Anda di halaman 1dari 3

Nama : Agnes Alberthina

NIM : 230214290
Kode Kelas : MU113C

RESENSI FILM TANDA TANYA


Dalam film ini diceritakan ada tiga keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda.
Pasangan muslim Soleh (Reza Rahardian) dan Menuk (Revalina S. Temat), Keluarga Tionghoa
beragama Buddha Tan Kat Sun (Hengky Solaiman) dan anaknya Hendra (Rio Dewanto), dan
seorang wanita beragama Katolik Rika (Endhita) dan Abi anaknya yang seorang Muslim juga
Surya (Agus Kuncoro). Film ini menceritakan tentang bagaimana setiap keluarga dengan latar
belakang agama ini mempunyai masalah mereka masing-masing di dalam keluarga mereka.
Soleh dan Menuk, adalah pasangan muslim yang setiap harinya harus memilih bertengkar setiap
hari karena sang suami yang seringkali stress dengan dirinya yang belum mendapat pekerjaan
yang layak untuk menghidupi keluargannya, justru istrinya yang harus bekerja dengan menjadi
pelayan di rumah makan milik keluarga Tionghoa Tan Kat Sun. Pertengkaran yang hampir
membuat mereka melakukan perceraian. Akan tetapi, suatu hari sang suami mendapat pekerjaan
dimana dia bergabung dengan kelompok amal Islam, Nahdlatul Ulama, membuat masalah
mereka selesai. Bukan hanya itu permasalahan mereka, Soleh yang kerap kali cemburu dengan
Hendra mengingat dia adalah mantan kekasih Menuk.
Tan Kat Sun yang sudah memasuki usia yang sangat tua dimana keadaan tubuhnya pun
mulai melemah oleh penyakit yang dideritanya. Karena alasan tersebutlah dia ingin mewariskan
restoran yang dia punya pada anak semata wayangnya untuk dilanjutkan pengelolaannya. Akan
tetapi, sang anak Hendra dengan segala rasa bebalnya karena melihat restoran sang ayah kecil
membuatnya tidak mau. Pada suatu hari dimana Sun harus tumbang karena kondisinya yang
semakin parah membuat Hendra tersadar hingga dia memilih untuk membantu sang ayah dengan
melajutkan bisnis ayahnya.
Rika adalah seorang janda beranak satu yang baru saja masuk menjadi seorang Katolik.
Konflik kepercayaan sempat dia alami di awal. Siapakah Tuhan untuknya ? Itu adalah konflik
kepercayaan yang ada dalam dirinya. Bukan hanya itu, Abi yang sempat marah karena
menganggap ibunya berubah dan cemoohan tentang ibunya dari orang lain membuat Rika harus
tahan dengan perlakuan Abi yang seperti itu selama beberapa hari. Rika yang juga dekat dengan
Surya yang adalah seorang aktor yang seringkali gagal dalam pekerjaannya.
Bukan hanya permasalahan tentang keluarga mereka didalam saja, kehidupan sosial
mereka dalam hal in menyangkut agama dan ras pun ada masalahnya. Soleh yang begitu
mencintai agamanya terlalu berlebihan membuat pemikiran yang salah dari dia dengan
membenci orang dengan agama dan ras yang berbeda. Seringkali dia berkelahi dengan Hendra

