Anda di halaman 1dari 19

GEREJA DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

Richard B Manalu, M.Th

Abstrak

Penelitian ini berjudul: gereja dalam masyarakat majemuk. Adapun tujuan


penelitian ini adalah untuk memberikan arah bagi setiap gereja dan masyarakan
dalam menyikapi kemajemukan yang ada di tengah-tengah Indonesia.
Kemajemukan bukan suatu perbedaan yang menimbulkan konflik tetapi sebagai
suatu potensi dan kekuatan. Oleh karena itu gereja harus menjadi jembatan bagi
masyarakat dalam menyikapi kenajemukan tersebut Metode penelitian yang
dipakai dengan cara studi pustaka tentang gereja dan masyarakat majemuk, untuk
mengambil intisarinya dan merefleksikannya pada masa kini.

Kata Kunci: Gereja, Masyarakat, Majemuk.

Martin H. Manser mengatakan


bahwa pluralisme adalah mengenai
lebih dari satu atau banyak (for
referring to more then one).1
Sedangkan secara terminologis
I. Dasar Pemikiran adalah paham kemajemukan atau
Sebagai negara dan bangsa, paham yang berorientasi kepada
Indonesia dihadapkan pada kemajemukan yang memiliki
kenyataan heterogenitas atau berbagai penerapan yang berbeda
kebhinekaan masyarakat sebagai dalam berbagai falsafah agama,
warga negara. Ini realitas yang harus moral, hukum dan politik di mana
diterima oleh warga negara dengan batas kolektifitasnya adalah
tulus ikhlas dengan tanpa paksaan. pengakuan atas kemajemukan di
Inilah realitas pluralisme depan ketunggalan. Lawan
(kemajemukan) masyarakat yang
merupakan kenyataan sejarah 1
Martin H. Manser. Oxford Leamer‟s
Pocket Dictionary. (Oxford University
bangsa. Secara etimologis, menurut Press). 1995, 318.

1
pandangan ini adalah paham di antara keberagaman itu, Indonesia
fanatisme atau paham yang menolak mempunyai satu tekad nasional,
segala bentuk heterogenitas atau yaitu Bhineka Tunggal Ika, berbeda-
paham yang menerima adanya beda tetapi tetap satu juga. Dari sini
keanekaragaman sekaligus nampak bahwa tanpa dibuat pun,
ketunggalan. perbedaan itu sudah ada, dan hal itu
Indonesia tidak berbeda menjadi kehendak Tuhan. Tinggal
dengan negara lain yang memiliki bagaimana manusia menyikapi
problem tentang komposisi perbedaan yang ada dengan hal-hal
kependudukan, terutama berkaitan yang positip dan bermanfaat serta
dengan keragaman penduduknya. tidak merugikan salah satu pihak.
Sebagai negara merdeka dan tidak Adanya perbedaan bukan untuk
dalam tekanan negara manapun, dihindari, karena manusia tidak
indonesia mampu mengatasi mungkin mampu menghindari
berbagai masalahnya sendiri, tentu perbedaan tersebut. Justru tugas
dengan berbagai sistem penyelesaian manusia, khususnya orang Kristen,
sendiri. Sebagai negara yang menyikapi perbedaan tersebut
berdaulat, Indonesia berbeda dengan sebagai suatu potensi untuk
negara-negara lain yang memiliki berkembang, tidak malah dijadikan
sistemnya sendiri. Keragaman sistem sebagai potensi konflik seperti yang
yang diterapkan pada negara-negara banyak terjadi dewasa ini.
tersebut merupakan konsekuensi Masyarakat Indonesia
logis dari sebuah keragaman global merupakan masyarakat majemuk
yang meliputi keragaman budaya, yang mana di dalamnya terdapat
agama, pola hidup, pemikiran, berbagai unsur-unsur etnis, suku, ras,
tingkat pendidikan, tingkat golongan, agama, dan lain
penguasaan ilmu dan pengetahuan sebagainya. Dalam hal ini,
teknologi, dan sebagainya. masyarakat majemuk merupakan
Indonesia memiliki sebuah masyarakat negara yang
keragaman, suku, agama, tingkat terwujud sebagai hasil
pendidikan dan sebagainya. Namun dipersatukannya masyarakat-

