ABSTRACT
The Indonesian is multicultural country. It’s diversity includes differences in culture, religion, race,
language, ethnicity, tradition and others. In a such multicultural society, there are frequent tensions and
conflicts among cultural groups and have impacts on harmony in life. The purpose of this paper is to
discuss the diversity of Indonesian culture, its religious moderation in the diversity and role of religious
educators in realizing Indonesian national peace. The method used is a library research. The conclusion
of this study is that multicultural life requires multicultural understanding and awareness that respects
diversity, and willingness to interact with anyone fairly. A religious attitude of moderation is needed in
the form of recognition of the existence of other parties, being tolerant, respecting differences of
opinion and not forcing the will through violence. The role of the government, community leaders, and
religious guidance is needed to socialize, develop religious moderation to the community for the sake of
the realization of harmony and peace.
Keywords : Multicultural, Religious moderation, Religious guidance.
ABSTRAK
Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya dengan sifat kemajemukannya. Keragaman
mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya. Dalam masyarakat
multibudaya yang demikian, sering terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok budaya dan
berdampak pada keharmonisan hidup. Tujuan penulisan ini adalah membahas keragaman budaya
bangsa Indonesia, moderasi beragama dalam keragaman dan peran penyuluh agama dalam
mewujudkan kedamaian bangsa Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka.
Kesimpulan kajian ini adalah bahwa dalam kehidupan multikultural diperlukan pemahaman dan
kesadaran multibudaya yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan kemauan berinteraksi dengan
siapapun secara adil. Diperlukan sikap moderasi beragama berupa pengakuan atas keberadaan pihak
lain, memiliki sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak
dengan cara kekerasan. Diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama
untuk mensosialisasikan, menumbuhkembangkan moderasi beragama kepada masyarakat demi
terwujudnya keharmonisan dan kedamaian.
Kata Kunci : Multikultural, Moderasi beragama, Penyuluh agama.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang berinteraksinya beragam individu dan
Masyarakat Indonesia dalam Negara kelompok dengan membawa perilaku
Kesatuan Republik Indonesia memiliki budaya, memiliki cara hidup berlainan dan
keragaman, mencakup beraneka ragam etnis, spesifik. Keragaman seperti keragaman
bahasa, agama, budaya,dan status sosial. budaya, latar belakang keluarga, agama, dan
Keragaman dapat menjadi ”integrating force” etnis tersebut saling berinteraksi dalam
yang mengikat kemasyarakatan namun dapat komunitas masyarakat Indonesia.
menjadi penyebab terjadinya benturan antar Dalam komunikasi horizontal antar
budaya, antar ras, etnik, agama dan antar masyarakat, Mulyana menyebut, benturan
nilai-nilai hidup. antar suku masih berlangsung di berbagai
Keragaman budaya (multikultural) wilayah, mulai dari sekedar stereotip dan
merupakan peristiwa alami karena prasangka antar suku, diskriminasi, hingga ke
bertemunya berbagai budaya, konflik terbuka dan pembantaian antar suku
47
3
kemajemukan (pluralistik). Sedangkan
multikulturalisme normatif berkaitan dengan
dasar-dasar moral, yaitu adanya ikatan moral
dari para warga dalam lingkup negara/ bangsa
untuk melakukan sesuatu yang menjadi
kesepakatan bersama (Nugraha, 2008), dan
multikulturalisme normatif itulah tampaknya
yang kini dikembangkan di Indonesia.
Muzhar dalam Darlis, 2017, memandang
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
48
3
Fakta dan data keragaman B. Moderasi dalam keragaman
agamaagama di Indonesia Indonesia
menunjukkan bahwa keragaman Dalam masyarakat Indonesia
agama ini merupakan mozaik yang yang multibudaya, sikap
memperkaya khazanah kehidupan keberagamaan yang ekslusif yang
keagamaan di Indonesia, namun di hanya mengakui kebenaran dan
sisi lain keragaman agama juga keselamatan secara sepihak, tentu
mengandung potensi ancaman bagi dapat menimbulkan gesekan antar
persatuan Negara Republik Indonesia. kelompok agama.
