Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 7

Kerukuna
n Beragama
Nama Anggota :
1. Azarine Dighna Ultima P07120122028
2. Faizatul Awaliyah
3. Fazril Maulana P07120122011
4. Yasmine Okta Vania Davita
P07120122058 P07120122052
5. Zulfa Hilmi Fatima
P07120122027
Kerukunan Antar Umat
Beragama
Konsep Agama (Religion atau Aldin)
Bersumber dari idealisasi adanya relasi manusia dengan
Tuhan atau sesuatu yang dipandang sebagai Tuhan
Toleransi beragama
Menurut Joachim Wach, agama
terekspresikan dalam 3 bentuk, yaitu :

1.Ekspresi dalam bentuk pemikiran (thought), memiliki


muatan yang bercorak doktrinal dan norma - norma.
2.Ekspresi dalam bentuk tindakan (action), memiliki muatan yang
berupa sistem, praktek, dan sarana peribadatan.
3.Ekspresi dalam bentuk persekutuan (fellowship), memiliki
muatan yang berupa ikatan emosional - primordial
(solidaritas dan loyalitas keagamaan).
Toleransi Beragama
Di kalangan umat beragama senantiasa berkembang
pandangan yang bercorak partikular, yaitu klaim
kebenaran agama (religious truth c laim).
Klaim ini berarti menegasikan (to exc lude) agama lain.
Adanya monopoli kebenaran yang eksklusif - konservatif.
Berkembangnya faham supersessionisme, yaitu faham dan
keyakinan doctrinal - teologis bahwa agama yang datang
belakangan berfungsi meng-abrogasi atau menggeser
agama yang datang sebelumnya.
Perlu dikembangkan pandangan keagamaan keagamaan
yang bercorak inklusif, dengan mengedepankan faham agree
indisagreement, unity in diversity, dan to life together. Suatu
pandangan yang bercorak teologi pluralitas.
Toleransi beragama dapat direalisasikan dengan
mengembangkan dialog antar umat beragama. Model Dialog
Agama :
1. Dialog Parlementer (Parliementary Dialogue). Model dialog ini melibatkan
tokoh-tokoh umat beragama se-dunia. Tujuannya adalah mengembangkan
kerja sama dan perdamaian antar umat beragama. Contohnya World's
Parliement of Religions (1980-1990an), Conference On Reli-gions and Peace,
dan The World Congress of Faiths.
2. Dialog Kelembagaan (Intitutional Dialogue). Model ini melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. Tujuannya untuk mendiskusikan serta memecahkan
persoalankeumatan dan mengembangkan Komunikasi antar organisasi
keagamaan (PGI, WALUBI, KWI, NU, PARISADHA HINDU DHARMA,
MUHAMMADIYAH, MUI, dll).
3.Dialog Teologi (Theological Dialogue). Model ini memberi
pemahaman mengenai konsep teologis masing-masing agama,
membangun pemahaman sesuai yang dikehendaki agama masing -
masing, dan menghindari pemahaman subjektif. Tujuannya adalah
untuk membahas persoalan-persoalan teologis-filosofis.
4.Dialog Dalam Masyarakat (Dialogue in Community). Tujuan model
ini adalah untuk menggarap dan menyelesaikan masalah - masalah
praktis dalam kehidupan bersama.
Pengertian Toleransi
Toleransi adalah memberi kebebasan atau membiarkan pendapat orang
lain, dan berlaku sabar menghadapi orang lain.
Toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima
kenyataan adanya orang lain yang berbeda.
Oleh karena itu di antara orang yang berbeda pendapat harus
memperlihatkan sikap yang sama yaitu saling menghargai dengan sikap
yang sabar.
Dasar Toleransi Dalam
Islam
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat
Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui (QS Al-Baqarah (2):256).
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami
Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al- Kahfi (18):29).
Sumber Timbulnya Ketegangan
Antar Umat Beragama
1.Sifat dari masing - masing agama, yang mengandung
tugas dakwah atau misi.
2.Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan
agamanya sendiri dan pihak lain.
3.Kaburnya batas antara sikap memegang teguh
keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan
masyarakat.
Peran Para Pemimpin
Agama nilai - nilai dan norma - norma agama
1.Menerjemahkan
dalam kehidupan bermasyarakat.
2.Menerjemahkan gagasan - gagasan pembangunan ke
dalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat.
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat
terhadap ide-ide dan cara - cara yang dilakukan untuk
suksesnya pembangunan.
Tri Kerukunan Beragama
1.Kerukunan intern umat beragama
2.Kerukunan antar umat beragama
3.Kerukunan antara umat beragama
dengan Pemerintah
Strategi Kerukunan Beragama
1. Mengembangkan model pemahaman keagamaan
yang tidak semata menegaskan perbedaan,
melainkan mencari persamaan - persamaan di
antara agama.
2. Mengarahkan paradigma 'Kesalehan Ritual' dan
'Kesalehan Individual' menjadi 'Kesalehan Sosial'.
Orientasi Manusia
Dalam
Beragama
Tiga bentuk orientasi manusia dalam beragama :
1. Religion as means (orientasi beragama ekstrinsik). Ciri
yang menonjol dari orientasi ini bercorak ekstrinsik-
instrumental dan formal-simbolik. agama sebagai
identitas, afiliasi kelompok, dan sarana untuk mencapai
tujuan atau kepentingan (poleksosbud).
2.Religion as being (orientasi beragama intrinsik).
Ciri yang menonjol dari orientasi ini bercorak intrinsik-
fundamental dan kesadaran agama menjadi sarana untuk
membangun corak kepribadian yang ideal.
3.Religion as ask (orientasi beragama pencarian).
Ciri yang menonjol dari orientasi ini adalah menempatkan
agama sebagai sarana untuk memberikan solusi kehidupan
(individual dan sosial).
Sikap Lapang Dada
Dalam Beragama
1.Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan
kebiasaan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin
berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
2.Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut
dengan sungguh - sungguh ajaran agamanya.
3.Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama
lain.
4.Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang
lain.
5. Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan
sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain.
6.Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk
mengatasi keterbelakangan bersama.
7.Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain
sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan
bersama (Tarmizi Taher, 1997: 9).
Syarat Memahami Dan
Mempelajari
1.
Agama Lain
Perlengkapan yang sifatnya intelektual, yang diwujudkan dengan
pencarian informasi sebanyak mungkin mengenai agama dan keyakinan orang
lain.
2. Adanya kondisi emosional yang cukup. Apa yang diperlukan adalah bukan
sikap masa bodoh, tetapi adanya suatu keterikatan rasa, perhatian atau
bahkan partisipasi.
3.Adanya kemauan. Kemauan di sini harus ditujukan dan diarahkan kepada
tujuan-tujuan yang konstruktif (Joachim Wach, 1984: 15-18).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai