Abstract
Intercultural communication has a role in solving conflicts in Indonesia which has various cultures.
Intercultural communication can enhance national integration through mutual understanding and
tolerance among each culture and cultural diversity in society. Indonesian society where national identity
as part of nation of Indonesia in the intercultural communication together can create the fabric of
brotherhood in order to realize the diversity within the unity of Indonesia's National Integration.
Saat ini bangsa Indonesia banyak kepercayaan: isu berkaitan dengan aliran
menghadapi konflik yang intensitasnya Achmadiyah, isu aliran sesat; konflik isu
separatis: konflik sosial di Nanggroe Sekolah (BOS) dan Gas LPG. Belum lagi
Poso dan Maluku; konflik sosial oleh aparat birokrasi tetapi juga oleh
lebih dapat dipahami sebagai perbedaan tetapi makna objek atau peristiwa tersebut
prinsip penting dalam pendapat ini adalah seorang Amerika akan setuju secara
perbedaan- perbedaan persepsi ini. Untuk mereka tidak akan setuju tentang apa
Apa makna pesan verbal dan yang dapat menimbulkan segala macam
nonverbal menurut budaya- kesulitan. Namun melalui studi dan
budaya yang bersangkutan,
pemahaman atas komunikasi lintas
Apa yang layak dikomunikasikan, budaya, kita dapat mengurangi atau
Bagaimana cara hampir menghilangkan kesulitan-
mengkomunikasikannya (verbal kesulitan ini.
dan nonverbal)
Kehidupan majemuk bangsa
Kapan mengkomunikasikannya,
dan sebagainya. Indonesia yang kompleks ditandai dengan
kenyataan latar belakang sosial budaya
Komunikasi lintas budaya (cross
etnis yang berbeda-beda. Dengan
cultural communication) secara
kenyataan tersebut tidaklah mudah bagi
tradisional membandingkan fenomena
bangsa Indonesia untuk mewujudkan
komunikasi dalam budaya-budaya
suatu integrasi dan menghindari konflik
berbeda. Misalnya bagaimana gaya
atau bahkan perpecahan (DeVito, 1997).
komunikasi pria atau gaya komunikasi
Komunikasi antar budaya menjadi
wanita dalam budaya Amerika dan
semakin penting karena meningkatnya
budaya Indonesia. Menurut Trenholm dan
mobilitas orang di seluruh dunia, saling
Jensen: ”Kapanpun kita berinteraksi
ketergantungan ekonomi diantara banyak
dengan orang lain yang telah dibekali
seperangkat pemahaman yang berbeda
pemnting dalam komunikasi antar
negara, kemajuan teknologi komunikasi, budaya: Identitas sosial dapat berdasarkan
perubahan pola imigrasi dan politik keanggotaan kita dalam kategori
membutuhkan pemahaman atas kultur demografis (misalnya: kewarganegaraan,
yang berbeda-beda (DeVito, 1997). etnis, gender, umur, kelas sosial), peranan
Komunikasi antara budaya sendiri lebih kita (misalnya: pelajar, dosen, orang tua),
menekankan aspek utama yakni keanggotaan kita dalam organisasi formal
komunikasi antar pribadi diantara dan informal (misalnya partai politik,
Komunikator dan Komunikan yang klub sosial), perkumpulan atau pekerjaan
kebudayaannya berbeda (Mulyana, 1996). kita (misalnya ilmuwan, pekerja seni,
Potensi konflik yang besar pada tukang kebun) atau keanggotaan kita
masyarakat Indonesia disebabkan oleh dalam kelompok cacat (misalnya
terpecah- pecahnya masyarakat kedalam gelandangan, pengidap AIDS) (Samovar,
kelompok-kelompok berdasarkan Porter, McDaniel, 2010).
identitas cultural mereka. Identititas Sementara menurut Ting-Toomey
cultural berasal dari identitas sosial yang (1999:30) identitas cultural sebagai
ada dalam diri masing-masing individu. perasaan (emotional significance) dari
Setiap orang memiliki tiga level identitas individu-individu yang ikut memiliki
yang tergantung dari konteksnya, (sense of belonging) atau bergabung
mungkin atau tidak mungkin menonjol dalam kelompok budaya tertentu. Pada
dalam hubungan kita dengan yang masyarakat Indonesia banyak terdapat
lainnya. Tiga level tersebut adalah pemukiman-pemukiman warga
pribadi, hubungan dan komunal. Identitas berdasarkan kelompok budaya masing-
pribadi merupakan hal-hal yang membuat masing. Misalnya: Kampung Jawa,
anda unik dan berbda dari orang lain. Kampung Arab, Kampung Bali, Pecinan
Identitas hubungan merupakan hasil dari dan lain-lain. Hal ini ada sisi positif dan
hubungan anda dengan orang lain seperti negatifnya. Di satu sisi, permukiman
suami/istri, guru/murid atau yang terpusat pada satu budaya ini akan
eksekutif/manajer. Identitas komunal menciptakan rasa aman sekaligus nyaman
biasanya dihubungkan dengan komunitas bagi para penghuninya. Namun di sisi
berskala besar seperti kewarganegaraan, lain akan menimbulkan konflik ketika
etnis, gender atau agama dan aliran dihadapkan dengan karakteristik
politik (Samovar, Porter, McDaniel, masyarakat Indonesia yang pluralis. Pada
2010:186). masyarakat yang seperti ini akan terjadi
Identitas komunal menurut Hall adanya ketidaktulusan dari kedua belah
sama dengan identitas sosial menurut pihak. Komunikasi yang terjadi dalam
Taylor dan Gudykunst yang dianggap interaksi tersebut hanya sekedar untuk
berbasa basi. Komunikasi tidak
menyampaikan pesan yang sebenarnya.
Serikat menganggap bahwa menunjukan
Sebagaimana budaya dan etnis perbedaan diantara dua orang sebagai hal
mempengaruhi identitas diri, cara dimana yang penting; sementara budaya lain
individu memproyeksikan identitas yakin bahwa konflik harus ditangani
dirinya juga bervariasi dalam budaya secara diam-diam.
yang berbeda. Rasa akan diri seseorang
Pada konteks komunikasi antar
merupakan hal yang sadar maupun tidak
budaya, ketidaktulusan dalam menjalin
sadar. Maksudnya, dalam banyak budaya
interaksi disebut dalam konsep
yang berbeda, orang-orang membawa
mindlessness, yaitu orang yang sangat
citra yang mereka presentasikan kepada
percaya pada kerangka referensi yang
orang lain secara kebiasaan atau strategis.
sudah dikenal, kategori-kategori yang
Ting Toomey percaya bahwa bagaimana
bersifat rutin dan cara-cara melakukan
kita mempersepsikan rasa akan diri kita
sesuatu yang lazim (Ting- Toomey,
dan bagaimana kita ingin orang lain untuk
1999:46). Ketika seseorang melakukan
mempersepsikan kita merupakan hal yang
kontak budaya dengan orang asing, maka
sangat penting dalam pengalaman
individu yang berada dalam keadaan
komunikasi kita (West and Turner, 2008).
mindlessness menjalankan
Asumsi dari teori Face komunikasinya seperti kegiatan rutinitas
negotiation dari Ting Toomey ini salah yang tidak dilandasi dengan kesadaran
satunya adalah mengenai konflik yang berfikir. Individu seperti ini lebih bersifat
bekerja sama dengan budaya dan face. resktif daripada proaktif.
Konflik dapat merusak muka sosial
Perilaku komunikasi yang
seseorang dan dapat mengurangi
mindlessness disebabkan oleh
kedekatan hubungan antara dua orang.
ketidakpastian (uncertainty) dan
Konflik adalah “forum” bagi kehilangan
kecemasan (anxiety) yang dialami
muka dan penghinaan terhadap muka.
seseorang. Menurut Griffin, (2000:396-
Konflik mengancam muka kedua pihak
397); Gudykunst & Kim, (1997:14)
dan ketika terdapat negosiasi yang tidak
ketidakpastian dipahami sebagai
bersesuaian dalam bagaimana
ketidakmampuan seseorang untuk
menyelesaikan konflik tersebut (seperti
memprediksikan atau menjelaskan
menghina orang lain, memaksa kehendak
perilaku, perasaan, sikap atau nilai-nilai
dan seterusnya), konflik dapat
yang diyakini orang lain. Sedangkan
memperparah situasi. Cara manusia
kecemasan merupakan perasaan gelisah,
disosialisasikan ke dalam budaya mereka
tegang, khawatir, atau cemas tentang
mempengaruhi bagaimana mereka akan
seseuatu yang akan terjadi.
mengelola konflik. Maksudnya, dalam
Ketidakpastian merupakan pikiran
beberapa budaya, seperti Amerika
(thought) dan kecemasan merupakan
perasaan (feeling). Ketidakpastian dan
kecemasan merupakan faktor-faktor
penyebab dari kegagalan komunikasi
dalam situasi antar kultural.
Ketidakpastian dan kecemasan yang
relatif tinggi dari masing-masing
individu ketika berusaha melakukan
komunikasi antar budaya
yang berbeda.
pada saatnya akan menyebabkan 2) Manajemen konflik dimediasi oleh
munculnya tindakan atau perilaku yang muka dan budaya. 3) Tindakan-tindakan
tidak fungsional atau memicu terjadinya tertentu mengancam citra diri seseorang
konflik. yang ditampilkan.
Konflik pada dasarnya merupakan Budaya menurut Ting Tomey
situasi yang melibatkan paling tidak dua (2008) dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pihak, karena itu konsep pertama yang individualistik dan kolektivitas. Budaya
harus dibahas adalah pihak-pihak yang individualistik adalah budaya
terlibat dalam konflik. Setiap pihak kemandirian dan budaya kolektivitas
(partai) pada dasarnya harus dilihat adalah budaya saling ketergantungan.
sebagai satuan perilaku (behavior unit), Kedua budaya ini memainkan peranan
yaitu suatu jumlah atau organisasi yang penting dalam cara bagaimana facework
walaupun di dalamnya ada kedudukan dan konflik dikelola.
yang berbeda-beda, tetap bisa
Seluruh proses komunikasi pada
didentifikasi jati diri dan batas-batas
akhirnya menggantungkan keberhasilan
umumnya. Satuan perilaku bisa berbentuk
pada tingkat ketercapaian tujuan
pribadi, keluarga, spesies binatang atau
komunikasi, yakni sejauh mana para
kelas ekonomi (Boulding dalam Habib,
partisipan memberikan makna yang sama
2007).
atas pesan yang dipertukarkan. Itulah
Sedangkan pertikaian dapat yang dikatakan sebagai komunikasi antar
diartikan sebagai suatu situasi persaingan budaya yang efektif, sering disebut pula
dimana kelompok bertikai sadar ada dengan efektivitas komunikasi antar
ketidakcocokan kedudukan potensial di budaya. Berikut ini ditunjukkan beberapa
masa depan dimana masing-masing konsep yang berkaitan dengan efektivitas
kelompok bertikai berharap memperoleh komunikasi (antar budaya). Charley H.
kedudukan yang tidak cocok dengan Dodd (1991:272) menjelaskan beberapa
harapan kelompok lain. Jadi, pengertian aspek yang patut dikaitkan dengan
konflik ini menyertakan dua kata pokok, efektivitas komunikasi antar budaya,
yaitu kesadaran dan harapan. yaitu: Variabel kognitif dan personal
Menurut Ting Tomey (2008) yang dipakai untuk menerangkan
konflik antar budaya dapat diatasi komunikasi antar budaya yang efektif
dengan Face Negotiation. Asumsi dari terinci atas: (1) variabel yang berorientasi
teori ini: 10 identitas diri penting dalam pada perilaku kerja antar budaya, (2)
interaksi interpersonal dan individu- perilaku yang berorientasi pada diri
individu menegosiasikan identitas sendiri,(3) etnosentrisme, (4) toleransi
mereka secara berbeda dalam budaya terhadap situasi yang ambigu, (5) empati,
(6) keterbukaan, (7) kompleksitias
kognitif, (8) menyenangkan hubungan
antar pribadi, (9) control personal, (10)
kemampuan inovatif, (11) harga diri, dan
(12) daya serap informasi.
berbeda.
Pengaruh budaya atas individu
Penyandian dan penyandian balik
dan masalah-masalah penyandian dan
pesan lintas budaya dilukiskan oleh
penyandian balik pesan dapat
panah-panah yang menghubungkan
digambarkan dalam model menurut
budaya-budaya itu. Panah-panah ini
Porter dan Samovar (2010) di bawah ini:
menunjukan pengiriman pesan dari
contoh mengenai orang Amerika dan toleransi dan apresiasi antar budaya.