Disinilah diperlukan keterlibatan Konflik keagamaan yang
seluruh warga masyarakat dalam banyak terjadi di Indonesia,
mewujudkan kedamaian. umumnya dipicu adanya sikap
Tugas untuk menyadarkan keberagamaan yang ekslusif, serta
masyarakat tentang multikultural ini adanya kontestasi antar kelompok
tidaklah mudah, bahkan membangun agama dalam meraih dukungan
kesadaran kalangan masyarakat umat yang tidak dilandasi sikap
bahwa kebhinekaan adalah sebuah toleran, karena masing-masing
keniscayaan sejarah. Menanamkan menggunakan kekuatannya untuk
sikap yang adil dalam menyikapi menang sehingga memicu konflik.
kebinekaan adalah perkara yang lebih Konflik kemasyarakatan dan
sulit, karena, penyikapan terhadap pemicu disharmoni masyarakat
kebhinekaan kerap berimpitan yang pernah terjadi dimasa lalu
dengan pelbagai kepentingan sosial, berasal dari kelompok ekstrim kiri
ekonomi, dan politik. (komunisme) dan ekstrim kanan
Indonesia sebagai sebuah (Islamisme). Namun sekarang ini
Negara multikultural dengan ancaman disharmoni dan ancaman
mayoritas penduduk muslim terbesar negara kadang berasal dari
di dunia dan memiliki keragaman globalisasi dan Islamisme, yang oleh
etnik, budaya, bahasa, dan agama Yudi (2014 : 251) disebutnya
juga menjadi masalah untuk sebagai dua fundamentalisme :
terwujudnya keharmonisan dan pasar dan agama.
kenyamanan beragama, oleh karena Dalam kontek
itu, disamping bekerja sama dengan fundamentalisme agama, maka
49
3
keterlibatan aktif terhadap kenyataan Moderasi Internasional” (The
tersebut. Sikap inklusiv-isme yang International Year of Moderation).
dipahami dalam pemikiran Islam Penetapan ini jelas sangat relevan
adalah memberikan ruang bagi dengan komitmen Kementerian
keragaman pemikiran, pemahaman Agama untuk terus menggaungkan
dan perpsepsi keislaman. moderasi beragama.
Dalam pemahaman ini, Agama menjadi pedoman
kebenaran tidak hanya terdapat hidup dan solusi jalan tengah (the
dalam satu kelompok saja, melainkan middle path) yang adil dalam
juga ada pada kelompok yang lain, menghadapi masalah hidup dan
termasuk kelompok agama sekalipun. kemasyarakatan, agama menjadi
Pemahaman ini berangkat dari cara pandang dan pedoman yang
sebuah keyakinan bahwa pada seimbang antara urusan dunia dan
dasarnya semua agama membawa akhirat, akal dan hati, rasio dan
ajaran keselamatan. Perbedaan dari norma, idealisme dan fakta, individu
satu agama yang dibawah seorang dan masyarakat. Hal sesuai dengan
nabi dari generasi ke generasi tujuan agama diturunkan ke dunia
hanyalah syariat saja (Shihab, 1999). ini agar menjadi tuntunan hidup,
Jadi jelas bahwa moderasi agama diturunkan ke bumi untuk
beragama sangat erat terkait dengan menjawab berbagai persoalan dunia,
menjaga kebersamaan dengan baik dalam skala mikro maupun
memiliki sikap ‘tenggang rasa’, makro, keluarga (privat) maupun
sebuah warisan leluhur yang negara (publik).
mengajarkan kita untuk saling
C. Peran penyuluh agama
memahami satu sama lain yang
berbeda dengan kita. Penyuluh agama merupakan
Seruan untuk selalu salah satu jabatan fungsional di
menggaungkan moderasi, mengambil Kementerian Agama Republik
jalan tengah, melalui perkataan dan Indonesia. Penyuluh Agama adalah
tindakan bukan hanya menjadi ujung tombak pemerintah dalam
kepedulian para pelayan publik menyampaikan pesan-pesan agama
seperti penyuluh agama, atau warga maupun pesan-pesan program
Kementerian agama namun seluruh pemerintah.
warga negara Indonesia saja dan Peran penyuluh agama dalam
seluruh umat manusia, sehingga tidak masyarakat sangat penting karena
sampai menimbulkan peristiwa sebagian masyarakat masih
sebagai penembakan di masjid memandang pentingnya sosok ideal
Selandia Baru yang menewaskan 50 sebagai figur atau patron dalam
jamaah salat jum’at. kehidupan masyarakat, oleh karena
Berbagai konflik dan itu penyuluh agama memiliki potensi
ketegangan antar umat manusia untuk didudukkan sebagai figur atau
dalam keragaman agama, suku, tokoh agama di masyarakat.
faham dan sebagainya telah Menurut teori strukturisasi,
memunculkan ketetapan eksistensi penyuluh agama dapat
internasional lewat Perserikatan dilihat sebagai agen yang dapat
Bangsa Bangsa yang menetapkan membentuk struktur dalam
tahun 2019 ini sebagai ”Tahun masyarakat. Aktifitas para penyuluh
agama melalui praktik atau tindakan
50
3
yang berulangulang akan menjadi masyarakat (sebagaimana fungsi
contoh atau sebagai aktor. Penyuluh tersebut dilakukan misalnya isu
agama sebagai agen akan demografis, ekonomi, pelayanan
mengembangkan kebiasaan sehari- manusia, lingkungan dan lain-lain)
hari yang tak hanya memberikan dan kemampuan untuk
perasaan aman kepada aktor, tetapi menggunakan dan menerapkan
juga memungkinkan mereka variabel-variabel dalam
menghadapi kehidupan sosial memprioritaskan program,
mereka secara efisien. perencanaan dan penyerahan atau
Untuk menumbuhkan disebut Proses aksi sosial 2]
motivasi dan melakukan tindakan- kesadaran, komitmen dan
tindakan membangun kesadaran kemampuan termasuk rasa memiliki
dan sikap moderasi beragama terhadap berbagai budaya yang
tersebut, penyuluh agama berbeda, asumsi-asumsi, norma-
51
3
7] Pemahaman sejarah, filsafat dan pada setiap kegiatan penyuluhannya.
karakteristik dari penyuluhan Bangunan masyarakat yang toleran,
(Pengetahuan tentang organisasi) 8] damai perlu dioptimalkan oleh para
Kemampuan untuk mempengaruhi penyuluh melalui kegiatan atau
individu dan kelompokkelompok tahapan : melakukan perencanaan
binaan yang berbeda secara positif, kegiatan, mengorganisir kegiatan,
atau pengelolaan organisasi melaksanakan kegiatan serta
penyuluh 9] kemampuan untuk melakukan monitoring untuk
menetapkan struktur, mengorganisir evaluasi program moderasi
proses, pengembangan, dan beragama.
memonitor sumber daya serta
memimpin perubahan untuk PEMBAHASAN
memperoleh hasil-hasil penyuluhan Bangsa Indonesia sudah terkenal
secara efektif dan efisien atau dengan
fungsi kepemimpinan. 10]
Kemampuan memperagaan perilaku
yang mencerminkan tingginya
tingkat dari kinerja penyuluh,
mencerminkan etika kerja yang
kuat, komitmen untuk pendidikan
berkesinambungan sesuai visi, misi
dan sasaran penyuluhan dalam
rangka meningkatkan efektifitas
individu dan organisasi
(Profesionalisme).
Menurut Fahrudin, 2019, dalam
upaya mewujudkan keharmonisan
hidup berbangsa dan beragama,
maka membutuhkan moderasi
beragama, yaitu sikap beragama
yang sedang atau di tengah-tengah
dan tidak berlebihan. Tidak
mengklaim diri atau kelompoknya
yang paling benar, tidak
menggunakan legitimasi teologis yang
ekstrem, tidak menggunakan paksaan
apalagi kekerasan, dan netral dan
tidak berafiliasi dengan kepentingan
politik atau kekuatan tertentu. Sikap
moderasi tersebut perlu
disosialisasikan, dididikkan,
ditumbuh-kembangkan dengan suri
teladan para penyuluh agama.
Para penyuluh dapat
memposisikan diri ikut ambil bagian
dalam moderasi beragama, yang
menghadirkan kedamaian beragama
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
52
3
kebenaran dan menghilangkan jati Demikian juga pada kelompok
diri masing-masing. Sikap moderasi kristen, terdapat juga beberapa
tidak menistakan kebenaran, kita kelompok. Mereka yang menerima
tetap memiliki sikap yang jelas dalam pikiran-pikiran baru dalam berteologi
suatu persoalan, tentang kebenaran, ini disebut kelompok modernist dan
tentang hukum suatu masalah, atau liberal. Tetapi tidak semua
namun dalam moderasi beragama, gereja dan para pemimpin gereja,
kita lebih pada sikap keterbukaan teolog dan umat Kristen menerima
menerima bahwa diluar diri kita ada teori evolusi itu. Mereka menentang
saudara sebangsa yang juga memiliki keras ajaran itu dengan
hak yang sama dengan kita sebagai membentengi dirinya dengan
masyarakat yang berdaulat dalam berbagai argumen Alkitabiah. Mereka
bingkai kebangsaan. Masing-masing yang menentang teori evolusi
orang memiliki keyakinan di luar berargumen bahwa gereja harus
keyakinan atau agama yang mesti loyal kepada ”dasar-dasar iman
kita hormati dan akui keberadaannya, Protestan”, sebagaimana tertulis
untuk itu kita perlu terus menerus dalam Alkitab. Untuk membentengi
bertindak dan beragama dengan diri dari terpaan modernisme dan
cara moderat. teori evolusionisme itu, maka para
Moderasi dalam Islam telah pemimpin gereja dari berbagai
dicontohkan oleh para pendahulu kelompok konservatif dan evangelikal
kita, mulai dari Nabi kita, sahabat, bersatu menerbitkan sebuah buku
para ulama termasuk ulamaulama berjudul The Fundamentals : A
kita adalah berlaku adil atas sesama Testimony to the Truth, yang terbit
tanpa harus melihat latarbelakang tahun 1910.
agama, ras, suku dan bahasa. Masing-masing agama
Dalam lingkup masing-masing memiliki kelompok fundamental yang
agama, juga terdapat keragaman melihat kelompoknya yang paling
faham agama. Schwartz, 2007 benar. Latar belakang kelahiran
menyebutkan adanya dua wajah fundamentalisme sebagaimana
yang merupakan manifestasi dibuat teolog dan ahli sejarah,
sosiokultural ajaran Islam yang tidak George C. Marsden, yang
bisa dilepas dari pola epistemologis mengatakan fundamentalisme adalah
yang dilaluinya yang berbeda secara ”vangry evangelical ” adalah sangat
socio—kultural, pertama, wajah tepat dalam konteks ini.
Islam yang ramah, bersahabat, Disamping sesama agama
toleran, dan inklusif yang siap terdapat sikap fundamentalis,
berdampingan dengan para ternyata harus diakui bahwa dalam
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
penganut keyakinan yang berbeda kehidupan agama-agama yang
dan dengan sendirinya melihat beragam juga terdapat dilema yang
perbedaan sebagai rahmat dan serius yaitu ketika anggota kelompok
kedua, wajah Islam yang garang, agama berhubungan dengan
mudah marah, tidak toleran, dan kalangan di luar komunitasnya.
ekslusif, yang menjadi antagonis bagi Dalam komunitas agama, hampir
wajah Islam yang pertama. semua agama memandang pihak lain
lebih rendah, bahkan cenderung Indonesia baik oleh pemerintah,
mendiskreditkan ketika berbicara para tokoh-tokoh bangsa, dan para
komunitas di luar dirinya. Jika ini penyuluh agama yang memang
terjadi, maka ketegangan akan ditugasi memberikan penyuluhan
tercipta. agama.
Negara Indonesia adalah Bagaimana sikap moderat
negara dengan jumlah penduduk tersebut ditumbuhkembangkan di
muslim terbanyak di dunia, Islam masyarakat kita ? Setidaknya perlu
pembawa kedamaian, nilai-nilai Islam menggunakan pendekatan agama
sangat mendukung terciptanyya dan pendekatan multikultural.
kedamaian, maka selayaknyalah Pendekatan agama didahulukan,
umat Islam yang rohmatan lil alamin karena keyakinan agama sangat
menjadi penggerak kedamaian dan dominan dalam kehidupan
pengayom masyarakat. Disini seseorang.
terdapat kesadaran bahwa dalam Sikap moderat dalam
keberagaman terdapat beragam beragama berasal dari konsep
keragaman seperti perbedaan dan ”tawasuth ”, karena dalam segala
keragaman faham agama. aspek ajarannya Islam itu
Dalam mengejawantahkan berkarakter moderat. Kita
keagamaannya, masing masing dianjurkan untuk tidak berlebih-
memiliki kultur, bahasa, adat, dan lebihan dalam beragama atau
kewajiban yang sama-sama dimiliki bersikap ekstrim (ghuluw). Allah
dan perlu dihormati. Dengan memerintahkan bersikap ”tawazun
keyakinan itulah akan ” (seimbang). Dalam QS Ar-Rahman
mengantarkan kepada sikap : ”Dan langit Allah tinggikan dan
keterbukaan, toleran, dan fleksibel timbangan diletakkan. Agar kamu
dalam bertingkah. jangan melampaui timbangan
Agama Islam yang datang ke (keseimbangan)”. (Darlis, 2017).
Indonesia memang tidak dalam Dalam Risalah Jakarta
ruang yang hampa, datang disepakati bahwa konservatisme
langsung berinteraksi dengan adalah sesuatu yang lumrah dalam
budaya Indonesia, wajah Islam beragama karena pemeluk agama
Indonesia seperti saat ini adalah berkewajiban memelihara
cerminan dari hasil interaksi Islam keyakinan dan praktek
dengan budaya Indonesia yang keagamaannya.
kemudian melahirkan Islam Namun yang perlu untuk
dengan tradisi NU dan dihindarkan oleh setiap pemeluk
Muhammadiyah. agama adalah sikap yang terlalu
Dengan demikian perlu berlebihan dalam beragama (ultra-
diupayakan adanya peningkatan conservatism). Dalam Islam, sikap
kesadaran multikultural pada tidak berlebih-lebihan tersebut
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
bangsa kita, dan seklanjutnya akan berangkat dari konsep al
memupuk sikap moderasi wasathiyah yang ber-
beragama. Hal ini perlu dilakukan makna seimbang.
terhadap seluruh warga bangsa
53
3
Dalam konteks Indonesia, al Pendekatan kultural juga
wasathiyah meniscayakan dapat diterapkan. Kearifan lokal
keseimbangan antara beragama berasal dari dua kata : arif berarti
menurut teks Kitab Suci dengan cerdik, pandai dan bijaksana (Kamus
penerapannya secara kontekstual. Besar Bahasa Indonesia). Dengan
Pertimbangan konteks dalam awalan ”ke” dan akhiran ”an” maka
beragama berangkat dari prinsip berarti kearifan atau kebijaksanaan
maqashid atau tujuan ditetapkannya yang tumbuh yang berbeda antara
hukum Islam (Syari’ah). satu dengan lainnya perlu
Moderasi Islam menjadi diperhatikan.
paham keagamaan keislaman yang Kearifan lokal bermakna
mengejewantahkan ajaran Islam bijaksanaan atau nilai-nilai luhur
yang sangat esensial. Ajaran yang yang terkandung dalam kekayaan-
tidak hanya mementingkan kekayaan budaya lokal seperti
hubungan baik kepada Allah, tapi tradisi, pepatah pepitih dan
juga yang tak kalah penting adalah semboyan hidup’ juga perlu
hubungan baik kepada seluruh diperhatikan, sehingga menjadi
manusia. Bukan hanya pada saudara modal dalam membangun
seiman tapi juga kepada saudara keharmonisan. Dengan
yang beda agama. (Kementrian menggunakan pendekatan kearifan
Agama RI, 2015). lokal atau local wisdom, maka
Moderasi ini mengedepankan beragam bentuk pengetahuan,
sikap keterbukaan terhadap keyakinan, pemahaman dan
perbedaan yang ada yang diyakini wawasan serta adat kebiasaan atau
sebagai sunnatullah dan rahmat etika yang menuntun perilaku
bagi manusia. Selain itu, moderasi manusia dalam kehidupan di dalam
Islam tercerminkan dalam sikap komunitas perlu juga diperhatikan.
yang tidak mudah untuk Namun yang perlu
menyalahkan apalagi sampai pada diperhatikan, bahwa wacana
pengkafiran terhadap orang atau kearifan lokal juga bersandingan
kelompok yang berbeda pandangan. dengan wacana perubahan,
Moderasi Islam lebih modernisasi dan relevansinya. Hal ini
mengedepankan persaudaraan yang karena kearifan lokal terkait dengan
berlandaskan pada asas ekspresi kebudayaan asli dalam
kemanusiaan, bukan hanya pada konteks geografis dan kultural juga
asas keimanan atau kebangsaan. selalu dituntut untuk mampu
Pemahaman seperti itu menemukan merespon perubahan-perubahan
momentumnya dalam dunia Islam masyarakat.
secara umum yang sedang dilanda Untuk itu, upaya yang
krisis kemanusiaan dan Indonesia dilakukan sesuai pendapat Mas’ud,
secara khusus yang juga masih (2018) perlunya mengembangkan
mengisahkan sejumlah persoalan wawasan multikultural bagi segenap
kemanusian akibat dari sikap yang unsur dan lapisan masyarakat,serta
kurang moderat dalam beragama. peningkatan dialog dan kerja sama
Konsekuensinya, perkembangan intern dan antarumat beragama
hukum Islam menjadi dinamis dan dengan pemerintah dalam
sesuai zaman (Fahrudin, 2019).
54
3
pembinaan kerukunan umat satu tempat dengan tempat lainnya.
beragama. Sikap moderasi berupa pengakuan
Berbagai bentuk kearifan lokal atas keberadaan pihak lain,
moderasi beragama dapat menjadi pemilikan sikap toleran,
contoh, sebagaimana pengalaman penghormatan atas perbedaan
lokal Sumatera Barat : Adat pendapat, dan tidak memaksakan
Basandi Syarak (ABS) Syarak Basandi kehendak dengan cara kekerasan.
Kitabullah (SBK), Syarak Mangato Diperlukan peran
Adat Memakai pemerintah, tokoh masyarakat, dan
(Ulama memfatwakan, kaum Adat para penyuluh agama untuk
yang menjalankan), Raso jo Pareso mensosialisasikan,menumbuhkemb
(ulama harus memiliki raso (rasa di angkan wawasan moderasi
hati) dan pareso (teliti di otak) agar beragama terhadap masyarakat
bisa merasakan dan meneliti. Indonesia untuk terwujudnya
Disinilah dipertemukan keharmonisan dan kedamaian.
komponen agama dan budaya dalam Rekomendasi
menyelesaikan masalah. Sehingga Wawasan multibudaya bagi
tanah Minang tidak ada lagi masyarakat Indonesia menjadi
persoalan antara Islam dan adat. kebutuhan penting dalam
Kearifan Lokal inilah yang menangkal membangun keharmonisan bangsa,
ketegangan dalam beragama. sehingga perlu dilakukan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan terhadap
PENUTUP Simpulan
masyarakat.
Dalam kehidupan multikultural
Moderasi beragama perlu
diperlukan pemahaman dan
ditumbuhkan melalui sarasehan,
kesadaran multibudaya yang
pengajian, maupun dialog
menghargai perbedaan,
kebangsaan, sehingga menjadi sikap
kemajemukan dan sekaligus kemauan
bangsa Indonesia. Pemerintah,
berinteraksi dengan siapapun secara
melalui Kementerian
adil.
Agama, Balai Diklat Keagamaan
Menghadapi keragaman, maka
bersama penyuluh agama dapat
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2, Pebruari - Maret 2019
diperlukan sikap moderasi, bentuk menjadi penggerak gerakan
moderasi ini bisa berbeda antara moderasi beragama ini. []
DAFTAR PUSTAKA
Pengembangan Kompetensi Penyuluh Agama pada Ditjen Bimas Islam
Kementerian Agama RI dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama.
Tangerang: Young Progressive Muslim.
Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural.
Rausyan Fikr, Vol.13 No. 2 Desember, 225-255.
Fahrudin. (2019). Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama.
Republika.
Kementrian Agama RI. (2015). Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama
Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Jakarta.
Mas’ud, A. (2018). Strategi Moderasi Antarumat Beragama. jakarta: Kompas.
55
3
Nugraha. (2008). Wawasan Multikultural. Bandung: BDK Bandung.
Rakhmat, C. (2008). Paradigma Konseling Berbasis Budaya: Metateori yang
membumikan Konseling dalam konteks Budaya. Pidato pengukuhan Guru
Besar pada FIP UPI. Bandung : UPI.
Schwartz, S. (2007). Dua wajah Islam: moderatisme vs fundamentalisme dalam
wacana globa. Jakarta: Belantika.
Shihab, A. (1999). Islam Inklusif. Bandung: Mizan.