Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya


etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia
dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar
belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas
mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar,
kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan tekad untuk membentuk kohesi sosial dan
integrasi sosial, serta menyiratkan landasan mutualisme (kebersamaan, dalam perasaan
maupun perilaku) dan kerjasama yang didasarkan atas kepentingan bersama dan perasaan
kebersamaan, itu pun semakin pudar. Padahal makna dari manifesto kultural itu adalah
ternanamnya perasaan saling memiliki dan menghargai sesama warganegara Indonesia,
meski dengan latar belakang etnik dan kebudayaan yang berbeda-beda.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Masyarakat majemuk?


Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
Apa yang di maksud dengan Bhineka Tunggal Ika?
Bagaimana cara mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa?

C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1) Pengertian Masyarakat Majemuk
2) Pengertian Persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Konflik yang terjadi di antara masyarakat Indonesia
4) Upaya mengatasi konflik
5) Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa;
6) Prisip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa;
7) Nilai-nilai persatuan dan kesatuan;
8) Pengertian Bhineka Tunggal Ika;
9) Cara mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


1
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Majemuk

Konsep tentang majemuk, masyarakat majemuk atau plural society, itu bisa tumbuh
berkembang dari dua tradisi dalam sejarah pemikiran social. Konsep yang pertama
mengemukakan bahwa kemajemukan itu adalah suatu keadaan yang memperlihatkan wujud
pembagian kekuasaan diantara kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung atau
disatukan , rasa yang menyatu itu adalah memulai dari suatu dasar kesetiaan ( bercorak
cross cutting ), kepemilikan nilai-nilai bersama.

Dan konsep yang kedua mengemukakan bahwa dalam teori-teori masyarakat


majemuk, biasanya ini berkaitan dengan relasi antar ras dan relasi etnis. Masyarakat
majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok rasa atau etnik yang
berada dibawah satu sistem pemerintahan, oleh karena itu seringkali masyarakat majemuk
mengalami permasalahan konflik, pertentangn dan paksaan. Istilah masyarakat majemuk
atau plural society yang pertama kali dikemukakan oleh J.S. Furnivall berdasarkan yang
telah dia lakukan di Indonesia dan Birma, yang pada keudian secara khusus merujuk
kepada masyarakat tropic yang pada saat itu berad dibawah kekuasaan kolonis.

Menurut pendapat Furnivall, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri


dari berbagai ragam kelompok atau golongan yang memiliki kebudayaan sendiri-sendiri,
dengan demikian berbeda pula dlam beragama, bahasa dan adat istiadat. Dibawah ini ada
beberapa cirri-ciri masyarakat majemuk diantara lain adalah sebagai berikut :

a. Walau pun kelompok-kelompok yang bergabung dalam suatu rumpun masyarakat itu
berada didalam suatu system politik yang sama , tetapi kehidupan mereka sendiri-
sendiri.
b. Interaksi social antar kelompok kurang sekali , dan relasi social yang terjadi
cenderung terbatas pada sector ekonomi saja.
c. Suatu campuran berbagai kelompok manusia itu dapat dikatakan muncul akibat
didominasi kolonialisme.
d. Tidak ada atau lemah dalam common sense will atau keinginan akan
kebersamaan social , yaitu suatu perangkat nilai-nilai yang disepakati warga
masyarakat untuk member panduan dan mengontrol tingkah laku social warga
masyarakat.

Jadi , kemajemukan dari suatu masyarakat sering disebabkan oleh berbagai faktor
perbedaan yang terdapat diantara kelompok-kelompok , kesatuan sosial , yang tercakup
dalam masyarakat tersebut , seperti perbedaan suku bangsa , perbedaan agama ,
perbedaan diantara lapisan-lapisan penduduk . Sering pranata-pranata social yang tedapat
dalam kelompok-kelompok sosial itu sangat berbeda sifatnya . Terdapat stereeotipe-
stereotipe yang dimiliki oleh berbagai kelompok mengenai kelompok yang lain , dan
stereotipe itu sering mengandung penilaian negatif . Hal semacam inilah yang sering
menimbulkan berbagai perpecahan diantara mereka .

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


2
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Sebagaimana analisis M.G. Smith bahwa masyarakat majemuk juga memiliki berbagai
ragam , sering berlangsung perpecahan dan pertentangan . Sedangkan dari sisi politik ,
masyarakat majemuk itu dikusai oleh satu kelompok minoritas yang juga memiliki
kebudayaan sendiri . Dan masyarakat majemuk berwujud bukan atas dasar sistem nilai
yang sama , tetapi oleh dasar konflik dan paksaan.

Bangsa Indonesia terdiri atas suku-suku , berbicara dengan bahasa daerah memiliki adat
dan memeluk agama yang berbeda pula dengan latar belakang budaya yang beragam .
Namun tetap merupakan satu bangsa . Kesatuan itu kita tegaskan dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika , berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Oleh karena itu dapat dinyatakan , bangsa Indonesia hidup dalam masyarakat
majemuk , masyarakat serba-ganda dalam kepercayaan keagamaannya , ganda dalam
ragam kebudayaannya, ganda dalam perilaku kehidupan kemasyarakatannya, tetapi ia
adalah satu bangsa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan cirri keragaman
kehidupan bangsa Indonesia , yang sesungguhnya berarti justru karena berbeda-beda maka
ia satu adanya .

Didalam keragaman itu, bangsa indonesia hendak membangun diri untuk menjadi
satu bangsa-bangsa lain didunia ini . Membangun manusia Indonesia seutuhnya , berarti
membangun keutuhan dalam budidayanya untuk berperan secara penuh , mencapai
sasaran-sasaran dalam pembangunan itu , orang-orang Indonesia sebagai individu dan
sebagai warga masyarakat bangsa , terlebiah dahulu wajib mengetahui , memahami dan
selanjutnya mengamalkan prinsip-prinsip dasar yang menjadikan seseorang itu disebut
bangsa Indonesia dalam Negara kestuan republic Indonesia yang berdasarkan pancasila
dan undang-undang 1945.

Ada berbagai tipe masyarakat majemuk , dan salah satu dari tipe tersebut adalah
seperti yang terdapat dalam masyarakat Indonesia , yaitu sebuah masyarakat yang terdiri
atas sejumlah golongan suku bangsayang terwujud dalam satuan-satuan masyarakat dan
kebudayaan yang masing-masing berdiri sendiri yang disatukan oleh kekuatan nasional
sebagai sebuah Negara .

Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk , terdapat tiga golongan kebudayaan


yang masing-masing mempunyai corak sendiri-sendiri . ketiga golongan ini satu sama lain
saling berbeda tetapi saling berkaitan merupakan suatu kesatuan yang namanya
kebudayaan di Negara Indonesia . ketiga golongan kebudayaan tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :

1. Kebudayaan suku banngsa ( yang lebih dikenal secara umum di Indonesia dengan
nama kebudayaan daerah ).
2. Kebudayaan umum lokal.
3. Kebudayaan nasional.

Masing-masing kebudayaan ini digunakan oleh orang Indonesia sesuai dengan


penggolongan lingkungan dan pola interaksi yang dihadapi dan untuk kerangka acuan (
referensi ) bagi identitas sesuai dengan pola interaksi dimana dia terlibat didalamnya .
Karenanya , masing-masing kebudayaaan tersebut bukan hanya menjadi landasan bagi
corak pranata-pranata sosialnya . tetapi juga mewarnai corak dari berbagai situasi-situasi

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


3
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
social yang secara keseluruhan merupakan suasana-suasanna kehidupan social yang dapat
digolongkan sebagai suasana-suasana suku banngsa , suasana umum lokal dan Susana
nasional .

B. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-
belah. Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.

Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan
sepenanggungan yang bermukim di dalam wilayah itu. Persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu
didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat.

C. Konflik yang terjadi di antara masyarakat Indonesia

Menurut Aryanto Sutadi ( 2009 ), konflik mengandung spektrum pengertian yang


sangat luas, mulai dari konflik kecil antar perorangan, konflik antar keluarga sampai dengan
konflik antar kampung dan bahkan sampai dengan konflik masal yang melibatkan beberapa
kelompok besar, baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal ini dapat
dibedakan antara konflik yang bersifat horisontal dan vertikal, dimana keduanya sama-sama
besarnya berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan kedamaian di negara ini.

Konflik horisontal yang dimaksudkan adalah konflik antar kelompok masyarakat yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti ideologi politik, ekonomi dan faktor primordial.
Sedangkan konflik vertikal maksudnya adalah konflik antara pemerintah/penguasa dengan
warga masyarakat.

1. Beberapa contoh konflik horisontal yang pernah terjadi di Indonesia misalnya:

Konflik antar kampung/desa/wilayah karena isu etnis, isu aliran kepercayaan, isu
ekonomi (seperti rebutan lahan ekonomi pertanian, perikanan, pertambangan) isu solidaritas
(suporter olah raga, kebanggaan group), isu ideologi dan isu sosial lainnya (tawuran antar
anak sekolah, antar kelompok geng).

1. Contoh peristiwa konflik vertikal misalnya: konflik ideologi untuk memisahkan dari
wilayah RI, konflik yang dipicu oleh perlakuan tidak adil dari pemerintah berkaitan
dengan pembagian hasil pengolahan sumber daya alam, kebijakan ekonomi yang
dinilai merugikan kelompok tertentu, dampak pemekaran wilayah, dampak kebijakan
yang dinilai diskriminatif.

Konflik masal tidak akan terjadi secara serta merta, melainkan selalu diawali dengan
adanya potensi yang mengendap di dalam masyarakat, yang kemudian dapat berkembang
memanas menjadi ketegangan dan akhirnya memuncak pecah menjadi konflik fisik akibat
adanya faktor pemicu konflik. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan konflik, yang
Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa
4
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
perlu diwaspadai bukan hanya faktor-faktor yang dapat memicu konflik, namun juga yang
tidak kalah pentingnya adalah faktor-faktor yang dapat menjadi potensi atau sumber-sumber
timbulnya konflik.

Dari pengamatan empiris, konflik masal lebih sering terjadi seiring menggeloranya era
reformasi yang dampaknya tidak hanya mengganggu ketentraman dan kedamaian,
melainkan juga cukup menghawatirkan bagi kelangsungan persatuan dan kesatuan
bangsaIndonesia. Beberapa contoh konkrit masalah konflik yang cukup serius baik yang
bersifat vertical ataupun horisontal yang terjadi pada akhir-akhir ini antara lain:

1. Konflik yang bernuansa separatisme: konflik di NAD, Maluku, dan Papua.


2. Konflik yang bernuansa etnis: konflik di Kalbar, Kalteng, danAmbon.
3. Konflik yang bernuansa ideologis: isu faham komunis, faham radikal.
4. Konflik yang benuansa politis: konflik akibat isu kecurangan Pilkada, isu pemekaran
wilayah di beberapa wilayah yang berakibat penyerangan dan pengrusakan.
5. Konflik yang bernuansa ekonomi: konflik antar kelompok nelayan di selat Madura,
antar kelompok preman, antar kelompok pengemudi, antar kelompok pedagang.
6. Konflik Sosial lainnya: konflik antar anak sekolah, mahasiswa,
7. Konflik bernuansa solidaritas liar: tawuran antar wilayah, antar suporter sepak bola.
8. Konflik isu agama atau aliran kepercayaan: isu berkaitan dengan Achmadiyah, isu
aliran sesat.
9. Konflik isu kebijakan pemerintah: BBM, BOS, LPG. dsb.

Pemicu Konflik adalah peristiwa, kejadian atau tindakan yang dapat menyulut sumber
potensi konflik menjadi konflik yang nyata. Tanpa adanya sumber potensi konflik, pada
umumnya peristiwa yang terjadi di suatu lokasi mudah diselesaikan dengan cepat dan tanpa
menimbulkan dampak yang meluas. Sebaliknya di lokasi yang memang sudah ada endapan
potensi konflik, peristiwa kecil dapat dengan cepat meluas dan melibatkan konflik masal
yang sangat sulit untuk diatasi. Dengan demikian pemicu konflik pada dasarnya dapat
berupa peristiwa gangguan keamanan yang biasa atau bahkan sangat sederhana, namun
akibat dari adanya kaitan dengan potensi yang mengendap tersebut, maka peristiwa kecil
justru sering dimanfaatkan oleh provokator untuk menyulut konflik yang besar.

Dari kajian terhadap konflik-konflik besar yang telah terjadi di Indonesia beberapa
peristiwa yang telah menjadi pemicu konflik sangat bervariasi, contohnya:

1. Pemicu konflik di Poso dan di Maluku yang berkepanjangan sampai beberapa tahun,
diawali oleh perkelahian antara seorang pemuda dengan seorang pemuda beragama
lain walaupun tinggalnya tidak berjauhan.
2. Konflik masal antar wilayah di NTB, Jateng dan beberapa Wilayah lainnya diawali
oleh peristiwa pemukulan pemuda yang sedang berkunjung rumah pacanya di
wilayah tetangga.
3. Beberapa konflik masal di Papua diawali dengan peristiwa tindakan keras oknum
aparat terhadap warga masyarakatnya.
4. Pemicu konflik isu Pilkada, isu pemekaran wilayah di beberapa wilayah sering
berawal dari tindakan petugas lapangan yang kurang profesional.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


5
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
5. Konflik bernuansa ekonomi antara kelompok pengemudi taxi sering diawali dari
saling rebutan penumpang.

Konflik masal dapat terjadi selain akibat dari peristiwa pemicu konflik yang masalahnya
berkaitan dengan endapan potensi konflik seperti disebutkan di atas, tindakan aparat yang
kurang tepat atau kurang profesional juga sering dianggap sebagai faktor yang
mengakibatkan terjadinya dan meluasnya konflik, contohnya:

1. Jumlah personil pengamanan unjuk rasa yang tidak berimbang dengan jumlah
massa, sering dinilai sebagai pemicu konflik, karena dianggap memberi peluang bagi
warga untuk melakukan tindakan yang lebih berani karena dianggap tidak ada
petugas yang dapat menindak mereka.
2. Tindakan aparat yang ragu-ragu melakukan pelanggaran yang dilakukan oleh
massa, sehingga menambah keberanian pelanggar melakukan tindakan yang lebih
brutal.
3. Tindakan aparat yang berlebihan atau melakukan kekerasan, sehingga memicu
kemarahan massa.
4. Tindakan aparat yang memihak salah satu kelompok yang sedang bersengketa.
5. Kelemahan intelijen yang tidak mampu mendeteksi adanya ancaman yang akan
terjadi, sehingga petugas yang dikerahkan tidak memadai.
6. Kelemahan mendeteksi provokator yang sering memanfaatkan kekeruhan, sehingga
provokator dapat berbuat bebas melakukan agitasi terhadap massa.

Dari sisi eksternal, faktor pemberitaan yang tidak proporsional juga sering memegang
peranan yang mengakibatkan meluasnya atau semakin maraknya konflik, antara lain
sebagai berikut:

1. Pemberitaan yang membesar-besarkan masalah, memperuncing perbedaan


pendapat, membesarkan peristiwa kekerasan, menayangkan korban, atau penyiaran
berulangulang, sehingga menggugah emosi atau solidaritas masing-masing pihak.
2. Pemberitaan yang menyudutkan aparat yang menangani peristiwa, menonjolkan
tindakan kekerasan yang tidak berimbang dengan tindakan anarkhi yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat yang brutal.
3. Pemberitaan yang kurang bertanggungjawab terhadap dampak negatif berita, karena
hanya memburu rating tinggi dengan motto bad news is good news.

Analisis permasalahan yang dapat menyemarakkan konflik atau masalah yang dapat
menghambat usaha memelihara kedamaian juga dapat diarahkan kepada keadaan
masyarakat yang kurang kondusif bagi upaya penanggulangan konflik, antara lain sebagai
berikut:

1. Melemahnya kesadaran dan semangat persatuan dan kesatuan seiring dengan


dampak maraknya semangat kedaerahan yang barangkali ini merupakan salah satu
kekeliruan dalam menafsirkan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Eforia demokrasi yang mengarah kepada tuntutan kebebasan yang serba boleh,
sehingga lebih menonjolkan kepentingan kelompok dari pada kepentingan umum.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


6
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
3. Pengalaman sukses (success story) dari para tokoh situasional yang terlahir dari
situasi konflik, paling tidak menarik minat para oportunis untuk memanfaatkan situasi
konflik guna meningkatan popularitas diri.
4. Peran pihak ketiga yang berkepentingan untuk memelihara konflik yang
berkepanjangan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

D. Upaya Mengatasi Konflik

Dewasa ini pada era globalisasi, secara teoritis, tidak mungkin ada suatu bangsa
yang homogen dan monolitis. Hanya terdiri dari satu etnis atau satu agama. Globalisasi
dengan salah satu wujudnya berupa free trade, telah menciptakan bordeless world . Dunia
tanpa batas. Karena barang, modal, jasa dan manusia akan mengalir dari suatu negara ke
negara lain tanpa hambatan administrasi. Apalagi pada dasarnya memang tidak ada negara
satupun di dunia ini yang mampu hidup tanpa bantuan negara lain. Jepang adalah negara
industri yang kaya raya, tetapi tidak mampu mengembangkan pertanian dan perkebunan.
Demikian juga dengan negara-negara di Timur Tengah yang kaya karena minyak pasti
memerlukan produk pertanian dan bahan makanan dari negara lain. Uni Emirat Arab,
sebagai negara terkaya nomor 8 di dunia, dengan penduduk hanya sekitar 1,5 juta orang
ternyata memiliki penduduk asing sebesar 4 juta orang. Mereka datang ke Uni Emirat Arab
sebagai tenaga kerja, pedagang, pengajar di perguruan tinggi, konsultan bangunan dan lain
sebagainya. Tanpa pendatang dari negara lain Uni Emirat arab tidak mungkin membangun
negaranya menjadi negara yang moderen seperti sekarang ini. Beberapa diantaranya
adalah pelabuhan moderen di Dubai, Hotel Burj Khalifa Dubai sebagai hotel tertinggi di
dunia ( 820 m ) dan kawasan balapan mobil Formula 1 di Abu Dhabi.

Hampir semua bangsa di dunia harus menerima kenyataan bahwa negaranya


tergantung kepada negara lain. Konsekuensinya mereka terpaksa menerima kehadiran
bangsa lain yang berbeda secara etnis, agama maupun tradisi. Setelah ratusan tahun
kemudian bangsa yang tadinya homogen menjadi heterogen. Amerika yang mayoritas
berpenduduk Eropa dan Kristen harus hidup berdampingan dengan penduduk berasal dari
Afrika dan Asia yang beragama Islam. Sebaliknya Malaysia yang mayoritas Melayu
beragama Islam harus hidup berdampingan dengan penduduk dari etnis Cina beragama
Kristen . Contoh heterogenitas dalam suatu negara ini masih dapat diperpanjang lagi.

Dan heterogenitas adalah sumber konflik. Beberapa negara mengalami perang


saudara karena perbedaan etnis atau agama selama bertahun-tahun dengan korban
mencapai jutaan orang. Sebagai contoh di Sudan, negara terbesar di Afrika, terjadi perang
saudara ( civil war ) antara Sudan Utara ( penduduknya keturunan Arab dan mayoritas
Muslim ) dengan Sudan Selatan ( mayoritas berpenduduk asli Afrika beragama Animisme
dan Kristen ) selama lebih dari 15 tahun dan diperkirakan memakan korban 2 juta
jiwa. Melalui referendum, Sudan selatan resmi menjadi negara baru sejak tanggal 9
Januari 2011.

Dawam Rahadjo ( 2010 ) menyatakan pembangunan yang dilaksanakan dewasa ini


termasuk kegiatan dalam rangka penanaman modal asing, telah melahirkan masyarakat
multikultur. Untuk itu ada tiga perspektif yang harus disepakati. Pertama, bahwa negara
harus bersikap adil terhadap semua agama yang berbeda dan diasumsikan mengandung

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


7
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
potensi konflik. Kedua, harus ada semangat yang mengedepankan kerukunan dalam
pergaulan antar umat beragama. Ketiga, perlu dibangun masyarakat yang terbuka yang
mendorong kemajuan bagi umat beragama dan masyarakat itu sendiri. Menyelesaikan
konflik pada dasarnya dapat melalui 2 ( dua ) cara :

1. Mengeliminasi konflik ( conflict elimination )


2. Mengelola konflik ( conflict management )

Pada cara yang pertama, konflik diselesaikan dengan cara mengeliminasi konflik
berupa pemisahan orang-orang yang konflik pada wilayah yang berbeda. Kasus Sudan
diatas termasuk cara ini. Antara mereka yang konflik sebenarnya tidak ada upaya
perdamaian. Perseteruan antara kedua pihak tetap berlangsung tetapi tidak ada konflik
karena mereka dipisahkan dalam wilayah yang berbeda. Kasus Pakistan yang memisahkan
diri dari India termasuk cara pertama. Demikian juga kasus pecahnya Yugoslavia menjadi
beberapa negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia Herzegovina, Macedonia dan Slovenia.
Mereka yang konflik mendirikan negara sendiri sesuai etnis dan agama yang dianut.

Pada cara yang kedua, mereka yang konflik tetap berada di suatu wilayah yang
sama. Tetapi mereka mulai berdialog, membuat kesepakatan dan menghormati perbedaan.
Mereka menyadari kemajemukan tidak harus disertai konflik tetapi harus saling toleransi
sehingga terwujud kehidupan yang penuh kedamaian. Inilah yang terjadi di Swiss, yang
memiliki 3 etnis, 3 bahasa dan 3 tradisi tetapi dapat hidup berdampingan tanpa harus
konflik. Cara ini pulalah yang diupayakan di Indonesia. Keberagaman etnis, suku bangsa
dan agama diupayakan dapat hidup bersama dalam kerukunan dan perdamaian. Kunci dari
cara yang kedua ini adalah masing-masing pihak yang bertikai memiliki kesadaran akan
pentingnya wawasan kebangsaan sebagai bangsa yang satu dan bertanah air satu.
Meskipun beraneka ragam tetapi tetap bersatu.

Setiap warganegara harus menyadari bahwa konflik horisontal, yg disertai


kekerasan karena perbedaan yg bersumber dari kemajemukan dapat melemahkan
persatuan bangsa dan menghambat pembangunan nasional. Konflik terjadi karena
memudarnya nilai2 dasar bermasyarakat seperti religiusitas, musyawarahmufakat,
tenggang rasa, menghargai perbedaan dll. Konflik horisontal dapat mengarah kepada
disintegrasi nasional, separatisme dan mengancam keutuhan NKRI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005, pengelolaan keragaman


budaya di Indonesia dapat dilakukan dengan :

1. Pelaksanaan dialog antar budaya yg terbuka dan demokratis.


2. Pengembangan multikultural dalam rangka meningkatkan toleransi dalam
masyarakat.
3. Membangun kesadaran hidup multikultural menuju terciptanya keadaban

Dalam rangka memahami keragaman budaya, setiap manusia Indonesia harus


mampu memahami nilai nilai kultural yg berbeda dengan nilai nilai pribadi. Kemudian
sebaiknya dapat mensinergikan keragaman budaya dan melakukan komunikasi lintas
budaya serta berusaha untuk menyesuaikan diri dan menghormati sistem budaya lain.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


8
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Menurut Thomas Hobbes dan John Locke, manusia tidak akan dapat bertahan hidup
karena pada dasarnya sumber kehidupan itu terbatas. Jadi perlu dibatasi dengan aturan
bersama kalau tidak akan terjadi pertikaian antar sesama manusia atau War of All Against
All dan manusia dapat menjadi srigala bagi manusia lainnya atau Homo Homini Lupus.
Manusia sbg mahluk sosial memang memiliki hak asasi dari alam : Life, liberty and property.
Tetapi kebebasan tersebut harus ada batasnya ketika manusia harus hidup bersama
dengan manusia lainnya. Pembatasan Justru untuk menjamin dan menghidupi Kebebasan
Individual. Dan pada gilirannya akan muncul masyarakat yg demokratis dimana negara
melayani aspirasi dan kepentingan yg beragam untuk menjamin kebebasan individual.

Sementara itu Rousan Sean menyatakan bahwa sebuah negara terbentuk karena
ada kesepakatan antara pihak pihak yg berbeda kepentingannya. Kemudian setiap orang
yang ingin kepentingannya terjamin menyerahkan kemerdekaan yg dimiliki sejak lahir
kepada organisasi yg dibentuk bersama yang disebut negara. Dalam hal ini negara adalah
organisasi yg berkuasa yang disepakati untuk mengatur kehidupan bersama. Untuk itu
setiap negara perlu melakukan apa yang disebut sebagai nation building karena selalu
ada kelompok masyarakat yg terikat dalam loyalitas kelompoknya sehingga muncul konflik
kepentingan. Negara harus melakukan intervensi untuk mengintegrasikan kelompok
kelompok masyarakat yang beragam. Namun dengan tetap menghormati karakteristik yg
dimiliki kelompok tersebut ( agama, adat istiadat, dsbnya )

Masalah yang dihadapi setiap agama adalah bagaimana menyatukan identitas dan
karakteristik yg berbeda menjadi identitas bersama yaitu identitas nasional. Michael Walzer
berpendapat bahwa keberagaman dapat diatas ketika setiap warganegara memiliki
toleransi. Dalam hal ini Walzer berpendapat bahwa toleransi merupakan salah satu ukuran
peradaban sebuah bangsa. Makin tinggi tingkat toleransi sebuah bangsa maka makin tinggi
tingkat keadabannya. Toleransi merupakan nilai yang harus dibudayakan dalam ruang
individu dan ruang publik, karena salah satu tujuan toleransi adalah membangun hidup
damai dalam kerbedaan kelompok

Walzer juga berpendapat bahwa toleransi harus berimplikasi pada sikap, antara lain
sikap menerima perbedaan, mengubah homogenitas menjadi heterogenitas, mengakui hak
orang lain, menghargai eksistensi orang lain dan mengawal secara serius perbedaan
budaya dan keragaman ciptaan Tuhan (multikulturalisme ).

Sedangkan Nurcholish Majid berpendapat sikap penuh pengertian kepada orang lain
diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik.
Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan
design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama
dan sebangun dalam segala segi.

Sejalan dengan pemikiran diatas, Azyumardi Azra berpendapat bahwa pluralisme


harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang
menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari hari.
Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan
masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap tulus untuk menerima
kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif dan merupakan rahmat Tuhan.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


9
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Berkaitan dengan masih banyaknya kejadian yang merupakan konflik horisontal ,
terutama antar umat beragama dan interen umat beragama, Imam Taufiq, Sekretaris MUI
Jawa Tengah mengatakan bahwa kekerasan atas nama agama tidak dapat dibenarkan dan
masalah perbedaan harus diselesaikan dengan cara-cara damai dan beradab. Agama
semestinya dikembalikan menjadi landasan untuk hidup lebih damai. Untuk itu peran ulama
dan pemimpin umat beragama cukup strategis dalam mewujudkan kerukunan dan
kedamaian di masyarakat.

Kemudian secara konstitusional berarti bahwa kita harus merujuk kepada ketentuan dalam
UUD 1945. Dalam pasal 28 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan antara lain :

1) Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya ( pasal 28A ).
2) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya ( pasal 28E ).
3) Setiap orang berhak untuk tidak disiksa dan berhak tidak diperlakukan secara
diskriminatif (28 I ).
4) Penegakkan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara dan setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia ( 28 J ).

E. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang
dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari
proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang
ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali.

Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-
royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh
asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi
proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan
Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua
unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian
sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan
bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang
mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong,
musyawarah dan lain sebagainya.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah
sebagai berikut:

1. Perasaan senasib
2. Kebangkitan Nasional
3. Sumpah Pemuda
4. Proklamasi Kemerdekaan

F. Prisip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


10
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji
lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita
amalkan.

