Anda di halaman 1dari 4

PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KETERATURAN DAN TERTIB SOSIAL

Pemahaman Konsep
10.5 Menganalisis peran lembaga sosial dalam kehidupan sosial masyarakat dan menghubungkannya
dalam upaya menciptakan keteraturan dan tertib sosial serta melakukan studi investigasi berbagai
peran lembaga sosial dalam kehidupan sosial secara nyata.
10.6 Menganalisis ragam gejala sosial sebagai dinamika dalam kehidupan masyarakat mutikutural dan
mengevaluasinya dengan berdasarkan pada fakta-fakta sosial yang aktual terjadi di masyarakat.

Indikator Penilaian
1. Menjelaskan konsep nilai, norma, dan keteraturan sosial
2. Menjelaskan konsep lembaga sosial dari berbagai sumber
3. Menganalisis peran lembaga sosial berdasarkan fakta dalam kehidupan masyarakat
4. Menganalisis hubungan berbagai peran lembaga sosial dalam menciptakan keteraturan dan
ketertiban di masyarakat
5. Menganalisis dan mendiskusikan peran lembaga sosial di masyarakat sekitar sesuai dengan hasil
investigasi lapangan
6. Mempresentasikan hasil temuan lapangan secara berkelompok melalui diskusi
7. Memahami hekekat gelaja sosial dari berbagai sumber literatur
8. Menganalisis adanya ragam gejala sosial dalam masyarakat multikultural berdasarkan konteks
kehidupan nyata
9. Menganalisis kecenderungan gejala sosial di masyarakat sebagai akibat dari hubungan sosial dari
perspektif empiris
10. Mengevaluasi dan mengajukan pendapat secara kritiis terhadap dinamika kehidupan sosial
masyakarat multikultural

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

1. FENOMENA MASYARAKAT MAJEMUK / PLURALISME


Menurut J.S. Furnivall, masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua
atau lebih komunitas maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah serta
memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya.
Nasikun menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut
sistem nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan sosial yang menjadi anggotanya. Para anggota
masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan,
kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar untuk
mengembangkan sikap saling memahami.
Senada dengan itu, Clifford Geertz, berpendapat bahwa masyarakat majemuk adalah
masyarakat yang terbagi atas subsistem-subsistem yang lebih kurang berdiri sendiri dan dipersatukan
oleh ikatan-ikatan primordial (marga, keluarga, suku, daerah asal, pekerjaan, dll).

a. Karakteristik Masyarakat Majemuk


Pierre van den Berghe mengemukakan beberapa karakteristik masyarakat majemuk sebagai
berikut:
1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan, tepatnya
subkebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer.

17
3) Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar.
4) Secara relatif, sering terjadi konflik antarkelompok.
5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan ketergantungan
ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain.

b. Konfigurasi Masyarakat Majemuk


J.S. Furnival menyatakan konfigurasi masyarakat majemuk teragi dalam empat macam bentuk
masyarakat majemuk / plural:
a) Masyarakat majemuk dengan KOMPETISI SEIMBANG: yaitu konfigurasi masyarakat yang
terdiri dari sejumlah etnik atau komunitas dengan kekuatan kompetitif. kelompok-kelompok
yang ada mempunyai kekuasaan yang seimbang.
b) Masyarakat majemuk dengan MAYORITAS DOMINAN: yaitu masyarakat majemuk dimana
salah satu kekuatan kompetitif lebih besar dari pada lainnya. Kelompok etnik mayoritas
mendominasi kompetisi politik atau ekonomi sehingga posisi kelompok lain menjadi kecil dan
Nampak lemah. Jadi kelompok terbesar mendominasi.
c) Masyarakat majemuk dengan MINORITAS DOMINAN: Yaitu masyarakat majemuk dimana
einik atau komunitas yang minoritaslah yang mendominasi. Jadi, kelompok kecil yang
mendominasi.
d) Masyarakat majemuk FRAGMENTASI: yaitu masyarakat majemuk yang terdiri dari sejumlah
kelompok etnik yang kesemuanya dalam jumlah yang kecil, sehingga tidak ada salah satu
kelompok yang mempunyai posisi lebih dominan dalam bidang politik maupun ekonomi.
Masyarakat dengan kategori ini biasanya stabil, tetapi memiliki potensi konflik karena
rendahnya coalition building. Karena itu diperlukan coalition building. Jadi masyarakat terdiri
dari banyak kelompok yang kecil, tidak ada yang mendominasi.

c. Faktor Penyebab Kemajemukan / Pluralitas Masyarakat Indonesia


Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya keberagaman masyarakat Indonesia.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Keadaan Geografis
Dari jejak sejarah, diketahui bahwa nenek moyang masyarakat Indonesia berasal dari Yunan,
yaitu suatu wilayah di Tiongkok bagian selatan. Mereka dating bergelombang dalam waktu
dan jalur yang berbeda. Di Indonesia, mereka menyebar dan mendiami sekitar 13.600 pulau.
Kondisi geografis yang berbeda-beda ini mengakibatkan penduduk yang menempati suatu
pulau atau sebagian pulau tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang sedikit
banyak terisolasi satu dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku,
bahasa dan ikatan-ikatan kebudayaan lainnya yang berbeda satu dengan lainnya.
(2) Pengaruh Budaya Asing
Indonesia terletak pada posisi silang antara dua samudra dan dua benua. Kondisi strategis ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk dating dan singgah serta
menetap di Indonesia. Ada yang datang untuk berdagang, dan ada pula yang menyebarkan
agama. Dari interaksi mereka dengan penduduk local, terjadi amalgamasi dan asimilasi
kebudayaan sehingga terbentuk subras, agama dan kepercayaan yang berbeda-beda.
(3) Iklim yang Berbeda
Iklim yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya menimbulkan kondisi alam yang
berbeda. Kondisi ini membentuk pola perilaku dan system mata pencaharian yang berbeda-
beda. Akibatnya, terjadi keragaman regional antara daerah satu dengan daerah lainnya.

18
(4) Pembangunan
Pembangunan di berbagai sector juga memberi andil bagi keragaman masyarakat Indonesia,
khususnya secara vertical. Kemajuan dan industrialisasi menghasilkan kelas-kelas sosial yang
didasarkan pada aspek ekonomi: kelas pengusaha dan pemilik modal, kelas eksekutif, dan
kelas buruh atau pekerja.

2. FENOMENA MASYARAKAT MULTIKULTURAL – MULTIKULTURALISME


Multikulturalisme mengandaikan adanya pluralitas dan diversitas dalam masyarakat. Dalam
multikulturalisme, masyarakat yang plural dan sekaligus beragam tsb pada hakikatnya adalah setara
sehingga harus diperlakukan sama. Multikulturalisme memiliki tujuan sbb:
1) Perlindungan HAM
2) Pengembangan identias bangsa
3) Penguatan kesatuan bangsa
4) Peningkatan partisipasi setiap warga masyarakat dalam kehidupan bersama
5) Penegasan terhadap keberagaman (diversitas) budaya

Dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, multikulturalisme berpijak pada prinsip-prinsip


sbb:
1) Keragaman (Diversitas)
Keragaman adalah unsur penting dalam multikulturalisme. Tanpa keragaman yang diakui
dan diterima, prinsip-prinsip lain tidak ada artinya. Nilai-nilai yang ditekankan dalam
prinsip ini adalah:
- Mengakui dan menghormati keragaman budaya, ras, agama / kepercayaan
- Melindungi, menguatkan dan membagi warisan budaya
- Mengenal dan menguatkan perkembangan komunitas-komunitas yang memiliki akar
budaya yang sama
- Menghargai dan menghormati keragaman
- Membangun interaksi antar-individu atau komunitas yang berbeda akar budayanya
- Melindungi, menguatkan dan menggunakan bahasa asli disamping bahasa nasional
2) Harmoni
Tanpa harmoni, keragaman akan membawa masyarakat tidak saling percaya, dan
sebaliknya saling curiga dan akhirnya menimbulkan konflik antar-kelompok. Rinsip
harmoni bertujuan untuk membangun hubungan sosial yang positif yang didasari atas
ninlai-nilai:
- Saling menghormati, mengenal dan menerima perbedaan
- Saling memahami
- Hidup bersama secara harmonis
- Sensitif dan responsif
- Saling bertukar, berbagi dan bekerjasama
3) Kesetaraan (Equalitas)
Meskipun prinsip hidup harmonis dijunjung di masyarakat, masih ada kemungkinan
bahwa sekelompok masyarakat diabaikan dan diperlakukan tidak sama. Keharmonisan isa
tampak dalam masyarakat yang terjajah. Artinya, masih ada sekelompok masyarakat yang
ditempatkan dalam posisi rendah dibanding dengan kelompok lain. Kesamaan yang
dimaksudkan di sini bukanlah kesamaan kondisi ekonomi, melainkan kesamaan untuk
berpartisipasi. Untuk itu, prinsip ini menegaskan nilai-nilai:

19
- Perlakuan yang sama bagi setiap individu di hadapan hukum
- Partisipasi penuh dari individu maupun komunitas
- Kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan
4) Penghilangan Sekat-sekat Pemisah
Sekat-sekat pemisah (partisi) sosial yang menimbulkan ketidaksamaan perlakuan individu
dalam masyarakat adalah: diskriminasi, rasisme, dsb. Usaha yang dilakukan untuk
mewujudkan prinsip ini adalah:
- Menyingkirkan sekat-sekat yang menghalangi individu untuk berpartisipasi dalam
hidup bersama
- Menghancurkan sekat-sekat diskriminasi: suku, agama, ras, etnis, profesi dan gender
- Mendorong lembaga-lembaga masyarakat untuk semakin inklusif

20

Anda mungkin juga menyukai