Anda di halaman 1dari 102

KONSELING MULTIKULTURAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Syarat Masuk

Oleh:
Aditya Febriansyah Ramadhan
1715142108

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016
TIMELINE KEBERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

+ Umur 0-5 tahun, saya masih belajar agama islam dari kedua orangtua saya. Mereka
mengajarkan bahwa tuhan saya hanya satu, yaitu Allah SWT. Mereka mengajarkan cara
berdoa, mengingatkan untuk berdoa setiap mau makan, tidur, masuk kamar mandi, dll. Mereka
mengajarkan saya mengenai bila berbuat baik maka masuk pahala, bila jahat masuk neraka.
Umur 5-10 tahun, saya mulai belajar cara sholat, belajar membaca iqro, dan mempelajari
mengenai islam lebih banyak di sebuah pengajian anak-anak. Dari pengajian ini saya
mempelajari cara sholat 5 waktu serta mulai menjalankannya setiap hari dan mulai hafal huruf-
huruf al-quran dan selalu membacanya setiap selesai sholat.
Umur 10-15 tahun, saya mulai mempelajari mengenai toleransi dengan orang beragama
berbeda dengan saya. saya mulai sering menemukan orang-orang yang agamanya berbeda-
beda dan saling mengerti perbedaan agama satu sama lain, saya sering juga menanyakan
mengenai bagaimana ajaran agama lain kepada teman saya yang memeluknya. Dimasa ini saya
mengalami konflik dengan orang beragama kristen dimana kita memiliki perbedaan ajaran,
sehingga saya sedikit mempunyai pandangan-pandangan buruk mengenai agama lain. Dimasa
ini saya juga memperdalam ilmu agama saya dengan memanggil guru privat untuk
mengajarkan saya ilmu agama kepada saya.
Umur 15-20 tahun saya sudah mulai menghilangkan prasangka-prasangka buruk saya kepada
agama lain dan bahkan saya mulai mengerti bahwa tidak terlalu berbeda ajaran agama lain
dengan agama islam yang saya peluk, sama-sama mengajarkan kebaikan namun berbeda jalan.
Dimasa ini saya mulai amat sangat yakin dengan agama yang saya peluk, dan berusaha untuk
menjadi yang terbaik meskipun saya belum bisa menjadi yang terbaik. Saya mulai menyadari
bahwa Allah sangat sayang kepada saya hingga memberi kehidupan seperti ini.
+ Yang diajarkan oleh etnis saya masih beriringan dengan apa yang agama saya ajarkan,
meskipun lebih ke sikap dan cara hidup. Etnis saya mengajarkan bahwa kita harus sopan
kepada orang lain, jangan membuat orang lain tidak nyaman dengan keberadaan kita, baik
kepada siapapun maka kebaikan itu akan kembali kepada kita, hormat kepada orangtua
melebihi hormat kepada atasan, dll. Meskpun terkadang etnis saya masih sedikit mempercayai
islam kejawen dan terbawa di keluarga saya, namun saya tidak terlalu mengikuti hal tersebut,
hanya yang menurut saya baik yang saya ikuti.
+ Hal yang menyenangkan menurut saya adalah mengenai sikap saling tolong menolong sesama
umat beragama. Saya pernah tersesat di sebuah daerah pada bulan puasa, dan akhirnya saya
memilih untuk ke masjid. Di masjid, saya dibantu oleh banyak orang seperti memberikan
makanan, menelpon pihak berwajib untuk menjemput saya, dan memberikan saya tempat
nyaman untuk menunggu. Dari hal tersebut saya belajar, bahwa memang begini islam
seharusnya. Bahwa sesama umat beragama harus saling tolong menolong, baik yang agamanya
sama maupun berbeda. Dari hal itu saya diajarkan indahnya saling tolong menolong.
+ Saya merasa bahwa agama saya memiliki kekuatan untuk digunakan didalam konseling. Hal
ini karena agama saya mengajarkan untuk saling tolong menolong kepaada siapapun, saling
menghargai, saling mengerti danv toleransi, menghargai perbedaan, tidak boleh memiliki
prasangka buruk, tidak boleh milih-milih dalam membantu atau melakukan sesuatu kepada
orang. Belum lagi ditambah bahwa bila melakukan kebaikan atau membantu orang lain maka
akan diberikan pahala yang melimpah. Dengan ajaran agama saya tersebut, maka membuat
saya ikhlas dalam melakukan konseling dan tidak peduli siapa tuhan konseli, apa agama atau
etnis konseli, dari kalangan apa konseli ini, dst. Dengan begitu menurut saya agama yang saya
peluk ini membuat saya memiliki kelebihan dalam bidang bimbingan dan konseling ini.

- Agama saya termasuk agama mayoritas di negara saya. saya pernah memiliki prasangka
kepada agama kristen, yaitu bahwa tidak mengharamkan memakan daging babi atau anjing,
hal ini sempat membuat saya risih karena babi dan anjing seharusnya tidak pantas dimakan
karna dagingnya yang kurang menyehatkan. Lalu saat agama kristen dikuburkan menggunakan
peti mati dan jenazahnya didandani layaknya orang masih hidup, hal ini menurut saya konyol
karena malah terlihat seperti mempermainkan jenazah layaknya boneka, lagipula hal yang
tidak perlu seharusnya tidak usah dilakukan. Lalu pada agama hindu yang memberikan sesajen,
saya merasa bingung karna seharusnya orang-orang itu tidak membuang makanan hanya untuk
persembahan untuk agamanya. Mengenai buddha, saya merasa bahwa mereka menyembah
patung, dan seharusnya hal tersebut termasuk sesat. Namun prasangka-prasangka itu sudah
hilang sekarang karena tumbuhnya sikap toleransi saya terhadap teman-teman lingkungan saya
yang berbeda agama dengan saya.
- Hal yang kurang menyenangkan menurut saya adalah disaat ada orang yang beragama yang
sama dengan saya, namun ia membuat agama saya menjadi terlihat jelek di mata orang yang
beragama lain. Hal ini tentu dapat menimbulkan konflik dan memancing perdebatan yang salah
paham. Seperti berita di tv, dari kecil hingga sekarang banyak orang yang membawa-bawa
agama islam untuk hal tidak pantas yang ia lakukan. Hal ini membuat saya merasa bahwa
banyak orang yang benci dengan agama saya, ingin merusak agama saya dari dalam.
Terbentuk keyakinan pada diri saya bahwa jangan langsung percaya dan terlalu mendengar
seorang ahli agama yang sedang berbicara, karena belum tentu orang tersebut memang benar-
benar dalam menjalankan agamanya dan malah ingin membuat kita berpikiran negatif
mengenai agama lain.
- Memang saya memiliki pandangan posisi agama saya terhadap agama lain. Seperti berpikiran
bahwa “kamu tersesat, seharusnya kamu memeluk agama yang saya peluk”. Hal ini tentu akan
sangat mempengaruhi saya dalam melakukan konseling. Terlebih lagi nilai-nilai yang saya
pegang kebanyakan adalah nilai-nilai yang saya dapatkan dari agama saya sendiri. Namun hal
itu tentu tidak akan terlalu mempengaruhi serta tidak akan menghentikan saya dalam menolong
sesama di dalam melakukan konseling. Semua itu terjadi karena saya memiliki kekuatan yang
sudah saya jelaskan, bahwa agama saya mengajarkan untuk saling tolong menolong kepada
siapapun itu.

Pemahaman mengenai agama ini menurut saya penting dalam tugas saya sebagai konselor,
karena tentunya saya akan bertemu dengan orang yang berbeda agama serta keyakinan dengan
saya, dan tentu saya harus bisa menyesuaikan nilai-nilai yang konseli pegang dan miliki dengan
nilai-nilai yang saya anut(tanpa saya kehilangan nilai-nilai yang saya pegang teguh). Hal ini juga
akan mempengaruhi selama proses konseling berjalan serta hasil konseling nantinya. Tentu
sebagai konselor saya dituntut untuk dapat membantu siapapun yang memiliki masalah dan ingin
dibantu. Bila saya memiliki prasangka-prasangka kepada konseli saya yang memeluk agama lain,
hasil konseling bisa tidak sesuai bahkan konseli pun pasti akan merasa tidak nyaman dengan saya
serta nilai-nilai yang saya pegang.
DAFTAR PUSTAKA

Rif’an, Ahmad Rifa’i. (2011). Man Shabara Zhafira. Jakarta: PT Elex Media Computindo.
0–5 6 – 10 16 -
Tahun Tahun Sekarang

UMUR

11 – 15 16 -
Tahun Sekarang

Afif Indra Sakti.


Keluarga merupakan salah satu system penting dalam pembentukan keyakinan anak –
anaknya, dari keluarga pula suatu kepercayaan dapat diturunkan. Dalam keluarga inti, semua
beragama Islam, dalam keluarga besar tiga generasi pun semuanya memeluk kepercayaan Islam,
jadi dalam keluarga cenderung bersifat homogeny dalam memeluk kepercayaan. Saya pernah
tinggal di dua tempat yang berbeda, dalam lingkungan tempat tinggal pertama, semua cenderung
sama, bersifat homogeny, memeluk kepercayaan Islam, tetapi saya mempunyai satu orang
tetangga yang memeluk kepercayaan Kristiani. Dalam lingkungan tempat tinggal selanjutnya
saya tinggal di dalam komplek perumahan, tentunya sangat berdeba sekali dengan lingkungan
tempat tinggal saya sebelumnya yang bersifat homogeny, disini cenderung lebih berfariatif
masyarakatnya dalam memeluk kepercayaan. Jadi ketika terjadi perubahan tempat tinggal, disitu
lah timbul pengalaman keberagaman kepercayaan saya tumbuh, dimana mulai lebih mengetahui
kebiasaan – kebiasaan beribadah agama lain dan lain – lain.

Saya besar di dalam etnis Sunda dan kepercayaan Islam, menurut sepengetahuan saya
dari banyak buku yang pernah saya baca dimana adanya keterkaitan antara identitas etnis yang
saya miliki dengan kepercayaan Islam yang saya percayai, saya berasal dari tanah Banten,
menurut sejarah, Banten dahulunya adalah sebuah salah satu kerajaan Sunda Islam terbesar di
Nusantara, dimana Walisongo pun menjadikan Banten sebagai tempat persembunyiannya dari
kejaran musuh. Maka jadilah Banten yang memiliki identitas etnis kebanyakan Sunda dan
kepercayaan memeluk agama Islam.

Dalam kehidupan bermasyarakat saya aktif dalam organisasi, terlebih organisasi di


bidang sosial, akademik, dan pendidikan, tetapi tidak dalam organisasi agama. Pertanyaannya
adalah mengapa? Karena menurut saya organisasi keagamaan kebanyakan mempunyai idealism
yang sangat tinggi yang terkadang ada pula yang sampai melenceng dari ajaran agama yang
sebenarnya, alasan itu yang menjadikan saya tidak pernah aktif dalam organisasi keagamaan.

Ketika saya berumur 0 – 10 tahun , dalam keluarga saya selalu ditunjukan dengan
bagaimana cara mengenal dan mengetahui dasar dari kepercayaan, contoh seperti cara
berpakaian, ketika kecil saya selalu diajarkan cara berpakaian selayaknya orang Islam ketika
ingin beribadah, seperti memakai sarung, baju koko dan memakai kopiah, pada saat remaja awal,
11- 15 tahun, pengalaman tentang bagaimana orang tua meminta saya secara wajib untuk sekolah
agama, menurut saya memang dasar untuk bisa dapat lebih mengetahui dan mengenal sebuah
kepercayaan tidak akan cukup jika hanya melalui pendidikan formal, maka dari itu orang tua
saya mensekolahkan saya di sekolah agama dengan maksud agar lebih memahami kepercayaan
itu, orang tua saya selalu berkata “Apabila agama, akhlah dari seseorang itu sudah baik, maka
dapat bisa disimpulkan orang itu akan baik pula dalam setiap halnya” dan pengalaman itu
memang sangat berpengaruh terhadap pengalaman keagamaan saya.

Sampai sekarang, saya masih mempunyai guru mengaji atau ustadz. Setiap kali saya
mengaji bersama ustadz tersebut, selalu diselipkan pesan – pesan moral dari kitab suci untuk
saya, pengalaman dari apa yang diceritakan oleh pak ustadz ini mungkin saja tidak saya alami,
tetapi dia mengalami itu, dan itu kadang dikaitkan dengan peristiwa atau kejadian yang terjadim
disebut, dan di tuliskan dalam kitab suci, itu yang membuat bagaimana sebuah pengalaman
walapun hanya sebatas cerita dan itupun bukan dari pengalaman yang saya alami, tetapi itu
membentuk sebuah keyakinan yang sangat kuat dalam diri saya, karena pak ustadz ini selalu
mengkaitkan dengan persitwa yang terjadi dalam kibat suci.