2
masyarakat suku bangsa oleh sistem adat istiadat (bagi masyarakat
kenyataan yang ada di Indonesia. pedesaan dan konversi sosial bagi
Bagi masyarakat Indonesia, masyarakat perkotaan), Kedua,
pengakuan kemajemukan masyarakat hukum adat (terutama bagi
menjadi “satu Indonesia” sudah masyarakat pedesaan). Ketiga,
termaktub dalam ikrar Sumpah hukum nasional yang
Pemuda “Kami bangsa Indonesia diimplementasikan melalui berbagai
bertanah air satu, tanah air Indonesia, bentuk perundang-undangan yang
berbangsa satu, bangsa Indonesia, kekuasaannya lebih tinggi derajatnya
dan berbahasa satu, bahasa dibandingkan dengan hukum adat
Indonesia”. Semangat kaum muda, atau adat istiadat.
Indonesia yang diwujudkan dalam Oleh karena itu, yang mutlak
Sumpah Pemuda merupakan diperlukan adalah sikap saling
dorongan terutama dalam menghormati, tidak menganggap
memperjuangkan kemerdekaan yang kelompok yang lain lebih rendah,
pada akhirnya melahirkan toleransi, dan kesediaan mental
kemerdekaan Indonesia tahun 1945. untuk saling menerima segala
Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan yang ada. Dalam hal
pemersatuan Indonesia sebagai inilah gereja dapat memberikan
masyarakat majemuk tidak dilakukan kontribusi dalam kemajemukan
dengan cara paksa, melainkan masyarakat melalui dialog antar
dengan kesadaran kolektif untuk budaya, agama, etnis dan lintas
hidup berdampingan dan saling golongan dengan harapan agar
mengasihi terutama dilandasi Kasih masing-masing, baik orang Kristen
Tuhan dalam semangat persatuan. maupun kelompok lain, mampu
Dalam masyarakat majemuk – memahami, dan menghormati.
suku bangsa yang hidup di daerah- Identitas sebagai gereja yang aktif
daerah perkotaan maupun pedesaan, dinyatakan dengan tindakan dan
ada tiga acuan norma bagi mereka perkataan yang dapat mempengaruhi
dalam menata kehidupan sehari-hari. orang lain untuk berbuat baik.
Tiga acuan tersebut, yaitu: pertama, Dengan begitu akan tercipta suatu

3
masyarakat yang harmonis di mana menjaga, dan merawat masyarakat
masing-masing kelompok dapat majemuk Indonesia, sehingga
saling mengasihi dan hidup berbagai permasalahan sosial,
berdampingan dengan damai tanpa ekonomi, dan politik yang berpotensi
adanya perselisihan/konflik. terjadinya disintegrasi bangsa dari
Selanjutnya, yang menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
permasalahan adalah bagaimana kita dapat dihindari. Hal ini karena
mampu menyingkapi kemajemukan multikulturalisme merupakan sebuah
di atas. Hal ini karena kemajemukan ideologi yang menekankan
dapat menjadi konflik yang penghargaan atas berbagai perbedaan
potensial, walaupun diakui bahwa kebudayaan dalam kesederajatan,
kemajemukan juga dapat menjelma terutama perbedaan-perbedaan
sebagai potensi dan kekuatan. kebudayaan perbedaan sosial
Ketidakmampuan mengelola askriptif yang mencakup suku
kemajemukan inilah yang bisa bangsa, ras, gender dan umur.2
mendorong terjadinya konflik dan Dalam hal ini, pemerintah
penyakit sosial yang bahkan dituntut untuk membuat suatu
bernuansa separatis. Akan tetapi, kebijakan politik yang mampu
ketika masyarakat mampu mengelola mengatur kehidupan orang banyak
kemajemukan dengan baik, maka sehungga senua anggota masyarakat
akan tumbuh menjadi kekuatan yang dapat hidup berdampingan dengan
membawa kehidupan yang lebih tenang. Kebijakan dan keputusan
bermakna dan tentunya sangat politik tentang kedudukan warga
bermanfaat bagi masyarakat itu negara yang sama menyangkut
sendiri. kesamaaan hak dan kewajiban.
Sholehuddin mengutip Setiap orang adalah sederajat di
pendapat Parsudi Suparlan muka hukum, sosial, ekonomi, dan
mengatakan bahwa politik. Ini merupakan keputusan
multikulturalisme merupakan salah politik yang mesti dilaksanakan
satu alternatif terbaik yang dapat
2
digunakan untuk memperbaiki, Sholehuddin. Pluralisme Agama dan
Toleransi. Jakarta. Kemendiknas, 2010, 16.

4
dengan sepenuh hati dan dengan Demikian juga Paul Enns
didukung oleh segenap masyarakat mengatakan bahwa kata Inggris
Indonesia. church juga merupakan terjemahan
dari kata Yunani ekklesia, yang
II. Gereja berasal dari kata ek, berarti “keluar
W.R.F. Browning dari”, dan kaleo yang berarti
mengatakan bahwa “Gereja atau “memanggil”. Jadi gereja adalah
jemaat merupakan persekutuan “suatu kelompok yang dipanggil
Kristen di dunia Yunani-Romawi keluar”. Di Kitab Injil hanya muncul
abad pertama Masehi. Ada banyak di Matius 16:18 “Dan Aku pun
persekutuan atau masyarakat berkata kepadamu: Engkau adalah
keagamaan, namun umat Kristen Petrus dan di atas batu karang ini
mengambil alih kata ekklesia dari Aku akan mendirikan jemaat-Ku ...”
Septuaginta (LXX), yang dan Matius 18:17 “Jika ia tidak mau
menunjukkan persekutuan umat mendengarkan mereka,
Israel. Selanjutnya W.R.F Browning sampaikanlah soalnya kepada
mengatakan bahwa ekklesia jelas jemaat”. Hal ini menolong untuk
bukan istilah Yahudi, kata ini menyatakan bahwa gereja dimulai
merupakan kata biasa dalam bahasa setelah peristiwa kenaaikan
Yunani klasik untuk suatu kumpulan sebagaimana yang dicatat di Kisah
orang yang berkumpul atas Para Rasul dan secara khusu dalam
panggilan pembawa berita, dan doktrin tulisan Paulus”.4
memang digunakan dalam Kis.19:32 Dalam hal ini, Gereja adalah
untuk suatu persekutuan sekuler. umat Tuhan. Gereja wajib taat tanpa
Dengan demikian ini merupakan kata syarat hanya kepada Tuhan yang
benda yang tepat untuk dikenakan menciptakannya. Kehendak utama
pada suatu masyarakat yang Tuhan adalah kemurnian hubungan
didalamnya termasuk pula orang umatNya dengan Dia. Adakalanya
banyak”.3 Tuhan memberikan kemerdekaan
4
Paul Enns. The Moody Handbook of
3
W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. Jakarta: Theology. Malang: Literatur SAAT 2006,
BPK Gunung Mulia, 2007, 118. 413.

5
politik kepada umatNya. Adakalanya kata umum dalam bahasa Yunani
Ia menggunakan pemerintah duniawi bagi pertemuan orang-orang, baik
untuk menertibkan mereka karena tujuan duniawi maupun agamawi.
dosa-dosa dan kegagalan-kegagalan Kata ekklesia menjadi istilah biasa
mereka. Kendati demikian, setelah yang digunakan bagi pertemuan
ketertiban iti mencapai tujuannya, Ia orang Kristen, yang menyatakan
akan membalas setiap perbuatan hubungan mereka satu dengan yang
jahat yang dilakukan terhadap lain karena komitmen bersama
umatNya. mereka terhadap Kristus.5 Pada
Mungkin umumnya orang mulanya ekklesia Kristen adalah
Kristen Indonesia jika mendengar orang-orang yang bertemu di sebuah
kata „gereja‟, tidak terpikir olehnya kamar di Yerusalem, di mana
lebih daripada gedung gereja atau kekristenan lahir. Namun tidak lama
organisasi. Namun pada suatu hari ia kemudian jumlah mereka bertambah
tentu akan tergerak mencari tau apa besar, sehingga tidak mungkin lagi
yang dikatakan Alkitab mengenai dapat bertemu di sebuah kamar
gereja. Jika kita mengamati Alkitab, betapapun besarnya. Namun semua
setidak-tidaknya Alkitab terjemahan orang Kristen itu tetap disebut
Lembaga Alkitab Indonesia, ia akan ekklesia. Di mana mereka berkumpul
terkejut karena di dalamnya sama untuk beribadat di situ terdapat
sekali tidak pernah disebut kata ekklesia. Seperti dalam Kis.9:31
gereja. Dalam kitab Perjanjian Baru ekklesia menunjuk kepada seluruh
kelompok Kristen tidak disebut jemaat yang kemudian begitu jauh
gereja melainkan jemaat. Namun, meluas; 1Kor.12:28, Paulus
Gereja tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada mereka yang telah
bangunan sekarang ini, atau untuk dipilih Allah dalam Gereja – benar-
suatu denominasi. benar Gereja am – yaitu „rasul-rasul,
Menurut Martin B. Dainton nabi-nabi, dan sebagainya. Gereja
bahwa dalam Kitab Perjanjian Baru am juga disebut dengan nama yang
“Jemaat” digunakan untuk menjadi 5
Martin B. Dainton. Gereja dan Bergereja –
padanan kata Yunani ekklesia, yaitu apa dan bagaimana?. Jakarta:
YKBK/OMF, 1994, 12.

6
berbeda: “Israel milik Allah” Tubuh Kristus ini terlihat dari istilah
(Gal.6:16). “satu sama lain” (Rom.12:5, 10, 16).6
Hal itu juga menekankan
A. Tujuan Gereja kepentingan dari persekutuan dalam
Dua tujuan yang tak pertemuan gereja. Gereja yang
dikesampingkan dari gereja dapat berkumpul itu memiliki persekutuan
dilukiskan berikut ini, yaitu melayani dalam penderitaan (Kis.4:23; 5:41)
tubuh Kristus dan melayani dunia. Di persekutuan dalam kesatuan
satu sisi, gereja berkumpul sebagai (Kis.2:46; 4:31), persekutuan dalam
satu tubuh orang-orang percaya pelayanan (Kis.4:31), persekutuan
untuk saling melayani, dan di sisi dalam doa (Kis.2:14, 42; 4:31),
lain, gereja harus melayani orang persekutuan dalam Tuhan, demikian
tidak percaya di dunia dengan Injil. pula persekutuan dalam perjamuan
Kedua tujuan ini harus tetap kasih (Kis.2:46).
dipisahkan gereja melayani orang Gereja merupakan
percaya dan tidak percaya. persekutuan orang yang dipilih dan
Paul Enns mengatakan bahwa dikuduskan oleh Allah untuk diutus
tujuan gereja dikumpulkan adalah ke tengah-tengah dunia. Demikianlah
supaya gereja menjadi dewasa gereja harus berfungsi ibarat garam
(Ef.4:13) dan diimplementasikan dan terang di dunia.
dalam pengajaran dan persekutuan. 1. Garam: fungsi garam bagi
Tujuan dari pengajaran Paulus makanan adalah untuk
adalah untuk membuat orang percaya memberi rasa asin,
dewasa dalam Kristus (Kol.1:28), mengawetkan,
jadi pengajaran merupakan praktik membersihkan, dan
yang harus diteruskan pada generasi mencegah kerusakan. Gereja
yang berikutnya (2Tim.2:2). Sebagai hidup di tengah-tengah dunia
tambahan dari pengajaran, gereja yang telah dan terus
Perjanjian Baru memiliki karunia- mengalami proses
karunia rohani untuk melayani pembusukan karena dosa.
Tubuh Kristus. Relasi di antara 6
Paul Enns, 455.

7
Yesus mengutus gereja ke memotivasi orang lain agar
dalam dunia untuk melawan memperbaiki sikap hidup
proses pembusukan tersebut mereka yang jauh dari nilai-
dengan cara berfungsi nilai kebenaran dan keadilan.
layaknya garam yang Gereja juga harus berperan
membersihkan atau aktif dalam gerakan menolak
mencegah kerusakan itu. berbagai tindakan yang tidak
2. Terang: fungsi terang adalah benar di dalam masyarakat,
menunjukkan jalan agar tidak seperti korupsi, kekerasan,
tersesat atau mengalami ketidakadilan, dsb. Dunia
celaka. Demikianlah gereja mungkin akan tampak
harus membawa terang Yesus semakin jahat dan buruk,
ke tengah-tengah dunia yang tetapi gereja Tuhan tidak
gelap dan tersesat. Melalui boleh tinggal diam melihat
pelayanannya di dunia, gereja kondisi itu; justru gereja
harus menjadi penunjuk jalan harus berbuat lebih baik lagi
yang benar yang membawa di dalamnya.
manusia kepada kebenaran, Pekerjaan gereja di tengah
yaitu Kristus, sehingga dunia adalah untuk menjadikan
manusia tidak semakin murid (orang yang belajar),
terpuruk di dalam membaptis mereka, dan membawa
kesesatannya karena dosa. mereka ke dalam persekutuan orang
Tanggung jawab gereja di percaya. Pelayanan penginjilan
tengah masyarakat tidak dilakukan hanya oleh orang-
sedemikian besar dan berat, orang tertentu, melainkan semua
karena gereja harus orang percaya (Kis.8:4).
bersungguh-sungguh
menunjukkan sikap hidup B. Gereja sebagai Pelaksana
yang benar, adil dan penuh Misi Pekabaran Injil
kasih. Gereja juga harus Weinata Sairin mengatakan
menjadi teladan dalam bahwa “Misi adalah tugas yaitu tugas

8
untuk mengamalkan kehidupan yang tentang bagaimana Allah
diciptakan Allah ... Misi adalah tugas memperhatikan dan mempedulikan
menyelamatkan dan memilihara seluruh umat manusia ... Sudah
kehidupan yang dikehendaki Allah ... selalu menjadi kebiasaan untuk
Misi adalah mendasarkan kegiatan misioner
mempertanggungjawabkan gereja pada Perintah Besar
pengharapan (kehidupan eskatologis) (Mat.28:18-20). Itulah kehendak dan
yang ada pada kita yaitu kehidupan tugas yang tidak ada akhirnya”.9
yang kekal atau keselamatan Gereja harus memiliki misi
(1Ptr.3:15) yang dijamin oleh dalam menjalankan tugas
kebangkitan Yesus Kristus (1Ptr.1:3- panggilannya di dalam dunia.
9)”.7 Selanjutnya Weinata Sairin Tugasnya adalah melaksanakan
mengutip pendapat Theo Kobong Perintah Besar (Amanat Agung).
yang menyatakan: “Pekabaran Injil Pada dasarnya gereja muncul
(selanjutnya: PI) berarti ketika Yesus memanggil orang-
penyampaian berita suka cita. orang menjadi pengikut-Nya.
Penerimaan atau pendengar berita itu Mereka dipanggil untuk
seharusnya bersuka cita. Isi berita melaksanakan perintah-Nya
sukacita (injil) itu tidak lain adalah dalam persekutuan dengan Tuhan
keselamatan”.8 Yesus yaitu Gereja. Gereja pada
H. Kraemer mengatakan hakikatnya adalah orangnya
bahwa “Mengapa kita berkata: dengan kata lain orang-orang
Gereja adalah misi, yang dari sudah dipanggil keluar dari
padanya ungkapan: Gereja kegelapan menuju terang Kristus.
mempunyai tugas-tugas misi adalah Menurut R. Soedarmo bahwa
turunan? Ungkapan ini terkandung “Wujud dari penginjilan anugerah
dalam semua yang telah kita katakan ialah gereja. Gereja adalah
persekutuan orang-orang kudus,
7
Weinata Sairin. Visi Gereja Memasuki yaitu persekutuan orang-orang suci
Milenium Baru (Bunga Rampai
Pemikiran). Jakarta: BPK-GM, 2002, 117-
9
118. H. Kraemer. Theologia Kaum Awam.
8
Ibid., 123. Jakarta: BPK-GM, 2001, 99.

9
kembali dihadapan Allah oleh karena adalah pekabaran Injil yang
perbuatan Tuhan Yesus Kristus. membangunkan gereja. Pekabaran
Kitab Suci Perjanjian Baru Injil ini bertumbuh dari kehidupan
mempergunakan perkataan eklesir dan kesaksian masyarakat Kristen.
bagi gereja pertama kali dalam Dalam Ef.4:13-14, disebutkan bahwa
Matius 16:18; Kitab Perjanjian Lama gereja harus sampai kepada kesatuan
memakai perkataan kekal. Kedua iman dan pengetahuan yang benar
kata baik „qahal‟ maupun „ekklesia‟ tentang Anak Allah, kedewasaan
berasal dari suatu kata yang berarti penuh dan tingkat pertumbuhan yang
“Memanggil” kedua kata itu sesuai dengan kepenuhan Kristus.
berissikan bahwa gereja adalah Gereja harus bertumbuh ke dalam,
persekutuan dari orang-orang yang dengan makin bertambah-tambah di
telah dipanggil telah dalam kedewasaan, yaitu
10
dikumpulkan”. kedewasaan iman dan pengetahuan
Pendapat di atas dapat tentang Kristus. Gereja hanya dapat
dipahami bahwa wujud gereja ialah berbuat demikian, jikalau gereja
persekutuan dengan Allah di dalam tetap memegang teguh kepada Injil
Kristus akan tetapi persekutuan yang telah diberitahukan kepada-Nya
dengan Kristus itu telah berarti pula tanpa dikurangi ataupun ditambah
persekutuan dengan manusia lain. (1Kor.15:12).
Kristus sudah berjanji akan hadir di Bruce Milne mengatakan
mana dua atau tiga orang berhimpun bahwa “Gereja yang tidak
atas nama-Nya (Mat.13:20). memberitakan Injil juga tidak
Pekabaran Injil dilakukan dari dalam mempedulikan kesejateraan moral
jemaat, dimana jemaat harus dan spritual masyarakat
bertambah dewasa dalam iman. sekelilingnya, serta tidak
Kedewasaan iman jemaat menjadi mengungkapkan rasa prihatinnya
persekutuan iman dan keselamatan. terhadap orang miskin di mana
Pekabaran Injil berpusatkan gereja mereka ditemukan, telah
kehilangan sifatnya sebagai gereja
10
R. Soedarmo. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: sejati dan menyangkal Tuhannya.
BPK-GM, 2000, 1.

10
Gereja sejati dikenal karena Pendapat di atas
persatuannya, keharmonisan dalam menunjukkan bahwa gereja adalah
hubungan-hubungannya, kekudusan jemaat suatu perhimpunan orang
kehidupannya, keterbukaaan bagi memperlihatkan eksistensi
semua orang, kekuatannya terhadap keberadaan, solidaritas serta
wibawa tulisan-tulisan Rasuli, pebedaan mereka dari perhimpunan-
pemberitaannya tentang Kristus perhimpunan lain hanya karena satu
dalam kata dan sakramen dan hal, yakni panggilan Allah dalam
komitmennya pada pekabaran pekabaran Injil. Gereja berdiri
Injil”.11 ditengah-tengah dunia membawa
Demikian juga Abineno misi untuk menggarami dan
mengatakan bahwa “Gereja adalah menerangi umat manusia. Umat
lembaga, persekutuan dan umat Kristen melakukan misi
Allah di mana ini untuk melayani pekabaran Injil harus dapat
Allah dan melayani manusia. melihat kebutuhan sosial dan
Tanpa pelayanan, gereja bukanlah rohani dengan kepeduliannya
gereja. Kedua pelayanan ini erat tersebut, maka umat Kristen
berhubungan. Keduanya melayani Allah yang sesuai dengan
merupakan dua muka dari mata kehendak-Nya. Gereja Kristen
uang sama. Melayani Allah berarti adalah gereja yang bersaksi dan
melakukan kehendak Allah dan setiap orang Kristen terpanggil
melakukan kehendak Allah berarti untuk menjadi seorang saksi.
berada di dunia dan manusia. Tugas misi pekabaran Injil
Melayani manusia berarti merupakan tanggung jawab umat
melakukan apa yang ia butuhkan Kristen (Gereja). Umat Kristen
berarti melakukan yang Allah memberikan kepeduliannya untuk
kehendaki”.12 mengambil bagian dalam misi ini.
Tanpa melihat latar belakang
gereja harus mempersiapkan
11
Bruce Milne. Mengenali Kebenaran.
jemaat (kaum awam) untuk
Jakarta: BPK-GM, 2000, 386-387.
12
Ch. Abineno. Pokok-pokok Penting Dari memberitakan Injil. Dengan
Iman Kristen. Jakarta: BPK-GM, 2001, 197.

