Anda di halaman 1dari 11

AL-QUR’AN WAHYU TURUNNYA AL-QURAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an/Hadits

Disusun Oleh:
Randa Saputra (150602179)

Ilham Juanda (150602054)

Muhammad Rizal (150602055)

Ahmad Hashfi Altifar (150602202)

Dosen Pembimbing:
Mumtaz Ibnu Yasa

Fakultas Ekonomi Bisnis Islam

Universitas UIN Ar-Raniry

Banda Aceh

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad saw. Untuk membimbing
manusia.Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan
kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi.Turunnya Al-Qur’an pertama kali pada lailatul
qadr merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni para malaikat tentang
kemuliaan umat Muhammad.Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar
menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya Al-Qur’an yang kedua kali
secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengejutkan orang
dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah Illahi yang
ada di balik itu. Rasulullah saw tidak menerima risalah besar ini dengan cara sekali jadi, dan
kaumnya pun yang sombong dan keras kepala dapat takluk dengannya. Adalah wahyu turun
berangsur-angsur demi menguatkan hati Rasul dan menghiburnya relevan dengan peristiwa dan
kejadian –kejadian yang mengiringinya sampai Allah menyempurnakan agama ini dan
mencukupkan nikmat-Nya.

2. Rumusan Masalah

1. AL- Qur’an: Definisi Nama dan Sifat AL-Qur’an Serta Perbedaannya dengan Hadits Qudsi
2. Wahyu: Pengertian dan Cara Penyampaiannya
3. Turunnya AL-Qur’an: Cara Turun dan Hikmahnya
BAB II

PEMBAHASAN

1. AL-QUR’AN

Pengertian/Definisi Al-Quran

Pengertian Al-Quran meliputi dua hal, yaitu secara bahasa dan secara istilah, masing-masing sbb:

a. Pengertian alquran secara bahasa dan Istilah

Lafadzh Qara`a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira`ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun
rapih. Qur`an pada mulanya seperti qira`an, yaitu masdar (infinitif) dari kata qara` qira`atan,
qur`anan . Sebagaimana dalam firman Allah SWT yang artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu.”(Al;-Qiyamah :17-18)

Al Quran secara istilah berarti kitab suci umat Islam yang di dalamnya berisifirman-
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat. Al Quran
disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT dengan perantara malaikat jibril kepada
Nabi Muhammad Saw dan membacanya bernila iibadah.

b. Nama dan Sifat Al Quran

 Nama-nama Al-Quran :Allah menamakan Quran dengan beberapa nama, diantaranya:


1) Qur`an (Bacaan/ yang mengumpulkan)
“Sungguh, Al Qur`an ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang lebih lurus dan member
kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan
mendapat pahala yang besar.”.(Qs. al-Israa:9)
2) Kitab (Buku)
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.” (Qs. al-Anbiyaa: 10)

3) Al-Furqan (Pembeda)
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Qs. al-Furqan: 1)

4) Adz-Dzikr (Pemberiperingatan)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.”(Qs. al-Hijr :9)

5) At-Tanzil (Yang diturunkan)


“Dan sesungguhnya Al Qur`an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam.”(Qs. as-Syuaraa:192 ).

 Sifat-sifat Al-Quran :
Allah telah melukiskan Quran dengan beberapa sifat, diantaranya ;
a) Nur (cahaya ) :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” (Qs. an-nisaa : 174 )

b) Huda (petunjuk), Syifa (obat), Rahmah (rahmat),dan Mauizah (nasehat)


”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman.”(Qs.Yunus : 57 ).

c) Mubin ( yang menerangkan )


“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menerangkan.”(Qs. al-Maidah :15 ).
Dan sifat-sifat yang lain sebagaimana disebutkan dalam banyak ayatnya, seperti :
Mubarak (yang diberkati), Busyra (kabar gembira),`Aziz (yang mulia), Majid (yang
dihormati), Basyr (pembawa kabar gembira).