Pernah tinggal di dua lingkungan tempat tinggal yang berbeda menjadikan saya
mempunyai beberapa pengalam tentang agama. Salah satu pengalaman yang sampai saat ini
masih saya ingat dan selalu saya ingat adalah, ketika saya berdebat dengan teman saya yang
memeluk kepercayaan kristiani tentang Siapakah agama yang paling benar? Karena perdebatan
itu tatkala kami selalu bertengkar, berbeda dengan bertengkarnya bocah pada umumnya, tetapi
terkadang pertengkaran kami pun merambat kepada masing – masing keluarga. Tetapi dari
pengalam tersebut saya selalu menanyakannya kepada ustadz saya, dan pak ustadz selalu
memberikan solusi dan jawaban berdasarkan kitab suci umat islam, itu yang menjadikan dan
membentuk pengalaman terhadap agama

Dalam keluarga maupun dalam masyarakat, agama saya adalah agama mayoritas, saya
merasa agama kami mempunyai hak previledge yang sangat kuat dalam masyarakat, seperti, jika
anda memeluk islam maka apabila anda mencalonkan menjadi kepala daerah kemungkinan anda
akan menang dalam pemilu akan sangat besar, karena mengingat bahwa Indonesia adalah Negara
dengan pemeluk kepercayaan Islam terbesar di dunia. Tetapi terkadang dari semua keistimewaan
hak previledge tersebut, terkadang kepercayaan kami selalu memiliki stereotype buruk di
masyarakat, terutama di masyarakat barat, dimana Islam menjadi sebuah phobia, Islamophobia,
dimana selepas peritiwa 9/11 image islam dipandang menjadi sangat buruk, teroris, bom, dll.

Dalam proses konseling, broaching ethnicity adalah cara yang harus dikuasai oleh
seorang konselor, tidak memandang konseli yang berbeda kepercayaan dengan stereotype yang
ada dalam masyarakat. Dalam proses konseling, beberapa teknik mungkin bisa dan dapat
digunakan dalam konseling, seperti contoh apabila konselor dan konseli memeluk kepercayaan
yang sama, maka missal apabila konseli sedang merasa panik mungki konselor bisa mengajak
konseli untuk berdzikir bersama agar tidak terlalu merasa panik

Al – Qur’an adalah satu – satunya buku yang sangat berpengaruh dalam pemahaman saya
terhadap agama saya, karena dalam Al – Qur’an tersebut banyak sekali fenomena yang dituliskan
oleh sang pencipta yang itu dalam kehidupan masyarkat pun terjadi, benar dan tidak perlu
diragukan lagi.
TUGAS KONSELING MULTIKULTURAL
“PENGALAMAN KEBERAGAMAAN”

Oleh:
Afriza Roudhotul Ullum
1715140201
Bimbingan dan Konseling A 2014

Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Jakarta
2016
Timeline Pengalaman Keberagamaan

Positif

Negatif
Pengalaman keberagamaan

Pengalaman keberagamaan yang penting dalam keluarga saya yaitu ketika


memperingati hari raya idul fitri. Selain itu juga mengenai aturan yang harus selalu
melakukan ibadah-ibadah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi apa yang menjadi
larangan dari agama saya. Ada kaitan antara pengalaman keberagamaan saya dengan etnis,
dalam keluarga besar saya, saat hari raya idul fitri semua anggota keluarga diwajibkan unutk
berkumpul di rumah nenek saya untuk saling bersilatuhim. Saat ini saya tidak mengikuti
komunitas keagamaan, akan tetapi saat SMA saya sempat mengikuti komunitas tersebut. Dan
pengalaman saya selama mengikuti komunitas tersebut yaitu saya merasa banyak
pengetahuan tentang agama saya yang baru saya ketahui dari komunitas tersebut dan
membuat saya termotivasi untuk jauh lebih baik dalam memahami agama yang saya anut.
Pengalaman keberagamaan saya yang menyenangkan yaitu ketika saya masih anak-
anak sampai dengan remaja. Sejak anak-anak saya selalu mengikuti pengajian di siang dan
malam hari, hal itu menyenangkan untuk saya karena saat mengaji saya memiliki banyak
teman yang usianya tidak hanya sepantaran dengan saya. Guru ngaji saya pun sangat
menyenangkan dan saya tidak pernah merasa malas ketika sudah masuk waktu siang hari dan
saya harus pergi mengaji. Dan semenjak itu saya mulai dibiasakan untuk selalu mengaji
sampai saat ini, dengan seperti itu membuat saya merasa saya memiliki keyakinan yang baik
terhadap keyakinan saya. Sampai saat ini saya merasa tidak pernah mengalami pengalaman
yang negatif terhadap agama saya. Karena saya selalu berada dalam lingkungan yang
mempunya agama sama dengan saya.
Agama saya merupakan agama mayoritas, selama ini saya tidak pernah mengalami
diskriminasi terhadap agama saya. Saya merasa lebih sering mendapat hak istimewa, salah
satu hak istimewa yang saya rasakan yaitu ketika saya pergi ke tempat-tempat tertentu seperti
tempat rekreasi atau pusat perbelanjaan saya selalau dengan mudah menemukan tempat
beribadah. Bahkan sering pula saya jumpai tempat ibadah saya yang sangat nyaman. Dan
saya tidak memiliki prasangka-prasangka yang negatif kepada agama-agama yang minoritas.
Bagi saya untuk hal agama itu hak setiap manusia dan yang terpenting saling menjalankan
ibadahnya tanpa mengganggu agama mana pun.
Kekuatan yang saya miliki mengenai agama saya yang dapat dilakukan untuk proses
konseling yaitu ajaran mengenai saling menghargai satu sama lain, ajaran ini sangat
bermanfaat jika diterapkan saat proses konseling. Sebagai seorang konsleor kita sudah
seharusnya saling menghargai apa pun perbedaan yang kita miliki dengan diri konseli kita.
Bias-bias yang mungkin akan terjadi pada diri saya terhadap agama lain yaitu bisa saja saya
menganggap agama saya paling benar dan terbaik yang ada didunia ini. Dan memposisikan
agama saya nomor satu dibandingkan dengan agama lain. Akan tetapi, saat ini saya merasa
tidak memiliki bias-bias tertentu terhadap agama lain. Bagi saya, agama lain pun sama-sama
mengajarkan mengenai kebaikan dan tidak ada ajaran dalam agama manapun yang
dampaknya akan merugikan orang lain.
Pemahaman mengenai agama itu sangat penting dimiliki oleh seorang konselor, hal
itu karena sebagai manusia kita juga telah diberikan hak untuk memilih agama apa yang akan
kita anut. Dengan kita menganut agama tentu saja akan membuat kita menjalani atau
mengamalkan ajaran apa saja yanga ada dalam agam tersebut. Dengan menganut agama pun
kita akan lebih hati-hati dalam berperilaku karena akan menjalankan apa yang dianjurkan
unutk dijalankan oleh agama dan menjauhkan larangan yang ada dalam ajaran agam tersebut.
Ajaran agama pun dapat dijadikan salah satu pedoman sebelum kita berperilaku kepada orang
lain termasuk kepada konseli kita, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat saya masuk di MTs memang untuk pertama kali saya merasa kaget dengan
matapelajaran agama yang cukup banyak. Saat masih bersekolah di sana mungkin memang
merasa sangat berat, akan tetapi disitulah saya benar-benar mendapat pengetahuan mengenai
agama saya. Ada beberapa pelajaran yang membuat saya merasa memiliki pengetahuan yang
baik mengenai agama saya yaitu fiqih, al-quran hadis dan sejarah kebudayaan islam. Memang
tidak ada buku bacaan khusus yang saya pernah baca mengenai agama saya, akan tetapi
menurut apa yang saya rasakan, saat saya di MTs pendalaman mengenai keagamaan saya
semakin meningkat, walaupun saat lulus dari MTs saya sudah tidak memepelajarinya lagi, tap
saya masih ingat apa saja yang membuat saya merasa mendalam terhadap pengetahuan
keagamaan saya. Ketika saya membaca buku pelajaran mengenai sejarah kebudayaan islam
saya merasa betapa takjubnya dengan agama saya. Saya merasa bangga karena banyak tokoh-
tokoh islam yang sudah ada di zaman dahulu melakukan sebuah penelitian dan penelitian itu
sampai saat ini dibenarkan.
Selain itu saya juga mendapat banyak ilmu mengenai kehidupan sehari-hari ketika
membaca buku fiqih. Dalam buku tersebut saya benar-benar diajarkan bagaimana tata cara
bersuci yang baik dan benar menurut ketentuan islam. Dalam fiqih juga saya mengetahui
bagaimana tata cara ibadah yang benar, syarat atau makanan seperti apa yang halal untuk
orang islam. Akan tetapi dari ketiga buku pelajaran itu bagi saya yang sangat mempengaruhi
terhadap pengalaman keagmaan saya yaitu ketika saya membaca dan mempelajari fiqih.
Selain dari buku, saya juga banyak mendapat informasi mengenai pendalaman agama saya
dari orangtua dan lingkungan sekitar. Orangtua selalu memberikan informasi yang belum
saya ketahui mengenai agama saya dan bagi saya itu sangat membantu dan menginspirasi
saya dalam mendalamai pengetahuan saya tentang agama yang selama ini saya jalani dan
saya percayai. Saya lebih menyukai mendapat informasi mengenai pendalaman agama saya
dari orang lain, karena dengan seperti itu saya akan lebih mudah untuk mengingat dan
menjalankan jika memang bisa saya jalankan. Akan tetapi, saya pun tetap memilih siapa saja
orang yang menurut saya informasinya terpercaya dan berasal dari sumber yang memang
sudah ahlinya.
TUGAS SYARAT MASUK

ANALISIS REFLEKTIF AGAMA, SPRITUALITAS DAN


KONSELING

Oleh:

AHMAD GABRIEL (1715140202/2014)

BIMBINGAN DAN KONSELING

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan untuk Tugas Mata Kuliah


Konseling Multikultur

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
TIMELINE KEBERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

 (+) Agama saya adalah Islam. Pada usia 0-5 tahun Saya diajarkan untuk mengenal
Tuhan saya, yaitu Allah sebagai Tuhan yang Esa. Saya mulai diajarkan berbuat
baik agar mendapat pahala oleh Tuhan, jangan berbuat buruk agar Tuhan tidak
marah dan saya mendapat dosa. Saya mulai diajarkan berpuasa setengah hari.
Saya juga mengikuti gerakan ayah saya ketika solat, walaupun saya belum paham
apa dan untuk apa solat. Yang saya tahu solat untuk mendapat pahala.
Pada usia 5-10 tahun saya mulai diajarkan mengenai Tuhan dan Agama Islam
jauh lebih dalam. Saya sudah dibiasakan mengaji setiap malam. Saya belajar yang
namanya fardhu’ain (ilmu dasar agama Islam yang harus dikuasai oleh setiap
pemeluknya, misalnya tata cara beribadah, bagaimana berperilaku sesuai ajaran-
Nya, mengenal Tuhan dengan sifat-sifat-Nya, mengenal para Nabi dan Rasul dan
lain sebagainya). Di usia tersebut saya juga sudah mengenal adanya agama lain
selain Islam. Saya diberitahu informasi mengenai agama lain, seperti Yesus
adalah Tuhan di Agama Kristen, bagaimana orang dengan agama Kristen
beribadah dan lain sebagainya.
Pada usia 10-15 tahun, saya memiliki beberapa teman yang beragama Kristen.
Saya sering bertanya pada orangtua mengenai mereka. Seperti sejarah mengapa
ada agama Kristen, mengapa ada pemeluknya, mengapa mereka tidak masuk
islam saja dll. Saya diajarkan oleh orangtua, guru-guru, dan saudara saya untuk
selalu menghargai orang yang beragama non muslim. Saya diajarkan untuk tidak
bertanya pertanyaan yang menyinggung mereka seperti “kok tidak mau masuk
agama islam saja?”.
Pada usia 15-20 tahun, saya semakin jelas dan paham bahwa ada banyak agama di
dunia ini dan kita bisa hidup berdampingan di dunia. Soal kehidupan akhirat, itu
sudah urusan masing-masing.

