Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari
bangsa yang majemuk. Ciri yang menandai sifat kemajemukan ini adalah adanya
keberagaman budaya yang terlihat dari perbedaan bahasa, suku bangsa, budaya, ras,
dan agama serta kebiasaan kultural lainnya M. Amin Abdullah menjelaskan bahwa
bangsa indonesia memliki sebuah keberagaman, baik dilihat dari suku, ras, agama
maaupun budaya. Sebenarnya, kalau kita memperhatikan, mengamati dan
mempelajarinya dengan seksama bahwa indonesia nnegara kepulauan .
Luas wilayah kelautan di Negara kesatuan indonesia melebihi dari daratan, hal ini
yang mendorong pusat perencanaan pembangunan hukum nasional badan pembinaan
hukum nasional-kementrian hukum dan hak Asasi manusia un tuk menyelenggarakan
kegiatan focus group discussion (FGD) tim analisis dan evaluasi hukum tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Indonesia juga merupakan saah
satu negara multikultural terbesar di dunia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Prinsip utama dalam masyarakat majemuk
2. Sikap yang harus dihindari dalam masyarakat majemuk
C. TUJUAN
PAK dalam masyarakat majemuk harus mampu menyumbangkan pembinaan agar
pluralits tersebut tetap sebagai potensi yang memungkinkan masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASYARAKAT MAJEMUK
Banyak sekali kita menemukan soal pengertian atau defenisi masyarakat majemuk.
Hal itu biasanya dijelaskan berdasarkan sudut pandang keilmuan seseorang dan dia
menjelaskan hali itu disertai dalam rangka tujuan apa pula ia menjelaskannya. Disini,
saya akan menjelaskan berdasarkan hasil bacaan terhadap tulisan-tulisan yang termuat
di internet, semisal blog, salah satu contoh seta basri disana ia menjelaskan pengertian
masyarakat majemuk termmasuk bangsa indonesia. Masyarakat majemuk merupakan
topik yang menarik untuk disampaikan kepada semua kalangan termasuk mahasiswa
sebagai generasi penerus dalam membngun bangsa indonesia. Bhineka Tunggal Ika,
demikian slogan yang di cengkeram oleh garuda, burung lambang negara kesatuan
Republik indonesia. Ironisnya, atas dasar tersebut, asumsi yang kini terus multikutur.
Asumsi ini harus mulai di pertanyakan karena pola masyarakat majemuk sarat bias
kolonial Belanda.
Sejumlah ahli kemasyarkatan indonesia, semisal parsudi suparlan, berupaya
mendekonstruksi asumsi majemuk masyarakat indonesia menjadi multikultural.
Asumsi majemuk dianggap tidak sehat dalam menciptakan harmoni dan ditengari
berbagai kerusuhan berbias etnis maupun agama. Pada kesempatan ini perlu
dinyatakan kaum intelektual indonesia pun dianggap bertanggung jawab karena turut
mempertahankan konsepsi masyarakat majemuk indonesia kedalam wacana publik.
Menurut John Sydenham Furnivall termasuk orang yang pertama kali menyebut
indonesia masuk kedalam kategori masyarakat majemuk (plural society). Masyarakat
majemuk adalah suatu masyarakat dimana sistem nilai yang di anut berbagai kesatuan
sosial yang menjadi bagian-bagiannya membuat mereka kurang memeliki loyalitas
terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan
atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memehami satu sama lain.
Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok,
yang tinggalbersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya
masing-masing. Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari dua variabel yaitu
kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan
oleh indikator-indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai,
kebiasaan), bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah. Kemajemukan sosial ditentukan
indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power.
Dalam pengamatannya atas Burma yang ia samakan dengan Jawa, Furnivall
menyatakan masyarakat majemuk terpisah menurut garis budaya yang spesifik, di
mana kelompok-kelompok di dalam unit politik menganut budaya yang berbeda.
Kelompok yang satu berbaur dengan kelompok lainnya tetapi masing-masing tidak
saling mengkombinasikan budayanya. Kelompok-kelompok masyarakat berbeda
tersebut saling bertemu dalam kegiatan sehari-hari (semisal di pasar), tetapi
masingmasing mempraktekkan budayanya masing-masing. Di pasar-pasar tradisional,
para pedagang berasal dari etnis berbeda, sehingga kerap memperdengarkan
percakapan dalam aneka bahasa: Jawa, Batak, Padang, Madura, Sunda, dan lain-lain.
Pedagang pun terkotak berdasarkan komoditas yang didagangkan misalnya pedagang
Minang di bagian pakaian, pedagang Batak di kelontong/grosir, pedagang Jawa di
sayur-mayur dan bahan mentah, pedagang Madura di lapak ikan, pedagang Banten di
los daging, dan seterusnya.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, Parsudi Suparlan mengakui bahwa Indonesia
adalah sebuah masyarakat majemuk. Yang mencolok dari ciri kemajemukan
masyarakat Indonesia adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang
terwujud dalam bentuk komunitikomuniti suku bangsa, dan digunakannya
kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jati diri.
Sedangkan masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas 2
atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah pisah
serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda.
Peranan dan partisipasi Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam kehidupan
masyarakat majemuk adalah peranan edukatif, sosial dan spiritual. Pada prinsipnya
PAK adalah wadah pembelajaran yang efektif dalam menanamkan nilainilai Kristiani
bagi setiap warga gereja untuk menjadi dasar bagi kehadirannya dalam masyarakat.
PAK mengajarkan takut akan Tuhan, menghormati sesama dan saling menolong tanpa
mempertimbangkan atau melihat latar belakang seseorang. Dalam PAK seseorang
diajarkan untuk memiliki pemahaman yang jelas akan konsekuensi hidup yang terkait
dengan ketaatannya selaku gereja Tuhan yang diutus ke dalam dunia.tara yang satu
sama lainnya.
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi dasar berpikir dan bertindak. Sedangkan
PAK singkatan dari pendidikan agama kristen. Unsur yang ada dalam pendidikan
adalah orang dewasa dan yang belum dewasa (Guru/Pendidik dan Murid/Peserta
didik/anak yang belum dewasa).ini berarti pendidikan agama kristen adalah upaya
orang dewasa (mengajar dan memberi teladan hidup/panutan/perbuatan baik) kepada
orang yang belum dewasa atau peserta didik, dalam nilai-nilai pendidikan agama
kristen yang bersumber dari alkitab jadi prinsip-prinsip PAK dalam masyarakat
majemuk adalah bagaimana orang dewasa (Guru/Dosen/Pendidik/Orang Tua)
memberi pendidikan (pengajaran atau pengajar, menasehati, memberi teladan) kepada
yang belum dewasa dengan nilai-nilai pendidikan kristen dalam konteks masyarakat
majemuk.

B. CIRI-CIRI MASYARAKAT MAJEMUK


Bagi seorang ahli Indonesia lain, Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendirisendiri, dalam mana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan
yang bersifat primordial. Hal yang menarik kemudian dinyatakan Pierre L. van den
Berghe seputar ciri dasar dari masyarakat majemuk adalah:
a. Terjadi segmentasi ke dalam kelompok sub budaya yang saling berbeda.
b. Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga non komplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota terhadap nilai yang bersifat
dasar. d. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung
secara ekonomi.
e. Adanya dominasi politik suatu kelompok atas kelompok lain.
Penjelasan di atas memberikan pelajaran penting bagi kita, setidaknya bisa
menyadarkan kita bahwa memang sedari awalnya masyarakat Indonesia itu tidak
seragam. Hendaknya itu bukanlah tinggal hanya topik yang menarik untuk dibahas,
tetapi sebagai tindakan nyata dalam membangun bangsa. Apapun perbedaannya, yang
tidak boleh dihindari adalah kita hidup bersama di dalam masyarakat yang terdiri atas
kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah
menurut garis budaya masing-masing tanpa menjelekjelekkan yang lain sembari
membangga-banggakan diri dan kelompoknya semata-mata. Seharusnya, semakin
berbedanya ras, etnis, suku, budaya, kultur, nilai, kebiasaan, bahasa, agama, kasta,
ataupun wilayah, merupakan identitas nasional untuk memperkokoh atau
menonjolkan keunikan sendiri.
C. JENIS-JENIS MASYARAKAT MAJEMUK
Menurut konfigurasi dari komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dapat
dibedakan menjadi tiga kategori sebagi berikut:
1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, yaitu masyarakat majemuk yang
terdiriatas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang memiliki kekuatan
kompetitif seimbang.
2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, yaitu masyarakatmajemuk yang
terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang kekuatan kompetitip tidak
seimbang.
3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, yaitu masyarakat yang antara
komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai
kekuatan kompetitip di atas yang lain, sehingga mendominasi politik dan ekonomi.
4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi. Adalah masyarakat yang terdiri dari
sejumlah kelompok etnik, namun semuanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak
ada satu kelompok pun yang memiliki posisi politik atau ekonomi yang dominant
terhadap yang lainnya.
Sikap yang harus dilakukan dalam masyarakat kultural dapat diartikan sebagai
berikut.
a. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam
masyarakat.
b. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang
mayoritas maupun minoritas.
c. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik
secara individu ataupun kelompok serta budaya.
d. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati
dalamperbedaan.
e. Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam
perbedaan.

D. SIKAP YANG HARUS DIHINDARI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK


Sikap yang Harus Dihindari Untuk membangun masyarakat multikultural yang
rukun dan bersatu, ada beberapa nilai yang harus dihindari, yaitu:

1.Primordialisme
Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Menganggap suku
bangsanya sendiri yang paling unggul, maju, dan baik. Sikap ini tidak baik untuk
dikembangkan di masyarakat yang multicultural seperti Indonesia. Apabila sikap ini
ada dalam diri warga suatu bangsa, maka kecil kemungkinan mereka untuk bisa
menerima keberadaan suku bangsa yang lain.
2.Etnosentrisme
Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang
meremehkan masyarakatdalamkebudayaan yang lain. Indonesia bisa maju dengan
bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial. Apabila
sikap dan pandangan ini dibiarkan maka akan memunculkan provinsialisme yaitu
paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan eksklusivisme yaitu paham yang
mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.
3.Diskriminatif
Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga
negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-
lain. Sikap ini sangat berbahaya untuk dikembangkan karena bisa memicu munculnya
antipati terhadap sesama warga negara.
4.Stereotip
Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang
subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki keragaman suku bangsa dan
masing-masing suku bangsa memiliki cirri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu
kita besar-besarkan hingga membentuk sebuah kebencian

Anda mungkin juga menyukai