a. Menurut bahasa dialog berasal dari bahasa Yunani yaitu dia dan logos yang mempunyai arti bicara antara dua pihak atau dwicara. Dialog merupakan percakapan antara dua orang atau lebih guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. Jadi dialog antar umat beragama adalah sebuah musyawarah yg di lakukan atau di adakan untuk membicarakan sebuah maslah atau topic (umum), yg di ikuti oleh satu penganut ajaran agtama atau lebih ( agama lain ) Sehingga dialog mempunyai tujuan untuk menciptakan kerukunan, pembinaan toleransi dan kesejahteraan bersama, membudayakan keterbukaan, mengembangkan rasa saling menghormati, saling mengerti, membina integrasi, berkonsistensi diantara berbagai perbedaan ( menciptakan kedamaian umat beragama).
2. Syarat-syarat Dialog Agama
a. Pertama, dialog haruslah berdasarkan pengalaman religius seseorang dan klaim yang kokoh tentang kebenaran. b. Kedua, dialog harus didasarkan pada keyakinan bahwa religi lain sangat mungkin memiliki kebenaran pula. c. Ketiga, dialog harus didasari keterbukaan pada kemungkinan perubahan yang tulus. 3. Prinsip-prinsip Dialog Agama Dalam dialog agama terdapat prinsip-prinsip yang harus diketahui, yaitu: a. Memperlajari perubahan dan perkembangan persepsi, serta pengertian tentang relitas. b. Dialog antar umat beragama merupakan suatu proyek dua pihak internal pemeluk agama dan antar masyarakat penganut agama yang berbeda. c. Peserta dialog harus datang dan mengikuti dialog dengan kejujuran dan ketulusan yang sungguh-sungguh. d. Peserta dialog harus mendefinisikan dirinya sendiri atau partner dialognya e. Setiap peserta dialog tidak diperbolehkan melakukan perbandingan antara yang ideal dengan yang parkis. Namun, yang dibandingkan adalah antara ideal yang ideal dan antara yang praktis dengan yang parktis dari partner dialog f. Dialog harus dilakukan dengan saling percaya. g. Peserta dialog bersifat kritis, baik pada agama yang dianut oleh partner dialognya maupun pada agama yang ia anut sendiri. h. Setiap peserta dialog harus mencoba mengalami agama mitra dialognya i. Peserta dialog harus mengikuti dialog tanpa asumsi-asumsi yang kukuh dan tergesa-gesa mengenai perkara yang tidak disetujui.
4. Norma-norma Dialog Agama
Terdapat norma-norma yang dapat dijadikan pijakan dalam dialog agama yang bersifat keagamaan, yaitu: a. Harus bebas dari apologi khusus ( upaya merubah keyakinan) b. Bukan sekedar ambisi pemuka agama. c. Bukan sekedar sinopsium teologis. d. Dimensi historis penting, tetapi tidak mencukupi. e. Perjumpaan agama dalam iman, harapan dan kasih. 5. Pentingnya Dialog Agama Untuk komunikasi dan dialog agama agar dapat menegakkan keadilan, tolong menolong, menciptakan perdamaian, kebebasan beragama tanpa paksaan.
6. Bentuk-bentuk Dialog Agama
a. Dialog Diskusi Teologis Dialog diskusi teologis dapat berbentuk pertemuan-pertemuan baik regular maupun tidak regular yang bertujuan untuk menjelaskan ajaran agama atau keyakinan yang dianut oleh masing-masing pihak guna dipahami dan dimengerti, namun bukan untuk diperdebatkan atau untuk memengaruhi peserta dialog yang agama atau keyakinannya berbeda b. Dialog untuk Doa Bersama Model dialog ini sering dilakukan dalam pertemuan nasional dan internasional yang dihadiri oleh berbagai tokoh agama yang beragam dan para pengikutnya. Hal ini, bukan berarti doa bersama dengan doa yang sama. Namun, melakukan doa bersama dengan cara sendiri- sendiri sesuai dengan keyakinannya untuk tujuan yang sama. c. Dialog Kerjasama Dialog kerjasama merupakan dialog yang dilakukan oleh individu yang berbeda keyakinan untuk melakukan kerjasama guna membantu orang lain tanpa melampaui batas sosio kultural yang ada. d. Dialog Antarmonastik Dialog antarmonastik merupakan dialog dengan teknik tukarmenukar pegalaman hidup orang yang dianggap suci oleh agamanya dengan cara menetap pada tempat tinggalnya dengan waktu yang telah ditentukan. e. Dialog Kehidupan Dialog kehidupan merupakan bentuk yang paling sederhana dari pertemuan antar umat beragama.
7. Petunjuk Praktis Dialog Agama
Dialog dalam agama bisa lahir dengan baik, jika seseorang yang menganut agama terbuka untuk melihat kembali kebenaran agamanya sendiri dengan kritis.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat Dialog Agama
Faktor pendukung dialog agama, yaitu: a. Adanya sikap saling terbuka antar sesama, sehingga dapat menumbuhkan sikap saling percaya antar sesama dan prasangka buruk dapat diminimalisir. b. Adanya sikap toleransi, yaitu saling menghormati, menghargai antar sesama. c. Adanya kesamaan unsur budaya, sehingga akan mempermudah individu untuk melakukan dialog. Sedangkan faktor penghambat dialog agama, yaitu: a. Sikap saling mencurigai antar umat beragama. Hal ini akan menghambat dialog antar umat Islam dan Katolik, karena orang mudah curiga ketika terdapat pihak tertentu yang mencoba menjalin kerukunan dengan umat beragama lainnya. b. Sikap menyamakan semua agama, sehingga masing-masing agama seolah tidak memiliki kekhasan c. Merasa agamanya yang paling baik dan hanya agamanyalah yang bisa membawa orang menuju pada keselamatan. d. Kebiasaan lama yang menjadikan agama sebagai salah satu kendaraan dalam berpolitik.