karena mengejek ras dan agama Hendra. Saat dia bergabung dengan Nahdlatul Ulama, dia
ditugaskan untuk menjaga keamanan Ibadah Paskah dimana awalnya dia tidak mau namun
karena tuntutan tugas akhirnya membuat dia mau. Sampai hari dimana dia juga bertugas pada
malam Natal di gereja dimana saat itu dalam keadaan sedang bertengkar dengan sang istri karena
insiden penghancuran restoran milik Sun juga dia dihadapkan dengan penemuan bom didalam
gereja. Dengan segala tanggungjawabnya meskipun harus berpikir cukup lama untuk segala
konsekuensinya namun dengan berani dia pun berhasil mengeluarkan bom tersebut dan ikut mati
bersama dengan meledaknya bom tersebut.
Hendra pun yang sering mendapat ejekan tentang identitas sebagai seorang Tionghoa dan
Buddhist membuatnya membenci agama lain, khususnya agama Islam. Sang ayah, Sun, yang
adalah pribadi menghargai perbedaan agama selalu membuat karyawan nyaman meskipun
mereka tidak seagama dengannya dimana dia selalu menyediakan waktu karyawannya beribadah
pada jamnya dan libur pada hari raya mereka terutama Idul Fitri untuk karyawan yang Muslim.
Namun, itu berubah sejak Hendra yang mengelola dimana dia tidak memperdulikan waktu
ibadah dan hari raya keagamaan karyawannya dengan alasan ingin mencari keuntungan
sebesarnya agar restoran ayahnya segera menjadi restoran besar. Dan hal itu pun membuat orangorang lain geram, terutama Soleh dimana dia marah karena sang istri yang harus kembali
berkerja di hari kedua lebaran. Kemaraanh Soleh dan warga lainnya membuat mereka
mendatangi restoran milik Sun dan menghancurkannya, lebih parahnya Sun dalam kejadian
tersebut harus menjadi korban dalam kondisinya yang sedang lemah tubuhnya. Hingga akhirnya
kematian sang ayah menjadi tamparan besar baginya untuk segera berubah dan menjadi seorang
Mualaf.
Rika dengan perubahannya menjadi seorang Katolik membuat banyak komentar miring
tentangnya dan hal itu berdampak pula pada Abi yang sering diejek. Namun Abi akhirnya dapat
mengerti dan Rika sendiri pun membagi dirinya agar bisa terus membimbing Abi meskipun
berbeda agama dengan anaknya. Rika yang mendapat penolakan akibat pindahnya dari agama
sebelumnya ke agama Katolik dari orangtuanya pun akhirnya dapat selesai. Rika juga melihat
kesempatan untuk Surya menjadi peran Yesus di gerejanya. Surya sempat menolak karena alasan
agama dengan perannya tidak membuatnya nyama namun akhirnya dia memberanikan diri dan
lolos menjadi peran Yesus. Pro kontra terjadi saat Surya yang menjadi Yesus karena seorang
Muslim menjadi peran Yesus. Hal tersebut tidak berlangsung lama bahkan dia kembali menjadi
peran Yusuf di malam Natal. Kedekatannya dengan Rika membuat dia jadi memaknai hidup dan
jauh lebih tenang dari kehidupan dia yang sebelumnya.
Film ini adalah contoh nyata bagaiman pluralisme yang ada di Indonesia, gesekangesekan perbedaan agama membuat sekali menyetuh bagian sensistif dapat menjadi petaka bagi
satu negeri ini. Film ini mengajarkan bukan tentang agama mana benar tapi bagaimana kita
sebagai umat agama kita masing-masing menjalankan peran kita sesuai dengan agama kita
masing-masing pula. Pada intinya agama menitikberatkan pada bagaimana seseorang mencintai
Tuhannya dengan cara yang benar dan membagikan kasih sesuai dengan yang diajarkan

agamanya terutama pada saudara kita yang berbeda agama. Ada kalimat dalam film ini membuat
saya tergugah Manusia dalam kehidupan ini tidak hidup sendirian, tapi manusia punya jalan
setapaknya masing-masing. Manusia berjalan sendiri. Berjalan, berlari, dan sesekali berhenti.
Semua jalan setapak tersebut berbeda-beda, namun menuju kearah yang sama. Mencari satu hal
yang sama dan satu tujuan yang sama. Hingga hampir mencapai tujuan, manusia semakin
menyadari bahwa disepanjang jalan setapak yang dia lalui, dia tidak benar-benar sendiri.
Manusia selalu bersama dengan apa yang dia cari, bersama tujuannya, yaitu Tuhan.. Dari film
ini saya belajar bagaimana kita harus mengatasi kehidupan pluralisme di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai