Anda di halaman 1dari 3

MODERASI BERAGAMA : PLURALITAS BERAGAMA ( HINDU – KRISTEN)

PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki
keragaman, mencakup beraneka ragam etnis, bahasa, agama, budaya dan status
sosial. Keragaman dapat menjadi “kekuatan intergritas” yang mengikat
kemasyarakatan namun dapat menjadi penyebab terjadinya benturan antar budaya,
antar ras, etnik, agama dan antar nilai-nilai hidup. Keragaman budaya (multikultural)
merupakan peristiwa alami karena bertemu nya berbagai budaya, berinteraksinya
beragam Individu dan kelompok dengan membawa perilaku budaya, memiliki cara
hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti keragaman budaya, latar belakang
keluarga, agama, dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam komunitas masyarakat
Indonesia.
Dalam komunikasi horizontal antar masyarakat, Mulyana menyebut, benturan antar
suku masih berlangsung di berbagai wilayah, mulai dari sekedar stereotip dan
prasangka antar suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka dan pembantaian antar
suku yang memakan korban jiwa (Mulyana, 2008). Persaingan antar suku tidak
hanya di kalangan masyarakat tetapi juga dikalangan elit politik bahkan akademisi
untuk menempati jabatan di berbagai instansi.
Secara kebahasaan, kata “moderasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengandung dua makna, pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman.
Secara lebih luas, moderasi juga bermakna suatu kegiatan untuk melakukan
peninjauan agar tidak menyimpang dari aturan yang berlaku yang telah ditetapkan. 1
Menurut Muchlis,  kata moderat tidak sepenuhnya bisa mewakili kandungan makna
wasathiyyah. Terlebih bila hanya mengacu pada dua makna moderasi di atas. Bisa
dikatakan, dalam moderasi ada wasatiyyah, namun tidak semua yang dikandung
wasatiyyah ada dalam moderasi.2

PEMBAHASAN
Pengertian Pluralisme.
Pluralisme berasal dari kata plural dan isme, plural yang berarti banyak (jamak),
sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralism adalah suatu paham atau teori yang
menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi. Pluralisme merupakan
sebuah upaya untuk membangun tidak hanya kesadaran yang bersifat teologis
namun kesadaran sosial. Hal itu dikembangkan pada kesadaran bahwa manusia
hidup di tengah masyarakat yang bermacam-macam dari segi agama, budaya, etnis,

1
KBBI
2
Michael Dove, Peranan kebudayaan tradisional Indonesia dalam modernisasi,( Jakarta : Yayasan obor
Indonesia, 1985)
dan berbagai keragaman sosial lainnya, Pluralisme sendiri mengandung konsep
teologis dan konsep sosiologis.3
Demikian pluralisme terdapat banyak ragam latar belakang agama yang berbeda-
beda dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai eksistensi hidup
berdampingan, saling bekerja sama dan saling berinteraksi antara penganut satu
agama dengan penganut agama lainnya, setiap penganut agama dituntut bukan saja
mengakui keberadaan dan menghormati hak agama lain. Termasuk dalam konteks
pluralitas agama, setiap umat beragama berusaha untuk bisa memahami serta bisa
menyikapi perbedaan dan keragaman agama dengan mengacu pada nilai-nilai dasar
agama yang dianutnya4
2. Faktor-faktor Penyebab dalam Pluralisme
Pluralisme agama menarik untuk dikaji karena istilah ini
Termasuk terminologi filsafat yang mencangkup empat hal, yakni:
a. Monism, ialah pandangan yang menyatakan bahwa “yang ada” hanyalah
satu, yang serba spirit.
b. Dualisme berpendapat bahwa “yang ada” terdiri dari dua hakikat. Materi dan
roh.
c. Pluralisme beranggapan bahwa “yang ada” tidak hanya terdiri dari materi roh
atau ide, melainkan terdiri dari banyak unsur. D. Agnotisisme beranggapan
bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk mengetahui hakikat
materi maupun rohani termasuk juga yang mutlak dan transenden.

Selain itu juga ada dua faktor yang menjadi penyebab dalam pluralisme yaitu faktor
internal (ideologis) dan Faktor ekstenal. Antara dua faktor ini saling mempengaruhi
dan saling berkesinambungan.
Faktor internal merupakan faktor yang muncul disebabkan adanya
Tuntunan akan kebenaran yang mutlak (absolute truthclaims) dari agamanya sendiri,
baik dalam masalah akidah, sejarah maupun dalam masalah keyakinan atau doktrin.
Faktor ini sering juga dinamakan dengan faktor yang bersifat ideologis. Maksud dari
ideologi ialah umat manusia terbagi menjadi dua, pertama orang yang beriman
teguh kepada wahyu langit atau samawi, kedua orang yang tidak beriman kecuali
hanya kepada kemampuan akal saja (rasional).
Sedang faktor yang disebabkan dari luar ada dua pembagian 8/12 yakni faktor sosio
politis dan faktor ilmiah. Terdapat juga dua faktor eksternal yang kuat dan mempuyai
peran kunci dalam menciptakan keadaan yang kondusif dan lahan yang subur bagi
tumbuh berkembangnya teori pluralisme. Kedun faktor tersebut adalah faktor sosio-
politis dan faktor ilmiah:
a . Faktor sosio – politis
3
15Moh. Shofan, Pluralisime Menyelamatkan Agam-agama, (Yogyakarta: Samudra Bim, 2011)
4
Limas Dodi, “Persoalan Kehidupan Kontemporer Menggagas Kajian Sachedina Tentang Theologi Pluralisme”.
Jurnal Empirismu. Vol. 26, No.1 (Januari 2017),
b. Faktor keilmuan atau ilmiah

Anda mungkin juga menyukai