Pendahuluan
Masyarakat di Indonesia yang memiliki keragaman mulai dari etnis. Bahasa, agama, budaya dan masih
banyak lagi. Keragaman ini bisa mengikat kemasyarakatan namun bisa saja terjadi benturan antar
budaya, ras, etnis, agama dan nila-nilai hidup. Keragaman budaya merupakan peristiwa alami karena
bertemunya berbagai budaya yang beriteraksi baik individu maupun kelompok yang membawa perilaku
hidup. Seperti cara hidup yang berlainan keragaman ini seperti keragaman budaya, latar belakang
keluarga, agama dan etnis yang saling berinteraksi dalam masyarakat Indonesia.
Dalam masyarakat Multikultural interaksi sesama manusia cukup tinggi intensitasnya sehingga
intensi sosial antar manusia perlu dimiliki setiap anggota masyarakat. Menurut Curtis ada 3 wilayah
untuk bisa mencapai kemampuan tersebut yaitu : Kerja sama, Kerja sama, dan penyelesaian,
kerammahan, Perhatian dan kasih sayang. Keragaman suku, ras, agama. Perbedaan Bahasa, nilai hidup,
ini semua sering terjadi kekerasan antar kelompok. Ini menunjukkan betapa rentangnya Indonesia
terhadap rasa kebersamaannya. Konflik kekerasan di Indoonesia yang berakhir menjadi bencana
kemanusiaan yang cenderung meluas pelakunya atau pun jenisnya. Ini akan membutuhkan waktu yang
lama untuk proses penanganan konflik dengan kerugian social, ekonomi, dan politik.
Faktor pemicu tindakan kekerasan yang selama ini terjadi, sering kali terjadinya konflik yang
tertangani secara keliru. Konflik merupakan penyebab kekerasan karena di setiap bentuk kekerasan
terdapat konflik yang belum terselesaikan. Oleh karena itu perlu di usahakan lebih serius untuk
menciptakan kedamaian di masyarakat. Pengendalian terhadap perilaku konflik ada pula yang
mengembangkan pendekatan edukatif antara lain :
Penerapan penyelesaian konflik tersebut efektif dapat meningkatkan pengetahuan dalam meyelesaikan
konflik secara konstruktif lebih bersikap proposional dan menghindari tindakan kekerasan
Secara Umum fislafat dimaknai dengan pemikiran mendalam. Sehingga bersifat radikal. Atau
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam sampai akar. Pemahaman
masyarakat Indonesia yang dianut berbeda-beda sehingga dari perbedaan tersebut menimbulkan
problematik antar beragam kelompok. Sehingga upaya untuk menghindari masalah tersebut adalah
dengan belajar ilmu filsafat Islam secara mendalam. Karena dengan mempelajari ilmu filsafat agar lebih
bijak dalam menilai sesuatu. Karena belajar filsafat Islam menjadikan hidup lebih moderat dan tidak
terlalu fanatik.
Keragaman budaya yang berarti peristiwa alami karena bertemunya perbedaan budaya disuatu
tempat. Setiap individu dan kelompok suku bertemu yang membawa perilaku budayanya masing-
masing. Dalam konsep multibudaya dalam individu yang mencakup makna yang luas. secara Bahasa
multikulturalisme yang dipahami dengan banyak kebudayaan yang berarti sebagai idiologi sekaligus
sebagai alat menuju derajat kemanusiaan tertinggi.
Multikulturalisme mencakup berbagai cara pandang kebijakan dan tindakan masyarakat pada
negara dari segi etnis, budaya, agama yang majemuk. Yang bercita-cita untuk mengembangkan
kebangsaan dan kebanggaan yang mempertahankan kemajemukan. Konsep multikulturalisme
setidaknya memiliki pengalaman yang menguatkan bahwa islam menghargai keragaman. Sebagaimana
rasul mempraktikan pemerintahan Madinah
Multikulturalisme memiliki kesamaan dengan ajaran islam dalam toleransi perdamaian dan keadilan
A. Toleransi dalam AL Qur’an surah Al Hujurrat ayat 13. Menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dengan bermacam-macam suku bangsa agar manusia saling mengenal.bahwa perbedaan tidak lebih
menjadi konflik tetapi harus saling menghargai.
B.) Perdamaian islam mengajak umatnya untuk menyebarkan perdamaian dimuka bumi dalam Q.S Al
Baqarah ayat 208, “ Udkhuli fi al-silmi kaffah” konsep multikulturalisme melakuukan reorentasi
pemahaman yang mendekati konsep multikulturalisme yang menyatakan sebagai kebersediaan masuk
dalam perdamaian secara kaffah (total)
C.)Keadilan. Multicultural yang menekankan berlaku adil dalam bersikap terhadap orang atau pun
kelompok. Al Qur’an menjelaskan dalam surah Al-maidah ayat 8 “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum mmendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Ayat tersebut menjelaskan
pelakuan yang adil baik terhadap individua tau pun kelompok. Berlaku adil atau “obyektif”terhadap
mereka.
Tugas untuk menyadarkan masyarakat terhadap multikultural tidaklah mudah. Bahkan membangun
kesadaran masyarakat kebhinekaan adalah keniscayaan sejarah. Menanamkan sikap yang adil dalam
menyikapi kebinekaan adalah perkara yang lebih sulit. Kerna penyikapan terhadap kebinekaan kerap
berimpitan dengan berbagai kepentinga social, ekonomi dan politik.
Indonesia sebagai negara multikultural dengan mayoritas muslim terbesar di dunia dan memiliki
keragaman etnik, budaya, Bahasa dan agama juga menjadi masalah untuk mewujudkan keharmonisan
dan kenyamanan beragama. Oleh karena itu di samping bekerja sama dengan para ahli yang mempunyai
perhatian terhadap masalah multicultural para penyuluh agama sebaiknya juga mulai memikirkan untuk
memberi informasi mengenai multikulturalisme kepada berbagai Lembaga, badan dan organisasi
kemasyarakatan untuk Bersama-sama membangun kesadaran multikulturalisme.
Kata “moderat” dalam Bahasa Arab dikenal dengan Al-wasathiyah sebagaimana termaktub
dalam QS. Al-Baqarah ayat 143 kata wasath berarti terbaik atau sempurna dalam hadist disebutkan
bahwa sebaik-baik persoalan ialah yang berada di tengah-tengah . dalam masyarakat Indonesia yang
multibudaya, multi agama tentu sering timbul konflik keagamaan yang umumnya di picu adanya sikap
keberagamaan yang eksklusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan
umat yang tidak di landasi sikap toleran sehingga memicu konflik kemasyarakatan dan pemicu
disharmoni masyarakat berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan ekstrim kanan
(islamisme).namun sekarang ancaman disharmoni dan ancaman negara terkadang berasal dari
globalisasi dan islamisasi atau yang biasa disebut fundamentalisme pasar dan agama
Dalam konteks fundamental agama. Untuk menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan cara
beragama yang moderat terbuka, inklusif. Islam moderat menyelesaikan satu persoalan dengan
melakukan pendekatan kompromi dan berada ditengah-tengah dalam menyikapi sebuah perbedaan.
Baik perbedaan agama, islam moderat mengedepankan sikap toleransi, saling menghargai dengan tetap
meyakini kebenaran keyakinan masing-masing. Sehingga semua dapat menerima keputusan dengan
tanpa harus terlibat dalam aksi anarkis (Darlis, 2017)
Moderat dalam pemikiran islam mengedepankan sikap toleran dalam perbedaan, keterbukaan
penerimaan keberagaman (Inklusivisme) baik beragam dalam mazhab maupun beragam dalam
beragama perbedaan tidak menghalangi untuk menjalani kerja sama dengan kemanusiaan. Meyakini
agama islam yang paling benar tidak berarti harus melecehkan agama orang lain. Sehingga akan
terjadilah persaudaraan dan persatuan antar agama. Sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah dalam
piagam Madinah.
Ketegangan antar manusia dalam keragaman agama, suku, dan sebagainya muuncullah ketetapan
internasional yang menetapkan sebagai “Tahun Moderasi internasional” 2019 sosial yang menjadi jalan
tengah yang adil dalam menghadapi masalah hidup. Agama yang menjadi cara pandang seimbang dalam
urusan dunia dan akhirat. Akal dan hati, rasio dan norma, yang sesuai dengan tujuan diturunkannya
agama supaya menjadi tuntunan hidup, menjawab berbagai persoalan baik secara mikro(keluarga)
maupun makro (publik).