11
demikian umat Kristen memiliki harapkan akan bisa memancing
panggilan yang sama di dalam perdebatan teologis yang lebih seru,
dunia ini, yaitu terbeban untuk lebih panjang, dan lebih ilmiah
memberitakan Injil. “Siapakah sesamaku manusia”?
“Aku tak tahu namanya,” jawab
III. Peran Gereja dalam Yesus. “Dan dalam banyak kasus,
Masyarakat Majemuk tak perlu tahu. Sebab “sesama
Perumpamaan “orang manusia” itu bisa siapa saja. Sesama
samaria yang baik hati” (Luk.10: 25- adalah siapa saja yang tergeletak
37) diawali dengan sebuah tanpa daya di pinggir-pinggir jalan
pertanyaan, “Guru, apakah yang yang kau lalui. Tak penting apakah ia
harus kuperbuat untuk memperoleh Yahudi atau Samaria, Islam atau
hidup yang kekal ?” Pertanyaan ini Kristen, Hindu, Budha, warga
berakhir dengan sebuah tindakan keturunan atau pribumi.
praktis, yang tanpa kata-kata Beberapa topik keprihatinan
menjelaskan apa artinya menyatukan mendalam gereja, seperti misalnya
diri dengan penderitaan sesama kebebasan memberitakan Injil, dapat
manusia di pinggir-pinggir jalan dianggap begitu penting sampai
kehidupan. Demikian juga ketika diberhalakan. Sementara kebutuhan
muncul pertanyaan seorang ahli lain yang sama pentingnya, seperti
hukum agama, “Apa yang harus aku berpihak pada orang miskin dan
perbuat?” Ditutup dengan jawaban keadilan, menjadi terabaikan. Gereja
Yesus, “Perbuatlah demikian, maka yang dipanggil untuk menjadi
engkau akan hidup.” Maksud Yesus, sesama bagi yang lain. Bagi Yesus,
“Praktikkan sajalah apa yang telah persoalan “siapakah sesamaku
kamu ketahui dan yang selalu kamu manusia” bukanlah bagian dari
katakan itu, “Kasihilah Tuhan sebuah wacana perdebatan tingkat
Allahmu, dan kasihilah tinggi, melainkan bagian dari situasi
sesamamu.”Belum puas dengan dan pengalaman kehidupan sehari-
jawaban itu, ahli Taurat mengajukan hari.
sebuah pertanyaan lagi, yang ia

12
A.A. Yewangoe menulis sebagai sesuatu yang mengurus hal-
dalam buku Gerakan Oikumene hal yang berada di balik sejarah. Injil
Tegar Mekar di Bumi Pancasila justru sungguh-sungguh
mengatakan bahwa “Allah yang menyentuh kepentingan yang
adalah Allah masa depan tetapi yang sangat kongktret dari manusia
juga hadir di sini, memperlihatkan Indonesia pada saat itulah
partisipasinya dalam tindakan yaitu kemelaratan, kemiskinan,
menghadirkan Kerajaan-Nya yang keterbelakangan. Dalam hal ini
berisikan persekutuan, keadilan, gereja harus ikut serta dalam
kebenaran, perdamaian, pembangunan mental masyarakat
kesejahteraan, kemerdekaaan dan Indonesia. Keikutsertaan gereja
kesukaan. Dalam konteks bukanlah bersifat ikut-ikutan, tetapi
Indonesia yang sedang benar-benar dilandaskan atas
membangun, dengan pentingnya keyakinan bahwa Allah sedang
ditekankan bahwa kesejahteraan mendatangkan kerajaan-Nya. Gereja
dan perdamaian yang dipanggil di sini untuk ikut serta
sesungguhnya tidak mungkin dalam upaya-upaya menghilangkan
terjadi kalau rakyat masih miskin. kemiskinan berikut segala seuatu
Injil juga dicoba untuk dipahami yang menyebabkannya.
secara baru, Injil adalah Berita Dalam kehidupan bermasyarakat,
Kesukaan kepada orang miskin Gereja dapat berperan antara lain
atau pembebasan dari belenggu sebagai berikut :
kemelaratan ekonomi, sebagai  Membangkitkan karya-karya
tanda-tanda tentang telah yang melayani semua orang,
datangnya tahun Karunia Tuhan terutama yang miskin.
(Luk.4:19)”.13  Mendorong semua usaha
Jelaslah bahwa bagi gereja- kearah persatuan, sosialisasi,
gereja Injil itu sangat kongkret. dan persekutuan yang sehat
Gereja tidak pernah boleh diartikan di bidang kewargaan dan
13 ekonomi.
J.M. Pattiasina dan Weinata Sairin.
Gerakan Oikumene – Tegar Mekar di Bumi
Indonesia. Jakarta: BPK-GM, 1997, 75.

13
 Gereja dapat menjadi penduduk dilihat dari segi
pengantara yang baik antara agama, maka hal tersebut
masyarakat dan negara yang merupakan realitas sosial dan
berbeda-beda hidup budaya sejarah. Sikap toleransi perlu
dan politik. dikembangkan supaya orang
 Membangun toleransi. Secara Kristen dapat mengambil
umum, toleransi memiliki keputusan yang tepat.
makna yang sangat terbatas. Dengan adaanya sikap
Toleransi berkonotasi toleransi ini, maka kita
menahan diri dari pelarangan terhindar dari berbentuk
dan penganiayaan. Meskipun egoisme, baik egoisme
demikian, toleransi juga individu maupun egoisme
memperlihatkan sikap tidak kelompok, karena yang
setuju yang tersembunyi dan menjadi pertimbangan adalah
biasanya merujuk pada kepentingan bersama sebagai
sebuah kondisi di mana masyarakat majemuk.
kebebasan yang bersifat  Membangun sikap saling
terbatas dan bersyarat. pengertian. Sikap saling
Toleransi tidak sama dengan pengertiaan merupakan kunci
kebebasan agama, bahkan sukses hidup dengan kondisi
jauh dari persamaan hak yang penuh perbedaan
beragama. Toleransi sebagaimana yang terjadi di
mengasumsikan adanya tengah masyarakat. Gereja
sebuah otoritas yang tentunya hadir ditengah-tengah
bersifat memaksa, tetapi masyarakat majemuk.
karena beberapa alasan Masyarakat kita adalah
tertentu, tidak dipaksakan masyarakat majemuk yaitu
secara ekstrim. Masyaraakat masyarakat yang di dalamnya
harus memahami dengan terdapat berbagai kelompok
menerim keberagaman. Pada yang berbeda. Tidak ada
satu sisi, jika keberagaman satupun manusia yang

14
sanggup menghilangkan mungkin dapat diselesaikan sendiri.
perbedaan. Perbedaan ada, Masalah itu haruslah dikerjakan
sudah merupakan pemberian bersama, baik dengan pemerintah
Allah. Perbedaan ada untuk maupun dengan saudara-saudara
disyukuri sebagai kekuatan penganut agama lain. Gereja harus
untuk kepedulian dan merupakan inkarnasi yang sungguh-
membangun persaudaraan sungguh yaitu yang seperti Tuhan
dalam ksih Tuhan. Oleh Yesus, sungguh-sunguh menyelam
karena itu, agar pebedaan dalam permasalahan kemiskinan
yang adamenjadi kekuatan, manusia. hanya dengan menyelam
maka perlu dijalin suatu secara sungguh-sungguhlah maka
ikatan yang kuat, di mana gereja mempunyai kekuatan moral
masing-masing saling untuk menyampaikan kabar baik
membutuhkan dan tentang pembebasan. Tugas Gereja
melengkapi. Ikatan itulah adalah melanjutkan karya Yesus,
yang kita sebut sebagai saling yakni mewartakan Kerajaan Allah
mengasihi sesama. Mengasihi kepada seluruh unat manusia.
sesama tidakdapat terjalin Kerajaan Allah baru terwujud
tanpa adanya komunikasi dan secara sempurna pada akhir
saling pengertian diantara zaman, tetapi Kerajaan Allah
warga masyarakat. Sikap harus diwujudkan mulai dari
saling pengertiandapat dunia ini.
menumbuhkan kondisi Dalam injil tersirat kesadaran
masyarakat yang damai, bahwa misi atau tugas Gereja
saling menghargai dan pertama-tama bukan “penyebaran
menghormati, dan tentunya agama”, melainkan Kabar Gembira
penuh dengan kesejahteraan. (Kerajaan Allah) yang relevan dan
Gereja-gereja berpendapat mengena pada situasi konkret
bahwa hal-hal seperti ini tidak manusia dalam dunia yang majemuk
mungkin dibiarkan. Tetapi juga ini. Menjadi pelayan Kerajaan Allah
disadari bahwa persoalan itu tidak berarti berusaha dengan segala