 (+) Semasa anak-anak saya selalu dididik untuk menjadi orang yang paham
agama, agar jika dewasa kelak, saya tidaka akan terombang-ambing mengenai
banyaknya ajaran yang tidak benar, dan juga saya bisa hidup sesuai ajaran-Nya,
sehingga saya bisa masuk surga di akhirat kelak. Caranya adalah dengan mengaji.
Saya mengaji setiap hari dari sehabis solat maghrib sampai pukul 20.00 WIB.
Ayah saya mendidik secara keras, dan memang sudah tradisi dari kakek saya jika
mengaji memang harus benar. Jika tidak mengaji, tidak mengerti atau salah dalam
membaca maka akan dicubit dan lain sebagainya. Mungkin saat masih kecil, saya
menganggap itu adalah hal yang negative. Tetapi saat ini, saya merasa itu adalah
hal yang benar. Karena jika tidak seperti itu, saya akan malas dan tidak mau
mengaji. Saat anak-anak saya akan sangat senang ikut solat ke masjid, berpuasa,
memasak ketupat saat lebaran idul fitri dan idul adha, memotong kambing saat
bulan puasa, mendapat uang saat lebaran, dan lain sebagainya.
Kemudian di usia remaja, saya beribadah bukan hanya untuk tidak dimarahi
orangtua, tidak dianggap malas, dan mendapat pahala saja. Melainkan sebuah
kewajiban pemeluk suatu agama yang jika tidak dilakukan, saya akan merasa
hampa, bersalah dan berdosa. Saya sangat menikmati pengalaman beribadah saya
sebagai umat muslim. Tidak ada lagi beban bagi saya untuk beribadah. Jika saya
sedang ada masalah, cukup bersujud dan berkeluh kesah dengan Tuhan saya.
Pada usia dewasa awal, saya tidak lagi memikirkan ibadah dan mempelajari hal
agama untuk pribadi sendiri, melainkan apa yang akan saya bisa bagi ke semua
orang, khususnya bekal ketika saya sudah berkeluarga nanti.
 Setiap pengalaman keagamaan semasa hidup menambah keyakinan saya pada
agama saya. Ajaran agama saya jelas bahwa Agama Islam yang benar dan akan
membawa kita ke surge. Saya yakin setiap agama pasti tujuan akhirnya adalah
kehidupan abadi di surge. Namun pendidikan toleransi kehidupan beragama yang
saya dapat dari ajaran agama saya dan keluarga saya, tidak membuat saya berpikir
bahwa agama lain salah, sesat dan celaka. Saya cukup untuk selalu memperbaiki
kualitas keimanan saya, tidak perlu memikirkan bagaimana seeorang dengan
agama yang dipeluknya.
 (+) Saya mengikuti sebuah pengajian di mushola keluarga besar saya. Pengajian
tersebut setiap malam rabu. Hal yang dipelajari adalah mengkaji isi kitab-kitab
mengenai agama saya. Banyak sekali hal-hal baru yang saya pelajari. Setiap
agama mengajarkan kebaikan. Kehidupan yang baik sudah dituntun oleh Tuhan
mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Saya semakin mencintai agama saya
dan belajar menghargai agama lain.
 (+) Agama saya adalah agama mayoritas di Indonesia, yaitu agama Islam. Saya
sebagai pemeluknya tentu mendapat banyak keistimewaan. Contohnya adalah
bebas beribadah di tempat-tempat yang memenuhi syarat sah untuk bisa
beribadah. Bisa berdiskusi soal agama dengan bebas tetapi tidak menyinggung
orang lain. Bisa menjadikan media sosial sebagai tempat berdakwah. Bisa bebas
memakai pakaian sesuai ciri khas agama saya. Bisa berkawan dengan siapapun
yang saya suka.
 (+) Dalam proses konseling yang profesional adalah proses konseling yang bebas
nilai. Artinya walaupun agama saya mayoritas, saya tidak bisa memaksakan nilai
agama saya ke konseli, walaupun konseli saya seagama. Namun mungkin saya
bisa melakukan konseling dengan tenang tanpa perlu khawatir dengan identitas
agama saya. Misalnya saya bisa mengucapkan kata-kata yang diajarkan agama
saya, seperti alhamdulillah, subhanallah, masya Allah, insya Allah dsb..
Kemudian saya bisa memakai baju koko dalam proses konseling tanpa perlu malu
atau khawatir.
 (+) Agama saya adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan secara
sangat baik dan terstruktur mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Semua ada
aturan dan doanya. Harapannya adalah agar manusia selalu ingat dengan
Tuhannya, selalu bersyukur dan menambah keimanan. Jika mendapat konseli
yang seagama, mungkin saya bisa mengingatkan dirinya untuk setidaknya ingat
bahwa ia memiliki Tuhan yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah paling utama.
Semua agama pasti mengajarkan kebaikan. Jika saya rasa konseli saya bisa untuk
diajak berdiskusi dengan nilai-nilai agama, saya akan lakukan. Jika dengan
konseli beda agama, saya tidak akan membahas nilai-nilai agama saya, melainkan
ajaran agama secara umum.
 (-) Semasa kanak-kanak saya tidak memiliki pengalaman keagamaan yang kurang
menyenangkan. Bahkan saya sangat semangat belajar menjalani ibadah dari
agama saya.
Semasa remaja pun begitu. Saya sudah mulai diberikan kepercayaan oleh
orangtua soal menjalankan ibadah. Saya tidak lagi diingatkan untuk solat, mengaji
dll. Kesadaran dalam diri saya sudah mulai tumbuh bahwa ibadah bukan karena
diperintah manusia, melainkan perintah Tuhan.
Semasa dewasa saya merasa bahwa agama saya yang mayoritas memiliki rasa
seperti minoritas. Hal itu disebabkan oleh media. Media selalu menayangkan
berita-berita yang memojokkan agama saya. Misalnya saja rencana demo aksi 4
November 2016 soal tuntutan untuk menangkap pelaku penistaan agama Islam.
Media memberitakan bahwa aksi tersebut merupakan aksi suruhan pihak tertentu
dan dengan sebab adanya pilkada dan pilgub serentak. Hal itu sangat menyakitkan
hati saya sebagai pemeluk agama Islam. Namun media seakan tak perduli dan
memberitakan seperti itu. Media pun dengan kejamnya memberitakan bahwa
agama saya adalah agama teroris. Setiap ada terror dimanapun, pasti agama saya
lah yang disalahkan. Saya tidak mengerti mengapa seperti itu. Apa yang salah dari
agama saya? Padahal agama saya mengutamakan kedamaian.
 (-) Ajaran agama saya jelas tertera pada ayat suci Alquran bahwa agama yang
akan masuk surge adalah agama Islam. Jika saya hanya memiliki sudut pandang
agama, saya jelas akan mengatakan bahwa agama lain itu sesat, salah, dan mereka
akan masuk neraka. Sia-sia jika mereka berbuat kebaikan di dunia tetapi tidak
Islam. Hal itu benar secara agama. Tapi saya yakin, demokrasi mengajarkan
toleransi. Setiap individu dijamin kebebasan untuk memeluk agama yang
diyakininya. Jadi saya tidak memiliki bias bagi agama tertentu. Bahkan saya
tertarik mencari tahu mengenai tata cara ibadah agama lain. Hanya untuk tahu
saja.
Ciri Khas Agama Islam dari Sumber Buku :

 Agama Fitrah. Islam merupakan agama yang suci sebagaimana hati nurani yang suci.
Agama Islam sama sekali melarang adanya kebohongan dan perbuatan dosa yang menodai
kesucian hati nurani.

 Agama Tauhid. Islam mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah,
yaitu Allah SWT. Bagi pemeluk agama islam sudah seharusnya percaya bahwa Allah Sang
pemberi rezeki, kesehatan, kehidupan kematian dan Maha segalanya di muka bumi ini.

 Pedoman Hidup. Islam adalah agama sebagai pedoman hidup manusia yang paling
sempurna. Mulai dari hal-hal kecil, bermasyarakat bahkan bernegara semua sudah diatur
oleh agama Islam. Jika pemeluknya bisa mempelajari, memahami dan menerapkan ajaran
agama Islam dengan ikhlas, maka masalah apapun di muka bumi ini akan mudah dihadapi.

 Agama Pendorong Kemajuan Zaman dan Teknologi. Islam merupakan agama yang
mengajarkan umatnya untuk selalu belajar, belajar dan belajar dari mulai hidup sampai
kembali ke Sang Pencipta. Manusia diharapkan bisa memanfaatkan nikmat akal dan pikiran
yang telah Allah berikan untuk kebaikan, salah satunya mengembangkan teknologi sesuai
perkembangan zaman (Kurniawan, 2016).
Analisis Reflektif

Hasil ringkasan sumber buku mengenai agama Islam sangat sesuai dengan apa yang saya
pelajari selama ini mengenai agama Islam. Tidak ada satupun ajaran yang buruk dari agama
Islam. Jika ada ajaran buruk yang mengatasnamakan agama Islam, itu tidaklah benar.

Islam adalah agama Fitrah. Saya selalu diajarkan untuk memiliki sikap dan perasaan yang
bersih. Orangtua saya selalu melarang saya memiliki penyakit hati, seperti iri, dengki, pelit dan
lain-lain. Hal itu akan menghanguskan pahala amal baik saya. Memang sangat sulit menghindari
penyakit hati itu, namun jika ikhlas, pasti bisa, dan jika sudah bisa, pasti dunia ini akan tenang
tanpa ada perselisihan akibat adanya penyakit hati.

Islam adalah agama tauhid. Ajaran agama islam dimanapun semua sama. Tuhan yang
berhak disembah hanya satu, Allah SWT. Jika kita menyembah Tuhan lain, maka kita termasuk
mengingkari keesaan Tuhan. Hal tersebut merupakan hal terlarang. Orangtua saya mengajarkan
bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa. Orangtua saya menjelaskan mengapa Allah adalah Tuhan
kami, dan bukan Tuhan dari agama lain.

Islam adalah pedoman hidup. Orangtua saya selalu mengajarkan untuk mengingat Tuhan
di setiap aktivitas, bahkan hembusan nafas. Saya selalu diajarkan untuk berdoa sebelum dan
sesudah melakukan suatu aktivitas apapun. Tujuannya adalah agar diberikan kemudahan dan
keberkahan. Bahkan saya akan dimarahi jika lupa. Misalnya lupa memberikan salam saat keluar
atau masuk rumah. Indah sekali hidup jika bisa menerapkan ajaran agama Islam sebagai
pedoman hidup.

Agama Islam adalah agama yang mendorong kemajuan zaman. Banyak sekali penemuan-
penemuan bersejarah oleh para tokoh-tokoh Islam. Islam bukan agama yang melarang budaya
perkembangan zaman, bahkan mendukung kemajuan zaman untuk memanfaatkan akal dan
pikiran yang diberikan Allah untuk kebaikan. Orangtua saya selalu meminta saya untuk belajar.
Belajar untuk kehidupan di dunia dan bekal di akhirat. Tetapi orangtua saya lebih mengutamakan
nilai-nilai agama. Bahkan ayah saya pernah berkata “Ayah tidak bangga kalau kamu pintar soal
dunia. Ayah hanya bangga kalau kamu bisa mengaji.”
REFERENSI

Kurniawan, B. (2016). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Grasindo.
Ti
mel
ineofMyLi
fe

5Th,Mul
aingaj
i Kel
as6,mulai 1Juni2014,mul
ai
ngaj
ilagid
arii
qro ber
hijab

Lahi
r,adaac
ara 6Th,Mas ukSD,
Kelas8,ngaj
idi 1November2014,
sel
ametan ngajiput
us
sekolah hi
jrahkesyar’
i
nyambung

Berhent
i SMA,jumatt
idak
ngaji
(beber
apa Lul
us,b
erhent
i sukap
akaiji
lbab
bul
ankemudian) ngaj
i

