Group :
INTRODUCTION
A. Background
Islam adalah agama mayoritas yang dianut oleh orang Indonesia. Islam
memiliki dua pendapat. Pertama, Islam adalah agama lengkap yang mengatur
semua sendi kehidupan, termasuk mengatur hubungan politik negara. Kedua,
Islam sebagai pedoman dan kode etik dalam kehidupan negara pun memiliki
pemisahan total antara keduanya.
2
B. The Formulation of the Problem
1. What is the background of the establishment of the
Masyumi party?
2. What is the ideology of the Masyumi party?
3. How about the development of the Masyumi Party?
3
CHAPTER II
DISCUSSION
4
membentuk partai-partai Politik Islam. Kemudian, sebuah pertemuan
diadakan untuk mempersiapkan rencana aksi pendirian partai politik Islam
pada 11 Oktober 1945, di Yogyakarta. Keinginan ini semakin meningkat
setelah dikeluarkannya deklarasi pemerintah pada 3 November 1945, yang
menganjurkan pembentukan partai politik. Maka, pada 7-8 November 1945 di
gedung Mualimin di Yogyakarta, partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia) dibentuk, yang dihadiri oleh para ulama, guru Pesantren agama,
dan Madrasah, Pemimpin Organisasi Islam dalam konferensi yang
memutuskan sejumlah poin termasuk :
1
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1
5
K.H. Fathurrahman
Dr. Abu Hanifah
Mohammad Natsir
S.M. Kartosuwirjo
Anwar Tjokroaminoto
Mr.Sjamsuddin
Mr. Mohammad Roem
h. Lighting section : Guardian
Alfatah
A.Gaffar Ismail
6
Salim,
K.H. Abdul Wahab, K.H
Abdil Halim, K.H A.
Sanusi, Sheikh
M.Djamil Djambek
2
Sjadzali, Munawir. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. 1997. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti
7
implementasi ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan setiap orang,
masyarakat dan Republik Indonesia, menuju kesenangan ilahi.3
2. Nu left Masyumi
3
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1
8
ini, wajar saja jika NU memutuskan untuk mengundurkan diri dari
komunitas.4
5
Sjadzali, Munawir. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. 1997. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti
9
oleh anggota Muhammadiyah karena mereka memiliki jumlah anggota
tertinggi. Anggota khusus mengambil posisi melalui beberapa sesi pleno
untuk beberapa sesi pleno untuk melepaskan diri dari partai Masyumi.
Anggota khusus mengambil posisi melalui beberapa sesi pleno untuk
beberapa sesi pleno untuk melepaskan diri dari partai Masyumi.
Peningkatan kegiatan PRRI juga berdampak negatif pada masyarakat.
Pintu keluar Peperpu / KSAD No.Rek / peperpu / 028/1958 melarang
keberadaan organisasi Masyumi, Perkindo, PSI dan IPKI di beberapa
daerah. Dengan demikian, keanggotaan partai Masyumi menurun drastis
hingga akhirnya dipaksa bubar pada 1960.6
Posisi dan peran Masyumi selama revolusi, orde lama dan akhirnya
pembubaran partai. Selama kabinet pertama, revolusi dipasang lebih
tepatnya pada 14 November 1945, yang sering disebut sebagai kabinet
Sjahrir. Ketika Sjahrir membentuk kabinet, partai Masyumi tidak
termasuk dalam pemerintahan. Saat itu, posisi Masyumi adalah sebagai
partai oposisi. Masyumi kritis terhadap pemerintah dan tidak sering
berselisih dengan pemerintah, seperti dalam menangani masalah
imperialis. Partai Masyumi tidak setuju dengan sikap pemerintah yang
mengutamakan negosiasi dalam berurusan dengan Belanda. Sikap itu
akhirnya menyebabkan Sjahrir mengembalikan mandatnya kepada
Presiden. Demikian juga dengan kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27
Juni 1947) Kader Masyumi masih memegang beberapa jabatan menteri.
Meskipun banyak kadernya duduk di menteri. Masyumi masih
mempertahankan sikap kritisnya, terutama pada perjanjian Linggarjati.
Masyumi menganggap bahwa hasil dari perjanjian itu merugikan R.I,
Masyumi menolak perjanjian yang akhirnya kabinet mengembalikan
6
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1
10
mandatnya kepada Presiden. Sikap Kritisnya berlanjut selama kabinet
Amir Sjafrudin I (3 Jill 1947-11 November 1947 dan II (11 November
1947-29 Januari 1948). Akhirnya, kabinet mengembalikan mandatnya
kepada Presiden karena banyak partai Masyumi telah mengundurkan diri
dari kabinet Sikap ini diambil sebagai reaksi terhadap Perjanjian Renville
yang ditandatangani oleh perdana menteri Amir Sjafruddin Harahap,
yang selanjutnya adalah kabinet Hatta, Soekarno menunjuk Hatta sebagai
perdana menteri. Selama kabinet Hatta, beberapa kabinet Masyumi
duduk kembali di kabinet. , ada tiga pertanyaan yang menjadi faktor
penentu dalam perkembangan Indonesia secara umum, dan Masyumi
pada khususnya, yang pertama adalah masalah munculnya Gerakan Darul
Islam, pemberontakan PKI kedua di Madiun 1948, dan peran ketiga
Masyumi atau tokoh-tokohnya dalam resolusi revolusi yang dicatat
terutama dari periode aksi militer Belanda kedua hingga penyerahan
kedaulatan. Kekhawatiran para pemimpin Masyumi pada periode
revolusioner dan dianggap cukup berhasil adalah dalam upaya diplomasi,
setelah senjata itu mengatakan tanpa akhir dan tanpa ketentuan,
tampaknya penyelesaian dapat dicari juga dengan negosiasi. Sementara
itu, untuk kasus Darul Islam yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, itu
menyebabkan perpecahan yang dalam di tubuh Masyumi. Banyak
anggota Masyumi bergabung dengan Kartosuwiryo untuk mendirikan
negara Islam. Menyebabkan cedera parah pada pesta. Sedangkan kasus
Pemberontakan PKI ada di Madiun.7
7
Rahman, Abdul. Masyumi dalam Kontestasi Politik Orde Lama. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial
UNM
11
CHAPTER III
CONCLUSION
12
DAFTAR PUSTAKA
13