PENDAHULUAN
Kata Ras berasal dari bahasa Italia, Razza, pertama kali diperkenalkan oleh Francois
Bemier, seorang antropolog berkebangsaan Perancis untuk mengemukakan gagasan tentang
perbedaan manusia berdasar kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.
Sedangkan kata Etnis, menurut Koentjaraningrat (1990), adalah suku bangsa yang
memiliki sistem interaksi dimana sistem interaksi tersebut ada karena kontinuitas dan rasa
identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan
sendiri. Keragaman kelompok etnis ini dengan sendirinya memunculkan keragaman
kebudayaan di Indonesia dan membentuk identitas Indonesia sebagai negara heterogen.
Kesadaran akan kemajemukan Bangsa Indonesia tersebut tercermin dengan baik melalui
falsafah Bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka artinya adalah keragaman,
aneka, berbeda-beda, banyak ragam atau beragam. Sedangkan Ika menunjukan semangat atau
cita-cita akan perlunya persatuan dari keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah kenyataan
(das sein), sedangkan Ika adalah keinginan atau cita-cita Bangsa (das sollen).
Page | 1
C. Problema Keragaman Dalam Kehidupan Berbangsa
Keragaman masyarakat dalam berbangsa adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari
suatu Bangsa. Namun demikian, keragaman masyarakat Indonesia tidak serta-merta
menciptakan warna-warni, keunikan, keindahan, kebanggan, padu-padan dan hal-hal positif
lainnya. Keragaman masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif
bagi Bangsa itu sendiri.
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) sebagai integrasi dari Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan
Ilmu Budaya Dasar (IBD) bertujuan memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-
konsep budaya kepada mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan,
dan budaya. Selanjutnya, diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis, serta berempati atas
solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif. Ini sesuai SK Dirjen DIKTI No.44
Page | 2
tahun 2006 tentang muatan ISBD sebagai program mata kuliah di Universitas atau Perguruan
Tinggi.
Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah mata kuliah untuk memberikan pengetahuan dasar dan
pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala
sosial, sehingga daya tangkap, persepsi, dan pemahaman mahasiswa terhadap lingkungan
sosial meningkat. Sedangkan Ilmu Budaya Dasar adalah kelompok ilmu dan pengetahuan
budaya (humanities), tidak identik dengan pengetahuan itu sendiri. Kajian Ilmu Sosial Dasar
adalah mengkaji kemanusiaan dan budaya dengan menggunakan pengertian yang berasal dari
dan yang telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan dan keahlian.
ISBD merupakan seperangkat konsep dasar ilmu sosial dan budaya tersebut secara
interdisipliner, digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemacahan masalah yang timbul
dan berkembang dalam masyarakat.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Metode Penulisan
Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa konflik berasal dari bahasa latin, konfigere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih di
mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Secara umum, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa idividu
dalam suatu interaksi. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial.
Multikultural memiliki arti kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, suku bangsa, gender, bahasa dan
agama. Menegasikan bahwa segala perbedaan itu pada prinsipnya sama dan setara di ruang
publik dan menekankan kepada setiap individu terhadap pengakuan dan penghargaan pada
perbedaan.
Usaha-usaha untuk meminimalisir akibat dari keragaman, menurut Elly M. Setiadi dkk
(2006), adalah:
Page | 4
1. Semangat religius, karena setiap agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan
kepada umatnya, semua agama mengajarkan nilai-nilai yang menghargai
sesama manusia, alam, lingkungan serta kebesaran Tuhan san pencipta.
2. Semangat nasionalisme dengan cara mengadakan program-program pendidikan
yang mencakup ideologi multikulturalisme dan demokrasi serta kebangsaan.
3. Semangat pluralisme dengan menanamkan jiwa anti diskriminasi dalam
masyarakat.
4. Semangat humanisme akan menumbuhkan rasa cinta tanah air, toleransi dan
solidaritas antar sesama.
5. Dialog antar umat beragama yaitu membangun suatu pola komunikasi untuk
interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media masa dan
harmonisasi dunia.
6. Tidak mengeksploitasi hal-hal yang dapat menimbulkan konflik sara.
Page | 5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal utama dan sangat menentukan
bagi terwujudnya sebuah Bangsa Indonesia yang menyatu dalam kemajemukan atau
keragaman.
B. Saran
Pluralisme haruslah dikelola dengan baik sebagai kekuatan, karena disisiyang lain,
pluralism merupakan titik lemah. Melalui pandangan hidup yang mendasar dan strategis
dengan menjadikan dan menanamkan nilai-nilai pancasila sebagai falsafah ideologi yang
terbuka, demokratis dan toleran. Ideologi pancasila ini menjadi refleksi kehidupan
masyarakan Indonesia yang mengakui heteroginitas dalam berbagai aspek. Artinya, nilai-nilai
pluralitas dalam Pancasila merupakan harga mati dan alat pemersatu Bangsa Indonesia tanpa
mengenal perbedaan suku, ras, agama, budaya, dialek maupun golongan.
Page | 6