Anda di halaman 1dari 16

Gambaran umum tentang cara beragama

dari umat beragama:


 Tradisional, yaitu: cara beragama berdasar tradisi. Cara
ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur
atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Biasanya
orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal
keagamaan yang baru atau pembaharuan. Dengan
demikian, kurang dalam meningkatkan ilmu amal
keagamaan.

 Formal, yaitu: cara beragama berdasarkan formalitas yang


berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan
tinggi atau punya pengaruh.
 Rasional, yaitu: cara beragama berdasarkan penggunaan
rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
pengetahuan, ilmu dan pengalamannya. Mereka bisa
berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau
formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.

 Metode pendahulu, yaitu: cara beragama seseorang


berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di
bawah wahyu. Untuk itu, ia selalu berusaha memahami
dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengalaman, dan penyebaran (dakwah). Ia selalu mencari
ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama, sebelum mereka mengamalkan dan
mendakwahkan.
HAMBATAN-HAMBATAN yang biasanya
muncul dan dirasakan dalam mengadakan dialog
antarumat beragama, ditinjau dari beberapa aspek
antara lain:

a. Aspek tokoh Historis :

 Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang


kurang setia terhadap tokoh historis yang
diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh
yang satu lebih unggul daripada tokoh lainnya,
seolah-olah mereka ini berasal dari Tuhan yang
berbeda.
 Proses pembodohan yang terjadi dalam
kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka
agama kepada para kader dan pemeluk agama
sehingga mereka tidak memperoleh informasi
yang benar dan utuh tentang tokoh historis dan
ajaran-ajarannya.

b. Aspek Harta Milik


 Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang
kecil
 Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama
yang seringkali disertai kekerasan
 Kekayaan seringkali diperlakukan sebagai status simbol
c. Aspek Pesan Universal
 Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing
agama dan pemuka agama (bahkan dalam satu
agama yang sama) tentang pesan agamanya.
 Ketertutupan dan eksklusivitas para pemeluk
agama.

d. Aspek Tujuan Hidup


 Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat eksklusif
 Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam
mencapai tujuan hidup
 Mampetnya dialog dan komunikasi
e. Aspek Pandangan terhadap Kaum Miskin

 Masih ada kesenjangan sosial bahkan kian lebar


 Masih suburnya materialisme, konsumerisme,
hedonisme, bahkan darwinisme
 Pendiskreditan elite terhadap kaum miskin sebagai
pemalas dan sampah masyarakat

f. Aspek Iman, Ibadat, dan Kitab Suci

 Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan


tradisi dan ajaran dibesar-besarkan
 Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah
beserta sarana pendukungnya
 Ada rasa “alergi” untuk membaca dan mempelajari Kitab
Suci, terutama kitab Suci dari agama lain
Usaha-usaha Mengatasi Hambatan-hambatan
dalam Berdialog dengan Umat Beragama Lain

 Cara mengatasinya adalah: dengan mengubah


hambatan-hambatan yang bersifat negatif-
destruktif ke arah yang lebih baik dan konstruktif
berdasarkan aspek-aspek tersebut.

a. Aspek Tokoh Historis

 Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama


mengenai visi dan misi yang dibawa oleh tokoh
historisnya. Dialog ini dimulai dari para pemuka agama.
 Para pemuka agama lebih “jujur” dalam memperkenalkan
figure, visi dan misi tokoh historisnya sehingga pemeluk
agama memiliki pemahaman dan penghayatan yang utuh
tentang tokoh historisnya.

 Dialog ini juga dimaksudkan untuk membangun sikap


inklusif di antara umat beragama.

b. Aspek Harta Milik

 Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain terutama


yang terpinggirkan.

 Mengagendakan “dakwah” dengan topik peranan harta


bagi manusia.
C. Aspek Pesan Universal

 Mengungkapkan nilai-nilai universal yang terdapat dalam


ajaran masing-masing agama.

 Membangun komunikasi bersama baik secara formal


maupun non formal, sehingga tidak salah persepsi
terhadap pesan keselamatan universal.

D. Aspek Tujuan Hidup

 Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi


kehidupan bersama yang lebih baik.
 Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif).
 Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup
bersama.
E. Aspek Pandangan terhadap Martabat Kaum Miskin

 Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama


melalui program peduli kaum miskin dan pengentasan
kemiskinan.

 Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang


berkehendak baik.

F. Aspek Iman, Ibadat dan Kitab Suci

 Dialog antarumat beriman, untuk memahami tradisi dan


dinamika hidup beriman pihak lain.
 Dialog dan kerja sama untuk studi Kitab Suci yang
dilaksanakan dengan dasar kehendak baik.
BERBAGAI BENTUK KERJA SAMA ANTARUMAT
BERAGAMA

Ada 5 SIKAP BERAGAMA yang dapat dijadikan


sebagai titik tolak pemikiran untukmenemukan
bentuk-bentuk kerjasama antarumat beragama:

a. Eksklusivitas : melahirkan pandangan bahwa


ajaran yang paling benar hanyalah agama yang
dianutnya.

b. Inklusivitas : di luar agama yang dianutnya juga


terdapat kebenaran, meskipun tidak sesempurna
agama yang dianutnya.
c. Pluralitas / Paralelisitas : sikap teologis inidapat
terwujud dalam berbagai rumusan. Misalkan:
agama-agama yang lain adalah jalan yang sama-
sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama;
agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi
merupakan kebenaran-kebenaran yang sama.

d. Eklektivitas : sikap keberagaman yang berusaha


memilih dan mempertemukan berbagai segi
ajaran agamayang dipandang baik dan cocok
untuk dirinya sehingga format akhir dari sebuah
agama menjadi semacam sebuah mozaik yang
bersifat eklektis.
e. Universalitas : beranggapan bahwa pada dasarnya
semua agama adalah satu dan sama. Hanya saja
karena faktor historis-antropologis, agama lalu
tampil dalam format plural

Catatan:
 Dari ke-5 sikap dalam beragama tersebut,
eksklusivitas merupakan sikap yang akan
menghambat segala bentuk kerja sama lintas
agama.
Usaha-usaha Umat Beriman untuk
Mewujudkan Terjadinya Kerja sama
Antarumat Beragama

a. Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat


Beriman (FPUB), yang merupakan ajang
komunikasi, diaolog, dan kerja sama antaruma
beragama yang bersemangatkan iman akan TYME

b. Bersama-sama pemeluk agama, meningkatkan


inklusifitas.
c. Pengadaan tempat olahraga, gedung kesenian,
atau balai pertemuan yang memungkinkan
masyarakat berebea agama dapat bertemu,
berinteraksi, dan berdialog.

d. Meningkatkan ekonomi masyarakat sangat


(berpengaruh dalam meningkatkan kerja sama
antarumat beragama), misalkan dengan
menumbuhkan gerakan pemberdayaan ekonomi
yang berbasis kerakyatan.
e. Pembangunan dalam bidang pendidikan
misalkan dengan mendirikan sekolah-sekolah
lanjutan tingkat atas (SMA – SMK).

f. Membangun budaya yang dapat menciptakan


keharmonisan hidup .

g. Membangun sistem politik yang bebas dari segala


bentuk konflik kepentingan
antargolongan/agama.

Anda mungkin juga menyukai