Anda di halaman 1dari 19

STUDI

MASYARAKAT
INDONESIA
Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

Oleh: Evy Nazilatun Nikmah


(19041344067)
Bab 1
Heterogenitas Masyarakat Indonesia
A. Masyarakat Indonesia

• Hendropuspito OC (1989: 75) mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan


yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk
mencapai kepentingan yang sama.
• Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa kebudayaan dan sebaliknya
kebudayaan hanya relevan karena masyarakat yang menciptakannya
(Kusumohamidjojo, 2000: 31).
B. Struktur Masyarakat Indonesia

• Kusumohamidjojo (2000: 45) melihat masyarakat Indonesia


dan kompleks kebudayaan masing-masing bersifat plural
(jamak) sekaligus juga heterogen (aneka ragam).

• Pluralitas sebagai kontraposisi dari singularitas menunjukkan


adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan, bukan
ketunggalan. Artinya, dalam masyarakat Indonesia dapat
dijumpai berbagai subkelompok masyarakat yang tidak bisa
disatukelompokkan dengan lainnya.
Dimensi Horizontal dan Vertikal
• Secara horizontal, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk
atau masyarakat plural karena masyarakatnya terbagi-bagi menurut
kebudayaan, kekerabatan, suku bangsa, etnik, ras, dan agama.
• Perbedaan suku bangsa, etnik, ras, budaya, dan agama sebagai dimensi
horizontal dari struktur masyarakat Indonesia merupakan fakta sosial yang tak
terbantahkan dan hingga kini menjadi persoalan klasik bagi upaya integrasi
nasional Indonesia
• Berbeda dengan dimensi horizontal, dimensi vertikal struktur masyarakat
Indonesia yang menjadi semakin penting artinya dari waktu ke waktu, dapat
dicermati dari semakin tumbuhnya polarisasi sosial berdasarkan kekuatan
politik dan kekayaan.
C. Kemajemukan Etnik di Indonesia

• Struktur masyarakat Indonesia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek
horizontal dan aspek vertikal.

• Aspek horizontal lebih bersifat alamiah (natural), orang-orangnya


menerima ketentuan terhadap identitas tanpa bisa memilih dan
kemajemukan horizontal tidak dapat diukur berdasarkan kualitas dari
unsur-unsur yang membuat keragaman.

• Mobilitas atas pertukaran identitas hampir tidak mungkin terjadi, apalagi


jika unsur penentunya adalah faktor keturunan.
Lanjutan…

• Aspek vertikal melihat kemajemukan sosial sebagai sesuatu yang


diciptakan manusia atau masyarakat.
• Kemajemukan vertikal tercipta karena adanya perbedaan
kekayaan, perbedaan pendidikan, bahkan mungkin perbedaan
akses terhadap informasi dan teknologi.
Pengertian Etnik Menurut Beberapa Tokoh
Barth dan Zastrow (dalam Burkey sebagaimana dikutip oleh
Sudikan, 2001: 335) Suryadinata, dkk. (2003: 10)

Memahami etnik sebagai himpunan Mendefinisikan etnik sebagai


manusia karena kesamaan ras, keturunan yang sama (common
agama, asal usul bangsa ataupun ancestry), entah kenyataan ataupun
kombinasi dari kategori tersebut hanya khayalan. Hal tersebut juga
yang terikat pada sistem nilai merujuk kepada identitas budaya
budayanya. yang meliputi bahasa, tradisi, dan
pola tingkah laku.
Loyalitas Etnik dan Loyalitas Nasional
● Pandangan Koentjaraningrat cenderung meyakini adanya keselarasan
antara loyalitas etnik dan loyalitas nasional.
● Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Tanpa ada usaha keras untuk
mewujudkan integrasi antara etnik atau suku bangsa tidak mungkin
loyalitas nasional terwujud.
● Sebagaimana diyakini oleh Hidayah (1997: xxv) bahwa pembentukan
negara dan bangsa Indonesia tidak menjadikan masing-masing suku
bangsa menjadi punah atau tenggelam, karena masing-masing masih tetap
mempertahankan identitas kesukubangsaan tertentu.
Bab 2
Pendidikan Multikultural
Latar Belakang

● Bangsa Indonesia hidup dalam sebuah masyarakat majemuk (plural


society), yaitu sebuah masyarakat negara yang terwujud dari
dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem
nasional menjadi sebuah bangsa dalam wadah negara kesatuan.
● Kegagalan dalam mengelola potensi kemajemukan dan pluralitas
menyebabkan berbagai ketegangan, permusuhan, dan konflik yang tidak
berujung pangkal, bahkan bukan tidak mungkin terjadi segregasi dan
disintegrasi.
A. Dari Masyarakat Majemuk Menuju
Masyarakat Multikultural
● Multikulturalisme adalah ideologi yang menghargai perbedaan dan kesederajadan
(Bennett, 1995; Jary and Kary, 1991; Nieto, 1992; Watson, 2000).
● Dalam perbedaan ada kesederajadan. Kesederajadan terutama ditekankan pada
perbedaan-perbedaan askriptif, seperti perbedaan suku bangsa dan kebudayaannya,
ciri-ciri fisik atau ras, keyakinan keagamaan, gender, dan umur.
● Tom Burgess dan Ann Carroll Burgess (2005: 31) mengibaratkan masyarakat
multikultural itu seperti “cultural mosaic”, atau sebuah “salad bowl”, bukan sebuah
“melting pot”. Dalam masyarakat multikultural, masing-masing unsur kebudayaan
tetap memelihara warna budayanya masing-masing.
B. Budaya Multikultural

01 02
Bila kebudayaan itu tidak sederajat Multikulturalisme
dan hubungan antarbudaya dalam menyajikan solusi dengan
masyarakat setempat itu yang cara memberikan
dominan adalah hubungan stereotip pengetahuan dan
dan penuh prasangka, potensi pemahaman antarbudaya
konflik sosial dalam masyarakat sesuai perspektif
juga besar. Ini adalah salah satu ciri kebudayaan dan keyakinan
utama dari masyarakat majemuk, keagamaan masing-masing
termasuk Indonesia. yang ada dalam masyarakat
yang bersangkutan.
Lanjutan…

• Pemahaman antarbudaya atau saling memahami kebudayaan masing-masing


dari dua orang atau dua kelompok yang ada dalam sebuah masyarakat
setempat, tidak mungkin akan dapat tercapai bila tidak ada kesederajatan di
antara yang saling memahami.

• Oleh karena itu, di dalam multikulturalisme ditekankan adanya prinsip


kesederajatan. Kesederajatan dalam kebudayaan, kesederajatan dalam akses
terhadap sumberdaya politik, ekonomi, sosial, dan terhadap perlakuan hukum.
Pendidikan Multikultural
1. Dalam masyarakat multikultural dibutuhkan adanya pendidikan
multikultural karena dalam masyarakat multikultur mudah terjadi gesekan
dan konflik.
2. Melalui pendidikan multikultural, guru diharapkan memiliki kepekaan atau
sensitivitas terhadap nilai-nilai demokrasi dan hak-hak siswa dalam
kebudayaan yang beranekaragam.
3. Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan kultural
yang ada para siswa, seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas
sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan
mudah (Yaqin, 2005).
Lanjutan…
1. Pendidikan multikultural memiliki lima dimensi utama: (1) integrasi
content, (2) proses konstruksi pengetahuan, (3) dihilangkannya prasangka,
(4) pedagogi yang setara, dan (5) struktur sosial dan budaya sekolah yang
memberdayakan (Banks 1995).
2. Pendidikan multikulturalisme dapat dilakukan dengan memasukkannya ke
dalam kurikulum sekolah dan dapat juga dijadikan mata ajar ekstrakurikuler
atau di luar kurikulum, tergantung pada kebijakan sekolah yang
bersangkutan.
Kesetaraan dalam Perbedaan

• Kesetaraan manusia menjadi sangat penting dalam bahasan multikulturalisme


karena memang masyarakat isinya adalah laki-laki dan perempuan yang keduanya
tidak bisa dipisahkan, tetapi saling mendukung dan saling mengisi.

• Pandangan harus didasarkan pada kesejajaran manusia, bukan keseragaman, dan


harus dikembangkan kemampuan untuk saling menyapa di antara keseragaman dan
keberbedaan, serta dapat membangun keberbedaan dalam konsep kesetaraan.
Lanjutan...

Pemahaman kesetaraan bukanlah “sama persis”, tetapi “kembar identik” yang


serupa, tetapi tidak sama.

Pemahaman kesetaraan yang matang tentang manusia dan budayanya inilah yang
diperlukan untuk membangun tumbuhnya nilai-nilai multikulturalisme.
THANKS 

Anda mungkin juga menyukai