15
macam cara kea rah terwujudnya tindakan dan perkataan yang dapat
nilai-nilai Kerajaan Allah di tenagh mempengaruhi orang lain untuk
masyarakat, misalnya persaudaraan, berbuat baik. Dengan begitu akan
kerja sama, dialog, solidaritas, tercipta suatu masyarakat yang
keterbukaan, keadilan, hormat harmonis di mana masing-masing
kepada hidup, memperhatikan yang kelompok dapat saling mengasihi
lemah, miskin, tertindas, dan hidup berdampingan dengan
tersingkirkan, dsb. Dengan demikian damai tanpa adanya
saja kita dapat berkata-kata perselisihan/konflik. Pelayanan
mengenai pengharapan terhadap penginjilan tidak dilakukan hanya
penanggulangan kemiskinan, sebab oleh orang-orang tertentu, melainkan
dalam pekerjaaan ini kita tidak saja semua orang percaya (Kis.8:4).
bersama-sama dengan pemerintah Dalam konteks Indonesia yang
dan saudara-saudara kita yang sedang membangun, dengan
beragama lain yang adalah gambar pentingnya ditekankan bahwa
Allah itu, tetapi juga dengan Allah kesejahteraan dan perdamaian yang
sendiri, sebab bukankah kita semua sesungguhnya tidak mungkin terjadi
adalah kawan sekerja Allah seperti kalau rakyat masih miskin. Injil juga
dikatakan Paulus? (1Kor.3:9). dicoba untuk dipahami secara baru,
Injil adalah Berita Kesukaan kepada
IV. Kesimpulan orang miskin atau pembebasan dari
belenggu kemelaratan ekonomi,
Kita sudah memahami dalam sebagai tanda-tanda tentang telah
makalah ini bahwa gereja pada datangnya tahun Karunia Tuhan
hakekatnya adalah orangnya, bukan (Luk.4:19). Gereja dapat
gedung atau organisasinya. Gereja memberikan kontribusi dalam
(orang percaya) dapat bersyukur kemajemukan masyarakat melalui
kepada Tuhan bahwa kita dapat hadir dialog antar budaya, agama, etnis
ditengah-tengah masyarakat dan lintas golongan dengan harapan
majemuk. Identitas sebagai gereja agar masing-masing, baik orang
yang aktif dinyatakan dengan Kristen maupun kelompok lain,

16
mampu memahami, dan 1. Martin H. Manser. Oxford
menghormati. Identitas sebagai Leamer‟s Pocket Dictionary.
gereja yang aktif dinyatakan dengan (Oxford University Press). 1995.
tindakan dan perkataan yang dapat 2. Sholehuddin. Pluralisme Agama
mempengaruhi orang lain untuk dan Toleransi. Jakarta.
berbuat baik. Dengan adaanya sikap Kemendiknas, 2010.
toleransi ini, maka kita terhindar dari 3. W.R.F. Browning. Kamus Alkitab.
berbentuk egoisme, baik egoisme Jakarta: BPK Gunung Mulia,
individu maupun egoisme kelompok, 2007.
karena yang menjadi pertimbangan 4. Paul Enns. The Moody Handbook
adalah kepentingan bersama sebagai of Theology. Malang: Literatur
masyarakat majemuk. Sikap saling SAAT 2006.
pengertiaan merupakan kunci sukses 5. Martin B. Dainton. Gereja dan
hidup dengan kondisi yang penuh Bergereja – apa dan bagaimana?.
perbedaan sebagaimana yang terjadi Jakarta: YKBK/OMF, 1994.
di tengah masyarakat. Dengan begitu 6. Weinata Sairin. Visi Gereja
akan tercipta suatu masyarakat yang Memasuki Milenium Baru (Bunga
harmonis di mana masing-masing Rampai Pemikiran). Jakarta:
kelompok dapat saling mengasihi BPK-GM, 2002.
dan hidup berdampingan dengan 7. Weinata Sairin. Visi Gereja
damai tanpa adanya Memasuki Milenium Baru (Bunga
perselisihan/konflik. Mari kita Rampai Pemikiran). Jakarta:
peka/peduli, dan bergandengan BPK-GM, 2002.
tangan membebaskan kemiskinan 8. H. Kraemer. Theologia Kaum
dan keterbelakangan di tengah- Awam. Jakarta: BPK-GM, 2001.
tengah masyarakat kita. Mari kita 9. R. Soedarmo. Ikhtisar Dogmatika.
bermisi menghadirkan SYALOM Jakarta: BPK-GM, 2000.
Allah bagi semua orang. 10. Bruce Milne. Mengenali
Kebenaran. Jakarta: BPK-GM,
Daftar Pustaka
2000.

17
11. Ch. Abineno. Pokok-pokok
Penting Dari Iman Kristen.
Jakarta: BPK-GM, 2001.
12. J.M. Pattiasina dan Weinata
Sairin. Gerakan Oikumene –
Tegar Mekar di Bumi Indonesia.
Jakarta: BPK-GM, 1997.

18

Anda mungkin juga menyukai