: 51)

Dalama ayat ini diterangkan bahwa cara menyampaikan kitab-Nya kepada Rasul
dengan tiga macam cara:
1. Menurunkan wahyu
2. Memperdengarkan suara dari belakang hijab (dengan tidak menampakkan yang bersuara).
3. Mengutus Rasul atau malaikat (mengirimkan seorang pesuruh) membawa wahyu.
Dan yang dimaksdukan dengan “wahyu” dalam ayat 51 surah 42 Asy-Syura, ialah
sesuatu yang dibisikkan (dihunjamkan) ke dalam sukma.
Untuk lebih jelas, perhatikan keterangan dibawah ini.
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu
isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surah, tulisan, atau segala yang
kita sebut kepada orang lain untuk diketahuinya.
Dipakai dengan arti “isyarat dengan tangan”, ataupun “dengan yang lain” dalam
firman Allah:
      ...
Artinya : “... lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang”. (QS. Maryam: 11)

Dipakai dengan arti “memberitahu dalam tersembunyi”, yakni


memberitahu kepada seseorang sesuatu urusan yang disembunyikan
kepada orang lain. Yang demikian ini dipakai dalam firman Allah:
       ...
Artinya : “..... sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia)”. (QS. Al-An’am: 112)

Dan diartikan dengan “perintah” dalam firman Allah:


        
   

3
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa
yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku".
mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai
Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang
patuh (kepada seruanmu)". (QS. AL-Maidah: 111)
Dan dengan arti “ilham” dinamakan dalam firman Allah: “Dan Kami
ilhamkan kepada Ibunya Musa”. (QS. Al-Qasas: 7)
Juga dengan arti “ilham” dipakai dalam firman Allah:
          
 
Artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-
sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia", (QS. An-Nahl: 68)

Dalam pengertian lain, mengingat bahwa tulisan dan surah yang


dikirimkan itu mengandung arti menentukan untuk orang yang
dikiriminya, maka dia juga dapat dinamai “wahyu”.
Sedangkan wahyu menurut istilah ialah “nama bagi sesuatu yang
dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada Nabi-Nabi-Nya,
sebagaimana dipergunakan juga untuk lafal Al-Qur’an’
Disebut di dalam kitab Al-Masyariq, bahwa wahyu itu pada asalnya,
“sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat”.
Yang dimaksud dengan “cepat” ialah sesuatu pengetahuan dituangkan ke
dalam jiwa secara langsung dengan tidak didahului ide-ide yang muncul
atau tanda-tanda yang mendahuluinya.
Wahyu Allah kepada nabi-nabi-Nya ialah “pengetahuan-
pengetahuan yang Allah tuangkan ke dalam jiwa mereka yang Allah
kehendaki agar mereka menyampaikan kepada manusia sebagai petunjuk
bagi mereka dalam mencapai kesjahteraan hidup di dunia serta
kebahagiaan di alam akhirat”.
Dan seorang Nabi setelah menerima wahyu itu, ia mempunyai kepercayaan penuh,
bahwa yang diterimanya itu adalah dari Allah SWT, sehingga menambah keyakinannya
bahwa yang disampaikannya itu adalah benar, dan segala tindakannya akan ditolong oleh
Allah yang mengutusnya.

4
3. Perbedaan Al-Qur’an, hadits Qudsi, dan Hadits Nabi.
Seperti dijelaskan di atas, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Jibril as, dan membacanya
dianggap sebagai ibadah.
Sedangkan mengenai Hadtis Qudsi terdapat sejumlah pendapat, antara lain:
Hadits Qudsi ialah : “Perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi SAW dengan
mengatakan, “Allah berfirman”. Nabi menyandarkan perkataan itu pada Allah. Beliau
meriwayatkan dari Allah SWT”.
Kata Ath-Thibi: “Hadits Qudsi ialah titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi di
dalam mimpi, atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya iut
dengan susunan perkataan Beliau sendiri serta menyandarkannya kepada Allah”. Pada Hadits
yang lain, Beliau tidak mengatakan: “Berfirman Allah .....”
Menurut Al-Kirmani, Hadits Qudsi dinamakan juga dengan Hadits Ilahy dan Hadits
Rabbany.
Abu Baqa’ Al-ukhbari dalam Kuliyatnya, pada waktu menerangkan perbedaan anatara
Al-Qur’an dengan Hadits Qudsi berkata: “Al-Qur’an ialah wahyu yang lafal dan maknanya
dari Allah”, sedang Hadits Qudsi ialah: “Wahyu yang lafalnya dari Rasul, sedang maknanya
dari Allah, diturunkan kepadanya dengan jalan ilham atau jalan mimpi”.
Sebagian ulama berkata: “Al-Qur’an ialah lafal (ungkapan) yang seluruh ahli balagah
tidak dapat membuat yang semisalnya. Dan ia diturunkan dengan perantaraan Jibril,
sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian, ia tidak mu’jiz (melemahkan) dan tidak diturunkan
dengan perantaraan Jibril. Hadits Qudsi dinamakan juga dengan Hadits Ilahy dan Hadits
Rabbanny. ”
Contoh Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:
‫ فـإذا كـاَن‬,‫ كل عمل ابن ادم له ال الصوم فإنه لي وأناَ أجزي به والصـياَم جنـة‬:‫قاَل ا تعاَلى‬
.‫ فليقل إني صاَئم‬,‫يوم صوم أحدكم فل يرفث ول يصخب فإن ساَبه أحد أو قاَتله‬
Artinya : “Allah SWT berfirman: “Seluruh amal anak Adam untuk dirinya sendiri kecuali
puasa. Puasa itu untuk-Ku, Aku akan memberikan balasannya. Puasa itu perisai.
Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah dia memaki-maki,
mengeluarkan kata-kata keji dan jangan dia berhiruk-hiruk. Jika dia dicarut oleh
seseorang, atau dibunuh (hendak dibunuh), hendaklah dia katakan: “saya
berpuasa”. (HR. Al-Bukhari-Muslim. Lafal hadits ini menurut riwayat Al-Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda pula:


‫ أناَ عند ظن عبدي بي وأناَ معه حيث يذكرني‬,‫قاَل ا عز وجل‬

5
Artinya : “Allah SWT berfirman: “Aku menurut persangkaan hamba-Ku dan Aku besertanya
di mana saja dia menyebut (mengingat) Aku”. (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Segolongan ulama berpendapat; segala hadits yang berpautan dengan Zat Allah dan
sifat-sifat-Nya, dinamai Hadits Qudsi, sedangkan yang lain dari itu tidak.
Dari uraian di atas, jelaskan bahwa Al-Qur’an baik lafal maupun maknanya dari Allah
dan diturunkan atau disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril as. Sedangkan
Hadits Qudsi lafalnya dari Nabi dan maknanya dari Allah, sementara disampaikannya kepada
nabi tidak melalui Jibril as. Dan kandungannya berkaitan dengan zat Allah dan sifat-sifat-
Nya.
Perbedaannya dengan Hadits Nabi ialah, Hadits Nabi tidak terbatas pada ucapan Nabi,
tetapi juga perbuatan dan penetapannya. Dan isi kandungannya mencakup segalanya.

4. Nama-Nama Lain Al-Qur’an dan Maknanya.


Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW disamping diberi nama
Al-Qur’an, juga dinamai Al-Kitab, Al-Furqan, Az-Zikr, dan At-Tanzil. Kepada Al-Qur’an
juga diberikan sifat-sifat seperti burhan (bukti kebenaran), hudan (petunjuk), syifa’ (obat),
dan mau’izah (ajaran). Nama-nama dan sifat-sifat Al-Qur’an banyak disebutkan dalam Al-
Qur’an itu sendiri.
Adapun alasan dan maksud dari penamaan dengan nama-nama Al-Qur’an dan nama
lainnya, menurut al-Imam Ibnu jarir al-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan, adalah
sebagai berikut:
1. Dengan nama “Al-Qur’an”, Allah berfirman:
   
Artinya : “Qaaf demi Al Quran yang sangat mulia”. (QS. Qaf: 1)
      
Artinya : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih Lurus”, (QS. Al-Isra: 9)
        
      
Artinya : “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik
dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan
Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah
Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf:
3)

6
2. Dengan nama “Al-Furqan”, Allah berfirman:
        
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam”, (QS. Al-Furan: 1)

3. Dengan nama “Al-Kitab”, Allah berfirman:


          
Artinya : “segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak Mengadakan
kebengkokan di dalamnya”; (QS. Al-Kahfi: 1)
 *   *     
Artinya : “Haa miim. Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi”. (QS. Ad-Dukhan: 1-3)

4. Dengan nama “Az-Zikr”, Allah berfirman:


      
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS.
Al-Hijr: 9)
       
    
Artinya : “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”, (QS. An-
Nahl: 44)

Apabila kita perhatikan sebab-sebab Al-Qur’an dinamai dengan nama-nama


tersebut, nyatalah bagi kita, bahwa Al-Qur’an dinamai dengan “Al-Qur’an” adalah
karena ia “dibaca”. Dinaamai dengan “Al-Furqan”, adalah karena dia menceraikan yang
benar dari yaang salah atau membedakan antara yang hak dengan yang batil. Dinamai
dengan “Al-Kitab” karena ia ditulis. Dinamai dengan “Az-Zikr”, adaah karena dia “suatu
7
peringatan” dari Allah. Allah SWT menerangkan di dalamnya sesuatu yang halal, yang
haram, batasan-batasan, masalah pembagian harta warisan, dan larangan-larangann.
Dan kenapa Al-Qur’an dinamai Al-Tanzil, karena ia diturunkan dari Tuhan
pemelihara semesta alam. Allah berfirman:
    *    
Artinya : “Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar
diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”, (QS. Asy-Syu’ara: 192-193)

Di samping nama-nama Al-Qur’an sebagaimana tersebut di atas, Allah juga


memberi beberapa sifat terhadapnya yang diturunkan dalam beberapa ayat di bawah ini:
1. Al-Qur’an diberi sifat “Burhan” (bukti kebenaran) dan “Nur Mubin” (cahaya yang
jelas), Allah berfirman:
         

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang (Al Quran)”. (QS. An-Nisa’: 174)

2. Al-Qur’an diberi sifat “Syifa” (obat) dan “Rahmah” (kasih sayang), Allah berfirman:
         
   
Artinya : “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’: 82)

3. Al-Qur’an diberi sifat “Hudan’ (petunjuk), Allah berfirman:


     
Artinya : Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak
beriman ". (QS. Fussilat: 44)

4. Al-Qur’an diberi sifat “Mau’izah” (nasihat, Allah berfirman:


8
        
    
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)

B. CARA WAHYU DITURUNKAN


Pada bagian A telah dijelaskan pengertian wahyu dan Al-Qur’an secara panjang lebar dan
bagaimana wahyu itu disampaikan kepada para Nabi atau Rasul pilihan Allah untuk diteruskan
kepada umat manusia. Dijeaskan pula perbedaan wahyu berupa Al-Qur’an, Hadits Qudsi, dan
Hadits Nabi.
1. Cara Al-Qur’an Turun Kepada Nabi Muhammad SAW
Allah menyampaikan wahyu kepada Rasul pilihan-Nya, Muhammad SAW,
adakalanya langsung tanpa perantara Jibril as, dan adakalanya dengan perantara Jibril as.
Pertama, wahyu turun secara langsung, yaitu ada tiga macam:
1. Dengan cara mimpi
2. Dengan cara dihembuskan ke dalam jiwa Nabi mengenai perkataan yang dimaksudkan.
Nabi pada saat tersebut dalam keadaan sadar.
3. Allah berbicara kepada Nabi dari belakang tabir (hijab), baik Nabi dalam keadaan sadar
(jaga) sebagaimana dalam peristiwa Isra’ i’raj, maupun dalam keadaan tidur.
Kedua, wahyu turun kepada Nabi dengan perantara, yaitu ada empat macam:
1. Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincing lonceng, yakni Nabi mendengar suara
yang sangat keras menyerupai gemerincing lonceng yang sangat keras. Cara ini dirasa
Nabi paling berat diterima. Bunyi gemerincing in merupakan salah satu penampilan Jibril.
2. Malaikat menampakkan dirinya sebagai seorang lelaki. Pada suatu saat Jibril pernah
datang kepada Nabi dalam rupa Dihyah Ibn Khalifah, seorang lelaki yang ganteng.
3. Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi dalam rupanya yang asli, yang mempunyai
enam ratus sayap.
4. Israfil turun membawa beberapa kalimat dan wahyu, sebelum Jibril datang membawa
wahyu Al-Qur’an.
Itulah macam-macam cara wahyu diturunkan kepada Nabi. Dalam Al-Qur’an sendiri
banyak ayat yang menerangkan bagaimana wahyu diturunkan, baik kepada Nabi Muhammad
SAW, maupun kepada Nabi-Nabi yang lain. Sedangkan Al-Qur’an itu sendiri diturunkan
dengan cara-cara bagian kedua, yaitu dengan perantara Malaikat Jibril. Hal itu seperti
dituangkan Allah dalam surah Asy-Syura ayat 51:
           ...

9
Artinya : “.... atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Asy-Syura: 51)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyampaikan wahyu


termasuk di dalamnya Al-Qur’an kepada para utusan-Nya dengan
perantara Malaikat Jibril as.

2. Ayat Pertama Diturunkan dan Isi Kandungannya


Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW ketika Beliau berkhalwat di Gua Hira
pada malam Senin tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW
(6 Agustus 610 M).
Penetapan hari turunnya Al-Qur’an ini, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-
Qur’an itu sendiri sebagai berikut:
         
        
Artinya : “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Anfal: 41)

Yang dimaksud dengan hari bertemu dua pasukan ialah hari bertemunya tentara
Islam dengan tentara musyrikin dalam pertempuran Badar yang jatuh pada hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun kedu Hijriyah, dan hari Furqan adalah hari permulaan
diturunkan Al-Qur’an. Karena itu, kedua hari itu mempunyai satu sifat yakni sama-sama
jatuh pada hari Jum’at tujuh belas Ramadhan, walaupun tidak dalam tahun yang sama.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama-tama diterima Nabi Muhammad SAW
ialah ayat 1-5 surah Al-‘Alaq sebagai berikut:
     *     * 
  *    *    

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
10
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq:
1-5)
Dengan turunnya ayat-ayat yang pertama dari surah Al-‘Alaq kepada Nabi
Muhammad SAW d gua Hirau itu, maka sekaligus menjadikan tanda bahwa sejak itu
Beliau diangkat menjadi seorang Nabi (mencapai derajat Nubuwwah), yang sekaligus
mendapatkan tugas mengemban dan melakukan dakwah Islamiyah kepada seluruh umat.
Sesudah ayat-ayat tersebut, Allah menurunkan ayaat-ayat yang menunjukkan
kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu ayat 1-5 surah Al-Muddassir sebagai berikut:
  *   *   * 
 *  
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu
berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah”,
(QS. Al-Muddassir 1-5)

Seperti disebutkan di atas bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang


pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW diawali dengan

ungkapan ‫اقرأ‬ (bacalah), padahal Beliau seorang ummy (yang tidak


pandai membaca dan menulis). Tentu perintah itu mengandung makna
yang harus dihayati oleh semua manusia yang meyakini isi kebenaran
Al-Qur’an. Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan hal itu secara panjang
lebar sebagai berikut:
Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun, sehingga
tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara
tertentu”.
Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti
menyamapaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra’ (bacalah!), tetapi apa yang harus dibaca? “Ma Aqra’?, tanya
Nabi dalam suatu riwayat setelah Beliau kepayahan dirangkul dan
diperintah membaca oleh Malaikat Jibril as.

11
Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki Beliau
dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi
Rabbika, dalam arti bermanfaaat untuk kemanusiaan.
Iqra’ berarti bacalah, telitilah, amatilah, dalamilah, ketahuilah
ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah,
diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra’
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam cara yang
dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini,
bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak
diperoleh kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau membaca
hendaknya dilakukan sampai batas maksmal kemampuan, tetapi juga
untuk bacaan Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu juga.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Qur’an menimbulkan
penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian
jiwa serta kesejahteraan batin. Berulang-ulang “membaca’ alam raya,
membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta
menambah kesejahteraan lahir. Ayat Al-Qur’an yang kita baca dewasa
ini tak sedikit pun berbeda dengan ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasul
dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian, namun pemahaman,
penemuan rahasianya, serta limpahan kesejahteraan-Nya terus
berkembang, dan itulah pesan yang dikandung dalam Iqra’ wa
Rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia). Atas
kemurahan-Nyalah kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai.
Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia.
“Membaca” dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama
pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun
peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama, justru
dimulai dari satu kitab (bacaan). Demikian uraian Quraish Shihab.

3. Ayat Terakhir Diturunkan dan Isi Kandungannya


Adapun ayat yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah
firman Allah SWT, dalam surah Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut:
12
           
   
Artinya : “dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada)
hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada
Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang
sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-
Baqarah: 281)
Ini adalah pendapat yang benar dan kuat, menurut hasil seleksi
para ahli tafsir yang disponsori As-Suyuti. Pendapat ini dikutip dari
Abdullah Ibn Abbas yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dari Ikrimah dari
Ibn Abbas, ia berkata bahwa ayat Al-Qur’an yang terakhir diturunkan
ialah ayat:
     ..... 
Nabi Muhammad SAW setelah turun ayat itu, hanya hidup
sembilan hari, kemudian Beliau wafat pada malam Senin tanggal 3
Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriah (632 M).
Adapula sebagian ulama yang mengatakan bahwa ayat Al-
Qur’an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah:
       
  
Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”. (QS. Al-Maidah:
3).

Pendapat ini kurang tepat, karena tidak didukung oleh bukti-


bukti yang kuat. Sebab ayat ini turun dikala Nabi Muhammad sedang
melaksanakan haji wada’, yaitu ketika Beliau wukuf di Arafah. Setelah
itu Beliau masih hidup 81 (delapan puluh satu) hari lagi, dan 9
(sembilan) hari sebelum Beliau wafat turunlah sebuah ayat dari surah
Al-Baqarah ayat 281:
13
           
   
Maka ayat itulah yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad
SAW.
Dari segi makna, ayat ini memperingatkan umat manusia untuk
selalu ingat pada hari akhir atau hari pembalasan yang semua
manusia pasti akan mengalaminya. Pada hari itu semua manusia akan
diperlakukan seadil-adilnya oleh Allah SWT. Sekecil apa pun perbuatan
baik akan diberi pahala. Dan sekecil apapun perbuatan jahat akan
diberi hukuman.

C. PROSES DITURUNKAN AL-QUR’AN


Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
sangat berbeda cara turunnya dari wahyu-wahyu Allah yang turun kepada Rasul-Rasul Allah
yang lain, bahkan berbeda dengan wahyu selain Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sekali pun.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi
seluruh umat manusia tanpa kecuali dengan tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.
Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan disesuaikan dengan contoh-contoh
peristiwa yang terjadi pada umat manusia pada saat itu, sehingga bisa dijadikan model oleh umat
manusia berikutnya sesuai situasi dan kondisinya.
1. Tahapan Turunnya Al-Qur’an
Umumnya ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Mahfuz
(catatan mengenai ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT) ke dunia. Akan tetapi mereka
berbeda pendapat tentang cara menurunkannya dari Lauh Mahfuz.
Pendapat pertama yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam al-qadar (kemuliaan),
lengkap dari ayat pertama sampai ayat terakhir. Ayat-ayat ini kemudian diwahyukan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun. Pendapat ini berargumen
dengan ayat-ayat yang berbunyi:
 *   *       
 
Artinya : “Haa miim. Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang

14
diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan”. (QS. Ad-Dukhan: 1-3)
     *     
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan
itu?”. (QS. Al-Qadr: 1-2)
         
 
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.
(QS. Al-Baqarah: 185)

Tiga ayat diatas menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada


suatu malam yang dinyatakan dengan malam mubarakah serta dinamai
dengan Lailatul Qadar, yaitu salah satu malam pada bulan Ramadhan.
Yang dinamakan dengan turun pada malam itu ialah turunnya Al-Qur’an
sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Bait al-Izzah di langit pertama. Sesudah itu
baru turun kepada Nabi secara berangsur.
Menurut pendapat kedua yang dikemukakan oleh Fakhruddin al-
Razi, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dalam 23 ali malam al-qadar.
Ayat-ayat yang diturunkan dalam setiap malam al-qadar ialah ayat-ayat
yang hendak diturunkan pada tahun itu secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad SAW.
Adapun pendapat ketiga yang dikemukakan oleh Asy-Sya’bi (tokoh
tradisional) mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan hanya bagian
permulaannya saja pada malam al-qadar. Yang lain kemudian diturunkan
sesudah itu secara bertahap dalam berbagai waktu.
Menurut para ulama, pendapat pertama merupakan pendapat yang
paling kuat.

2. Periodesasi Turunnya Al-Qur’an


Bila kita baca nama-nama surah dalam Al-Qur’an, kita akan menjumpainya ada yang

disebut makkiyah dan ada yang disebut Madaniyyah. Umpamanya sebelum kalimat ‫ربـيسرم ار‬

15
‫ اللريحـلمرن الزررحيـيم‬itu ditulis ‫( مسـولرةم اللبـلقـلرة لمردرنـزية‬surah Al-Baqarah itu Madaniyya), atau
‫( مسـيولرةم يـس لمـركزية‬surah Yasin itu Makkiyyah).
Maksud dari kalimat ‫ سورة البقرة مدنية‬adalah bahwa secara keseluruhan ayat-ayat
dari surah Al-Baqarah itu diturunkan di Madinah, meskipun ada kekecualian beberapa ayat

yang turun di Mekah. Begitu juga dengan kalimat ‫ ســورة يــس مكيــة‬maksudnya secara
keseluruhan ayat-ayat dari surah asin itu turun di Makkah.
Dan untuk menentukan mana ayat atay surah Makkiyah dan mana yang Madaniyyah,
jumhur ulama mendasarkan pada periodesasi kehidupan Rasulullah SAW, yang dibagi
menjadi 2 periode, yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Al-Qur’an yang diturunkan di Mekah kira-kira 19/30 dan Al-Qur’an yang diturunkan
di Madinah kira-kira 11/30.
Al-Qur’an dari awal sampai akhir terdiri dari 30 juz dan 114 (seratus empat belas)
surah. Permulaannya Al-Fatihah dan akhirnya An-Nas. Dua pertiga (2/3) dari 114 surah,
demikian menurut pendapat yang kuat, diturunkan di Madinah dan yang selainnya diturunkan
di Mekah.
Al-Khudary dalam kitab Tarikh Tasyri’ menetapkan, bahwa jumlah Al-Qur’an yang
turun di Mekah sejumlah 19/30 dan yang turun di Madinah sejumlah 11/30. Surah-surah yang
turun di Mekah sejumlah 91 surah dan yang turun di Madinah sejumlah 23 surah.
Bila kita periksa Al-Mushaf dan kita perhatikan keterangan-keterangan yang terdapat
di permukaan tiap-tiap surah, nyatalah bahwa surah yang turun di Mekah sejumlah 86 dan
yang turun di Madinah sejumlah 28 surah.
a. Surah-surah Makkiyyah menurut tertib turunnya
Dibawah ini nama surah-surah Makkiyah menurut tertib turunnya berdasar keterangan
sebagian ulama:
1. Al-‘Alaq 30. Al-Qari’ah 59. Az-Zumar
2. Al-Qalam 31. Al-Qiyamah 60. Al-Mu’min
3. Al-Muzzammil 32. Al-Humazah 61. Fussilat
4. Al-Muddassir 33. Al-Mursalat 62. Asy-Syura
5. Al-Fatihah 34. Qaf 63. Az-Zukhruf
6. Al-Lahab 35. Al-Balad 64. Ad-Dukhan
7. Al-Takwir 36. At-Tariq 65. Al-Jasiyah
8. Al-A’la 37. Al-Qamar 66. Al-Ahqaf
9. Al-lail 38. Sad 67. Az-Zariyat
10. Al-Fajr 39. Al-A’raf 68. Al-Ghasyiyah
11. Ad-Duha 40. Al-Jin 69. Al-Kahf
12. Al-Insyirah 41. Yasin 70. An-Nahl
13. Al-‘Asr 42. Al-Furqan 71. Nuh
14. Al-‘Adiyat 43. Fatir 72. Ibrahim
15. Al-Kautsar 44. Maryam 73. Al-Anbiya’
16. At-Takatsur 45. Taha 74. Al-Mu’minun

16
17. Al-Ma’un 46. Al-Waqi’ah 75. As-Sajdah
18. Al-Kafirun 47. Asy-Syu’ara 76. At-Tur
19. Al-Fiil 48. An-Nam 77. Al-Mulk
20. Al-Falaq 49. Al-Qasas 78. Al-Haqqah
21. An-Nas 50. Al-Isra’ 79. Al-Ma’arij
22. Al-Ikhlas 51. Yunus 80. An-Naba’
23. An-Najm 52. Hud 81. An-Nazi’at
24. ‘Abasa 53. Yusuf 82. Al-Infitar
25. Al-Qadar 54. Al-Hijr 83. Al-Insyiqaq
26. Asy-Syams 55. Al-An’am 84. Ar-Rum
27. Al-Buruj 56. As-Saffat 85. Al-Ankabut
28. At-Tin 57. Luqman 86. Al-Mutaffifin
29. Quraisy 58. Saba’

Sebagian ahli tafsir berkata: surah Al-Mutaffifin itulah surah yang paling
penghabisan turun di Mekah.
Menurut Al-Khudhary, selain dari surah-surah yang telah tersebut tadi, termasuk
juga dalam golongan surah-surah makkiyyah, surah-surah yang tersebut dibawah ini:
87. Az-Zalzalah
88. Ar-Rad
89. Ar-Rahman
90. Al-Insan
91. Al-Bayyinah
Surah-surah yang lima buah ini sebagian ulama memasukkannya ke dalam bagian
Madaniyyah.

b. Surah-surah madaniyyah, menurut tertib turunnya ialah:


1. Al-baqarah 9. Muhammad 17. At-Tahrim
2. Az-Zalzalah 10. At-Talaq 18. At-Tagabun
3. Al-Anfal 11. Al-Hasyr 19. As-Saff
4. Ali-Imran 12. An-Nur 20. Al-Jumu’ah
5. Al-Ahzab 13. Al-Hajj 21. Al-Fath
6. Al-Mumtahanah 14. Al-Munafiqun 22. Al-Maidah
7. An-Nisa’ 15. Al-Mujadilah 23. At-Taubah
8. Al-Hadid 16. Al-Hujarat 24. An-Nasr

Jika kita mengikuti pendapat sebagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa surah-
surah yang turun di Madinah sejumlah dua puluh delapan, tambahan atas dua puluh empa
ini, empat surah lagi, yaitu:
1. Ar-Ra’d
2. Ar-Rahman
3. Al-Insan
4. Al-Bayyinah

Ciri-ciri Makkiyyah dan Madaniyyah

17
Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (yang dinamai Makkiyyah) mempunyai
beberapa tanda.
Pertama ayat-ayat Makkiyyah itu pendek-pendek dan dinamai ayat-ayat Qishar,
sedangkan ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang dan dinamai ayat-ayat Thiwal.
Buktinya, surah-surah yang diturunkan di Madinah hanya 11/30 Al-Qur’an.
Bilangan ayatnya 1456 (seribu empat ratus lima puluh enam). Lihatlah juz Qad Sami’a
yang diturunkan di Madinah. Ayatnya hanya seratus tiga puluh tujuh (137). Dan juz
Tabaraka yang diturunkan di Mekah bilangan ayatnya empat ratus tiga puluh satu (431).
Ini menurut kebanyakannya.
Kedua, kebanyakan firman Allah dalam surah Madaniyyah dimulai dengan
perkataan:
‫ياَ أيهاَ الذين امنوا‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman”
Cuma ada tujuh ayat saja dari Madaniyyah yang terdapat perkataan:
‫ياَ أيهاَ الناَس‬
Artinya : “Wahai manusia”
(21 :‫ )البقرة‬    .1
(168 :‫ )البقرة‬      .2
(1 :‫ )انساء‬    .3
(133 : ‫ )انساء‬     .4
(170 : ‫ )انساء‬     .5
(174 : ‫ )انساء‬       .6
(13 : ‫ )الحدرات‬      .7
Ketiga, ayat-ayat Makkiyyah kebanyakannya mengandung soal tauhid, soal
kepercayaan adanya Allah, hal ihwal azab dan nikmat di hari kemudian serta urusan-
urusan kebaikan.
Ayat-ayat hukum yang jelas dan tegas kandungannya, kebanyakannya turun di
Madinah.

Faidah Memahami Makkiyyah dan Madaniyyah


Seperti kita ketahui bahwa salah satu kebijakan yang diambil Al-Qur’an dalam
penetapan hukum yang baru diterapkan kepada umat manusia adalah dengan cara
pentahapan (tadaruj0 dalam pelaksanaannya atau dengan cara nasikh dan mansukh
(pembatalan) hukum sementara atau selamanya.
Untuk mengetahui mana ayat yang mansukh (diralat) dan mana ayat yang nasikh
(meralat) seseorang harus menegrti dengan baik sejarah turunnya ayat dan tempat di mana
ayat itu turun.
Satu contoh, orang akan salah tafsir bila ingin memahami surah َ‫قــل ياَايهــا‬
‫ الية‬.... ‫الكاَفرون‬ dengan tidak mengetahui masa turunnya surah tersebut. Apakah ia
18
surah Makkiyyah atau surah Madaniyyah. Boleh jadi ia akan beranggapan bahwa orang
Islam tidak boleh berjihad untuk memeberantas kemusyrikan, cukuplah baginya untuk

mengatakan kepada orang-orang musyrik ‫( لكم دينكم ولي ديــن‬bagimu agamamu, dan
bagiku agamaku). Tetapi bila ia mengetahui bahwa surah ini turun di Mekah, ia akan
mengetahui maksudnya.
Surah ini turun sebagai jawaban kepada orang-orang musyrik Quraisy ketika
mereka mengajak komprom kepada Nabi Muhammad yang selalu mengajak mereka
untuk bertauhid tidak menyekutukan Allah SWT dengan apapun. Mereka menyampaikan
ide kepada Muhammad sebagai berikut:
“Muhammad! Mari kita kompromi saja, sehari kami menyembah Tuhanmu, hari
berikutnya kamu menyembah Tuhan kami”.
Jadi, surah ‫ الكفرون‬ini diturunkan hanya untuk memberi jalan keluar kepada Nabi
Muhammad bagaimana mengatasi permasalahan kaumnya di Mekah. Surah ini tidak bisa
dijadikan bukti bahwa perintah jihad sudah tidak berlaku lagi, sebab ayat-ayat lain yang
menganjurkan untuk berjihad banyak turun di Madinah.

3. Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Bertahap


Nabi Muhammad SAW dalam menerima Al-Qur’an tidak sekaligus sebanyak 30
Juz dalam satu waktu, namun Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur dalam
tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hal ini tentu ada hikmah yang terkandung di dalamnya,
antara lain:
- Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan
- Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, akan lebih
mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
- Di antara ayat-ayat Al-Qur’an ada yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau
merupakan penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Hal itu tidak mungkin
terlaksana kalau Al-Qur’an diturunkan sekaligus. Demikian keterangan Ibnu Abbas ra.
- Untuk memudahkan penghafal. Pertanyaan orang-orang kafir: “Mengapa Al-Qur’an
tidak diturunkan dengan sekaligus, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Furqan
ayat 32 yang artinya: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekaligus?” dijawab langsung dalam ayat itu: “Demikianlah agar Kami memperteguh
hatimu (Muhammad) dengannya”.
- Diantara ayat-ayat Al-Qur’an ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan
kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur’an itu diturunkan dengan
sekaligus.
Demikian di antara hikmah yang terkandung dalam turunnya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur.
19
Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa mengapa Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur, diantaranya:
1. Karena Nabi Muhammad sebagai Nabi Ummi, tidak dapat membaca dan tidak dapat
menulis. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihafalkan. Nabi-
nabi lain pandai menulis dan membaca, maka dapat menghafal semuanya bila
diturunkan sekaligus.
2. Kata Ibnu Faurak: Ada yang mengatakan bahwa sebab Taurat diturunkan sekaligus
ialah karena Nabi Musa pandai membaca dan menulis. Adapun sebab Tuhan
menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah karena Al-Qur’an diturunkan
berupa bacaan bukan berupa tulisan dan diturunkannya kepada Nabi yang tidak
pandai menulis.
Hikmah lan yang dapat kita ambil dari turunnya Al-Qur’an secara berangsur
adalah Tuhan memberi pelajaran kepada umat manusia bahwa untuk mengajarkan sesuatu
kepada orang lain itu harus bertahap dari yang mudah kepada yang sulit, dari yang
kongrit kepada yang abstrak, dari yang sudah dikenal kepada yang belum dikenal, dan
dari yang biasa kepada yang belum biasa. Begitu juga dalam segala aspek kehidupan kita,
kita jangan ingin mencapai sesuatu yang muluk-muluk dulu sebelum yang sederhana
dapat kita raih.
Perlu ditegaskan bahwa sebagian ulama tidak membenarkan kitab-kitab yang lain
dari Al-Qur’an, semuanya diturunkan sekaligus. Memang tidak ada dalil yang
menyatakan soal ini, semua kitab itu diturunkan berangsur-angsur seperti Al-Qur’an juga.

D. BUKTI KEOTENTIKAN AL-QUR’AN


Bagi umat Islam Al-Qur’an adalah kitab suci yang diagungkan dan dihormati, bukan saja
karena ia merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada seorang Rasul-Nya yang terakhir,
tetapi ia merupakan pedoman hidup (way of life) bagi mereka. Ia adalah penuntun dan petunjuk
bagi umat Islam untuk menjalani kehidupannya di muka bumi sebagai seorang hamba dan
sekaligus sebagai pengatur (khalifah).
Al-Qur’an Al-Karim memang besar, agung dan hebat, bukan karena uslub bahasanya
yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, tetapi karena isinya juga benar tidak diragukan oleh siapa
pun yang berhati jujur.
Beriku ini adalah ulasan tentang kebesaran, keagungan dan kehebatan Al-Qur’an.
1. Jaminan Kemurnian, Keagungan dan Kehebatan Al-Qur’an.
Surah Yunus 37-38
           
          * 

20
         
     
1) Arti Kata-Kata
Dibuat-buat ‫يفترى‬
Selain Allah
Membenarkan ‫دون الله‬
(kitab-kitab) yang sebelumnya ‫تصديق‬
Menjelaskan hukum-hukum ‫الذي بين يديه‬
yang telah ditetapkannya ‫تفصيل الكتاب‬

2) Terjemahan
Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al
Quran itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya[691], tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau
(patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah
datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa
yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang yang benar”. (QS. Yunus : 37-38)

3) Penjelasan
Dalam dua ayat tersebut di atas, ditegaskan bahwa tidak mungkin Al-Qur’an itu
dibuat oleh selain Allah karena Al-Qur’an berisi berbagai pengetahuan dan ajaran
termasuk membenarkan kitab-kitab terdahulu, yang pada umumnya manusia tidak
mengetahui sebelumnya. Disamping itu, Al-Qur’an juga menjelaskan hukum-hukum yang
telah ditetapkan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Karena itu, sudah tidak ada keraguan lagi
bahwa Al-Qur’an ini adalah ciptaan Allah Tuhan seluruh alam.
Orang-orang kafir tidak mau percaya bahwa Al-Qur’an itu ciptaan Allah. Mereka
menganggap bahwa Al-Qur’an itu buatan Muhammad. Kalau mereka beranggapan bahwa
Al-Qur’an itu buatan nabi Muhammad yang mereka juga tidak mempercayai kerasulan
Muhammad, mereka menganggap bahwa Nabi Muhammad sebagai manusia biasa, sama
dengan mereka, ditambah lagi bersuku bangsa dan berbahasa yang sama. Mengapa
mereka tidak bersaing untuk membuat Al-Qur’an sebagaimana yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad itu. Mereka saling membantu satu sama lain. Hal ini semakin

21
membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah bukan ciptaan makhluk atau siapa
pun selain Allah.
Sementara dalam surah Al-Isra’ ayat 88 Allah SWT menegaskan:
         
        
Artinya : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain". (QS. Al-Isra: 88)
Ayat 88 surah Al-Isra’ di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an
adalah wahyu Allah SWT, bukan ucapan manusia. Al-Qur’an adalah
sumber dan dasar-dasar ilmu pengetahuan, sekaligus merupakan
mukjizat Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, seandainya seluruh
manusia dari segenap penjuru dunia berkumpul dan bersepakat
bersama-sama dengan makhluk jin dan segala bantuan dari pihak
mana pun selain Allah dikerahkan untuk membuat yang serupa Al-
Qur’an, pastilah mereka tidak akan mampu membuatnya. Yang
demikian itu membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar
mengalahkan segala kemampuan yang ada di dunia ini, bahkan Al-
Qur’an merupakan sumber segala ilmu pengetahuan dan hukum serta
sumber hidayah bagi hidup dan kehidupan kita semua.

4) Sari Makna
- Al-Qur’an adalah murni wahyu Allah bukan buatan manusia.
- Al-Qur’an menyempurnakan kitab-kitab terdahulu.
- Tiak ada yang mampu membuat Al-Qur’an selain Allah.
- Keutuhan Al-Qur’an merupakan rahmat Allah yang amat besar bagi Nabi Muhammad
SAW dan seluruh umatnya.
- Siapa pun tak mungkin dapat membuat Al-Qur’an selain Allah SWT.

2. Bukti-bukti Kebenaran Al-Qur’an


a. Surah Al-Haqqah 38-52
    #    #   
 #         #  
     #     # 
    #    # 
22
   #       #
   #      #
    #    # 
  
1) Arti Kata-Kata
Maka Aku bersumpah ‫فل أقسم‬
Kamu lihat
Sedikit sekali ‫تبصرون‬
Tukang tenung ‫قليل ما‬
Mengada-adakan perkataan ‫كاهن‬
Niscaya Kami pegang dia
Pembuluh jantung ‫تقول‬
Orang-orang yang menghalangi ‫لخأذنا منه‬
Orang-orang yang ‫الوتين‬
mendustakan ‫حاجزين‬
Benar-benar akan menimbulkan ‫مكذبين‬
‫لحسرة‬
penyesalan

2) Terjemah
Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa
yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-
benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan
Al Quran itu bukanlah Perkataan seorang penyair. sedikit sekali
kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula Perkataan tukang
tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia
adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
Seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas
(nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan
kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat
menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. Dan
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa. Dan Sesungguhnya Kami benar-benar
mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang
mendustakan(nya). Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar
menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). Dan
23
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha
besar.

3) Penjelasan
Dalam ayat 38-47 Allah bersumpah dengan segala yang tampak dan yang
tidak tampak oleh manusia, sebagai suatu penegasan dari pada-Nya bahwa Al-Qur’an
itu tidak sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya Al-
Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad itu benar-benar merupakan
wahyu dari Allah SWT bukan perkataan Nabi Muhammad sendiri, bukan pula ciptaan
penyair maupun tukang tenung. Sekiranya Nabi Muhammad SAW memalsukan
wahyu Allah (membuat-buat perkataan sendiri yang diakuinya sebagai wahyu Allah)
niscaya Allah akan menghapus pangkat kerasulan daripadanya. Dan tindakan Allah
yang demikian itu tidak ada yang sanggup menghalangi.
Ayat 38-52 menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa kepada Allah SWT yaitu mereka yang sungguh-sungguh
menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Al-Qur’an
memberikan gambaran bagaimana penyesalan yang akan dialami oleh orang-orang
kafir ketika mereka melihat kenikmatan yang dialami oleh orang-orang mukmin di
akhirat kelak.
Dalam ayat terakhir tersebut di atas, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya,
Muhammad SAW untuk bertasbih sebagai tanda syukur kepada Allah yang telah
melimpahkan nikmat hidayah melalui Al-Qur’an.

