Anda di halaman 1dari 1

PENGALAMAN BERAGAMA DI NEGERI PANCASILA

Sanceiza Serfia Zahra Wijaya

Toleransi beragama adalah saling menghormati dan menghargai pemeluk agama lain. Seperti
yang dikatakan dalam sutasoma kakawi Mpu Tantular “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa” yang artinya: berbeda-beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang lain.
Tujuan dari toleransi beragama adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
pemeluk agama masing-masing dibandingkan agama lain. Dengan cara ini kita semakin menghayati
dan memperdalam ajaran agama serta berusaha mengamalkannya, menghindari perpecahan antar
umat beragama karena perbedaan. Toleransi beragama kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya bergaul dengan semua orang tanpa membedakan keyakinan masing-masing; menghormati
dan memberikan kesempatan kepada sahabat yang berbeda agama tanpa diskriminasi. Oleh karena
itu, toleransi beragama berarti bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dan harus diperlakukan
sama dalam hidup demi perdamaian, kenyamanan, dan kesejahteraan bersama.
Seperti pengalaman saya tentang toleransi beragama. Saya mempunyai beberapa teman yang
beragama Kristen, dan Tante saya juga beragama Kristen. Tante mempunyai rumah yang cukup besar
dan beliau membuatkan sebuah ruangan yang dapat digunakan sebagai musholla bagi keluarga
maupun tamu muslim yang datang, tante juga menyiapkan mukena dan sajadah serta sarung dan peci.
Setiap kali saya datang, saya selalu mengingatkan untuk sholat tepat waktu. Sama dengan temanku.
Di kelas 12, saya mengikuti kelas Brain Academy Ruang Guru. Sebagian besar teman sekelas saya
beragama Kristen. Saat dia membawa bekal daging babi sebagai lauknya, teman saya yang beragama
Islam ingin memintanya, untung teman saya yang beragama Kristen bilang dagingnya babi, jadi tidak
bisa dimakan. Saya juga mempunyai teman yang orang tuanya berbeda agama, ibunya beragama
Islam dan ayahnya beragama Kristen. Semangat toleransi sangat ditanamkan dalam keluarganya. Pada
hari Minggu, ia menemani ayahnya ke gereja, sedangkan ia mengikuti ibunya sebagai seorang
Muslim. dia pergi ke gereja hanya untuk menemani ayahnya beribadah dan dia tidak masuk
melainkan menunggu di dalam mobil sampai ayahnya selesai beribadah. namun tak lama kemudian
orangtuanya bercerai dan teman saya tetap ikut ibunya karena ingin agamanya tetap Islam. tapi di
rumah dia punya anjing yang lucu. dia memegang anjing itu dengan hati-hati, takut mengenai air liur
anjingnya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia memiliki seorang pembantu Kristen
yang merawat anjingnya.

Itu sebabnya saya mendorong semua orang untuk saling bertoleransi dan tidak memisahkan
diri. Kerukunan umat beragama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sikap dan perilaku umat beragama
serta kebijakan negara/pemerintah yang mendorong kerukunan. Semua agama mengajarkan
keharmonisan ini, sehingga agama berfungsi sempurna sebagai faktor pemersatu. Padahal hubungan
antaragama di Indonesia sangat harmonis. Baru pada masa Reformasi yang sejatinya mendukung
kebebasan, muncullah berbagai ekspresi kebebasan berpikir, ideologi politik, ideologi agama, dan
ekspresi hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai