Anda di halaman 1dari 19

PENCIPTAAN BENDA-BENDA LANGIT DALAM AL-QUR’AN

(Studi Komparatif Tafsir Al-Misbāh dan Tafsir Al-Manār)


Proposal ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi

Oleh:
Shaffa Muthiara Maulinarabiullah Chandranaya
NIM: 19211306

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1444 H/2022 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 7
1. Identifikasi Masalah 7
2. Pembatasan Masalah 7
3. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9
E. Kajian Pustaka 9
F. Metode Penelitian 12
1. Jenis Penelitian 12
2. Sumber Data 12
3. Teknik Pengumpulan Data 13
4. Teknik Analisa Data 13
5. Pendekatan Penelitian 13
G. Teknik dan Sistematika Penulisan 14

DAFTAR PUSTAKA 16

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an sangat banyak mengandung aneka ragam mukjizat
keilmuan, sesuai realita dari penerapan keilmuan. Semuanya ditemukan pada
setiap tempat dan waktu, dan senantiasa dibenarkan oleh peradaban
manapun. Berabad-abad telah berlalu sejak Al-Qur‟an diturunkan, telah
berganti keadaan dan kebudayaan antara pengaruh-pengaruh yang ada.
Namun, tidak pernah ada bukti yang menyatakan kesalahan kandungan yang
diisyaratkan Al-Qur‟an.1
Pada masa sekarang banyak yang mencoba menafsirkan beberapa
ayat Al-Qur‟an dalam sorotan pengetahuan ilmiah modern. Tujuan utamanya
adalah untuk menunjukan sisi mukjizat Al-Qur‟an dalam lapangan keilmuan
untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan keagungan dan keunikan
Al-Qur‟an dan untuk menjadikan kaum muslim bangga memiliki Al-Qur‟an.
Akan tetapi, pandangan yang menganggap Al-Qur‟an sebagai sebuah sumber
seluruh pengetahuan ini bukanlah sesuatu yang baru, sebab banyak ulama
besar kaum muslim terdahulu berpandangan bahwa Al-Qur‟an itu
mengandung seluruh ilmu klasik dan modern. Diantara ulam terdahulu yang
berpandangan seperti ini adalah Imam al-Ghazali dan Imam as-Suyuthi.2
Tafsir ilmi merupakan corak penafsiran ayat-ayat kauniyyah (ayat-
ayat tentang alam) dalam Al-Qur‟an yang mengkaitkannya dengan ilmu-ilmu
pengetahuan modern. Tafsir ilmi adalah penafsiran Al-Qur‟an yang
pembahasannya menggunakan metode pendekatan istilah-istilah ilmiah
dalam mengungkapkan Al-Qur‟an dan berusaha melahirkan berbagai cabang

1
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur‟an, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 3.
2
Institut of Global Cultural Studies (IGCS), Filsafat-Sains Menurut Al-Qur‟an,
terj. Agus Effendi, (Bandung: Mizan, 2003), h. 53.

