Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nailah Najihah

Id Pendaftaran: 0050714189

Prodi: Bahasa & Sastra Arab

Kelompok: 5 (Madrim)

Membudayakan Toleransi beragama Dalam

Kehidupan Umat Muslim

Indonesia merupakan Negara dengan keragaman Agama, Budaya, Suku, Adat Istiadat, dan Bahasa.
Namun masalah pertentangan yang banyak ditemui adalah mengenai keragaman agama. Fakta dan
informasi tentang keragaman agama di Indonesia menunjukkan bahwa keragaman agama ini
merupakan mozaik yang memperkaya kedamaian khazanah kehidupan beragama di Indonesia,
namun di sisi lain keragaman agama juga mengandung potensi ancaman terhadap keutuhan NKRI.
Disini diperlukan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam mewujudkan kedamaian.

Agama di Indonesia sangat bermacam-macam, bukan hanya Islam ada juga Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Akan Tetapi mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam. Dalam
kaitannya Keragaman di dalam masyarakat, Al-Qur’an menandai Umat Islam sebagai umat yang
Wasathan (Moderat). Penamaan agama yang dibawah Nabi Muhammad SAW dengan Islam
sebenarnya sudah cukup menjadi bukti bahwa kedatangan Islam akan membawa rahmat dan
kedamaian bagi alam semesta, sedangkan kedamaian tidak dapat terwujud tanpa adanya suasana
toleransi ditengah realita.

Kemajemukan Toleransi merupakan sikap terbuka dalam menyelesaikan perbedaan pendapat,


dimana terdapat sikap saling menghargai dan menghormati adanya perbedaan kedua belah pihak.
Dalam kehidupan yang toleran, keseimbangan hidup menjadi suatu prioritas utama.
Keanekaragaman tidak dilihat sebagai ancaman, tetapi justru menjadi peluang untuk saling
bersinergi secara positif.

Tugas untuk menyadarkan masyarakat tentang multikultural ini tidaklah mudah, bahkan
membangun kesadaran kalangan masyarakat bahwa kebhinekaan adalah sebuah keniscayaan
sejarah. Menanamkan sikap yang adil dalam menyikapi kebinekaan adalah perkara yang lebih sulit,
karena, penyikapan terhadap kebhinekaan kerap berimpitan dengan berbagai kepentingan sosial,
ekonomi, dan politik.

Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif yang hanya
mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan antar
kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya
sikap keberagamaan yang ekslusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih
dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik.

Konflik kemasyarakatan dan pemicu disharmoni masyarakat yang pernah terjadi dimasa lalu berasal
dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan ekstrim kanan (Islamisme). Namun sekarang ini
ancaman disharmoni dan ancaman negara kadang berasal dari globalisasi dan Islamisme, yang oleh
Yudi (2014 : 251) disebutnya sebagai dua fundamentalisme : pasar dan agama.

Dalam kontek fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan
cara beragama yang moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang terbuka,
yang disebut sikap moderasi beragama. Moderasi itu artinya moderat, lawan dari ekstrem, atau
berlebihan dalam menyikapi perbedaan dan keragaman.

Kata moderat dalam bahasa Arab dikenal dengan al-wasathiyah sebagaimana terekam dari QS.al-
Baqarah [2] : 143.

‫ۗ َو َك َٰذ ِلَك َجَع ْلَٰن ُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًطا ِّلَتُك وُنو۟ا ُش َهَدٓاَء َع َلى ٱلَّناِس َو َيُك وَن ٱلَّرُسوُل َع َلْيُك ْم َش ِهيًدا‬

“ Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.” Kata al-Wasathiyah tersebut memiliki makana terbaik dan paling sempurna.
Dalam hadis yang juga disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang berada di tengah-
tengah.

Dalam melihat dan menyelesaikan satu persoalan, Islam moderat mencoba melakukan pendekatan
kompromi dan berada di tengah-tengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan, baik perbedaan agama
ataupun mazhab, Islam moderat mengedepankan sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap
meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama dan mazhab, sehingga semua dapat
menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis. (Darlis,
2017)

Dengan demikian moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman
agama di Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak saling
menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling mempertentangkan
namun mencari penyelesaian dengan cara mentoleransi.

Kesimpulan

Seperti yang kita lihat bahwa keragaman agama menjadi masalah yang banyak ditemui, jadi
diperlukan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam mewujudkan kedamaian. Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW. menjadi bukti bahwa kedatangan islam akan membawa rahmat dan
kedamaian bagi alam semesta, sedangkan kedamaian tidak akan terwujud tanpa adanya suasana
toleransi ditengah realita. Karena toleransi merupakan sikap terbuka dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat. Dan dalam kehidupan yang toleran, keseimbangan hidup menjadi suatu
prioritas utama.

Keanekaragaman tidak dilihat sebagai ancaman, akan tetapi menjadi peluang untuk saling
bersinergi secara positif. Tugas untuk menyadarkan masyarakat tentang multicultural ini tidaklah
mudah, bahkan membangun kesadaran kalangan masyarakat bahwa kebinekaan adalah sebuah
keniscayaan sejarah. Untuk menghindari rasa canggung perlu ditumbuhkan cara beragama yang
moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang terbuka, yang disebut sikap
moderasi beragama. Moderasi itu artinya moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam
menyikapi perbedaan dan keragaman. Moderat memilik arti yang sama dengan Wasathan
(pertengahan). Bahkan dalam hadis yang juga disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang
berada di tengah-tengah. Dan cara mentoleransinya adalah dengan tidak saling mempertentangkan
namun mencari penyelesaian.

Anda mungkin juga menyukai