Prinsip-prinsip itu adalah:

1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika


Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk.
Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa
kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada
bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab
pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu
juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab.

3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab


Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki
kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.

Berdasarkan istilah persatuan dan kesatuan sendiri berasal dari kata satu yang
berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan dapat diartikan sebagai perkumpulan dari
berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan Kesatuan merupakan hasil
perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat
hubungannya dengan keutuhan. Dengan demikian persatuan dan kesatuan mengandung
arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang
utuh dan serasi.

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia artinya adalah bahwa Indonesia


merupakan Negara kesatuan yang memiliki kedaulatan, memiliki tujuan nasional dan berdiri
sebagai sumber kekuatan bersama.

Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga?


Salah satu caranya adalah kita sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga
keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang dapat menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia.

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikap
sikap:

1. Cinta Tanah Air


Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah
air. Cinta tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


11
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Menjaga keamanan wilayah negaranya dari ancaman yang datang dari luar maupun
dari dalam negeri.
Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Mengolah kekayaan alam dengan menjaga ekosistem guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Rajin belajar guna menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin untuk
diabdikan kepada negara.

2. Membina Persatuan dan Kesatuan


Pembinaan persatuan dan kesatuan harus dilakukan di manapun kita berada, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Tindakan yang
menunjukkan usaha membina persatuan dan kesatuan, antara lain:
Menjalin persahabatan antarsuku bangsa.
Memberi bantuan tanpa membedakan suku bangsa atau asal daerah.
Memperluas pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Mengerti dan merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain,
Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama,
maupun bahasa dan kebudayaan

3. Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan
keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan
menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI
dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:

Partisipasi tenaga
Partisipasi pikiran

4. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI


Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam
aspek kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat
nasional. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan yang matang
diantaranya adalah sebagai berikut :
Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan
kemampuannya.
Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai
sektor kehidupan.
Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
Kesiapan perekonomian rakyat.
Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


12
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada
akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan
karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan
dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan,
solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
Menaati peraturan. Salah satu cara menjaga keutuhan Indonesia adalah dengan
menaati peraturan. Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara.Tujuannya agar Indonesia menjadi lebih baik.

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


13
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat. makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain
sebagainya. Prinsip Bhineka Tunggal Ika, nasionalisme Indonesia, kebebasan bertanggung
jawab, wawasan nusantara dan prinsip untuk mewujudkan cita-cita pada era reformasi.

Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari
buku atau kitab sutasoma karangan Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika
memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat,
bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.

1. Masyarakat yg heterogen (majemuk) pada dasarnya selalu rawan konflik


2. Konflik horisontal yang terjadi di Indonesia berasal dari kemajemukan suku, agama
ras dan golongan.
3. Konflik horisontal dapat diatasi ketika setiap warga masyarakat mengedepankan
toleransi, menghargai perbedaan dan mau menerima kemajemukan sebagai
kenyataan dan rahmat Tuhan.
4. Kunci dari upaya menghilangkan konflik adalah mau berdialog dan tetap memiliki
semangat Bhineka Tunggal Ika

Berhasilnya usaha pembangunan usaha ini tidak terlepas dari pentingnya semangat
kerja sama , persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia karena pembangunan
nasional pada dasarnya merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia . Oleh karena
itu , jiwa Bhinneka Tunggal Ika hendaknya senantiasa dibina dan dipelihara serta
ditingkatkan terus jiwa , semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia . Demi
persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhinneka tunggal ika hendaknya kita senantiasa
memajukan pergaulan diantara suku-suku yang berada di seluruh wilayah Indonesia .

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


14
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati, M.Hum, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila.UNY press: Yogyakarta

http://mlebu.blogdetik.com/2010/04/16/-pancasila/

http://graha.students-blog.undip.ac.id/2009/06/12/makna-sila-pancasila/

Diana Putri Larasati / 16030184044 / PFB 16 | Mempertahankan Kesatian Bangsa


15
dan Negara dalam Masyarakat Majemuk

Anda mungkin juga menyukai