1
ilmu pengetahuan yang berbeda dan melibatkan pemikiran-pemikiran
filsafat. Kaidah penafsiran tafsir ilmi ini lebih kepada petunjuk melalui
kajian sains dan bukannya menggunakan ijtihad melalui akal. Oleh sebab itu,
ada ulama tafsir yang memasukkan tafsir ilmi ini dalam tafsir isyari. Tafsir
ilmi adalah berasaskan kepada penerangan dan penjelasan melalui isyarat
dari pada Al-Qur‟an sendiri yang menunjukkan kepada kehebatan ciptaan
Allah Swt.3
Dari definisi tafsir ilmi diatas, pada intinya merupakan sebuah upaya
untuk mengungkapkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur‟an khususnya
ayat-ayat kauniyyah dengan berbagai cara dan metode sehingga dengan
penafsiran ini akan dihasilkan teori-teori baru ilmu pengetahuan ataupun
sesuatu yang sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang ada pada saat ini.
Sehingga, penafsiran ini tidak dianggap sebagai sebuah kelatahan yang
hanya berusaha menjustifikasi setiap temuan-temuan sains saat ini sebagai
sesuatu yang sudah terdapat dalam Al-Qur‟an.
Dalam kajian tafsir ilmi ini, para ulama klasik maupun modern
berbeda pendapat. Ulama yang tidak setuju dengan adanya tafsir ilmi adalah
Abu Ishaq al-Syātibī, karena beliau beralasan bahwa ilmu pengetahuan
sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat Arab sebelum Al-Qur‟an
diturunkan; dan al-Syaikh Mahmūd Syaltūt beranggapan bahwa Al-Qur‟an
diturunkan dan berbicara kepada semua manusia bukan untuk menguatkan
teori-teori keilmuan, karena hal yang demikian dapat mengajak pelakunya
tenggelam kepada penakwilan Al-Qur‟an tanpa dilandasi kebenaran dan
menafikan kemukjizatan Al-Qur‟an itu sendiri.4 Sementara ulama yang

3
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tumbuhan dalam Perspektif Al-
Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), h.
21-22.
4
Udi Yuliarto, Al-Tafsīr Al-„Ilmī: Antara Pengakuan dan Penolakan 1, no. 1
(2011), h. 39.

2
setuju terhadap tafsir ilmi dari kalangan ulama klasik antara lain al-Ghazali,
ar-Razi, al-Musi dan as-Suyuthi, dan dari kalangan ulama modern
diantaranya Muhammad Abduh, Tantawi Jauhari, dan Hanafi Ahmad.
Alasan mereka setuju terhadap kajian tafsir ilmiah ini karena seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya khazanah keilmuan, tafsir ilmi ini
sangat membantu untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam bidang
ilmu pengetahuan.
Dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan kata atau istilah yang berkaitan
dengan benda-benda langit, seperti matahari, bintang, bulan, dan benda
langit lainnya. Salah satu pernyataan dan penegasan yang penting dalam
pandangan Islam adalah bahwa langit dan bumi serta segala yang ada di
antara keduanya dan fenomena alam yang terdapat di dalamnya diciptakan
oleh Allah Swt. Alam semesta tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
diciptakan dengan sedetail mungkin dan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penciptaan langit dan bumi tidak main-main, tetapi sesuai dengan
rencana besar dengan urutan proses dari awal hingga akhir.5 Kita jumpai di
langit dan bumi tanda-tanda kekuasaan Allah Swt bagi mereka yang
beriman, disebut dalam beberapa firman Allah Swt:

َ ْ ْ َٰ َْ َّ ‫اَّن فى‬
٣ َۗ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِض لا ٰي ٍت ِلل ُمؤ ِم ِن ْين‬ ِ ِ
“Sesungguhnya di langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin.” (Al-Jasiyah/45:3)

Semua yang ada di alam raya ini tidak terjadi dengan sendirinya. Apa
saja yang terdapat di antara langit dan bumi, baik yang dapat diindera

5
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 2.

3
maupun yang tidak, semuanya merupakan ciptaan Allah Swt.6 Kata as-

samāwāt (‫ت‬ ٰ ٰ َّ
ِ ‫ )السمو‬pada ayat di atas merupakan bentuk jamak dari as-sāmā’

yang artinya langit. Ketika disebut dalam bentuk jamak, hal ini
mengisyaratkan bahwa langit tidak hanya satu, tetapi banyak. Ada pula yang
mengartikan langit sebagai lapisan atmosfer yang melingkupi bumi. Lapisan
ini terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing disebut dengan nama
tertentu sesuai dengan ketinggian atau jaraknya dari bumi. Selain itu, ada
pula yang memaknainya dengan benda yang ada di luar angkasa, seperti
bintang dan planet. Ketika disebut dengan bentuk jamak maka yang
dimaksud adalah seluruh benda langit yang ada di ruang angkasa. Termasuk
dalam kategori ini adalah semua planet, bintang-bintang, dan galaksi yang
ada di alam raya. Jumlah benda-benda langit yang demikian banyak ini
diisyaratkan dengan sebutan as-samāwāt, sebagaimana dinyatakan dalam
ayat di atas. Selanjutnya, karena langit mencakup benda-benda angkasa,
maka antara yang satu dengan lainnya tidak menempel, masing-masing
dipisahkan oleh jarak tertentu dan berbeda-beda jaraknya.
Pada ayat tersebut Allah Swt menegaskan bahwa Dia-lah yang
menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Di
samping pernyataan tersebut, ayat tersebut juga memberikan dua informasi
penting lainnya, yaitu: (1) bahwa penciptaan itu dilakukan dengan ḥaq atau
sebenarnya dan dengan adanya tujuan tertentu; (2) bahwa penciptaan itu
ditetapkan batas akhirnya (ilā ajalin musammā).7

6
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 3.
7
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit

4
Salah satu hal yang dikemukakan pada ayat tersebut adalah informasi
bahwa penciptaan langit dan bumi dilakukan dengan ḥaq dan dengan tujuan
tertentu. Maksudnya, apa yang dilakukan Allah Swt sejatinya untuk kebaikan
semua makhluk. Hanya saja kadang-kadang hikmah atau tujuan itu ada yang
belum dapat dipahami. Oleh karena itu, Allah Swt menganjurkan agar
manusia mau menggunakan akalnya untuk menelaah apa sebenarnya tujuan
penciptaan tersebut. Dengan pengetahuan tentang tujuan penciptaan, niscaya
akan banyak manfaat yang dapat diraih oleh mereka yang mengetahuinya.
Mereka akan menyadari bahwa tujuan atau hikmah dari penciptaan langit
dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya salah satunya adalah
untuk kesejahteraan manusia.
Penciptaan langit, bumi, dan fenomena alam lainnya pasti ada fungsi
dan manfaatnya. Semua manusia dikaruniai akal, dan ini merupakan unsur
rohani yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan akal,
seorang manusia dapat memikirkan segala sesuatu yang kemudian dapat ia
manfaatkan untuk menemukan atau meraih kebaikan bagi dirinya. 8
Tanda-tanda kekuasaan Allah Swt hanya dapat dipahami oleh orang-
orang yang berakal yaitu orang-orang yang dalam Al-Qur‟an disebut sebagai
ulul-albāb mereka itu adalah orang-orang yang mau secara intensif
memberdayakan anugerah Allah Swt berupa akal yang secara khusus
dikaruniakan kepada manusia. Ciri-ciri orang yang berakal ini diungkapkan
dalam ayat berikutnya yaitu Surah Āli „Imrān ayat 191, orang berakal itu
adalah mereka yang selalu ingat kepada Allah Swt baik ketika berdiri sambil
melaksanakan aktivitasnya, ketika duduk beristirahat di rumah atau tempat

dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 4.
8
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 6.

5
lain maupun ketika berbaring beristirahat dari aktivitas. Selain itu, mereka
juga senantiasa memikirkan tujuan dan hikmah dari penciptaan alam semesta
dengan cara inilah mereka akan menemukan manfaat dan mengetahui sifat-
sifat dari semua yang ada mereka akan dapat mengambil keuntungan dan
faedah dari alam di sekelilingnya dan tidak melakukan tindakan yang bersifat
merusak. Mereka akan sampai pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang
diciptakan Allah Swt tentu mempunyai tujuan dan hikmah.9
Kajian mendalam tentang fenomena alam dan penciptaannya akan
bermuara pada kesimpulan bahwa semua yang ada diciptakan tidak tanpa
manfaat. Semua terwujud dengan manfaat dan faedah bagi manusia. Pada
akhirnya, manusia yang mengetahui dan menghayati semua ciptaan ini pasti
akan terdorong untuk bersyukur kepada Allah Swt dengan penuh ketulusan.
Karena itu tidaklah layak apabila manusia menduga bahwa Allah Swt
menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat dan berfaedah bagi makhluk-
Nya, suatu dugaan yang seringkali muncul dalam diri manusia adalah rasa
kurang percaya dan perasangka buruk kepada Allah Swt.10
Dari paparan diatas sudah bisa dipastikan bahwa proses penciptaan
alam semesta ini memiliki awal dan akhirnya, dan tentu itu diciptakan oleh
Allah Swt dengan manfaat tertentu. Disinilah penulis tertarik untuk
menjelaskan kajian ayat-ayat Al-Qur‟an tentang manfaat penciptaan benda-
benda langit dalam tafsir Al-Misbāh karya Quraish Shihab dan tafsir Al-
Manār.

9
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 7.
10
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Benda-benda Langit
dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011), h. 7.

6
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis perlu
memaparkan identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an sangat banyak mengandung aneka ragam mukjizat
keilmuan, sehingga banyak yang mencoba menafsirkan beberapa
ayat Al-Qur‟an dalam sorotan pengetahuan ilmiah modern.
b. Perbedaan pendapat para ulama klasik dan modern tentang kajian
tafsir ilmi.
c. Penciptaan langit dan bumi tidak main-main, tetapi sesuai dengan
rencana besar dengan urutan proses dari awal hingga akhir.
d. Semua yang ada di alam raya ini tidak terjadi dengan sendirinya.
Semua yang terdapat di antara langit, bumi, dan alam semesta, baik
yang dapat diindera maupun yang tidak, semuanya merupakan
ciptaan Allah Swt.
e. Penciptaan langit, bumi, dan fenomena alam semesta pasti ada
fungsi dan manfaatnya.

2. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi persoalan dalam kajian ini, perlu dikemukakan
bahwa penulis tidak mengkaji pembahasan mengenai penciptaan benda-
benda langit secara menyeluruh, akan tetapi penulis hanya fokus dalam
mengklasifikasikan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an yang
berkaitan dengan penciptaan benda-benda langit, diantaranya penciptaan
matahari sebagai pusat tata surya, penerang tata surya, sumber energi,
penentu waktu dan arah dan sebagai sumber warna keindahan;
penciptaan bulan sebagai satelit bumi, penggerak pasang-surut air laut,
dan sebagai penentu waktu; penciptaan planet, meteor dan bintang

7
sebagai penghias langit, pembanding planet bumi dan sebagai pelajaran
penjagaan Allah Swt; dan penciptaan gugusan bintang sebagai pemandu
arah dan penunjuk luasnya langit, dengan menggunakan metode
komparatif kitab Tafsir Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab dan Tafsir
Al-Manār karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang relevan pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha tentang penciptaan benda-benda langit?
b. Bagaimana perbandingan penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha?
c. Bagaimana relevansi penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dengan teori sains?

C. Tujuan Penelitian
Sebuah penelitian tentu memiliki tujuan, setelah menyebutkan
rumusan masalah berikut tujuan penelitian ini dilakukan:
1. Mengetahui penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha tentang penciptaan benda-benda langit.
2. Mengetahui perbandingan penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
3. Mengetahui relevansi penafsiran Quraish Shihab dan penafsiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dengan teori sains.

8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya
khazanah keilmuan Islam dalam bidang tafsir, khususnya pada tema
yang berkaitan dengan tafsir ilmi.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan oleh cendikiawan
Islam untuk dijadikan sebagai referensi dalam memahami maupun
menafsirkan ayat-ayat tentang penciptaan benda-benda langit yang
ditinjau dari dua kitab tafsir (kitab Tafsir Al-Misbāh dan kitab
Tafsir Al-Manār) dan ilmu pengetahuan.

E. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kajian literatur yang relevan dengan pokok
bahasan penelitian yang akan dilakukan atau bahkan memberikan inspirasi
dan mendasari dilakukannya penelitian.11 Untuk menghindari terjadinya
kesamaan pembahasan dalam skripsi ini dengan skripsi lain, penulis
mengamati kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki titik
kesamaan. Selanjutnya, hasil pengamatan itu akan menjadi acuan penulis
untuk memastikan bahwa penulis tidak plagiat dari kajian yang telah ada.
Penulis telah melakukan penelusuran kajian pustaka terhadap tema
yang akan penulis ambil di perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan lain sebagainya. Penulis menemukan
judul skripsi yang berkaitan dengan manfaat penciptaan benda-benda langit,
diantaranya sebagai berikut:
Skripsi yang ditulis oleh Siti Lutfiah Mahmudah, “Kajian Ayat-ayat
Al-Qur‟an Tentang Penciptaan Alam Semesta (Studi Komparatif Tafsir Al-

11
Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
(Jakarta: IIQ Press, 2021), cet. 2, h. 10.

9
Misbāh dan Tafsir Departemen Agama RI)”. Skripsi ini menelaah tentang
bagaimana Allah menciptakan Alam Semesta yang sangat luas beserta
dengan isinya yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup, beliau
mengambil tema ini karena banyaknya teori para ilmuwan yang kerap
berubah-ubah, berangkat dari permasalahan ini akhirnya beliau terdorong
untuk mengkaji lebih mendalam, bagaimana alam semesta ini tercipta pada
titik temu yang pasti dengan mengambil ayat-ayat yang terkait dan
menafsirkannya dengan tafsir Al-Misbah dan tafsir Departemen Agama RI,
yang mana kedua tafsir tersebut menggunakan metode tahlili.12
Perbedaannya dengan penelitian penulis, yaitu penulis mengkaji ayat Al-
Qur‟an tentang penciptaan benda-benda langitnya, jadi lebih spesifik kepada
benda-benda langit.
Skripsi yang ditulis oleh Ulfa Nur Aziza, “Tafsir Ayat-ayat Tentang
Rempah (Studi Komparatif Tafsir Ilmi)”. Skripsi ini menelaah tentang
manfaat rempah menurut perspektif 5 kitab tafsir ilmi, yaitu kitab al-Jawāhir
karya Thanthawi Jauhari (w. 1358 H), Tafsir Mafātih al-Ghaib karya
Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H), Tafsir al-Manār karya Muhammad Abduh
(w. 1323 H) dan Rasyid Ridha (w. 1354 H), juga membandingkan dengan
tafsir dari Indonesia yaitu Tafsir Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab dan
Tafsir Kementrian Agama RI. Perbedaannya dengan penulis, yaitu penulis
mengkaji ayat Al-Qur‟an tentang penciptaan benda-benda langit, serta hanya
mengambil perspektif 2 kitab saja, yaitu Tafsir Al-Misbāh karya M. Quraish
Shihab dan Tafsir Al-Manār karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Skripsi yang ditulis oleh Indah Fitria, “Manfaat Benda-benda Langit
Menurut Al-Qur‟an (Analisa Kritis Terhadap Tafsir Ilmi Kementrian Agama
RI)”. Skripsi ini menelaah tentang manfaat benda-benda langit, sama seperti

12
Siti Lutfiah Mahmudah, “Kajian Ayat-ayat Al-Qur‟an Tentang Penciptaan Alam
Semesta (Studi Komparatif Tafsir Al-Misbāh dan Tafsir Departemen Agama RI)”, (Skripsi
Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta, 2017), h. 13.

10
penulis. Bedanya penulis menggunakan studi komparatif 2 kitab tafsir, yaitu
yaitu Tafsir Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Manār karya
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Skripsi yang ditulis oleh Mulla Sadra, “Antariksa dalam Al-Qur‟an
(Studi Tafsir Maudhu‟i Terhadap Ayat-ayat Kauniyah)”. Skripsi ini
menelaah tentang term benda-benda langit dalam Al-Qur‟an, berapa kali
term ayat itu diulang, kemudian ditafsirkan perbedaannya antar satu term
dengan sifatnya diberbagai ayat Al-Qur‟an dengan menggunakan penafsiran
mufassir klasik dan modern dan diintegrasikan dengan pendapat para pakar
sain. Perbedaan dengan penulis, dalam penelitian ini penulis membahas
tentang manfaat benda-benda langit yang dilihat dari perspektif kitab Tafsir
Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Manār karya Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha.
Skripsi yang ditulis oleh Hidayatul Mardiah, “Ayat-ayat Alam
Semesta dalam Al-Qur‟an (Penafsiran Tentang Langit dan Bumi – Perspektif
Tafsir Ilmi Al-Manār)”. Skripsi ini menelaah tentang bagaimana konsep
terbentuknya langit dan bumi dalam kitab tafsir Ilmi Al-Manār dan
bagaimana relevansi penafsiran ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi
dalam penafsiran Al-Manār dengan sains.13 Bedanya dengan penulis yaitu
penulis membahas lebih spesifik ayat Al-Qur‟an tentang penciptaan benda-
benda langit dan dikomparatifkan dengan kitab tafsir ilmi lain, yaitu Tafsir
Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Manār karya Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha

13
Hidayatul Mardiah, “Ayat-ayat Alam Semesta dalam Al-Qur‟an (Penafsiran
Tentang Langit dan Bumi – Perspektif Tafsir Ilmi Al-Manār)”, (Skripsi Sarjana Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Institut UIN Raden Intan, Lampung, 2018), h. 16

11
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diambil oleh penulis adalah penelitian pustaka
(library research) yaitu suatu rangkaian kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan cara pengumpulan data yang bersumber dari literatur
atau berbagai buku-buku ilmiah yang diambil dari perpustakaan.14
Penulis menggunakan jenis penelitian ini karena fokus penelitian ini
adalah mencari berbagai pendapat mufasir mengenai ayat-ayat tentang
manfaat benda-benda langit, serta mengkomparasikan pendapat-
pendapat tersebut dan analisis ini akan sangat memudahkan penulis
apabila menggunakan jenis penelitian pustaka, yakni dengan menelaah
sumber data yang membahas mengenai manfaat benda-benda langit,
utamanya dari sisi tafsir Al-Qur‟annya.

2. Sumber Data
Data-data yang diambil untuk penelitian ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu Data Primer dan Data Sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data ini merupakan sumber rujukan utama dalam
penelitian ini. Adapun sumber primer dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Tafsir Al-Misbāh karya Quraish Shihab. (Jakarta: Lentera
Hati, 2017)
2) Tafsir Al-Manār karya Muhammad Abduh (w. 1323 H)
dan Rasyid Ridha (w. 1354 H). (Mesir: Dar Al-Je‟il,
1367)

14
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 2004),
h.3.

12
b. Sumber Data Sekunder
Selanjutnya yang dimaksud dengan sumber data sekunder adalah
sumber data pendukung yang dijadikan rujukan dalam penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Tafsir lainnya seperti Tafsir al-Jawāhir, Tafsir Kemenag
RI, dan lain sebagainya.
2) Kamus/ensiklopedi, Mu‟jam al-Mufahros li al-Faḍil
Qur‟an
3) Ilmu Alamiah Dasar.

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik
dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan, memeriksa dan mencatat
data-data yang relevan dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini.
Penulis juga memakai teknik penelusuran kepustakaan. Penulis
mengumpulkan sumber dengan mencari di perpustakaan dan di internet
yang berkaitan dengan judul yang diajukan.

4. Teknik Analisa Data


Analisa data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
metode sebagai berikut: pertama, Deskriptif-Analisis, dengan
mengumpulkan data-data dan menganalisisnya. Kedua, melakukan
Analisis Komparatif yaitu analisis yang bersifat membandingkan.
Perbandingan dilakukan pada kedua tafsir ilmi yang akan diteliti.

13
5. Pendekatan Penelitian
Pembahasan penelitian ini menggunakan metode yang bersifat
maudhu‟i (tematik) dengan pendekatan tafsir ilmi. Tafsir maudhu‟i
(tematik) adalah suatu metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur`an
sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.15
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan
dengan manfaat benda-benda langit, lalu mencari penafsiran ayat-ayat
tersebut pada kedua tafsir ilmi yang dijadikan sebagai rujukan primer
dan membuat tabel untuk memudahkan penulis dalam menganalisis
kajian ini.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan


Penulis merujuk pedoman yang diberlaku di Instsitut Ilmu AlQur‟an
(IIQ) Jakarta tahun 2021 dalam teknik penulisan skripsi.
Bab pertama yaitu pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
teknik penulisan, dan sistematikan penulisan.
Bab Kedua, pada bab ini penulis akan mengidentifikasi ayat-ayat Al-
Qur‟an tentang penciptaan benda-benda langit.
Bab Ketiga, merupakan sekilas tentang Quraish Shihab, Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha beserta profil kitab Tafsirnya, yang meliputi
biografi, metode, corak, dan karya-karya penafsirannya. Bab ini merupakan
bab teori, mengingat pentingnya sumber primer untuk para pembaca sebelum
masuk pada pembahasan utama yakni menjelaskan menjelaskan biografi para
mufassir.

15
Nashruddin Baidan, Metode Penulisan Al-Qur‟an Kajian Kritis Terhadap Ayat-
ayat yang Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet.2, h.72.

14
Bab Keempat, bab ini merupakan analisa perbandingan tafsir yang
penulis gunakan sebagai rujukan utama, yaitu Tafsir Al-Manār dan Tafsir
Al-Misbāh terhadap ayat-ayat tentang penciptaan benda-benda langit. Bab
ini merupakan pokok pembahasan utama dari kajian ini, tujuannya
mengetahui persamaan maupun perbedaan pandangan kedua tafsir tersebut
dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an tentang penciptaan benda-benda
langit.
Bab kelima, bab ini merupakan penutup, berisi tentang hasil penelitian,
beberapa kesimpulan yang berisikan penegasan jawaban terhadap masalah-
masalah yang diterangkan pada bab-bab sebelumnya, dan juga terdapat
beberapa saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berkenaan dengan objek masalah yang dikaji.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
Abdushshamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur‟an,
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.

Baidan, Nashruddin. Metode Penulisan Al-Qur‟an Kajian Kritis Terhadap


Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Institut of Global Cultural Studies (IGCS), Filsafat-Sains Menurut Al-Qur‟an,
terj. Agus Effendi, Bandung: Mizan, 2003.
Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada, 2009.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Penciptaan Benda-Benda Langit dalam Perspektif Al-Qur‟an
dan Sains (Tafsir Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an, 2011.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an. Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains (Tafsir
Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011.
Yanggo, Huzaemah T. dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
Jakarta: IIQ Press, 2021.

2. Skripsi
Mahmudah, Siti Lutfiah. Kajian Ayat-ayat Al-Qur‟an Tentang Penciptaan
Alam Semesta (Studi Komparatif Tafsir Al-Misbāh dan Tafsir
Departemen Agama RI), Skripsi Sarjana Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta, 2017.
Mardiah, Hidayatul. Ayat-ayat Alam Semesta dalam Al-Qur‟an (Penafsiran
Tentang Langit dan Bumi – Perspektif Tafsir Ilmi Al-Manār),
Skripsi Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Institut UIN
Raden Intan, Lampung, 2018.

16
3. Jurnal

Winarto, Ilmu Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Trasinto,


1978.
Yuliarto, Udi. Al-Tafsīr Al-„Ilmī: Antara Pengakuan dan Penolakan 1, 2011.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor, 2004.

17

Anda mungkin juga menyukai