Anda di halaman 1dari 3

Menonton Film Tanda Tanya (?

)
Penulis : Novena Brigita Sahabati
Editor : Rashika Nabila Hamid
Indonesia merupakan negara yang beragam dari
segi suku, budaya, agama, dan bahasa. Ada 6
agama yang saat ini diakui di Indonesia, yaitu
Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keenam agama
ini saling hidup berdampingan satu sama lain
dengan ciri khas masing-masing. Cara ibadah,
adat, dan tradisi yang berbeda menjadi hal unik
yang dimiliki oleh sebuah agama. Setiap
penganutnya pun memiliki cara yang berbeda-
beda dalam mengungkapkan ketaqwaannya
akan agama yang dianut.
Modul nusantara kami kali ini diisi dengan
kegiatan nonton bareng atau biasa dikenal
dengan nobar. Tepat hari Minggu 9 Oktober 2022, kami 20 mahasiswa PMM-DN2
dikumpulkan di Laboratorium Audio Visual Kampus Teresa, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Dengan didampingi oleh dosen tercinta kami yaitu Bpk. Yohanes Widodo,
S.Sos, M.Si., kami menonton film yang berjudul Tanda Tanya (?). Film ini dirilis pada tahun
2011 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini menceritakan tentang keberagaman
Indonesia berdasarkan interaksi antaragama, dan yang diangkat adalah agama Islam, Kristen
Katolik, dan Buddha.
Banyak tokoh yang diangkat dalam film ini. Masing-masing tokoh memiliki kisah dan
lika-liku kehidupan yang berbeda. Berdasarkan yang saya tonton, film tersebut dapat dibagi
berdasarkan beberapa tokoh berikut.
1. Menuk yang diperankan oleh Revalina S. Temat
Menuk diceritakan sebagai seorang muslimah yang taat beragama. Ia sampai
rela mengorbankan kisah cintanya demi ketaatan dan kepatuhannya akan agama yang
dianut. Konfliknya dalam film ini, Menuk sering menjadi korban atas
ketidakpercayaan diri yang dirasakan suaminya Soleh. Karena Menuk memiliki
pekerjaan tetap sedangkan Soleh adalah seorang kepala keluarga pengangguran yang
memiliki adik juga sebagai tanggungannya.
2. Soleh yang diperankan oleh Reza Rahardian
Soleh adalah seorang kepala rumah tangga yang penggangguran dan akhirnya
bersyukur atas pekerjaan barunya yaitu sebagai banzer Nadhlatul Ulama. Melalui
pekerjaannya itu, ia ingin dipandang dan dianggap sebagai lelaki yang
bertanggungjawab sebagai seorang suami maupun sebagai seorang bapak.
3. Rika
Rika awalnya adalah seorang muslimah yang pindah ke agama Katolik.
Kepindahannya ini sering dikaitkan dengan perceraian antara dia dan suaminya yang
merupakan seorang muslim, padahal itu adalah keinginannya sendiri tanpa ada
pengaruh dari musibah yang dialaminya. Walaupun ia telah menjadi umat Kristiani, ia
tetap mengajarkan putranya bagaimana berdoa dengan tatacara muslim. Ia juga tetap
berhubungan baik dengan teman maupun kenalannya yang beragama muslim.
4. Hendra
Hendra adalah putra dari pemilik sebuah rumah makan Cina yang menjual
makanan halal. Mereka memiliki latar belakang agama Buddha, tetapi tetap menerima
karyawan muslim salah satunya Menuk, dan bahkan memeberikan waktu kepada
karyawan tersebut untuk sholat jika sudah waktunya. Hendra diceritakan sebagai
seorang anak yang bandel dan sering melawan orangtuanya. Hal ini mungkin juga
merupakan pengaruh dari kisah cintanya dengan Menuk yang tidak berakhir bahagia
karena beda agama. Ia juga dikenal memiliki jiwa bisnis yang tinggi dan ingin meraup
untung sebesar-besarnya saat menjalankan rumah makan milik keluarganya. Bahkan
di film diceritakan dia membuka rumah makan dua hari setelah Lebaran, yang
awalnya sudah dilarang oleh ayahnya. Alhasil, rumah makan mereka diamuk massa
yang pada saat itu dipimpin oleh Soleh suaminya Menuk. Rumah makan hancur,
bahkan ayahnya Hendra menjadi korban.
5. Surya
Surya dikisahkan sebagai seorang beragama muslim yang mendapat tawaran
memerankan drama Kristen dengan peran sebagai Yesus dengan imbalan yang cukup
besar. Hal ini menjadi beban di hati Surya. Ia bimbang apakah akan menerima
tawaran ini atau tidak. Akhirnya ia mendiskusikannya dengan pak Ustad dan memilih
menerima tawaran tersebut. Walaupun peran yang dimainkannya berefek besar
terhadap pandangan orang-orang kepadanya, ia tetap menjalankan profesinya itu
dengan senang hati. Setiap selesai memerankan perannya, ia selalu ke Masjid dan
berdoa dengan khusyuk memohon pengampunan dari Allah atas jalan yang ia pilih.
Pada akhirnya Surya yang awalnya jarang masuk Masjid menjadi rajin masuk Masjid.
Film ini diakhiri dengan tragedi bom gereja saat perayaan malam Natal. Kejadian itu
memakan satu korban jiwa yaitu Soleh yang saat itu sedang manjalankan tugasnya sebagai
banzer dengan menjaga gereja. Ia tewas dengan posisi memeluk bom dan mengorbankan
dirinya untuk memperkecil kerusakan yang akan diakibatkan oleh bom tersebut. Hal itu
merupakan suatu pengorbanan yang sangat besar.
Film ini mengajarkan kita pentingnya saling toleransi antarumat beragama,
pentingnya menghargai orang lain dan diri sendiri. Berani mengambil langkah yang besar
dalam hidup juga menjadi bagian yang dapat diambil dari film ini. Apapun yang kita jalani
harus dihayati sepenuhnya dan disyukuri, karena itu merupakan langkah yang telah kita pilih.
Bincang-Bincang dengan Pasangan Beda Agama
Penulis : Novena Brigita Sahabati
Editor : Rashika Nabila Hamid

Dihari yang sama, kami diberikan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan


pasangan beda agama, yaitu yang satu beragama Islam dan pasangannya beragama Katolik.
Ada 2 pasangan yaitu Mbak Maria Ambarastuti tetapi pasangannya berhalangan untuk hadir
dan pasangan Mas Radit dan Mbak Kinan.
Menurut pengalaman Mbak Ambar, di katolik diizinkan untuk menikah beda agama,
karena katolik itu bersifat universal dan pada dasarnya setiap orang boleh memiliki keyakinan
dan kepercayaannya masing-masing. Hanya ada kompromi tersendiri yaitu yang pasangan ini
tidak menerima Sakramen Perkawinan tetapi hanya diakui saja dan tetap diizinkan
melangsungkan pernikahan di gereja.
Dari pengalaman Mas Radit dan Mbak Kinan, mereka menceritakan bagaimana
memperjuangkan cinta beda agama ini sampai bertahun-tahun hingga sekarang. Mereka
pernah melewati fase dimana cinta mereka diuji karena perbedaan agama ini, bagaimana
meluluhkan hati keluarga dari masing-masing pihak terutama orangtua. Perjuangan untuk
mengurus pernikahan agar sah secara hukum juga cukup sulit dan melalui proses yang
panjang. Mereka melangsungkan 2 kali upacara pernikahan, yaitu secara pemberkatan katolik
dan secara akad muslim.
Cinta memang jika diperjuangkan akan mengalahkan rintangan apapun. Komitmen
yang mereka bangun juga menjadi pegangan yang teguh untuk mereka melangkah ke jenjang
yang lebih serius. Hal ini mengajarkan kita untuk memperjuangkan apa yang kita cintai.
Cinta tidak melulu tentang pasangan, melainkan bisa juga tentang orangtua, tentang cita-cita,
tentang pekerjaan yang kita impikan. Hubungan percintaan dengan perbedaan agama sulit
untuk dijalani, tetapi kembali lagi itu bukan merupakan suatu halangan atau
ketidakmungkinan. Karena pada akhirnya, cintalah yang akan mempersatukan perbedaan
yang ada di antara kita.
Salam PMM2 : Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya !
Terima kasih dan sampai jumpa di kegiatan Modul Nusantara selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai