Anda di halaman 1dari 13

THE MASYUMI PARTY

This paper is made for full fill the assigment of

Major: Indonesian Islamic Studies

Lecturer: Nur Edi Praba Susila Yahya, S. TH. I., M.Ag

Group :

1. Isnantiya Sofitriana (63030170024)


2. Mega Rukmanawati (63030170025)

ISLAMIC ECONOMICS AND BUSINESS FACULTY


ACCOUNTING DEPARTEMENT
STATE INSTITUE FOR ISLAMIC STUDIES
CHAPTER 1

INTRODUCTION

A. Background

Islam adalah agama mayoritas yang dianut oleh orang Indonesia. Islam
memiliki dua pendapat. Pertama, Islam adalah agama lengkap yang mengatur
semua sendi kehidupan, termasuk mengatur hubungan politik negara. Kedua,
Islam sebagai pedoman dan kode etik dalam kehidupan negara pun memiliki
pemisahan total antara keduanya.

Dalam pemikiran politik Islam, pendapat tentang masalah hubungan


antara agama dan negara memiliki tiga paradigma. Pertama, paradigma
terintegrasi adalah bahwa antara agama dan negara adalah satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Kedua, paradigma simbiotik adalah bahwa antara agama
dan negara saling terkait dan keduanya terkait. Ketiga, paradigma sekularistik
yang menyatakan bahwa antara agama dan negara adalah sesuatu yang harus
dipisahkan.

Masyumi, yang didirikan oleh hampir semua organisasi setelah dan


sebelum kemerdekaan Republik Indonesia adalah sebuah partai yang
bermaksud untuk mewujudkan pandangan Islam dan politik di Indonesia.
Partai Masyumi dibentuk karena Muslim merasa mereka membutuhkan
forum untuk mengakomodasi aspirasi Muslim dan berkomunikasi mereka
melalui forum.

Konsep partai Masyumi adalah konsep yang meyakini keberadaan dan


pikiran bahwa setiap bangsa harus bersatu dalam komunitas politik sebagai
kondisi kehidupan. Polemik yang dihadapi partai Masyumi sejak
pendiriannya sampai bubar sangat kompleks. Dengan demikian, dalam
makalah ini, kita akan membahas beberapa masalah yang dihadapi oleh partai
Masyumi yang juga merupakan faktor dalam pembubaran partai Masyumi.

2
B. The Formulation of the Problem
1. What is the background of the establishment of the
Masyumi party?
2. What is the ideology of the Masyumi party?
3. How about the development of the Masyumi Party?

C. The Purpose of Discussion


1. Aims to find out what the background of the
establishment of the Masyumi party.
2. Aims to find out what the ideology of the Masyumi
party.
3. Aims to find out how about the development of the
Masyumi Party.

3
CHAPTER II

DISCUSSION

A. The Background of the Establisment of Masyumi

Partai Masyumi (Majelis Muslimin Indonesia) didirikan pada 7-8


November 1995 oleh para pemimpin Islam dalam konferensi Muslim di
Yogyakarta. Partai Masyumi adalah salah satu partai politik yang muncul
selama era kemerdekaan. Partai Masyumi dulunya adalah partai politik
terbesar, tetapi kemudian berubah ketika Nahdlatul Ulama meninggalkan
Masyumi. Partai Masyumi adalah satu-satunya partai politik yang lahir di era
kemerdekaan berdasarkan Islam. Partai Masyumi mendapat dukungan dari
organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dll.

Partai Masyumi memainkan peran penting dalam menjaga kesatuan


Republik Indonesia di saat Indonesia masih berada di bawah bayang-bayang
kolonialisme oleh perang (Jihad Fi Sabilillah). Selain melalui perang sebagai
upaya untuk membela NKRI, partai Masyumi juga memainkan peran aktif
dalam parlemen dan konstituen.

Latar belakang partai Masyumi didirikan oleh kurangnya kemajuan atau


perkembangan posisi umat Islam di bidang politik. Ini bisa dilihat dari
buruknya representasi pemimpin Islam di Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP). Partai Masyumi dibentuk pada awalnya dengan pembicaraan
informasi antara K.H. Wahid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, dan Muh.
Roem, dan mulai menyambut pemimpin Islam yang mulai menyadari untuk

4
membentuk partai-partai Politik Islam. Kemudian, sebuah pertemuan
diadakan untuk mempersiapkan rencana aksi pendirian partai politik Islam
pada 11 Oktober 1945, di Yogyakarta. Keinginan ini semakin meningkat
setelah dikeluarkannya deklarasi pemerintah pada 3 November 1945, yang
menganjurkan pembentukan partai politik. Maka, pada 7-8 November 1945 di
gedung Mualimin di Yogyakarta, partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia) dibentuk, yang dihadiri oleh para ulama, guru Pesantren agama,
dan Madrasah, Pemimpin Organisasi Islam dalam konferensi yang
memutuskan sejumlah poin termasuk :

1. Masyumi adalah partai politik Islam


2. Masyumi adalah satu-satunya partai politik di kalangan umat Islam
3. Memperkuat Jihad fi Sabilillah
4. Memperkuat pertahanan Republik Indonesia di kawasan ini1
5. Memutuskan :
a. Chair : Dr. Sukiman
Wirjosandjojo
b. Chairperson I (Waket I) : Abikusno
Tjokrosujoso
c. Young Chair II (Waket II) : Guardian Alfatah
d. Secretary I : Harsono
Tjokroaminoto
e. Secretary II : Prawoto
Mangkusasmito
f. Treasurer : Mr.R.A. Kasmat
g. Member : KH. Muh.Dahlan
H.M. Farid Ma'ruf
 Junus Anies
 K.H. Fakih Usman

1
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1

5
  K.H. Fathurrahman
Dr. Abu Hanifah
Mohammad Natsir
 S.M. Kartosuwirjo
Anwar Tjokroaminoto
 Mr.Sjamsuddin
 Mr. Mohammad Roem
h. Lighting section : Guardian
Alfatah
 A.Gaffar Ismail

Section Barisan Sabilillah


and Hezbollah : K.H. Masjkur
W.Wondoamiseno
Hasjim Sulio Adikusno
a. Finance Section : MR.R.A. Kasmat
R.prawirojuwono
  HA. Hamid Bkn
b. Youth Section : M. Mawardi
Harsono
Tjokroaminoto
The Shura Majelis consists of:
a. General Chair : K.H. Hasjim
Asj'ari
b. Chairman I : Ki Bagus Hadikusuma
c. Chairperson II : K.H. A. Wahid
Hasjim
d. Chairperson III : Mr. Kasman
Singodimedjo
e. Members : RH. M. Adnan, H. Agus

6
Salim,
K.H. Abdul Wahab, K.H
Abdil Halim, K.H A.
Sanusi, Sheikh
M.Djamil Djambek

Tujuan Masyumi, menurut konstitusi 1945, adalah untuk menegakkan


dan kedaulatan Republik Indonesia dan agama Islam, menerapkan cita-cita
Islam dalam masalah negara. Selama berbulan-bulan, pesta itu didirikan
dalam suasana yang tidak bisa digambarkan sebanyak di zaman Belanda dan
Jepang. Pada periode ini, lebih banyak upaya dituntut untuk mengusir
Belanda yang ingin menguasai Indonesia lagi. Setelah Belanda mengakui
kedaulatan Republik Indonesia pada 29 Desember 1945, tujuan Masyumi
berubah, dan tidak lagi menegakkan kedaulatan Republik Indonesia, tetapi
melaksanakan ajaran dan hukum Islam, baik individu maupun negara.2

B. The Ideology of Masyumi

Ideologi Partai Masyumi adalah Islam. Identitas Islamnya sangat


menonjol baik dalam membuat keputusan menggunakan kata-kata Islam
dalam ADART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) dan resolusi
(jihad fi sabilillah) yang dikeluarkan oleh Masyumi. Menurut Mohammad
Sarjan, penyebaran ideologi Islam bisa melalui pendidikan, dakwah, dan
amal.

Dalam konstitusi Masyumi yang disahkan dalam konferensi Masyumi


VI, Partai Masyumi dibubarkan pada bulan Agustus 1952, menyatakan bahwa
dari tahun 1952 sampai Partai Masyumi dibubarkan pada tahun 1960 partai
Masyumi merasa bahwa itu adalah Islam. Tujuan dari Pesta Masyumi adalah

2
Sjadzali, Munawir. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. 1997. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti

7
implementasi ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan setiap orang,
masyarakat dan Republik Indonesia, menuju kesenangan ilahi.3

C. Development in the Masyumi Party


1. Masyumi as a unifier of the people

Ini selanjutnya didukung dengan melihat banyak anggota yang


bergabung dengan partai Masyumi. Partai Masyumi mendapat dukungan
dari organisasi Islam sebelumnya seperti Muhammadiyah dan Nahdatul
Ulama. Seiring berjalannya waktu, para anggotanya bertambah dengan
cepat. Mulanya. bergabung dengan persatuan Muslim dan keterlibatan
Muslim kemudian Persis Jami'ah Al-wasiyah dan Al-Ittahadiyyah,
PUSA, Nahdhatul Anwar dan Nahdhatul Watan di Lombok. Organisasi-
organisasi di atas bergabung sebagai Anggota Khusus. Selain itu, ada
juga beberapa organisasi yang membakar diri sendiri, yang semakin
memperluas pengaruh Masyumi di bagian terpencil nusantara. Partai
Masyumi juga mendirikan SNII, SBII, dan STII yang menurut saya
merupakan cara yang bagus untuk menambah anggota dari semua lapisan
masyarakat.

2. Nu left Masyumi

Penyebab kepergian NU dari Masjumi adalah kurangnya


akomodasi keinginan dan kepentingan NU di masyarakat, ini dipicu oleh
dua hal utama, yaitu ketidaknyamanan pertama NU di Masjumi terutama
ketika Kongres memutuskan status majelis Shuro menjadi digantikan
oleh badan penasehat dan ketidaksetaraan struktur organisasi Masyumi.
Selain itu, suara NU sering tidak dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, mereka belum memenuhi pedoman dari NU
sehingga kursi menteri agama diserahkan kepada mereka. Jadi dalam hal

3
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1

8
ini, wajar saja jika NU memutuskan untuk mengundurkan diri dari
komunitas.4

3. The role of Muhammadiyah after the release of NU

Pelepasan NU dari Masyumi pada tahun 1952, yang menyebabkan


Muhammadiyah memegang manajemen Maysumi di tingkat pusat dan
daerah. Namun, pada 1949, Muhammadiyah kecewa karena pada tahun
ini, hanya 4 orang Muhammadiyah yang menjadi pengurus PP Masyumi.
Ada sejumlah faktor yang seimbang:
a. Sebuah. Faktor Internal Masyumi, yaitu perampingan struktur PP
Masyumi (yang semula 24 hingga 14) dan adanya retakan.
b. Keberadaan PSII yang ikut mendirikan Masyumi dan menjadi
anggota istimewa keluar karena godaan mendapatkan kursi kabinet
Amir Sjarifudin untuk memecah Masyumi.5
4. Masyumi and 1955 elections

1995 adalah pemilihan pertama yang menghasilkan 4 partai besar


yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI. 54 kursi di DPR. Akuisisi suara
menyebar ke seluruh wilayah. Hanya 10 dari 114 area pemilihan
komunitas yang dapat dimenangkan. Jadi dari sini, dapat dikatakan
bahwa Masyumi memiliki tingkat distribusi yang luas dibandingkan
dengan pihak lain.

5. Abolition of Special members of the community

Penghapusan anggota khusus Masyumi berasal dari konflik antara


pemimpin partai Masyumi dan Presiden Soekarno. Anggota khawatir
bahwa dampak konflik akan mempengaruhi mereka seperti gangguan
dalam kegiatan Masyumi di daerah konflik. Ini sebagian besar dirasakan
4
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1

5
Sjadzali, Munawir. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. 1997. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti

9
oleh anggota Muhammadiyah karena mereka memiliki jumlah anggota
tertinggi. Anggota khusus mengambil posisi melalui beberapa sesi pleno
untuk beberapa sesi pleno untuk melepaskan diri dari partai Masyumi.
Anggota khusus mengambil posisi melalui beberapa sesi pleno untuk
beberapa sesi pleno untuk melepaskan diri dari partai Masyumi.
Peningkatan kegiatan PRRI juga berdampak negatif pada masyarakat.
Pintu keluar Peperpu / KSAD No.Rek / peperpu / 028/1958 melarang
keberadaan organisasi Masyumi, Perkindo, PSI dan IPKI di beberapa
daerah. Dengan demikian, keanggotaan partai Masyumi menurun drastis
hingga akhirnya dipaksa bubar pada 1960.6

6. Succession in the administration of 1945-1949

Posisi dan peran Masyumi selama revolusi, orde lama dan akhirnya
pembubaran partai. Selama kabinet pertama, revolusi dipasang lebih
tepatnya pada 14 November 1945, yang sering disebut sebagai kabinet
Sjahrir. Ketika Sjahrir membentuk kabinet, partai Masyumi tidak
termasuk dalam pemerintahan. Saat itu, posisi Masyumi adalah sebagai
partai oposisi. Masyumi kritis terhadap pemerintah dan tidak sering
berselisih dengan pemerintah, seperti dalam menangani masalah
imperialis. Partai Masyumi tidak setuju dengan sikap pemerintah yang
mengutamakan negosiasi dalam berurusan dengan Belanda. Sikap itu
akhirnya menyebabkan Sjahrir mengembalikan mandatnya kepada
Presiden. Demikian juga dengan kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27
Juni 1947) Kader Masyumi masih memegang beberapa jabatan menteri.
Meskipun banyak kadernya duduk di menteri. Masyumi masih
mempertahankan sikap kritisnya, terutama pada perjanjian Linggarjati.
Masyumi menganggap bahwa hasil dari perjanjian itu merugikan R.I,
Masyumi menolak perjanjian yang akhirnya kabinet mengembalikan