4) Sari Makna
- Allah SWT sampai bersumpah dalam menunjukkan kebenaran Al-Qur’an.
- Al-Qur’an adalah wahyu Allah, bukan perkataan penyair ataupun tukang tenung,
tapi benar-benar turun dari Tuhan seluruh alam
- Tak mungkin Nabi Muhammad SAW membuat-buat perkataan lalu dikatakannya
sebagai wahyu Allah.
- Setelah kita membenarkan dan meyakini bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah, maka
kita disuruh bertasbih sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Agung yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya melalui Al-Qur’an itu.

b. Surah Al-Baqarah 23-24


          
         # 

24
        
   
1) Arti Kata-Kata
Kami turunka ‫نزلنا‬
Penolong-penolog
Maka takutlah kamu ‫شهداء‬
Bahan bakarnya ‫فاتقوا‬
Disediakan
‫وقودها‬
‫عدت‬
2) Terjemahan
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-
Baqarah: 23-24)

3) Penjelasan
Dalam ayat 23 suah Al-Baqarah tersebut di atas, Allah menuntut
kepada orang-orang yang masih saja meragukan terhadap kebenaran
Allah dengan meragukan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah untuk
membuat satu surah saja yang semisal dengan Al-Qur’an. Dan Allah
menganjurkan untuk mengajak pemimpin-pemimpin mereka serta
berhala-berhala mereka untuk membantu mereka dalam menciptakan
semisal Al-Qur’an. Namun ternyata mereka tidak mampu membuatnya,
sekalipun hanya satu surah saja. Hal ini menunjukkan bahwa tuduhan
mereka sama sekali tidaklah benar.
Selanjutnya dalam ayat 24 ditegaskan oleh Allah, jika mereka
dalam kenyataannya tidak sanggup dan tidak mampu berbuat yang
demikian itu, maka seharunya mereka mempercayainya dan mereka
seharunya takut akan siksa Allah yang amat berat yaitu api neraka
yang bahan bakarnya terdiri dari orang-orang kafir dan batu berhala
yang mereka sembah. Tempat itu disediakan untuk orang-orang yang
mengingkari akan kebenaran Al-Qur’an yang mulia.
25
4) Sari Makna
- Kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah tak perlu diragukan lagi karena terbukti
tak seorang pun mampu membuatnya sekalipun hanya satu surah.
- Orang-orang yang mengingkari akan kebenaran Al-Qur’an diancam siksa neraka yang
bahan bakarnya orang kafir dan batu berhala.

3. Jaminan Kesempurnaan Al-Qur’an


a. Surah Al-An’am 114-117
        
        
       #   
          # 
            
     #       
    
1) Arti Kata-Kata
Aku mencari ‫أبتغي‬
Penengah/hakim
Secara rinci ‫حكما‬
Telah Kami beri ‫مفصل‬
Orang-orang yang ragu ‫اتينا‬
Firman Tuhanmu (Al-Qur’an)
Tidak ada yang dapat ‫الممترين‬
‫كلمت ربك‬
mengubah ‫لمبدل‬
2) Terjemah
“Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, Padahal
Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan
terperinci? orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada
mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari
Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali
Termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat
Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada
yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang
Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui. Dan jika kamu menuruti

26
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat
petunjuk”.

3) Penjelasan
Dalam ayat 114, Allah menegaskan bahwa mencari hakim
kepada selain Allah adalah tidak dibenarkan, karena hakim yang
paling adil tidak lain adalah Allah SWT. Untuk menghakimi atau
mengadili umat manusia, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an
secara rinci, termasuk di dalamnya masalah peradilan dan masalah
kehakiman, kita tinggal menerapkannya. Oleh karena itu, tidaklah
pantas bagi Nabi Muhammad untuk mencari hakim selain dari Allah.
Demikian pula umat Islam, tidak diperkenankan mengambil hakim
kepada selain Allah, yakni memutuskan suatu hukum tanpa
landasan Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an wajib diyakini akan
kebenarannya dan tidak dapat diragukan lagi.
Dalam ayat 115 dinyatakan bahwa kesempurnaan Al-Qur’an
meliputi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
benar di dalam segala petunjuk-Nya dan adil di dalam ketetapan
hukum-Nya. Tidak ada seorang pun (makhluk Allah) yang mampu
mengubah firman Allah sedikit pun.
Ayat 116 berisi mengenai peringatan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW supaya tidak mengikuti pikiran dan ajakan orang-
orang kafir, karena mereka membawa kepada kesesatan dari agama
Allah. Sesungguhnya apa yang mereka ikuti itu tidak berdasar pada
keyakinan yang benar tetapi karena dorongan nafsu dan angan-
angan belaka. Mereka mengingkari kebenaran Al-Qur’an. Mereka
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, serta
mereka menyembah berhala.
Ayat 117 menyatakan bahwa Tuhan Maha Mengetahui
terhadap orang-orang yang tersesat dan membawa sesat orang lain

27
dari ajaran Al-Qur’an yang telah dapat dipastikan akan
kebenarannya, dan penuh berisikan petunjuk bagi mereka yang
mau mempercayai dan mengamalkan isi ajaran Al-Qur’an itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengeahui terhadap mereka yang
memperoleh petunjuk, yakni mereka yang mau melaksanakan
ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an.

4) Sari Makna
- Al-Qur’an merupakan sumber hukum, keadilan dan kebenaran yang tidak dapat
diragukan lagi.
- Kesempurnaan Al-Qur’an itu tidak dapat dirubah oleh siapa pun.
- Kita tidak diperkenankan mengikuti pikiran dan ajakan orang kafir yang akan
membawa kesesatan.
- Allah senantiasa mengetahu orang-orang yang tersesat dan orang-orang yang
mendapat petunjuk.

28
ISI POKOK AJARAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang mengandung
petunjuk-petunjuk bagi umat manusia.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak ditirukan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu
abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. Oleh karena itu, luas ajaran-
ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Begitu luasnya objek sasaran Al-Qur’an secara garis besar, pokok-pokok isi Al-Qur’an itu
meliputi:
1. Masalah akidah
2. Masalah ibadah
3. Masalah mu’amalah
4. Masalah akhlak
5. Masalah hukum
6. Masalah sejarah
7. Masalah dasar-dasar sains

A. MASALAH AKIDAH
Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam agama Islam, begitu juga dalam
agama-agama lain. Aqidah Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah
SWT. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 163:
         
Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-
Baqarah: 163)
Allah juga berfirman dalams urah Al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:
    #   #     #   
 
Artinya : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas)

Dari ayat-ayat di atas, jelas bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah


itu Es, Tunggal, tidak ada padanannya, karena Allah itu pencipta, maka
mustahil/tidak masuk akal bahwa yang mencipta sama dengan yang
diciptakan.

29
Ajaran tentang akidah ini disebut juga dengan keimanan, seperti kita
ketahui bahwa rukun iman itu ada enam, yang tersirat dalam ayat 1-4 surah
Al-Baqarah.

B. MASALAH IBADAH
Isi pokok Al-Qur’an yang kedua adalah masalah ibadah. Ibadah adalah
bentuk pengabdian seorang hamba kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq), Allah
SWT sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimanya.
Ibadah adalah realisasi dari keimanan. Seseorang yang mengakui
adanya Allah, adanya malaikat, diutusnya Nabi Muhammad dan sebagainya,
tetapi tidak melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah melalui Rasul-
Nya, sama dengan bohong, atau dalam agama disebut orang fasiq. Ibadah
ada yang berbentuk ucapan, perbuatan atau niatan dalam hati.
Diantara ayat-ayat yang menyuruh manusia beribadah atau
menyembah Allah adalah:
1. Ayat 21 Surat Al-Baqarah:
         

Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 21)

2. Ayat 56 Surah Az-Zariyat:


     
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Az-Zariyat: 56)

3. Ayat 51 Surah Ali-Imran:


        
Artinya : “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu
sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (QS. Ali-Imran: 51)

C. MASALAH MU’AMALAH
Yang dimaksud mu’amalah adalah tata cara hubungan manusia dengan
sesamanya dalam berbagai aspek kehidupannya, seperti hubungan sosial,
politik, ekonomi, dan perdagangan.
Hubungan antara manusia dalam bahasa Al-Qur’an disebut ‫حبل من‬
‫الناس‬, sedangkan hubungan manusia dengan Allah disebut ‫حبل من الله‬.

30
Secara garis besar, mu’amalah atau hubungan antara manusia di
dalam Al-Qur’an dituangkan dalam ayat 13, surah Al-Hujurat:
        
           

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.
Al-Hujurat: 13)

Dan banyak lagi ayat-ayat secara garis besar, menerangkan tentang


kepemimpinan, perniagaan, sewa-menyewa, utang-piutang dan sebagainya.

D. MASALAH AKHLAK
Pada prinsipnya ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an
secara garis besar adalah akhlak. Arti akhlak secara umum adalah sikap,
tingkah laku, norma atau budi pekerti.
Ketika Aisyah ra, ditanya tentang akhlak Rasul SAW, maka jawabannya

adalah ‫خألقققه القققران‬ (akhlaknya adalah Al-Qur’an). Artinya, perilaku


Rasulullah SAW, yaitu sesuai dengan yang diajarkan Al-Qur’an. Begitu juga
tugas Rasul SAW, seperti disebut Al-Hadits adalah untuk menyempurnakan
akhlak.
‫إنما بعث لتمم مكارم الخألقا‬
Artinya : “Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”.

Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika, jika
etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya
berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah, akhlak lebih luas maknanya karena
tidak hanya berupa tingkah laku lahiriyah, tetapi juga mencakup sikap yang
bukan lahir. Misalnyaa, yang berkaitan dengan sikap batin atau pikiran.

31
Di dalam Al-Qur’an ada kurang lebih 460 ayat yang bersangkutan
dengan masalah akhlak. Di antara ayat yang berisi pokok-pokok akhlak yang
baik ialah ayat 90 surah An-Nahl:
         
      
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)

E. MASALAH HUKUM
Yang dimaksud dengan hukum di sini adalah aturah Allah untuk kepentingan kebaikan
umat manusia. Ketiga-tiganya sudah dijelaskan di atas. Hanya yang akan dijelaskan berikut ini
jumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah hukum mu’amalah.
Menurut penelitian Syeikh Abd Al-Wahhab Khallaf, ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan hukum mu’amalah dapat dikelompokkan ke dalam.
1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga, jumlah ayat Al-Qur’an tentang hal ini
+ 70 ayat.
2. Hukum-hukum perdata yang terkait dengan masalah jual beli, sewa-menyewa, perseroan,
utang-piutang dan sebagainya, jumlah ayatnya + 70 ayat.
3. Hukum-hukum yang terkait dengan masalah pidana, jumlah ayatnya + 30 ayat.
4. Hukum-hukum yang terkait dengan masalah gugatan, seperti putusan hakim, saksi, sumpah
dan sebagainya, jumlah ayatnya + 13 ayat.
5. Hukum-hukum yang terkait dengan undang-undang negara yang mengatur sistem
pembentukan-pembentukan hukum, ketetapan hak individu dan golongan dan lain-lain. Ayat
mengenai ha ini berjumlah + 10 ayat.
6. Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan antar negara, baik dalam keadaan aman
maupun dalam keadaan perang, jumlah ayatnya + 25 ayat.
7. Hukum-hukum yang berkait dengan masalah ekonomi dan keuangan, yaitu yang mengatur
hak si fakir dan kewajiban si kaya, pengaturan sumber dana dan belanja negara. Jumlah
ayatnya + 10 ayat.
Hukum-hukum di dalam Al-Qur’an itu ada yang dijelaskan secara rinci seperti masalah
ibadah dan pewarisan, ada yang dijelaskan secara global saja seperti perdata, pidana, ekonomi,
dan sebagainya.

F. MASALAH SEJARAH

32
Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah masalah sejarah, yaitu riwayat
umat-umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi umat Islam sekarang. Al-
Qur’an menjelaskan hal ini dalam ayat 111 surah Yusuf:
      
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. Yusuf:
111)

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali disebut kisah-kisah atau sejarah


umat tedahulu seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Musa, Fir’aun, Ashab Al-Kahfi,
kaum ‘Ad, kaum Tsamud dan lain-lain. Ada yang dikisahkan karena
kedurhakaannya kepada Allah serta akidah yang diterimanya, dan ada yang
dikisahkan karena kebaikan dan ketaatannya kepada Alah SWT.
Contoh di antaranya mereka yaitu nasib kaum Nabi Nuh yang tidak
taat kepada ajarannya, tercantum dalam ayat 37 surah Al-Furqan:
         
   
Artinya : “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka
mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami
jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah
menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih”;

Contoh kedua adalah kisah kaum Saba’ yang keadaan rakyatnya


gemah ripah loh jinawi, karena mereka taat kepada Tuhannya. Kisah ini
tersebut dalam Saba’ ayat 15:
             
        
Artinya : “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di
sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
"Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (QS.
Saba’: 15)

G. MASALAH DASAR-DASAR SAINS

33
Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah dasar-dasar sains atau ilmu
pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’an memang bukan buku
ilmu pengetahuan, tetapi banyak ayat-ayatnya yang memberi isyarat
terhadap dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jauh sebelum teori-teori ilmu
pengetahuan itu dibuktikan oleh para ilmuwan melalui empirisnya, Al-Qur’an
telh mengisyaratkan ke arah itu. Contohnya adalah tentang teori atom.
Sampai dengan abad ke-19, para ahli masih beranggapan bahwa benda
terkeci yang tidak bisa dibagi lagi adalah atom. Namun setelah abad ke-20,
para ahli mengatakan bahwa atom masih bisa dibagi ke dalam proton,
neutron, dan elektron. Hal ini sebetulnya Al-Qur’an telah memberi isyarat
seperti pada ayat 61 surah Yunus:
             
            
             
 
Artinya : “Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak
membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan
suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada
yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan
(semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS.
Yunus: 61)

Kata asgar (terkecil) dari atom dalam ayat tadim berarti bahwa atom

masih bisa dibagi. Dan ungkapan ‫في السماء‬ (di langit0 mengandung arti
bahwa ciri-ciri khas atom yang ada di bumi sama dengan atom yang ada di
matahari, bintang dan planet-planet lain.
Dan mengenai dasar-dasar sains lainnya di sini dikutip beberapa
uraian dari kitab “Al-Muslimun wa Ilmu al-Hadits” karangan Abd. Razaq
Naufal dan buku-buku lainnya, yaitu:
1. Manunggalnya Alam/Cosmos

34
Teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa bumi adalah
sebagian dari gas yang panas yang memisahkan diri dan mendingin
(membeku) kemudian menjadi tempat yang dapat dihuni manusia.
Tentang kebenaran teori ini, mereka berargumentasi dengan adanya
vulcano-vulcano, benda-benda berapi yang berada di dalam perut bumi,
dan sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda-benda vulcano
yang berapi. Teori modern ini sesuai dengan apa yang ditunjukkan Al-
Qur’an dalam firman Allah sebagai berikut:
        
          
Artinya : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al-Anbiya: 30)

Isi ayat di atas sejalan dan dikuatkan oleh ilmu pengetahuan


modern yang menyatakan bahwa alam adalah satu kesatuan benda yang
berasal dari gas kemudian memisahkan diri menjadi kabut-kabut. Dan
matahari yang menjadi akibat dari pecahan bagian itu.
Bagian kedua ayat itu berbunyi:
.....       ....
Artinya : “dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS. Al-
Anbiya: 30)

Air adalah unsur pokok bagi kelestarian hidup untuk semua benda-
benda hidup dan tumbuh-tumbuhan. Air itu sendiri memiliki
keistimewaan-keistimewaan lain yang menunjukkan bahwa Pencipta alam
telah memantapkannya dengan sesuatu yang bisa membuktikan adanya
zat yang mengatur makhluk-Nya. Air bisa menyedot oksigen dengan
banyak ketika temperaturnya rendah, dan ketika air itu membeku maka
akan timbullah temperatur panas yang cukup yang bisa membantu
makhluk yang hidup di laut; seperti ikan dan sebagainya. Maka di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang menjelaskan rahasia hidup
dengan kata-kata yang indah.

35
2. Asal Kejadian Cosmos
Seorang ahli astronomi bernama Jean mengatakan bahwa alam ini
pada mulanya adalah gas yang berserakan secara teratur di angkasa luas,
sedangkan kabut-kabut atau kumpulan cosmos-cosmos itu tercipta dari
gas-gas tersebut yang memadat.
Dokter Gamu berkata, “Sesungguhnya alam pada mula kejadiannya
itu penuh dengan gas yang terbagi-bagi secara teratur, dan dari gas itulah
timbul reaksi. Teori ini kita dapatkan penguatnya dalam Al-Qur’an,
seandainya Al-Qur’an tidak memberitahukan hal tersebut, tentu kita tidak
langsung membenarkan teori ini”.
Allah berfirman:
          
    
Artinya : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit
itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati". (QS. Fussilat: 11)

3. Berkurangnya Oksigen/Zat Azam


Sejak ditemukannya pesawat terbang, para cendekiawan
menemukan gejala alamiah bahwa manusia yang berada dalam
ketinggian tertentu akan mengalami kekurangan oksigen.ketika itu ia
akan merasakan sempitnya dada dan sulit untuk bernafas, sehngga ia
merasa tercekik. Itulah sebabnya, kru pesawat memberikan
pengumuman kepada para penumpang untuk menggunakan oksigen
bantuan apabila pesawat berada padak ketinggian lebih dari 350.000
kaki. Gejala ilmiah ini telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an sebelum
diciptakannya penerbangan dan sebelum empat belas abad yang lalu.
Perhatikan firman Allah Ta’ala:
           
         
       
Artinya : “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk
(memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah
36
kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS.
Al-An’am: 125)

Para tokoh ilmuwan terdahulu memberikan interpretasi pada ayat ini


menurut pengertian yang sesuai dengan masanya, pengertian yang
sesuai dengan masanya. Mereka menggambarkan orang yang tidak
mendapat petunjuk Tuhan itu seolah-olah atau seperti orang yang
berusaha mengerjakan suatu hal yang mustahil.
Dan pada abad ini dapat dibuktikan isi Al-Qur’an ini serta terbukti
adanya kecocokan ayat Al-Qur’an dengan realita ilmiah. Hal ini betul-betul
menjadi penguat kebenaran ke nabian Muhammad SAW, maka karena
Allahlah alangkah indahnya Al-Qur’an ini dan alangkah tingginya.

4. Perjodohan bagi semua Benda/Makhluk


Dahulu orang-orang menganggap bahwa perjodohan jantan dan
bettina itu hanya terjadi antara dua jenis manusia dan binatang saja.
Namun setelah datang ilmu pengetahuan, dalam tumbuh-tumbuhan,
semua benda padat dan pada semua atom yang berada dalam cosmos
ini. Bahkan pada listrik pun ada daya positif dan ada daya negatif. Begitu
juga dalam atom, proton, neutron. Masing-masing kedua jenis itu sama
ibaratnya jantan dan betina. Penemuan ini telah disebutkan dalam
beberapa ayat Al-Qur’an. Coba camkan keindahan penjelasan-penjelasan
ini:
      
Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah”.(QS. Az-Zariyat: 49)

Pada ayat berikut ini jelas sekali umumnya:


          
Artinya : “Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang baik?”. (QS. Asy-Syura’: 7)

Isyarat di sinimenunjukkan pada tumbuh-tumbuhan:

37
         
  
Artinya : “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui”. (QS. Yaasin: 36)

Ayat diatas tadi memberikan pengertian umum terhadap


perjodohan, baik dalam tumbuh-tumbuhan, manusia dan segala sesuatu
yang kita ketahui atau yang tidak kita ketahui. Mahasuci Tuhan Yang Maha
Kuasa dan Maha Tahu, yang pengetahuan-Nya mencakup seemua cosmos
dan bisa menghitung jumlah segala sesuatu dengan tepat.

5. Selaput Rahim
Menurut ilmu pengetahuan bahwa embrio yang masih berada dalam
perut ibunya itu ditutupi oleh tiga selaput. Selaput ini tidak akan terlihat,
kecuali bila dilakukan pembedahan yang teliti, sehingga yang tampak oleh
mata seolah-olah hanya satu selaput saja. Selaput inilah yang dinamakan
selaput “chorion”, selaput “amnion” dan dinding “uterus” oleh ilmu
kedokteran modern. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang memperkuat
kenyataan ilmiah ini, dan ini terdapat dalam surah Az-Zumar ayat 6:
          
         
             
    
Artinya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan
selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”. (QS. Az-
Zumar: 6)

38
Dalam ayat ini terkandung mukjizat ilmiah bagi Al-Qur’an bahwa
rahim mempunyai tiga selaput yang diberi rahim mempunyai tiga selaput
yang diberi nama zulumat (kegelapan-kegelapan) karena selaput ini bisa
menghalangi dan menutupi sinar cahaya, dalam ilmu pengetahuan
modern disebutkan ada tiga selaput.

FUNGSI DAN TUJUAN AL-QUR’AN


DITURUNKAN
1. Petunjuk bagi manusia
Sudah tidak diragukan lagi bahwa al-qur’an diturunkan oleh allah swt sebagai petunjuk bagi
manusia yang bertakwa kepadanya dan menjadi pedoman bagi kehidupan mereka
Al-qur’an memberikan petunjuk dalam persoala-persoalan akidah, syariah dan akhlak,
dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoaln tersebut dan allah
menugaskan rasul saw untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu.
Allah berfirman;
“dan kami turunkan az-zikr (al-qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan” (QS. An-nisa; 44)
Dalam surat al_baqarah ayat 2-4 ditegaskan sebagai berikut:
“kitab (AL-quran) ini tidak ada keraguan. Bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang gaib, melaksanakan solat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang
kami berikan kepada meraka yang beriman kepada (al-qur’an) yang diturunkan kep[adamu
Muhammad dan kitab kitab yang diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya
akhirat “ (QS. Al-baqarah; 2-4)
Jadi al-qur’an menjadi petunjuk bagi orang orang yang bertaskwa yaitu orang yang
memelihara diri dari perbuatan dosa dan noda yang dibenci allah, dengan car mengikuti
segala pertintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Dengan demikian al quran menjadi petunjuk bagi orang orang yang bertakwa, yitu orang
orang yang memelihara diri dari siksaaan allah dengan mengikuti segala perintahnya, serta
menjauhi larangannya
Ayat ayat tersebut diatas, mengandung yang mestia ada pada seorang muttaqin yakni;
1. Percaya pada yang gaib, yitu allah dan para malaikatnya
2. Percaya kepada wahyu yang diturunkan oleh allah
3. Percaya kepada adanya akhirat
4. Mendirikan sholat
5. Menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan kepdanya oleh allah
Allah menyatakan bahwa sesunggguhnya al quran diturunkan kedunia ini, disamping menjadi
petunjuk, juga berfungsi untuk mewujudkan ishlah (perbaikan) hal-ihwal manusia. Hal hal yang
akan membawa kebaikan manusia diperingatkan agar dikerjakan dengan sebaik baiknya; dan hal
yang akan membawa kerugian agar ditinggalkanya. Untuk itu allah swt. Menyuruh yang makruf dan

39
mencegah yang mungkar (amar makruf nahi mungkar) menghalalkan yang baik dan suci, serta
mengharamkan yang buruk dan kotor. Melalui rosulullah, allah swt. Menyuruh dan melarang hal hal
tersebut diatas allah swt. Berfirman dalam surat al-a’raf ayat 157 sebagai berikut;
“yitu orang orang yang mengikuti rosul nabi yang ummi (tidak bias baca tulis) yang namanya
mereka dapati tulis didalam taurat dinjil yang ada pada mereka yang menyuruh meraka berbuat
makruf dan mencegah yang mungkar, dan menghalalkan segala yang baik bagi merka yang
mengharamkan segala hal yang buruk bagi merka dan membebaskan beban beban dan belenggu
belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang orang yang beriman kepadanya memuliakanya,
menolongnya dan mengikuti cahya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-quran)n mereka
itulah orang yang beruntung” (QS al-a’raf ayat 157)

40

Anda mungkin juga menyukai