Anda di halaman 1dari 7

Materi SKU Bantara No.

Bunyi dari SKU Penegak Bantara Point 3 yaitu "Dapat Mengikuti Jalannya Diskusi
Dengan Baik ". Dalam SKU Penegak Bantara Point 3 menjelaskan tatacara
mengikuti jalannya dengan baik. SKU Penegak Bantara Point 3
 juga memberikan pengertian apa itu diskusi. Selain itu, SKU Penegak Bantara
Point 3 juga menjelaskan apa tujuan dari diskusi dilakukan.SKU Penegak Bantara
Point 3 juga memberikan penjelasan tentang apa saja pihak yang terlibat selama
diskusi dilaksanakan.

Pengertian Diskusi Kata diskusi berasal dari kata discussus (Latin) yang berarti
bertukar pendapat. Diskusi pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau untuk memecahkan
suatu masalah secara bersama-sama. Berikut beberapa pengetian diskusi:

1. Diskusi adalah bentuk komunikasi dua arah yang merupakan satu bentuk tukar
pikiran atau pembicaraan secara teratur dan terarah mengenai suatu masalah.
2. Diskusi adalah suatu cara bertukar pikiran yang dilakukan melalui jalan
musyawarah.
3. Diskusi adalah bertukar pikiran mengenai suatu masalah yang sifatnya actual
dan menyankut kepentingan umum dan keputusan yang diambil secara
musyawarah.

B. Tujuan Diskusi
a. Mendapatkan suatu pengertian tentang perbedaan dan kesamaan pendapat.
b. Mengadakan kesepakatan
c. Memperoleh keputusan bersama mengenai suatu masalah
d. Belajar dari orang lain dari banyak hal
e. Menilai pendapat orang lain
f. Mengemukakan ide sendiri untuk diuji dan dinilai kebenarannya.

C. Pihak-pihak yang yang terlibat dalam diskusi


1. Moderator : pemimpin diskusi atu pengendalidiskusi
2. Peserta (audience) : satu kelompok atau dapat dibagi beberapa kelompok
3. Peninjau : Penyelenggara atau pembina
4. Pengunjung : pemerhati atau hanya sebagai penonton
D. Syarat-Syarat Moderator yang Baik
a. Mengerti aturan diskusi
b. Ssabar, rendah hati, dan menguasai pendapat setiap pembicara
c. Jujur, ramah dan tidak berat sebelah
d. Dapat menghidupkan suasana diskusi
e. Dalam memberikan tanggapan selalu bersifat obyektif

E. Syarat-Syarat Peserta diskusi yang Baik


1. Memenuhi aturan main diskusi
2. Memahamidanmenguasaimateridiskusi
3. Aktif mengembangkan buah pikiran
4. Menghargai pendapat orang lain
5. Menghindari sifat emosional
6. Berbicara dengan sopan dan jelas serta tidak berbelit-belit
7. Tidak takut dikritik dan berani melontarkan pikiran
8. Berani berpendapat dan berbicara dengan terbuka.
9. Aktif dari awal hingga selesai
10. Tidak mengecewakan orang lain

F. Tata Pelaksanaannya
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok, beberapa orang bertukar pikiran tentang
masalah khusus untuk mencari pemecahannya. Masalah yang yang didiskusikan
harus dirumuskan sebaik-baiknya sehingga terbatas pada masalah yang kongkrit
sehingga tidak ada beberapa masalah yang dibahas berulang-ulang atau timpang
tindih. Seperti pada cara mengemukakan pendapat dalam diskusi berikut:
1. Menggunakan bahasa yang baik, logis dan masuk akal.
2. Harus langsung mengena pada pokok persolan.
3. Menghilangkan rasa emosional dan jangan memaksakan kehendak pendapanya
harus diterima.
4. Materi pembicaraan jangan menjatuhkan orang lain atau menjelekkan orang
lain.
5. Dalam mengemukakan pendapat merupan solusi bukan menambah
permasalahan.

G. Bentuk-Bentuk Diskusi
Ditinjau dari tujuan dan cara pencapaiannya, diskusi dapat dibedakan melalui
bentuk-bentuk diskusi sebagai berikut:
1. Diskusi Kelompok;
a. problem solving (pemecahan masalah)
b. self-maintenance (diskusi mandiri)
c. sharing (berbagi pengalaman)
2. DiskusiUmum;
a. Seminar
b. kongres
c. konferensi
d. rapat
Materi SKU Bantara No. 4

Agama adalah elemen fundamental hidup dan kehidupan manusia, oleh


sebab itu, kebebasan untuk beragama [dan tidak beragama, serta berpindah
agama] harus dihargai dan dijamin. Ungkapan kebebasan beragama memberikan
arti luas yang meliputi membangun rumah ibadah dan berkumpul, menyembah;
membentuk institusi sosial; publikasi; dan kontak dengan individu dan institusi
dalam masalah agama pada tingkat nasional atau internasional.

Kebebasan beragama, menjadikan seseorang mampu meniadakan


diskriminasi berdasarkan agama; pelanggaran terhadap hak untuk beragama;
paksaan yang akan mengganggu kebebasan seseorang untuk mempunyai agama
atau kepercayaan. Termasuk dalam pergaulan sosial setiap hari, yang
menunjukkan saling pengertian, toleransi, persahabatan dengan semua orang,
perdamaian dan persaudaraan universal, menghargai kebebasan, kepercayaan
dan kepercayaan dari yang lain dan kesadaran penuh bahwa
agama diberikan untuk melayani para pengikut-pengikutnya. Jadi, toleransi
(tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan
atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.

Termasuk agama Islam. Islam mengajarkan betapa pentingnya toleransi.


Nabi Muhammad SAW. mengajarkan Islam sebagai agama kasih sayang dan
menolak kekerasan yang dapat memicu konflik. Nabi juga melindungi minoritas
dalam melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya. K.H. Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pun pernah meminta tiga
orang Pendeta Kristiani yang datang dari Najran (provinsi timur di Arab Saudi)
untuk beribadah menurut agama mereka di Masjid. Pernah juga diceritakan pada
suatu hari ada orang Arab pedalaman kencing di masjid Nabi di Madinah. Terang
saja para sahabat geram dan ingin memukul orang itu. Namun, Rasulullah SAW
mencegahnya, dan kemudian menyuruh para sahabat ‘kerja bakti’ menyiram dan
membersihkan air seni laki-laki tak kenal sopan santun itu. (HR Bukhari dari Abu
Hurairah). Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, pengarang Kitab Fath al-Bari, riwayat ini
memperlihatkan dengan jelas sikap toleransi Nabi SAW dan keluhuran budi
pekertinya.
Contoh lain tentang perlakuan Islam terhadap non-Islam adalah kemurahan
hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia
berhasil merebut kembali Yerussalem dari tentara salib. Ketika Salahuddin tiba ia
menyaksikan pasukan salib sedang mengotori masjid dengan menyimpan babi di
dalamnya. Bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak
membalas dendam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib, dengan
pengecualian segelintir individu yang memang berprilaku sadis dan kejam.

Sekali lagi perbedaan atau pluralisme adalah anugerah terbesar dan


terindah dari Tuhan YME kepada kita. Demikian pula dengan toleransi, “Toleration
is the greatest gift of the mind,…- Toleransi adalah anugrah dari pikiran yang
paling luar biasa,” ucap Helen Keller. Dan pemahaman yang terbuka terhadap
yang-lain itulah yang dikenal dengan istilah toleransi. “Toleransi itu berarti saya
tidak akan membuang engkau keluar dari komunitas saya, saya tidak akan
berhenti berinteraksi dengan kamu sekalipun kamu berbeda, saya tidak akan
melarang kamu untuk menjadi tetangga saya,” begitulah John E. Esposito
menggambarkannya.

Pentingnya Kerukunan Antar Umat Beragama

Menurut Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri (Rektor UI Jakarta), modus


hubungan antar manusia di bumi ini hanya ada dua: Konflik dan Harmoni. Konflik
dimotori oleh egoism baik individu maupun kelompok yang berujung pada
keengganan untuk berdialog. Dengan karakteristiknya yang egoism maka perilaku
ini akan mengerdilkan kemanusiaan sekaligus membuat kebudayaan menjadi
statis. Individu atau kelompok menjadi eksklusif satu sama lain sehingga tidak
dapat melihat sisi manusiawi individu atau kelompok lain. Yang lain hanya akan
dicap sebagai “musuh” yang harus segera diwaspadai dan apabila perlu
dihancurkan. Sedangkan harmoni, sebaliknya, bekerja dengan relasi resiprokal
antar individu atau kelompok berbasis toleransi, kepercayaan dan harga diri.

Dengan begitu Perdamaian hanya akan terjadi jika segala jenis konflik baik
Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya (IPOLEKSOSBUD) yang mengarah
pada disintegrasi kerukunan antar umat beragama di minimalisir sedini mungkin
untuk kemudian di tiadakan. Dengan begitu diharapkan terciptanya kerukunan
umat. Pada akhirnya dengan kerukunan tersebut akan melahirkan harmonisasi
yang penuh toleransi dan perdamaian dapat terwujud.

Toleransi dan kerukunan antar umat beragama bagaikan dua sisi mata uang
yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi;
atau sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan; keduanya menyangkut
hubungan antar sesama manusia. Jika tri kerukunan [antar umat beragama,
intern umat seagama, dan umat beragama dengan pemerintah] terbangun serta
diaplikasikan pada hidup dan kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi
antar umat beragama.  Atau, jika toleransi antar umat beragama dapat terjalin
dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan masyarakat yang rukun satu
sama lain.

Toleransi antar umat beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan


atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati,
menolong, mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya menghormati agama
dan iman orang lain; menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain; tidak
merusak tempat ibadah; tidak menghina ajaran agama orang lain; serta memberi
kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Di samping itu,
maka agama-agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi
keagamaan dengan baik sehingga terciptanya suasana rukun dalam hidup dan
kehidupan masyarakat serta bangsa. Jika semua orang menjalankan agamanya
masing-masing dengan sebenar-benarnya, maka sudah pasti akan melahirkan
kedamaian, ketentraman hidup dan kerjasama sosial yang sehat.

Toleransi dan pluralisme tidak perlu disikapi sebagai ancaman akidah,


karena setiap orang memiliki preferensinya sendiri-sendiri. Sebagaimana baju
yang saya pakai, belum tentu nyaman dipakai oleh orang lain. Berdakwah kepada
non muslim dalam rumusan ini, tidak lagi identik dengan mengkonversi iman
mereka, tapi cukup mengajak mereka melakukan kerjasama sosial yang sehat.
Inilah toleransi yang benar dan sehat, yang semestinya dijadikan rujukan dakwah
oleh para da’i dan ulama-ulama di nusantara.  Di atas segala perbedaan yang ada,
dengan semangat toleransi kita akan mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar
dan kemampuan meningkatkan nilai diri kita sebagai manusia yang berakal dan
berhati nurani.

Anda mungkin juga menyukai