Oleh:
Zarah Lyntang Astity – 18/423600/FI/04458
Angela Merici Dyscidia C. H. – 18/429603/FI/04514
Pengantar Dialog Antar Umat
Beragama
• Pada level nasional
• Pada level regional dan internasional: intensitas globalisasi
• Menghargai orang
lain
• Empati
• Dapat dimengerti
• Kejelasan
• Rendah hati
Dialog Menurut Pendekatan
Gereja Katolik
• Prinsip dasar Gereja Katolik: perbedaan tidak serta merta
menjadi perlawanan karena akan merusak kesatuan, sehingga
perbedaan tersebut harus menjadi tonggak untuk
pengahayatan iman yang konkrit.
• Dialog yang secara khusus diarahkan kepada agama-agama
lain dikenal dengan ekumene.
• Kedua belah pihak yang berdialog ingin belajar dari pihak lain
dan rela mengubah pandangannya sendiri.
• Tujuan ekumene adalah wadah untuk saling pengertian dan
lebih mengenal diri sendiri sebagai orang beriman.
• Dialog merupakan suatu usaha untuk keluar dari gheto
institusionalisme.
• “Dialog merupakan hubungan antar agama yang positif dan
konstruktif dengan tujuan agar dapat saling memahami dan
saling memperkaya, dalam suasana saling menghormati dan
ketaatan pada kebenaran. Maka, dialog antaragama
membutuhkan sikap hormat, penuh persahabatan, ramah,
terbuka, suka mendengarkan orang lain” Dialog and Mission
(1984) dan Dialogue and Proclamation (1991).
• Konsili mengharapkan dialog yang terbuka mengajak semua
untuk dengan setia menyambut dorongan-dorongan Roh
serta mematuhinya dengan gembira (GS 92).
• Dalam dialog, semua orang baik yang Kristiani maupun yang
lain diajak agar memperdalam sikap iman di hadapan Allah.
• Oleh karena itu, dialog antaragama yang adalah dialog iman
tidak pernah dapat dilepaskan dari kasih dan pengharapan.
• Bentuk-bentuk dialog yang selama ini dipraktekkan dalam Gereja
Katolik terutama dalam hubungannya dengan agama-agama lain
yakni:
a. Dialog Kehidupan
Dialog ini tercipta karena adanya sharing kebahagiaan dan kesedihan,
persoalan-persoalan umum seperti kebutuhan air bersih, kebersihan,
pendidikan, dan lain-lain.
b. Dialog Iman/Pengalaman Religius
Dialog ini tercipta karena orang dengan kesadaran dan kemauan, serta
dengan dorongan-dorongan “sense of religiousity” membuka diri
untuk saling berbagi pengalaman iman, bukan untuk saling
memanipulasi tetapi lebih kepada saling menumbuhkembangkan iman
kepada Allah sesuai keyakinan masing-masing.
c. Dialog Teologis
Dialog ini bertujuan untuk mendiskusikan pandangan-pandangan atau
ajaran-ajaran agama yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan.
d. Dialog Karya
Dialog ini lebih ke arah hal-hal konkrit, tindakan-
tindakan nyata yang dilakukan orang-orang
beragama dalam dunia sekitarnya seperti kepada
masalah-masalah kemanusiaan, karya-karya kasih
terhadap sesama dan dunia.
e. Dialog Refleksi/Analisis Berkaitan dengan
Masalah Kontekstual
Dialog ini lebih berkaitan erat dengan istilah politik
seperti aktivitas tukar ide guna membangun
masyarakat yang lebih baik.
Membangun Dialog antar Umat
Beragama dalam Perspektif Gereja Katolik