6
Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).
2013. Jurnal Thaqafiyyat, Vol.14, No. 1

10
mandatnya kepada Presiden. Sikap Kritisnya berlanjut selama kabinet
Amir Sjafrudin I (3 Jill 1947-11 November 1947 dan II (11 November
1947-29 Januari 1948). Akhirnya, kabinet mengembalikan mandatnya
kepada Presiden karena banyak partai Masyumi telah mengundurkan diri
dari kabinet Sikap ini diambil sebagai reaksi terhadap Perjanjian Renville
yang ditandatangani oleh perdana menteri Amir Sjafruddin Harahap,
yang selanjutnya adalah kabinet Hatta, Soekarno menunjuk Hatta sebagai
perdana menteri. Selama kabinet Hatta, beberapa kabinet Masyumi
duduk kembali di kabinet. , ada tiga pertanyaan yang menjadi faktor
penentu dalam perkembangan Indonesia secara umum, dan Masyumi
pada khususnya, yang pertama adalah masalah munculnya Gerakan Darul
Islam, pemberontakan PKI kedua di Madiun 1948, dan peran ketiga
Masyumi atau tokoh-tokohnya dalam resolusi revolusi yang dicatat
terutama dari periode aksi militer Belanda kedua hingga penyerahan
kedaulatan. Kekhawatiran para pemimpin Masyumi pada periode
revolusioner dan dianggap cukup berhasil adalah dalam upaya diplomasi,
setelah senjata itu mengatakan tanpa akhir dan tanpa ketentuan,
tampaknya penyelesaian dapat dicari juga dengan negosiasi. Sementara
itu, untuk kasus Darul Islam yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, itu
menyebabkan perpecahan yang dalam di tubuh Masyumi. Banyak
anggota Masyumi bergabung dengan Kartosuwiryo untuk mendirikan
negara Islam. Menyebabkan cedera parah pada pesta. Sedangkan kasus
Pemberontakan PKI ada di Madiun.7

7
Rahman, Abdul. Masyumi dalam Kontestasi Politik Orde Lama. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial
UNM

11
CHAPTER III

CONCLUSION

Partai Masyumi pernah menjadi partai terbesar di Indonesia setidaknya


sampai awal 1950-an. Kehebatan Partai Masyumi tidak terlepas dari pengaruh dan
peran pendukung organisasi Islam yang menjadi anggota anggota khusus
Masyumi seperti NU dan Muhammadiyah. Partai Masyumi di panggung politik
Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 200/1960, juga menandai berakhirnya
perjuangan partai Islam Modernis oleh kelompok-kelompok nasionalis sekuler
dan komunis atas dasar kekuasaan otoriter. Konflik ideologis yang terus berlanjut
antara kedua kelompok dan didukung oleh penguasa menyebabkan Masyumi
tersingkir dari arena politik alih-alih dicap sebagai partai terlarang.

Perubahan konstelasi politik, terutama selama masa transisi dari demokrasi


parlementer ke demokrasi terpimpin, juga berdampak pada keberadaan Partai
Masyumi. Banyak masalah politik yang kemudian mempengaruhi keanggotaan
Masyumi. Banyak masalah politik memengaruhi keanggotaan Masyumi seperti
berkurangnya jumlah anggota Masyumi. Itu karena pelepasan anggota khusus dari
kegiatan Masyumi dan Masyumi tidak bekerja di beberapa daerah. Ini tentu saja
berdampak langsung pada kekuatan politik Masyumi. Kekuatan politik Masyumi
telah memburuk. Anggota yang berkurang Masyumi semakin memberikan
kesempatan bagi lawan politik Masyumi untuk menekan Partai Masyumi. Sukarno
melihat perkembangan yang benar dan kesempatan ini digunakan untuk terus
menerus menekan Masyumi. Tekanan Sukarno pada Masyumi semakin keras,
sampai akhirnya Presiden Sukarno membubarkan Masyumi pada 17 Agustus
1960.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sjadzali, Munawir. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam


Masyumi. 1997. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Siregar, Insan Fahmi. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan


Partai Masyumi (1945-1960). 2013. Jurnal Thaqafiyyat,
Vol.14, No. 1

Rahman, Abdul. Masyumi dalam Kontestasi Politik Orde Lama.


Jurnal Fakultas Ilmu Sosial UNM

13

Anda mungkin juga menyukai