c. Perbedaan Antara Al-Quran dengan Hadits Qudsi

Definisi Quran telah dikemukakan pada halaman terdahulu. Dan untuk mengetahui
perbedaan antara definisi Quran dengan hadis kudsi, maka disini kami kemukakan dua
definisi berikut ini :

Lafadzh qudsi dinisbahkan sebagai kata quds, nisbah ini mengesankan rasa
hormat, karena materi kata itu menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa.
Maka kata taqdis berarti menyucikan Allah. Taqdis sama dengan tathiir, dan taqddasa
sama dengan tatahhara (suci, bersih ) Allah berfirman dengan kata-kata malaikat-Nya:
“padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan nama-Mu”
(al-Baqarah:30). Secara Istilah, Hadis Qudsi ialah hadis yang oleh Nabi saw, disandarkan
kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka
rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri.

 Perbedaan Quran dengan Hadis Qudsi


Ada beberapa perbedaan antara Quran dengan hadis Qudsi,yang terpenting diantaranya
ialah :
1. Al-Quranul Karim adalah Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat, bersifat
tantangan (I’jaz) bagi yang ingkar untuk membuat yang serupa dengannya, sedang hadis
Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2. Al- Quranul karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala
telah berfirman, sedang hadis Qudsi- seperrti telah dijelaskan diatas-terkadang
diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah; sehingga nisbah hadis Qudsi kepada
Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan.
3. Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang
hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Ada kalanya hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan ( baik ) dan
terkadang pula da`if (lemah).
4. Al-Quranul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu,
baik dalam lafal maupun maknanya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja yang dari Allah,
sedang lafalnya dari Rasulullah SAW . hadis Qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi
bukan dalam lafal.
5. Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca didalam salat.
Sedang hadis kudsi tidak disuruhnya membaca didalam salat. Allah memberikan pahala
membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak akan
memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran
bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan kebaikan.

2. WAHYU

a. Pengertian Wahyu
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat
yang dilakukan bukan dengan tangan.Wahyu menurut istilah ialah sebutan bagi sesuatu yang
dituangkan dengan cara cepat dari Allah dalam dada Nabi Muhammad sebagaimana
dipergunakan juga untuk lafadz Al Qur’an. Yang dimaksudkan dengan wahyu dalam surat Asy-
Syura (42): 21 ialah sesuatu yang dibisikkan (di hujamkan) kedalam sukma.
Al-Wahy (wahyu) adalah kata mashdar (infinitif).Dia menunjuk pada dua pengertian
dasar, yaitu; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, dikatakan, “Wahyu ialah informasi secara
tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain.”

b. Cara Penyampaian Wahyu


 Aisyah RadhiyallahuAnha berkata, “Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada
Rasulullah Shallallahu AlaihiwaSallam adalah mimpi yang benar di dalam tidur. Beliau
tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu dating bagaikan terangnya pagi hari.”
 Dihembuskan kedalam jiwa Nabi perkataan yang dimaksudkan. Mujahid dan kebanyakan
ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wahyu dalam Q.S Asy-Syura (42)
ayat 51 ialah Tuhan memasukkan wahyu yang dimaksudkan kedalam jiwa Nabi.
 Gerincingan lonceng yang sangat keras. Martabat inilah yang paling berat diterima Nabi.
 Apabila Wahyu yang turun kepada Rasulullah dengan cara ini, biasanya beliau
mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya. Terkadang suara itu seperti kepakan sayap-sayap malaikat, seperti
diisyaratkan di dalam hadits,“Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka
para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan
gemrincingnya matarantai di atas batu-batu yang licin.” (HR. Al-Bukhari)
 Malaikat menyerupakan dirinya sebagai seorang lelaki. Jibril pernah datang kepada Nabi
dalam rupa Dihyahi bin Khalifah, seorang lelaki yang sangat elok rupanya.
 Memperlihatkan dirinya kepada Nabi dalam rupanya yang asli yang mempunyai enam
ratus sayap.
 Allah berbicara dengan Nabi dari belakang hijab, baik Nabi dalam keadaan sadar (jaga)
seperti di malam Isra’ ataupun dalam tidur, seperti yang diriwayatkan oleh At-Turmudzy
dari Haditsmu’adz.
 Israfil turun membawa beberapa kalmiat wahyu, sebelum Jibril dating membawa wahyu
Al-Qur’an.

3. TURUNNYA AL-QUR’AN

Allah SWT menurunkan Al Quran tidak sekaligus sebagaimana kitab-kitab yang kita ketahui,
akan tetapi sedikit demi sedikit secara berangsur-angsur, sebab ada suatu hikmah atau rahasia
yang terkandung di dalamnya. Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22
tahun 2 bulan 22 hari.

Al Quran pertama kali turun pada malam Lailatul Qadr di sebuah gua Hira dengan ayat yang
pertama dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5, ini didasarkan pada firman Allah SWT, pada Surat Al-
Qadr, dan ayat yang terakhir turun adalah ayat mengenai riba. Al Quran pertama kali diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW pada 17 Ramadhan tahun pertama kenabian atau di waktu Nabi
Muhammad SAW telah di angkat menjadi Nabi Muhammad SAW. Sampai saat ini, tanggal
tersebut diperingati oleh umat Islam Indonesia setiap tahun sebagai malam peringatan Nuzulul
Qur’an. Sebenarnya para ulama mengenai hal ini tidak sependapat. Ada tiga pendapat, mengenai
ayat atau surat pertama sekali turun, yaitu ada yang mengatakan Surat Al-Fatihah, Surat Al-
Mudatstsir, dan pendapat yang terkuat adalah Surat Al-‘Alaq. Semua pendapat ini masing-
masing mempunyai alasan.

Al Quran itu sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap. Pertama,
penyampaian Al Quran dari Allah SAW kepada Lawh Al-Mahfuzh. Maksudnya, sebelum Al
Quran disampaikan kepada Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT terhadap manusia, ia
terlebih dahulu disampaikan kepada Lawh Al-Mahfuzh, yaitu suatu lembaran yang terpelihara di
mana Al Quran pertama kalinya ditulis pada lembaran tersebut. Allah SWT menjelaskan berikut
ini. Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan)
dalam Lawh Mahfuz.“(QS. Al-Buruuj:21-22) Tidak ada manusia yang tahu bagaimana cara
penyampaian Al Quran dari Allah SWT keLawh Al-Mahfuzh. Dan manusia tidak wajib
mengetahuinya, tetapi wajib mempercayainya karena yang dikatakan Allah SWT.

Tahap kedua adalah turunnya kelangit pertama dengan sekaligus. Di langit pertama itu, ia
disimpan pada Bayt Al-‘Izzah. Penurunan tahap kedua ini bertepatan dengan malam Qadar,
seperti dalam Surat Al-Qadr (97) ayat 1, Ad-Dukhan (44) ayat 3, dan Al-Baqarah ayat 185. Ibnu
Abbas mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Az-Zarqani: “Al Quran diturunkan, secara
sekaligus, kelangit dunia pada malam Qadr. Setelah itu, ia diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW secara berangsur-angsur selama 20 tahun.”

Tahap ketiga adalah turunnya Al Quran dariBayt Al-‘Izzah secara berangsur-angsur


kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, atau 23
tahun. Jibril menyampaikan wahyu kedalam hati Nabi Muhammad SAW, sehingga setiap kali
wahyu ini disampaikan beliau langsung menghafalnya. Al Quran dalamSurat Al-Baqarah ayat 97
menyebutkan hal tersebut, yaitu:Artinya: “Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) kedalam hatimu dengan seizin Allah,
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Baqarah: 97)

 Hikmah Al Quran Diturunkan Berangsur-Angsur


1. Menetapkan atau menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, seperti digambarkan dalam
ayat di atas. Dengan turunnya Al Quran secara berangsur-angsur, maka berarti Nabi
Muhammad SAW akan selalu berjumpa dengan Jibril dan menerima Al-Qur’an. Hal ini
secara psikologi akan berpengaruh kepada Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan
risalah ilahi, dia akan menjadi tegar dan kuat. Berbeda dengan turunnya sekaligus,
berjumpa dan mendapatkan seluruh ayat kemudian tidak muncul lagi.
2. Berangsur-angsur dalam mendidik umat, yang sedang tumbuh ini, untuk menanamkan
ilmu dan amal. Hal ini dapat memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk
memahami dan menghafalkannya. Betapa sulitnya memahami dan menghafal ayat-ayat
yang begitu banyak jika ia diturunkan sekaligus. Dan bahkan lebih sulit lagi
mengamalkannya, karena perintah dan larangan yang begitu banyak muncul secara
bersamaan. Maka untuk itulah Allah SAW menurunkan ayat-ayat tersebut dengan
berangsur-angsur.
3. Menyesuaikan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa itu. Paling tidak
ada dua hal yang menyebabkan perlunya penyesuaian penurunan ayat dengan peristiwa
yang sedang terjadi, yaitu; pertama, akan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga
umat Islam benar-benar merasakan betapa butuhnya mereka dengan Al-Qur’an; kedua,
berguna menjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabat secara langsung dengan yang
diturunkan ketika itu juga atau menunggu beberapa lama, hal ini selain menimbulkan
kesan yang mendalam bagi penanya, dan juga dapat menambah keyakinan mereka bahwa
Al Quran benar-benar dating dari Allah SWT, sehingga Nabi Muhammad SAW harus
menunggu turunnya ayat yang berkenaan dengan itu.
4. Memberikan isyarat yang nyata kepada musuh-musuh Islam, bahwa Al Quran adalah
kalamullah yang dating dari Allah SWT bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Jika ia
kalam Nabi Muhammad SAW, maka dia dapat mengungkapkannya kapan dan di mana
saja, tidak perlu menunggu.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1 Al-Qur’an adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada NabiNya Muhammad SAW
yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-Qur’an adalah merupakan sebuah nama yang
diberikan terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Al-Qur’an memiliki
banyak nama selain Al-Qur’an.
2. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia dan dari
langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Cara turunnya Al-
Qur’an melalui Jibril ini para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa Jibril
menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan Lafalnya yang khusus; ada yang
mengatakan bahwa Jibril menghafalnya dari Lauh Mahfuzh; dan ada pula yang mengatakan
bahwa maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafalnya adalah lafal Jibril, atau lafal
Muhammad SAW.
3. Wahyu adalah merupakan Kalamullah yang disampaikannya kepada seorang Nabi dalam hal
ini adalah Muhammad SAW dengan berbagai cara ada yang langsung dan ada yang melalui
perantaraan malaikat Jibril dalam kurun waktu 20 tahun atau 23 tahun dan atau 25 tahun (terjadi
perbedaan ulama karena perbedaan menghitung berapa lama Nabi di Makkah setelah diangkat
jadi Rasul).
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddiqi, TM. Hasbi, Prof. Dr. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir,
Jakarta : Bulan Bintang.
As-Sholih, Subhi, Dr. 1999. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Pirdaus.
Ramli Abdul Wahid, H. Drs. 2002. Ulumul Qur’an. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Marzuki Kamaluddin, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994
Ash-Shabuuny Muhammad ali, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia,
Badruddin Imam, m. Abdullah al zarkasy, Al Burhan fi Ulum Al Quran, Lebanon : Dar
Marzuki Kamaluddin, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994
Ash-Shabuuny Muhammad ali, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia, h. 15
Ash-shidiqhi,ilmu al-qur’an & tafsir, PT.pustaka rizki putra, semarang,2009.

Anda mungkin juga menyukai