SMPb el
umb isa
Mend apat
bac
aal -quran.
penolakandari
Kel
as7t idaksuka
keluargadan
pel
ajaranagama
temanr umah
denganalas an
terli
hatkuno,
dis
angkai kut
ali
rans es
aat
1. Pengal
aman-pengal
amankeb
eragamanap
ayangp
ent
ingd
alamkel
uar
gaand
a?Bagi
andasend
iri
?
Pengal amankeb er agamaany angp ent ingd alamkel uar gaad alahket ikakec i
l,c uc u-c uc u
kakeks ay ad isur uhi kutmengaj i.Namunket i
kakec i
ls ay at idaks ukamengaj ikar ena
wakt umengaj i
ny ai tud ar ip ukul16. 00-17. 30.Say al eb i
hs enangmenghab iskanwakt u
sayaunt ukb er mai nd ar ipad amengaj i.Al has il ket ikakec ild ulus ay as er ingmemb olos ,
berb agaic ar as ay al akukanagarb isamemb olosngaj i.Mul aid ar ip ur a-p ur at idur ,p ur a-
pur al up ad anb er mai nker umaht emanhi nggal up awakt u.Ked uaor angt uas ay at i
dak
pernahmengomel is ay a,kar enamer ekab ukanmer up akant ipeor angy angr eligious ,
bahkanmer ekat idakmenc ont ohkanp enanamanni laiagamakep ad aanakny a,s ep er ti
sholatd anmengaj i.Kehi d up ankeb er agamaans ay as angatj auhket ikakec i
l,s ay at i
d ak
dibias akans hol atd ans ay aj ar angs holat .Ber lanj utket ikas ay akel asVI ,s ay a
dipind ahkanunt ukt inggald ir umahmamangd anenc i
ngs ay ad ar imama,kar enaj ika
sayat inggal dir umahkel uar gas ay ad ankakekneneks ay a,s ay aakanmal asb elaj ar,
inginny ab er mai nt er usd ant id akkons enb elaj arkar enas uas anar umahkamiy ang
terd i
r id ar ikel uar gab es ars angatr amai .Hamp irs elamas atut ahuns ay at inggald isana,
didaer ahkamp ungl io,p ul ogad ung.Ket ikad isana,s ay ad ihar us kanmengi kut ip engaj ian
rutins et iapmal amy angd iaj ar iol ehmamangs ay as elakugur ungaj i
,memb ac ay as i
n
ketikamal amj umaty angd ip i
mp inol ehemp i/ uy uts ay a,d and ib i
as akans hol att ep at
wakt u.Keb iasaani tuhany ab er langs ungket ikas ay at inggald isana.Set elahl ul us ,say a
pert amakal iny ab is amengaj ihi nggai qr o2s eles ai,kar enas ay as er ingkal imengul ang
dankur angf as ihd al amp eny eb ut anny a.Lal u,b er lanj utket ikaSMPs ay ad iper temukan
dengangur uagamay angt egas ,s eor angi b uy angmemi nt aagarmur idny amemakaij ilbab
ketikamengi kut ip el aj ar anny ad anmel apor kant ent angkeb i
as aans hol at ny a,s ep er ti
berap akal it idaks hol atd alams ehar ilal ud iakumul as ikand alams emi nggu,j ikat idak
sholatmakagur ut er s eb utakanmemukulp elant elap akt angankamid engans pidol .
Sej aks aati tus ay at id aks ukad enganp elaj ar anagama,s ayat akutunt ukmas uk
sekol ahkar enat akutd ip ukul ,wal aut id aks aki td ans emuaanakkel asmer as akanhal
yangs amat ap is ay at id aks ukahali tu.Hal itumemb uats ayas ukamemb ol osp ad ahar i
yangad ap elaj ar anagamany a.Ber l
anj utkekel asVI I I,say amend ap at kangur uagama
yangb er bed a,s ay as ukakar enab ac aanqur anny ay angp anj angd ani nd ahd id engar ,
selaini tup akHas yims os okgur uy angd ekatd enganmur id nya,t id akmemaks akan
kehend aks iswap ut riunt ukmenggunakanj ilb ab .Akut ert arikunt ukb elaj aragama
isl
amd anmengaj id enganny a,t er leb ihd isanaj ugaad agur uf af or itkamiy aitup ak
ahmad i
,p akAhmad imenj anj ikanp ad akub ahwaj ikaakumengaj imakai aakan
memb er i
kanf ot os eor angad i
kkel asy angakus ukay angkeb et ul anp akAhmad iad alah
walikel as ny a.Akus emangatmengaj inamunl agi -l agihany ab eb er ap as aats aj a.Kar ena
sayas ud aht erlalul elahj ikap ulangs ekol ah17. 30l alus ay ab al ikker umahunt ukmand i
dans hol at ,lalub alikl agikes ekol ahd engannai kangkots amp ai18. 30.Sel ainl elah
terkend alad enganb iay aongkosy angmemer lukanb iay at inggi .Namun,b elajarngaj iitu
sediki tmemb uahkanhas il,s ay aj ad ib isamemb ac aal -qur anwal aukur angf as ihd al am
pelaf as anny ad ant id aks es uait ad jwi dny a.Namununt ukkeb ias aans hol ats ay ab el um
berub ah,s ay amas ihmal asunt uks hol at .Ber lanj utkeSMA,d iwakt uSMA,s ay as er ing
kalid itegurkar enaj ar angmemakaij il
b abb ahkant i
d akmemb awaj il
b abd ihar ijumat .
Mas aSMAad alahmas a-mas as ay aj auhd ar iagama,s ay at idaks ukamemakaij i
lbab ,
jarangmemb ac aal -qur and ant id akp er nahmengaj i
.Sel ai nit ud iSMA,s ay at idaks uka
rohi s,kar enas ay amel ihatt eman-t emans ay ay anganakr ohi si tumengat akant idak
bolehp ac ar and engananaks at uor gani s
as it ap imer ekat eb arp es onakep ad aanaky ang
l
ai nny a,t ermas ukp ad aor angy angs ay as ukai .Tap i,unt ungny at eman-t emans ay a
mas ihad ay angs ukamengaj aks holat ,wal auad aj ugas eor angt emany angt idakmau
shol at,ent ahap aal as anny a.Namun,awalkel asXIs ay aj ad ij ar angs hol atl agikar ena
kamis emuab erb ed aj urus an,hany aakuy angmas ukI PA.Namuni t ut idakb er langs ung
l
ama,ket i
kaawalmas ukOSI Skamij ad iser i
ngkump ulb er samal agi ,b ahkans ay aj arang
bisad i
t emuid ikel askar enal eb ihs enangb er mai nd enganmer ekad iOSI S.Sej aks aati t
u
keb iasaans holats ay amul aiad al agi,wal auhany ap ad as hub uhd and zuhur .Ber lanj utke
kelasXI I,d iakhi r -akhi rs emes ters ay amer as as angatc emaskar enaor angt uat idak
mengi jinkans ayakul iah,s ay as angatt akutt idakb is akul iah.Namuns eor anggur u
agamas ay a,PakMaul anamengaj ar kanagarkamis hol athaj atagarkei ngi nanki t a
ter cap ai.Kar enai ngi ns ekal ib isakul iahmakas ay ai kut ianj ur anny a.Sel amaUNs aya
shol athaj ats eus aimaghr ib and anmemb ac ay as ins et elahny a,l al us ay ab er nazarunt uk
mengenakanj il
b abket ikad iter imad iUni ver s itasNeger i
.Al hamd ulillahny a,p adat anggal
31Meis ay amend ap at kankab ary angb aik.Say ad iter imad iBKUNJ.Makas ej aks aati tu
say amemut us kanagares okhar imengenakanj ilbabj ikai ngi nkel uarr umah.Tep at
tanggal 1Junis ay amenggunakanj ilbabket ikakel uarr umah,kel uar gas ay a
meny ay angkankep ut us ans ay a,menur utmer ekakul iahi t us angatd isay angkanj i
ka
keind ahanmahkot ar amb utki tad itut up i
,b egi tup und engant emanr umahs ay ad an
ibuny a,ket i
kai t umer ekamer agukankep ut us anku,mer ekameny ar ankanagarakut i
dak
ter bur u-b ur u,kar enakhawat irakuakanmemb ukaj ilb ab kud i
t engah-t engahj alan,
begi tup und engant emankul iahku,mer ekas enangt ap imel ed ekkud engans eb ut an
"Ker dus "at auker ud ungd us ta,kar enakel akuankuy angmas ihb ec iciland anb er ti
nd ak
semauny a.Ket i
kakul i
ahs ay as angatb ers yukur ,kar enab ud ay ay angad ad ikamp us
memb uats ayab anggad engani slam,s ed ikitmer ub ahkeb ias aanmal asb er ib ahmenj adi
l
eb ihr aj inb er ibad ahd any angt ad i
ny as ay ab enc ir ohi swakt ud iSMAuni kny ad ikul i
ah
say aj at uhc i
nt ad enganTar bawi .Mer ekamengaj ar kankes at unand ans eor angmus l
im
yangt aatd anb aik.Say at er mot ivas iunt ukb is as ep er tii tu.Say amenc ob aunt uk
mend ekat iseor angt emany anguni kd ikel ass ay a.Say ab er tany a-t any as ep ut ar
ber hijabd enganny a.Lal us ay amenc ob aunt ukmemi nj amb ukud ar iny ay ait ub uku
"Shol ehai sMe" .Sej akmemb ac ab ukut er s eb uts ay amenj ad it er mot iv as iunt uk
memp er b aikic ar ab er jil
b abs ay a.Say amenc ob aunt ukmemb uatj i
lb abs ay amenut up i
dad awal aub elumd ilap isimenj ad id ual ap is .Lal us ay amer as ai nimas i
hkur ang,s ay a
menc ob aunt ukmemakaikaoskakis eb agaip el engkapd anmenggant ic elanad enganr ok
danp unc akny as ay amemb el ijilbaby angl eb i
ht eb al at aud ib uatmenj ad id ual ap is.Tep at
pad a1nov emb ers ay amenc ob aunt ukb er hijr ah.Ter leb ihp ad ab ukuy angs ay ab ac aitu
ter tuliskanb ahwawani t ay angb aikunt ukl elakiy angb ai k,t ent us ay aj uai ngi n
mend ap at kanl elakiy angb aikkel ak.
Tidakadakaitanantarap engalamankeberagamaand enganetnisbetawiyangs ayamil
iki
.
Karenakeluargaayahdanmamas ayasama-samab etawi,namunb udayakeberagamaan
yangdiajarkanny
ay angb erbeda.Ji
kad i
kel
uargamama,s ayadi
biasakansholatoleh
semuanyanamunj ikadikeluargaayahhanyad i
ingatkanolehengkong/kakek.
2. Apakahand
amengikutikomuni
taskeagamaanand
a?Bagai
manap
engal
amanand
adal
am
komunit
aster
seb
ut ?
Iya,sayamengikutimentoringkeagamaan.Berawald
ariMPAd
anberlanjuthi
nggasaat
ini
.Karenadis
analahs aatinisay
ab el
ajartent
angkeisl
amandanb
elajarmembacaal-
quransedi
kitdemis ed
ikit
.
Pengal
amankeb er
agamany angmenyenangkanad al
ahketikas ayaSMPs ay abelajar
mengajidenganPakHas yi
md anPakAhmad ibers
amas ahabats ay ayangbernamaMar '
ah,
keti
kaSMAs ay adianjurkanuntuksholathajatdanakhirnyad ikabul
kanp ermintaan
sayauntukb erkul
iah,danket i
kakul
iahs ayadi
pertemukand enganor ang-orangb aik
yangmengaj akkuunt ukterusmemperb ai
kidi
ri.
Pengalamaninimembawakankukepadahal-halyangbaik.Setel
ahsebel
umnyasaya
beradapadamas akegel
apandanti
dakaday angmemb enarkan,namunketi
kakuli
ahsay
a
dip
ertemukand engantemandanbukubacaany angbai
k,y angmembuatkuuntuk
memp erbai
kidi
ri.
Pengalamany angkurangmeny enangkanket ikaSMPs ayadiharuskanuntuksel
alu
melaporkantentangs holatsayakepadaguruagama.Namuns ekarangsayamenjadi
tahup enti
ngnyaakanhali tu.Jikasayamelihatdariteoribehavi
orismemakakebias
aan
ituharusdibentukdans ecaraberul
angd ant erusmenerus.Makas ayasangatmerasa
bersal
ahakant i
ndakany angdulusayalakukankep ad
agur uagamas ay
a.
Iya,agamas ayamer up
akanagamamay or i
tasjikad inegaras aya,namunitub el
um
tentujikadinegaralain.Keis
timewaany angd i
dapat kanad al
ahd enganadanya
bangunanmas jidpadahamp i
rsetiapgedungwal aut idakluasdant i
dakmenc ukupi
.
Diskr
iminasiyangdidap
at kanadal
ahb erdasarkanp engalamans ayaad al
ahdengan
adanyalabeli
ngp adawanitaberhijabsy
ar '
idanc owokb erjenggot,selal
udibil
angter
ori
s.
Kekuataanagamaisl
amy angbi
sad i
gunakandal
amkons el
ingadal
ahtentangketul
usan.
Dimanakamidiaj
arkanuntukmenolongsecar
at ul
usdanb er
lomba-l
ombadalamkebai
kan.
Selai
nituadanyakewaji
banseorangmus l
imji
kaaday angmemintanasi
hat,makakita
di
anjurkanuntukmember i
kannasi
hatyangbaikpadanya.
Biasy angs ayamili
kip adaagamat ertentuad
alahorangd i
luaragamas ayakurang
memp erhatikanhal-halkecil
,sepert
imakanan.Diagamas ayakitadi
haramkanmemakan
bab ikarenakand unganc acingpi
tay angmenjadimakanannyaitutidaksehat.Halini
ti
d akmemp engaruhis ayadalamkonseli
ngkarenadulusayat er
bias
ab ergauldengan
orangd iluaragamas aya.
Pemahamani
nip ent
ingagarsay
as eb
agaical
onkons
elorti
dakl
angs
ungmenj
udgeor
ang
darip
enampi
lannyadanbisat
erbukadenganagamal
ain.
Bukuyangberpengar
uhadalahbukuShol
ihaisMe,d
ibukui
tudi
tuli
skanbagaimana
sehar
usnyaseorangmusl
imahyangbaikyangdid
ambakanol
ehpenghunisur
ga.Sebuah
bukuyangmemb uats
ayasemangatberhi
jrah.
Tugas Individu Mata Kuliah Konseling Multikultur

AGAMA SENDIRI

Andita Ratih 1715142099

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Jakarta

2016
Imanku dan Penciptaku

Saya lahir dari ayah dan ibu yang beragama Islam. Untuk pertama kali adzan
dikumandangkan di dekat telinga saya pada tanggal 11 Agustus 1996 oleh ayah saya. Itulah
pengalaman pertama dalam beragama yang pernah diceritakan orangtua saya. Untuk membuat
tulisan ini sulit bagi saya mengingat kembali pengalaman-pengalaman beragama yang pernah saya
alami. Saya berusaha mengingat semua keterlibatan mulai dari diri saya sendiri, orangtua,
keluarga, lingkungan sosial, dan pihak-pihak lain yang terlibat di dalam pembentukan pengalaman
beragama ini.

Dalam mengawali tulisan ini mereka yang paling pertama terlibat dan perlu saya bahas
adalah orangtua saya. Mereka menikah 26 tahun yang lalu sesuai dengan aturan pernikahan di
dalam agama Islam. Semasa kami tinggal bersama orangtua dan adik ibu saya, saya hanya mampu
mengingat bahwa kami sekeluarga, saya, kakak saya, dan orangtua saya, beberapa kali sembayang
bersama di dalam kamar. Saya memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perintah
sembayang dari orangtua. Ibu saya sangat keras menyuruh saya, tapi semua itu berujung pada
pemberontakan. Saya memberontak ketika dipaksa dan untuk beberapa menit mengunci diri di
kamar mandi. Saya bersikap anarkis. Saya melukai tangan saya sendiri menggunakan kuku. Saya
tidak ingat berapa usia saya pada saat itu dan hal-hal lainnya. Saya hanya ingat kejadian itu
berlangsung ketika hari sudah gelap dan saya masih SD. Pengalaman yang lainnya, saya pernah
begitu khidmat sembayang dan berdoa sendiri. Saya masih mengingat dengan jelas hari itu adalah
hari Minggu dan orangtua saya sedang menjaga kakak saya yang dirawat di rumah sakit akibat
DBD. Saya berdoa agar ia lekas sembuh dan pulang ke rumah.

Sejak TK saya tinggal bersama nenek, kakek, dan adik ibu saya. Nenek dan kakek saya
memiliki agama yang berbeda. Nenek saya beragama Islam dan kakek saya beragama Konghucu.
Mereka menikah berdasarkan tata cara dalam agama Islam. Sesuai dengan cerita ibu saya, kakek
saya telah masuk agama Islam ketika menikahi nenek saya. Namun, kakek saya kembali lagi ke
agama Konghucu setelah menikah. Dengan agamanya tersebut, kakek saya membutuhkan alat-alat
untuk sembayang seperti makanan dan sebagainya. Sembayang yang ia lakukan pun beragam.
Pada bulan-bulan tertentu kami harus menyiapkan makanan dalam jumlah ganjil, kertas, dan
sebagainya. Saya selalu membantu nenek saya menyiapkan segala kebutuhan untuk sembayang
kakek saya.

Dulu hampir seluruh saudara kandung ibu saya beragama Kristen, kecuali adik laki-laki
ibu saya. Saya sering melihat buku Puji Syukur dan Al-Kitab milik tante saya yang tinggal serumah
dengan saya, tapi seingat saya, saya tidak pernah membacanya. Saya merasa biasa saja dengan hal
itu. Keberagaman yang sudah saya saksikan sejak kecil di dalam ruang lingkup terdekat saya, yaitu
keluarga.

Pada semester dua kelas lima SD saya pindah rumah dan mengharuskan saya untuk pindah
sekolah. Saya pindah ke SD Katolik Bintang Kejora Ciputat. Ketika mendaftar ke sekolah tersebut
saya dan orangtua harus membuat dan menandatangani surat perjanjian bahwa saya bersedia
mengikuti pelajaran agama Katolik sesuai dengan yang diajarkan di sekolah tersebut. Saya
mempertanyakan kesanggupan saya mengikuti mata pelajaran agama Katolik saat itu. Setelah
mempelajari beberapa kali saya merasa mata pelajaran tersebut tidak sesulit mempelajari agama
Islam karena tidak terdapat bahasa asing di buku pelajaran tersebut. Semua sangat mudah untuk
dihafal oleh saya. Selain itu, saya tergabung di dalam ekstrakurikuler Paduan Suara di mana saya
menjadi sering menyanyikan lagu-lagu pujian dari buku Puji Syukur. Pada suatu kesempatan saya
dan teman-teman diminta untuk mengisi Paduan Suara di sebuah gereja. Itulah pengalaman
pertama saya ke gereja. Tidak banyak yang mengetahui bahwa agama saya adalah Islam hingga
saya lulus dari sekolah itu.

Dikarenakan sekolah saya berdomisili di Tangerang Selatan, maka saya harus mengurus
berkas-berkas kelulusan saya agar dapat melanjutkan sekolah di sekolah negeri di Jakarta.
Sayangnya saya tidak mendapatkan kesempatan pada tahun itu. Saya dan orangtua akhirnya
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMP Katolik Santa Maria Fatima Jatinegara. Saya
merasa tidak secanggung dulu ketika saya pindah sekolah akibat agama. Saya cenderung mampu
berbaur dengan yang lainnya. Hampir seluruh teman-teman saya tidak menyadari bahwa saya
beragama Islam karena wajah saya yang agak chinese. Lambat laun sebagian dari mereka
mengetahuinya karena saya puasa pada bulan Ramadhan.

Ada perasaan malu dan kecewa pada diri sendiri. Saya tidak mampu mengingat atau
menyebutkan surat-surat pendek pada masa itu. Mungkin juga saya sangat jarang sembayang.
Namun, saya masih menjaga perilaku saya sebagai orang yang beragama. Rok saya lebih panjang
dibandingkan rok teman-teman saya. Beberapa minggu yang lalu pun Facebook mengingatkan
saya bahwa saya pernah menuliskan sebuah status yang menunjukan bahwa saya senang akan
segera sekolah di sekolahan negeri sehingga saya dapat menutupi aurat saya. Di SMA sebenarnya
kondisi tidak jauh berbeda. Saya masih jarang sembayang. Tapi pada suatu waktu saya
memutuskan untuk berhijab. Awalnya sederhana, karena saya melihat teman saya mengenakan
jilbab. Setelah semester dua kelas dua SMA saya mengenakan jilbab sehari-hari.

Saya berusaha mengingat-ingat dan mendapati sebagian besar buku yang saya beli bertajuk
religi seperti La Tahzan. Saya enggan bicara tentang agama dengan orang lain atau mungkin saya
sulit percaya kepada orang lain untuk membicarakan agama tanpa menghakimi. Saya mempelajari
sendiri agama yang saya yakini ini. Mereka yang berada di sekitar saya atau teribat di dalam hdup
saya tidak punya andil yang saya setujui dalam hidup saya. Ini sudah menjadi prinsip tegas dalam
hidup saya bahwa imanmu adalah urusanmu dengan Tuhan, bukan urusan manusia. Untuk
beberapa kali diskusi mengenai hal bersifat keilmuan saya membuka diri bahwa banyak yang tidak
saya ketahui. Selama ini saya memotivasi diri saya sendiri untuk mempelajari keyakinan saya.

Saya merasa perbedaan agama tidak semata-mata adalah perbedaan. Saya merasa kita,
umat beragama, dipisah oleh aturan dalam kitab agamanya masing-masing. Atribut yang kita
kenakan, atau kitab yang kita percayai, dan sebagainya merupakan simbol agama. Bagi saya agama
adalah mengenai iman individu dengan peciptanya. Simbol adalah sesuatu yang membuat kita,
umat beragama, membedakan satu sama lain. Lahir dari sebuah keluarga besar yang beragam
membuat saya menghargai perbedaan dan mampu berbaur dengan yang lain. Saya tidak pernah
merasa sinis dengan umat beragama yang menjalankan agamanya dengan damai. Saya sendiri bisa
benci terhadap umat beragama Islam yang mengusik perdamai. Padahal ditegaskan dalam agama
Islam bahwa “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 1-6). Tidak perlu
mengusik satu sama lain ataupun menghakimi. Agama tidak menjamin manusia masuk surga,
tetapi imannya. Semua pikiran saya mengenai agama saya dapati juga dari membaca Al-Kitab.
Mereka selalu menegaskan tentang cinta kasih dan menghormati sesama. ”Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al Isra’: 84). "Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 7:12).
Saya enggan mendengar ceramah yang belum jelas latar belakang penceramahnya. Saya
tidak mau menjadi sesat karena mengikuti perkataan orang lain. Selama ini saya lebih senang
membaca, lalu menganalisisnya. Dan kalaupun saya harus mendengar ceramah, maka saya juga
akan menganalisisnya dan sebuah patokan sederhana, apakah ceramahnya memprovokasi untuk
membenci, mengintimidasi, atau merendahkan. Sebagai seorang muslimah, sebuah bahan bacaan
yang tidak bisa saya bantah adalah Al-Quran. Saya tahu jelas bahwa saya diminta untuk
menjadikan buku sebagai referensi saya dalam tulisan ini, tapi saya tidak dapat membandingkan
iman manusia hanya karena buku yang ditulis oleh manusia. Iman yang ia yakini dalam dirinya,
iman yang mendorong niatnya bersikap, dan iman yang mendasari perilakunya di dalam
masyarakat.

Sebagai seorang calon konselor, saya bersyukur dengan pengalaman beragama saya. Saya
merasa tidak punya stereotip buruk terhadap pemeluk agama yang lainnya. Saya hanya perlu
memahami bahwa tindakan keliru yang mengatasnamakan agama adalah karena ketidaktahuan
yang diprovokasi. Semua agama memiliki satu hal yang sama, yaitu menghormati sesama,
mengasihi, dan menjaga kedamaian dalam beragaman. Tidak ada satupun agama yang
mengajarkan untuk membenci. Saya belajar bahwa betapa pentingnya toleransi beragama. Dan
sebagai calon konselor, saya selalu memiliki dorongan untuk memahami agama lain. Saya
menyadari bahwa era globalisasi mengharuskan saya beradaptasi dengan suatu isu yang sangat
sensitif di masyarakat luas, tetapi sangat dalam pada diri tiap individu, yaitu agama.
Nama : Annisa Sholiha

NIM : 1715140187

Kelas : BK A 2014

Agama, spiritualitas dan konseling

Saya dibesarkan dari keluarga yang religius. Dari kecil saya sudah diajarkan banyak
mengenai Islam. Mulai dari Ibu saya yang sering mendongeng kisah tentang nabi dan Rosul,
diajakrkan bagaimana cara sholat, saya juga di masukkan ke dalam TPA untuk belajar ngaji.
Tidak hanya dilingkungan rumah saya dididik dengan nilai-nilai keislaman, untuk pendidikan
saya juga di masukkan ke dalam sekolah Islam.

Saya beruntung dibesarkan dari keluarga yang amat menjaga nilai keislaman. Namun ada
yang unik di dalam keluarga, saya jarang bahkan asing melakukan sujud syukur, saat itu adik
saya terkena suatu penyakit, berbulan-bulan adik saya merengek kesakitan. Semenjak adik saya
sakit saat itu, saya dan keluarga sering melakukan tilawah bersama-sama. Itu jarang sekali
dilakukan, karena kebiasaan kami di ruamh tilawah dilakukan secara individual.

Saat adik saya dinyatakan sembuh oleh dokter, ibu langsung bersujud dan mengucap
syukur kepada Allah, bapak dan saya pun hanya mengucap Alhamdulillah, ibu tiba-tiba
mengajak saya dan bapak melakukan sujud syukur secara serempak dan tak lupa bermunajat
kepada sang Maha Pencipta atas karuniaNya. Saya akhirnya melakukan apa yang dipinta oleh
Ibu saya, namun hal yang saya lakukan terasa asing bagi saya, karena saya sama sekali tidak
pernah melakukan hal itu.

Ternyata hal-hal seperti peristiwa diatas memberikan kedekatan hubungan kami antar
keluarga dan meningkat aspek religius dari keluarga kami.

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga saya selalu menjalankan ajaran-ajaran Islam


seperti biasa, namun saya merasa ada yang berbeda dengan pola ibadah yang dilakukan oleh
keluarga saya saat di dalam keluarga kami ada yang terkena musibah, seperti sakit, habis ditipu,
atau masalah keluarga besar. Pola ibadah yang dilakukan oleh keluarga inti saya lebih ketat dan
terstruktur. Mulai dari sholat tahajud, membaca al-ma’tsurat, yang biasanya jarang dilakukan
oleh keluarga saya melakukan sholat sunah sebelum/sesudah shalat wajib, hampir tiap sholat
wajib keluarga inti saya melakukan hal itu. Tilawah sehabis maghrib sampai isya juga dilakukan
oleh keluarga jika kami sedang mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan.

Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga inti saya dalam menyikapi musibah
ataupun masalah mempengaruhi kepribadian saya dalam cara pandang saya terhadap suatu
masalah. Saat saya sedang diberikan sakit oleh Allah, saya berpikir bahwa Allah sedang rindu
dengan rintihan dan doa-doa saya, sebab itu Allah memberikan ujian ini kepada saya. Saya juga
berpikir bahwa mungkin karena selama ini saya sangat jauh dengan Allah, saya jarang
berkomunikasi dengan Allah, saya jarang menjalankan perintahNya sehingga Allah memberikan
sakit ini sebagai pelebur dosa dan sekaligus mengingatkan saya agar beribadah kepadaNya.
Memiliki cara pandang seperti itu membuat diri saya termotivasi untuk lebih dekat denganNya.
Saya pun lebih giat untuk melakukan ibadah dari sebelumnya. Saya terus memohon dan meminta
kesembuhan kepada Sang Maha Pemurah. Peristiwa ini memberikan dampak yang besar
terhadap kehidupan saya. Ada beberapa hal yang saya sadari bahwa saya benar-benar kuat
menjalani sebuah ketetapan dari Allah. Penyakit yang tak kunjung sembuh membuat pribadi saya
tahan banting dengan hal itu karena saya memiliki Allah yang tahu segala hal yang terbaik untuk
diri saya.

Peristiwa di atas menggambarkan saya pribadi yang “tahan banting” dalam setiap
cobaan”, “rajin ibadah karena itu adalah sesuatu musibah yang sudah menjadi ketetapanNya, itu
adalah kondisi saat saya masih SMA hingga menjadi mahasiswa BK semester dua.

Bagaimana dengan pribadi saya saat ini yang sudah menjadi mahasiswa semester lima
terhadap cara pandang saya saat mengalami musibah?. Saya benar-benar mengalami hal yang
berbeda dari apa yang sebelumnya pernah saya lakukan, bahkan 180 derajat berbeda. Saat ini
usia saya menuju masa dewasa, namun justru menjadi hal yang penuh dengan kebimbangan,
kebingunan, sudah capek, lelah, dan merasa bosan. Saya merasa ini saat ini adalah iman saya
yang sangat jatuh. Kedewasaan saya dalam usia tidak menjamin bahwa saya akan bersikap
dewasa saat mengalami ujian. Saya ungkapkan dari lubuk hati saya yang paling dalam bahwa
iman saya benar-benar sedang hancur saat ini.

Saat ibu saya selalu menekan saya untuk sholat, sholat, sholat di awal waktu saya
berubah menjadi pribadi yang tidak menuruti kemauan ibu saya. Dulu saya pribadi yang sangat
menurut jika diperintahkan sholat, saat ini semakin dewasa saya menjadi semakin tertekan oleh
perintah ibu saya yang mewajibkan saya untuk sholat awal waktu.

Ibu sering mengatakan hal ini berulang kali “mba mau kamu berteman dengan siapa?”,
“mau kamu pulang jam berapa?”, “kamu main kemana?”, yang penting kamu jangan lupa
sholat,” sholat ya mba!!. Semakin dewasa, saya memiliki pola pikir yang berbeda dari
sebelumnya, jika saya dulunya menuruti perintah ibu saya tanpa harus membantah, namun saat
ini saya merasa menjadi “dewasa sableng”, itu adalah julukan dari saya dan untuk diri sendiri.
Saya menilai ajaran yang selama ini Ibu saya berikan semata-mata karena ibu saya takut dirinya
di seret ke dalam Neraka jika saya tidak mau sholat, saya juga melihat ibu saya, mengalami
ketakutan-ketakutan saat anaknya tidak “sholat” bahkan ibu saya hampir selalu menangis jika
anak-anaknya tidak sholat, ibu saya takut bahwa anak-anaknya akan masuk neraka jika tidak
sholat. Bukan hanya ibu saya yang mengalami ketakutan saat melihat salah satu anaknya ada
yang tidak sholat, bahkan saya dan adik saya saat ini mengalami tekanan terhadap dampak dari
ketakutan ibu saya yang takut masuk neraka. Saya sedih saat melihat ibu saya menangis,
melamun karena melihat salah satu anaknya tidak sholat, karena ketakutan-ketakutan itulah yang
menyebabkan saya bosan dan capek terhadap tekanan dan dampak perilaku ibu yang sering
ditampilkan saat di rumah.

Yang membuat saya terkejut adalah saat adik saya mengatakan ia meminta izin kepada
ibu saya agar dirinya menjadi “orang gila”, pernyataan adik saya membuat seisi rumah kaget, ia
mengatakan bahwa “orang gila tidak di hisab, tidak dimintai pertanggungjawabannya di akhirat,
“aku ingin jadi orang gila aja, aku takut dosaaa, aku takut masuk nerakaaaa”. Saat disitulah iman
saya mulai jatuh. Ibu saya melihat bahwa saya merupakan anak yang patuh terhadap perintah
agama dibandingkan saudara-saudara lainnya, saat itu saya benar-benar sedang terpuruk karena
hormon di dalam tubuh saya lagi-lagi bermasalah. Saya hanya melamun saat itu dan tidak
biasanya saya meninggalkan sholat begitu saja. Saat adzan terdengar dari rumah benar-benar
berat rasanya untuk melakukan hal itu. Ibu saya yang melihat saya tidak mengambil air wudhu
langsung meneriaki saya dan meminta untuk saya sholat, saya pun mengiyakannya, namun saya
tidak sholat. Ketika ditanya sudah sholat? Saya berbohong dengan perasaan yang berkecamuk,
karena baru kali itu saya berbohong kepada ibu saya.

Saat saya merasa jatuh iman saya, disitulah saya mulai mempertanyakan maksud Allah
memberikan saya ujian terus menerus. Dulu yang awalnya saya selalu menerima terhadap ujian
dan sakit, justru sekarang saya mempertanyakaan kenapa saya yang diberikan ujian. Efek itu
membuat saya menjadi sangat malas untuk beribadah, sholat pun jika memang lagi ada kemauan,
namun saat ini saya mudah sekali untuk meninggalkan sholat tanpa ada rasanya penyesalan.

Saat mulai dewasa ini, saya bisa melihat betapa ibu saya telah memberikan efek dari
ketakutannya diseret ke dalam neraka, justru saat ini saya sedang membutuhkan pemahaman
islam dan kebutuhkan muslim terhadap islam tidak hanya membahas neraka dan surge namun
saya membutuhkan pengajaran tersebut agar saya lebih bisa memahami dan memaknai
ketenangan di dalam Islam yang sesungguhnya seperti apa, saya belum mendapatkan itu dari ibu
saya.

Saya kira apa yang saya dan keluarga alami saat ini terkait dengan perjalanan
keberagamaan kami memiliki ada kaitannya dengan etnis keluarga kami yaitu etnis “Betawi” .
Etnis betawi memang merupakan etnis yang orang-orang di dalamnya memiliki nilai religi yang
tinggi. Di dalam etnis betawi sholat merupakan sesuatu yang penting yang menjadi tonggak
untuk kehidupan. Nenek buyut dan nenek merupakan penceramah atau biasa di kenal dengan
sebutan ustadzah di daerahnya. Tidak heran jika keluarga saya dibentuk dan diajarkan dengan
nilai-nilai religi.

Saya ingin menceritakan kembali peristiwa dimana saya menjadi agama mayoritas
disebuah kelas di salah satu SMA Negeri di Jakarta, namun saya merasa terkejut melihat
perlakuakn-perlakuan mereka yang sama seperti saya menjadi agama mayoritas namun mereka
memiliki prasangka-prasangka yang tidak baik terhadap agamanya sendiri. Dari mulai agama
dijadikan bahan ledekan contohnya saat guru agama kami sedang bersholawat di kelas sebagian
siswa malah menjadikan sholawat menjadi bahan ledekan. Ada peristiwa yang mencengangkan
bagi saa, saat saya sedang membaca buku religi yang berjudul “ agar selalu di tolong Allah”,
beberapa teman ada yang penasaran saya sedang membaca apa? Isinya apa? Kemudian saya
perlihatkan dan saya bacakan judulnya, saya kaget melihat ekspresi teman-teman saya, yang
menunjukkan mimiki muka yang tidak mengenakkan, dan mereka “iyyuh”, sontak saya pun
kaget mendapatkan respon seperti itu dari teman saya, karena mengapa saya kaget? Ya jelas
sekali bahwa bukunya yang sedang saya baca mengandung banyak arti bahwa kasih sayang
Allah sangat luas, namun mereka yang sama-sama mayoritas namun justru mereka lah yang
memberikan prasangka-prasangka buruk terhadap agamanya sendiri. Aneh ? Ya? Jelas aneh?
Karena sebagian dari teman saya ada yang malu jika mengaku dirinya muslim saat sedang
hangout dengan teman sepergaulannya. Justru saya melihat orang-orang agama minoritas
memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama. Bahkan saat saya duduk dibangku SMA,
saya justru lebih dekat dengan teman yang memiliki agama yang berbeda dengan saya. Bahkan
kami pun sangat akrab. Saya nyaman dekat dengan mereka yang memiliki agama yang berbeda
dengan saya, saya begitu banyak belajar dari mereka, yang sama-sama saling menghargai apapun
yang diyakini oleh temannya. Mereka juga sering memberikan support kepada saya saat sedang
menjalani puasa.

Saya memiliki sebuah buku dari seseorang yang special untuk saya. Dia memberikannya
saat saya sedang jatuh sakit. Buku tersebut memberikan telah banyak memberikan pencerahan
sekaligus memberikan jalan untuk perbaikan kehidupan saya saat ini. Buku ini memberikan cara
pandang saya bahwa memang sudah seharusnya umat muslim menjalankan kewajiban-
kewajiban dengan sepenuh hati dan sekaligus memberikan keteduhan bagi pembaca. Tidak
hanya akhirat yang dikejar melainkan dunia dan akhirat harus seimbang. Ibu saya yang selalu
mendoktrin saya untuk mengedepankan kesuksesan akhirat terlebih dahulu namun di dalam buku
ini saya menjadi merasa hidup di dunia ini. Saya lebih memahami apa yang seharusnya saya
lakukan di dunia ini. Sedikit demi sediikit saya mulai bisa memaknai islam yang sesungguhnya.
Islam memberikan kedamaian ketenangan, dan ternyata banyak kunci-kunci kehidupan yang
saya jumpai dalam buku ini. Islam memberikan banyak pengetahuan serta ajaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Buku ini telah banyak memberikan perubahan
terhadap cara pandang saya selama ini, oleh sebab itu karena saya telah menikmati buku ini saya
pun perlahan-lahan mulai memikirkan didikan dan doktrin-doktrin yang diajakarkan oleh ibu
saya. Jika dulunya saya menuruti dan mengangguk-anggukan kepala setiap mendengar wejangan
atau nasihat dari ibu, maka saat ini saya mulai kritis dan bisa mempertimbangkan mana hal-hal
yang saya setuju dan tidak setuju atas nasihat yang ibu berikan.
Penting sekali bagi konselor untuk memahami pemahaman mengenai agama ini karena
saat melakukan konseling, konselor benar-benar sudah tahu nilai-nilai apa yang diyakini di
dalam hidupnya penting sekali dalam melakukan konseling, dan selain itu konselor juga dapat
melihat pandangannya mengenai agama yang diyakini dan perasaan terhadap agama yang
diyakini agar dalam hal ini konselor dapat membantu konseli dengan optimal dengan
mempertimbangkan segala hal yang ia yakini dan di terima.

Bahan bacaan

Al-Qarni, Aidh. (2006). Cahaya Pencerahan : untuk menraih kesuksesan di dunia dan di
akhirat. Jakarta : Qisthi Press
Nama : Aprilia Kartikawati

Nim : 1715140182

Tugas : Tugas Syarat Masuk mengenai Agama Sendiri

Usia tiga tahun Usia 18 tahun


Usia 18 tahun sampa sekarang
saya mendalami Usia tujuh Usia 14 tahun saya teman saya saya bergabung
ilmu agama di tahun saya mengikuti eksul ROHIS mulai percaya dengan
sebuah TPA ikut ROHIS dan menjadi Ketua tuhan kembali organiasai islam
SD ekskul tersebut di FIP

Usia lima tahun


guru TPA saya Usia Tuhan tidak
mengatakan bahwa enam
murid yang BODOH pernah Saya tidak
karena tidak dapat tahun mendengar percaya tuhan
menghapal Asmaul Saya saya
Husna dengan banr keluar
dari TPA
Pengalaman keberagamaan yang penting bagi keluarga saya mungkin tidak masuk akal, namun ini kami alami yakni ketika kakak
pertama tergila-gila pada seorang pria, kakak saya menjual seluruh harta bendanya untuk menghidupi pria tersebut dan bahkan kakak saya
sampai lupa akan jalan pulang lalu ayah saya menemui seorang kiyai yang bertempat tinggal di daerah Bogor dan menurutnya kakak saya sudah
diguna-guna oleh pria itu awalnya kami sekeluarga menganggap sang kiyai berbohong dan hanya menginginkan harta keluarga sebagai upahnya,
namun pria tua itu justru tidak meminta upah apapun setelah ayah saya berkonsultasi dengannya dan dia mengatakan bahwa jika ingin meminta
bantuan mintalah pada-Nya bukan kepadanya. Ayah saya tadinya sangat jarang sholat dan berpuasa, tapi sejak kejadian itu dia menjadi rajin
sholat dan puasa Nabi Daud ketika ditanya oleh ibu saya mengapa dia tiba-tiba berubah secara drastis ayah saya menjawab “Aku pengen anak
kita balik”, Alhamdulillah kakak saya melupakan pria tersebut bahkan dia tidak tahu apa yang terjadi saat tinggal bersama pria yang keluarganya
tersebut.

Pengalaman keberagamaan yang penting bagi saya adalah ketika saya saya sedang tidak waras, saat itu saya menanyakan siapa, di mana
dan mengapa TUHAN melakukan hal ini pada saya ? Pada saat di rawat saya merasa bahwa tuhan itu tidak ada, saya pernah mendengar sebuah
pengajian yang mengatakan bahwa “Tempat orang GILA itu diantara surga dan neraka, ketika angin surga berhembus maka mereka akan
bahagia, jika angin neraka berhembus maka mereka akan menangis”, lalu saya berpikir begitu tidak adilnya DIA karena dia yang sudah
membuat saya seperti ini, dia sudah menciptakan saya berwujud seperti ini, lalu dia akan menempatkan saya di tengah-tengah, apakah itu yang
namanya tuhan? Saya juga menganggap bahwa TUHAN itu otoriter, segala perintahnya harus ditaati jika tidak maka akan mendapat neraka
buatannya. Tuhan berkata bahwa Dia menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan, tapi apakah ada yang mau berpasangan dengan
seorang MANIC seperti saya ? Sekitar setahun pada Bulan Ramdhan pada saat saya hendak pulang seusai les di rumah Guru Les Ekonomi, saya
bertemu seorang gadis kecil yang berpenampilan lusuh, dia menanyakan “Kak, tahu masjid di mana enggak kak?” awalnya aku tidak
menanggapi gadis tersebut dan lari, tapi tiba-tiba dia sudah ada di hadapanku dan menanyakan hal yang sama “Kak, tahu masjid di mana enggak
kak?” akhirnya aku menyerah dan mengantarkannya, lalu dia minta diajari wudhu, tapi aku menolak “Aku enggak bisa, udah gue mau pulang”
dan lagi-lagi anak itu meminta saya untuk wudhu, sayapun mengajari dia wudhu dan dia meminta saya untuk sholat dengan refleks saya menolak
“Orang kayak saya mau sholat ribuan kalipun enggak akan masuk surga, Dia emang bakal ama saya apa ? Udah kalo mau sholat aja sendiri”,
tetapi gadis itu berkata “ Kalau kakak merangkak, maka Dia akan berjalan menghampiri, kalau kakak berjalan maka Dia akan berlari-lari kecil”
awalnya aku kira aku halusinasi dan dosisnya harus ditambah dan karena aku bosan mendengar ocehannya lalu aku mengambil wudhu dan
sholat, pada saat itulah saya merasa tenang dan ketika saya selesai anak itu sudah tidak ada karena saya penasaran saya bertanya pada Pak Entis
selaku penjaga masjid, tapi jawabannya membuat saya kaget “Enggak ada anak cewek,kok yang keluar masjid, emang kenapa neng?” Jika benar
itu halusinasi saya maka saya berterimakasih pada halusinasi ini karena saya bisa menemukan ketenangan dan saya tidak pernah menceritakan
hal ini pada psikiatri saya, karena takut dia akan menambah dosisnya.

Mama saya pernah berkata “Kamu umur tiga tahun aja udah mau ikut kakak sekolah, yaudah kamu sekolah di rumah Teteh Erna aja ya”
sejak kecil saya sudah mengikuti kegiatan keagamaan, Teteh Erna adalah pemiliki TPA Tarbawiyah sayapun sekolah di sana mengenai tajwid,
fiqih dan sejarah islam. Perasaan saya saat itu adalah bangga karena saya diusia tiga tahun sudah bisa sekolah, sudah bisa mengaji dan teman-
teman di sana menganggap saya sebagai adiknya sendiri begitu juga Teh Erna dia mengangggap bahwa saya dapat menggantikan Krisna
anaknya yang meninggal karena demam berdarah. Perasaan bangga itu hiang ketika saya sudah ditingkat tertinggi yakni kelas Ruhiyah, pada
saat itu yang Teh Erna sedang cuti melahirkan dan di gantikan oleh Teh Uum yang waktu itu materinya mengenai Allah dan Para Rasul, saya
tidak dapat menghapal Asmaul Husna dengan baik dan dia mengatakan “Kamu itu, pril bodoh banget masa Asmaul Husna aja enggak hapal-
hapal” saya sangat kecewa katika di bilang bodoh, mama saya saja tidak pernah mengatakan saya bodoh jika saya melakukan kesalahan atau
ketika saya mendapat nilai 5 pada matematika dia tidak pernah mengatakan bodoh pada saya.

Pada saat kelas dua SD saya tertarik dengan suara rebana yang dimainkan oleh anak kelas enam dengan izin mama, saya pun mengikuti
Rohis SD, agar bisa memainkan rebana pada saat maulid nabi nanti. Saya sangat senang karena pengajar rohisnya Ibu Lala adalah wanita yang
cantik dan juga penyabar, tidak seperi Teh Uum yang jika melakukan kesalahan maka dipukul dengan penggaris kayu. Maulid Nabipun tiba saya
dan teman-teman membawakan shalawat yang diiringi musik rebana. Ketika SMP saya mengikuti tiga ekskul yakni, keperawatan, KIR dan rohis.
Saya memilih keperawatan karena ingin seperti kakak saya yang saat itu berkuliah di FIK UI, memilih KIR karena saya suka kegiatan menyusun
karya ilmiah dan rohis saya ingin memenuhi kehausan saya akan ilmu agama. Awalnya saya tidak percaya bahwa saya akan menjadi ketua rohis,
tetapi Allah, s.w.t berkehendak lain, Dia memberikan amanah yang besar di pundak saya. Program Kerja saya waktu itu adalah membagi-
bagikan makanan pada kaum Dhuafa, mengajar mengaji anak-anak dilingkungan sekitar dan menjadi relawan di panti asuhan Mizan.
Berbanding terbalik dengan masa SD dan SMP masa SMA adalah masa tersuram bagi saya, Tuhan tidak pernah melihat, mendengar dan
menolong saya ketika para binatang brengsek itu menghancurkan barang-barang saya, ketika mereka menyiramkan air comberan ketubuh saya,
ketika mereka mengganti nama di LJK menjadi nama orang brengsek itu dan sayapun menganggap bahwa kata tuhan adalah bualan belaka,
sampai akhirnya halusinasi itu menyadarkan saya dan percakapan saya dengan Baim yang menurut profesor pendek, botak dengan bau parfum
khas bapak-bapak yang akan sholat jumat adalah halusinasi

Baim : “Pril, lu tahu enggak kenapa Adam ketemu ama Hawa ? kenapa Nabi Ibrahim di bakar ? Kenapa Nabi Muhammad ketemu ama Ibunda
Khadijah ? Lu lebih suka film yang mudah ketebak akhirnya atau film yang buatlu penasaran ?”

Saya : Enggak semuanya enggak dari yang Adam-Hawa ampe film semuanya enggak, gue benci spoiler

Baim : Itu semua hasil karya-Nya, Dia yang menyutradarai itu. Sebenarnya lu aktor dari filmya, tapi elu enggak tahu akhirnya karena itu yang
buat seru

Baim : Lu pernah naik pesawat, lu takut enggak ketika naik pesawat ?

Saya : Ya enggak takutlah, kan pilotnya ada

Baim : Nah kenapa lu masih takut ama hiduplu ? Kan udah ada pilotnya.

Saya tidak peduli sebesar apapun usaha pria botak itu menyakinkan bahwa Baim adalah halusinasi, bagi saya dia adalah teman sejati
yang menegur dan menyemangati saya.
Ketika saya mendapat kata “Selamat anda menjadi calon mahasiswa Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta” awalnya saya bingung apakah saya bisa, karena setahu saya universitas ini berisi wanita berkerudung lebar dan seperti
Universitas Pesantren Jakarta. Timbul pertanyaan dibenak saya “Apakah mereka akan menerima saya yang mempertanyakan tuhan ?”
Ketakutan saya hilang ketika saya bertemu Nanda, Filja, Ansol dan Dwi. Nanda, Filja dan Ansol lah yang memperkenalkan saya dengan rohis di
Fakultas itu (Formasi Tarbawi) perasaan saya ketika berada di sana adalah seperti sebuah noda yang tidak bisa hilang, orang asing atau orang
yang sedang tersesat, tetapi saya masih bisa bertahan karena gadis kecil yang saya namai Amelia itu, saya takut jika mereka tahu siapa saya
maka mereka akan meninggalkan saya dan saya tidak mau kejadian dulu terulang, saya tidak mau obat-obat itu disuntikan ketubuh saya, tetapi
kata pria botak dengan “Bergaul itu salah satu terapi yang baik, jangan pedulikan masa depan biarkan itu mengalir yang terpenting adalah
caramu untuk mengontrol Baim dan Amel dan sebanyak apapun orang yang ada didekatku jika aku masih melihat Baim ataupun Amel cobalah
fokus. Jika kamu berada dengan keempat temanmu dan kamu sama sekali tidak melihat atau memikirkan Baim dan Amel maka tetaplah bersama
mereka.”

Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, keistimewaanya adalah kita dapat berdakwah kapan saja dan di mana saja tanpa takut ada
yang mencibir dan tersedianya masjid atau mushola di setiap pusat perbelanjaan, hotel, restoran dan sekolah/universitas. Saya sedang mencoba
seperti teman-teman satu organisasi saya yang mengenakan berbusana syar’i tetapi anggapan bahwa yang syar’i adalah teroris membuat saya
ragu untuk mengenakan busana syar’i. Menurut saya sebagai umat islam, saya tidak pernah terdiskriminasi, tetapi mungkin secara tidak sadar
saya atau umat islam lainnya mendiskriminasi umat agama lain. Kekuatan agama yang saya peroleh dan digunakan pada saat melakukan
konseling adalah “Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan pada Allah dan janganlah berskiap
lemah (HR. Muslim).” “Bersabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S. AL Anfal :46)” dan “Jangan resah andai ada
yang membencimu, karena masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membenci, karena tiada
lagi yang mencintai di Akhirat” (Imam al Ghazali)”
Mama saya mengajarkan anak-anaknya untuk tidak menyalahkan orang lain karena agama, etnis dan status sosialnya, saya tidak peduli
dengan agamanya, etnis dan rasnya jika dia baik pada saya maka saya akan baik padanya, toh kita semua itu manusia seharunya saling
menghargainya bukannya saling menjatuhkan. Saya memiliki sebuah buku yang berjudul Resolusiku isi dari buku ini adalah cerita sahabat Nabi
dan kisah-kisah inspiratif, ada beberapa kisah yang membekas yakni ketika sorang ahli agama yeng justru hidup kekal di neraka karena pada
akhir hayatnya dia berbuat maksiat, sedangkan adiknya yang hobi maksiat justru hidup di surga karena di akhir hayatnya dia bertaubat, kisah
burung pipit yang menyelamatkan manusia yang hampir dimasukkan ke neraka, dia memohon pada Allah agar orang yang sudah
menyelamatkannya dari pembunuh, terbebas dari api neraka dan kisah anak yang melihat orang tuanya yang wafat tinggal di sebuah tempat
berlumpur menjijikan sambil memegang seonggok daging, sedangkan sang ayah yang hidup di tempat indah. Sejak saat itu saya mulai mencari-
cari buku mengenai taubat dan sebaginya karena hanya dengan berada di sebuah lingkungan muslim belum dapat memuaskan rasa dahaga saya.
Pengetahuan-pengetahuan mengenai agama yang sudah saya peroleh dari buku maupun mengikuti seminar agama, seperti “Kekuatan Sabar”
membuat saya bisa lebih bersabar dalam menghadapi orang-orang itu, “Jomblo Fissabilillah” membuat saya menjadi menghargai diri saya
sendiri sebagai seorang jomblo, dan saya yakin pasti Dia telah memberikan orang yang menerima manic seperti saya, “Lelah Lillah” membuat
semuanya saya melakukan segalanya atas karena Allah, jika semua diniatkan karena Allah, maka segala kelelahan saya akan berubah menjadi
pahala.
TIMELINE KEBERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

Oleh:

AULIYA SAFITRI (1715140177)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERITAS NEGERI JAKARTA
2016
TIMELINE KEBERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

(+) Agama saya adalah Islam. Pada usia 0-5 tahun saya diajarkan oleh kedua orangtua

serta orang-orang sekitar saya untuk mengenal Tuhan saya yaitu ALLAH SWT. Saya diajarkan

untuk bersikap baik dan menghindari hal-hal yang buruk agar mendapatkan pahala dari ALLAH

SWT. Saya juga diajarkan untuk mengenal huruf hijaiyah untuk dapat membaca iqra. Selain

belajar iqra dirumah, saya juga mengikuti pengajian anak-anak. Biasanya pengajian tersebut

dimulai setelah shalat magrib berjamaan di mushala. Pada saat usia tersebut saya selalu

mengikuti orang tua saya atau anak-anak yang usianya diatas saya untuk shalat berjamaan di

mushola. Dari mulai mengikuti gerakan shalatnya sampai seberapa sering mereka melaksanakan

shalat.

(+) Pada usia 5-10 tahun saya belajar lebih mengenal dan mengetahui tentang ALLAH

SWT serta ajaran agama islam. Saya masuk TK dan SD swasta yang sangat ketat ajaran agama

islamnya. Saya lebih rajin mengaji tidak hanya ikut-ikutan anak-anak yang usianya diatas saya,

sudah hafal bacaan shalat serta gerakannya, puasa, sedekah, dan ajaran agama atau beribadah

menurut islam yang lainnya. Di usia tersebut saya mulai mengenali agama lainnya seperti

Kristen dan Hindu. Saya mengenal agama Kristen karena teman semasa kecil saya memeluk

agama Kristen. Saya sempat bertanya-tanya mengapa ia tidak menjalankan ibadah seperti apa

yang saya lakukan. Lalu, saya mengenal agama Hindu karena sejak umur 5 tahun saya mengikuti

sekolah tari bali Nyalian Mas. Awalnya saya belum peduli atau belum mengerti mengapa adanya

perbedaan. Saya mengetahui hal yang berbeda tersebut setelah dijelaskan oleh orang tua, orang

sekitar, maupun guru disekolah bahwa ada beberapa agama selain agama islam.
(+) Pada usia 10-15 tahun saya makin memahami tentang agama saya sendiri.

Bagaiamana harus berbuat baik atau saling menghormati walaupun berbeda agama. Di

lingkungan sekolah saat TK dan SD saya mempunyai teman beragama islam semua dikarenakan

saya bersekolah di swasta islam. Saat masuk SMP negeri, teman-teman saya makin beragam.

Saya juga masih belajar menari di sekolah Nyalian Mas yang mengharuskan saya untuk latihan

menari bali di tempat orang-orang Hindu beribadah. Saya berpikir bahwa bersikap baik itu ada

disetiap agama. Saya tidak punya pengalaman buruk pada saat itu tentang pertemanan saya

dengan teman yang beragama berbeda dengan saya.

Pada usia 15-19 tahun lingkungan social saya makin meluas. Saya masuk SMA Negeri

dan Universitas Negeri. Saya bertemu dengan teman yang berbeda agama serta berbeda etnis.

Mungkin yang berbeda adalah saya sudah tidak mengikuti pengajian yang saya ikuti sejak kecil.

Saya mengaji pada saat selesai sholat dirumah. Saya juga tidak lahi mengikuti sekolah menari

bali Nyalian Mas, teman saya sejak kecil yang beragama Kristen juga sudah pindah, tetapi itu

tidak menjadikan saya tertutup soal agama. Pada usia saya saat ini saya merasa lebih netral soal

agama. Saya tidak ingin melebih-lebihkan atau menganggap bahwa agama lain itu salah. Saya

beranggapan bahwa agama itu benar, mungkin yang salah adalah umatnya. Saya menganggap

teman saya dari agama lain itu sama seperti saya. Kami mempunyai agama dan mempunyai

Tuhan.

Kaitan pengalaman keberagamaan dengan etnis sunda-jawa ketika saya pulang kampung

ke Kuningan, Jawa Barat. Saya sedang mendengarkan seorang ibu-ibu yang berkumpul didepan

warung sambil membicarakan tentang orang kampong sebelah. Yang saya dengar adalah orang

kampong sebelah walaupun beretnis sunda tetapi beragama Kristen sangatlah berbeda dengan

orang beretnis sunda yang beragama islam. Saya pun juga sempat berpikir memang ada orang
sunda yang beragama selain islam? Mungkin sekarang saya bisa menjawab. Ya tentu ada. Tapi

dikampung halaman sangatlah aneh bila ada orang sunda yang beraga Kristen. Begitupun ketika

saya mendengar bahwa ada teman yang beretnis batak tetapi beragama islam.

Dahulu sejak berusia 3 sampai 15 tahun saya mengikuti pengajian di mushola dekat

dengan rumah saya. Pengalaman keberagamaan seperti lebih memahami agama islam tentu saya

sangat dapatkan pada pengajian tersebut. Kami juga bertukan cerita atau sharing seputar kegiatan

beragama yang dipimpin oleh anak-anak yang diusianya diatas dari yang lainnya. Tapi tidak

jarang diselipkan obrolan-obrola seputar agama lain yang menurut saya sekarang sangatlah

negatif. Contohnya seperti agama lain menyembah patung atau mengapa dunia ini satu tetapi

tuhan ada banyak. Mungkin sangatlah seru jika dibahas tetapi bagaimana kalau orang yang

beragama selain islam mendengar obrolan tersebut?

Pengalaman keberagamaan yang tidak menyenangkan menurut saya terjadi baru-baru ini

ketika isu agama semakin marak. Manusia-manusia jahat yang tidak bersikap seperti manusia

memakai kedok sebagai orang yang memeluk agama islam. Tidak sedikit manusia yang meneror

sambil melakukan hal yang anarkis dengan membawa identitas bahwa mereka adalah orang

islam. Saya sangat sedih ketika banyak sekali orang diluar sana menganggap bahwa orang islam

adalah orang yang jahat dan suka meneror. Saya berpikir, setiap manusia bisa jahat. Tidak peduli

dengan agama atau etnis bahkan identitas mereka yang lainnya, intinya manusia bisa menjadi

jahat. Tetapi saya ingin sekali berkata bahwa, jangan salahkan agamanya. Agamanya tidak salah.

Tuhan tidak salah. Salahkan orangnya yang salah dalam menyebarkan sesuatu yang salah.

Di Indonesia agama saya atau agama islam adalah agama mayoritas. Di Indonesia, orang

yang beragama islam memiliki keistimewaan seperti mudah untuk menjadi pemimpin, mudah
dipercaya, dan amanah. Kebayakan orang yang beranggapan seperti itu dikarenakan ingin

mempunyai pemimpin yang satu keyakinnya dengan mereka. Tidak hanya keistimewaan, tidak

jarang juga orang-orang diluar sana mempunyai prasangka buruk terhadap agama islam. Terlebih

ketika melihat orang yang memakai kerudung panjang serta memakai cadar atau melihat laki-laki

mempunyai jenggot yang sangat lebat atau panjang. Orang-orang yang melihat pasti berpikir hal

yang sangat menyeramkan seperti teroris. Padahal orang-orang yang berpenampilan tersebut

hanya ingin mematuhi suna rassul.

Kekuatan agama islam yang dapat saya gunakan dalam konseling menurut saya adalah

orang akakn menilai saya lebih dewasa untuk menyikapi konseli atau mudah dipercaya.

Contohnya seperti saya memakai kerudung, konseli saya pernah berkata bahwa orang yang

memakai kerudung membawa pengaruh positif atau mempunyai energy menyejukan sehingga

konseli lebih nyaman bercerita dan lebih percaya karena terlihat lebih dewasa. Seperti yang saya

tulis diatas, saya merasa bahwa saya adalah orang yang netral tentang agama. Sampai sekarang

saya pun tidak mempunyai nilai-nilai buruk terhadap orang yang agamanya beda dengan saya.

Pengalaman agama yang saya alami dari dulu hingga sekarang membuat saya mengerti bahwa

semua agama sama. Semua agama belajar sesuatu yang baik.


BALQI
SISNAI
NDHI
AUSNI

BKA2014

1715142102

Ti
mel
ineKeber
agaman

Kel
uar
gasay
amer
upakankel
uar
gay
angt
aatpadaAgama,sej
akkeci
lsay
a
sudah di
ajar
kan unt
ukmengaj
ibahkan or
angt
uasay
asampaimeny
ewaust
adz
unt
ukmengaj
arkananakny
amengaj
i
.Or
angt
uasay
ajugamengaj
arkanunt
ukt
idak
memakaipakai
an-
pakai
any
angt
idaksopandansel
alumengaj
arkansay
aunt
uk
ber
pakai
an y
ang t
ert
utup at
au t
idak mengundang napsu.Seper
tihal
nyay
ang
t
ercant
um dal
am Al
-Qur
’an sur
at Al
-A’
raf ay
at 26 y
ait
u “
Hai anak Adam,
Sesungguhny
aKamit
elahmenur
unkankepadamupakai
anunt
ukmenut
upaur
atmu
dan pakai
an i
ndah unt
uk per
hiasan….
”.Ti
dak hany
ait
u,or
angt
ua say
ajuga
mengaj
arkan say
aunt
ukt
idakmenggunakan per
hiasan y
ang ber
lebi
han,kar
ena
menur
utor
angt
uasay
aper
hiasany
angber
lebi
hani
tubi
samengundangper
hat
ian
or
angl
ainy
angmungki
nsaj
aingi
nber
buatj
ahat
.

Say
amul
aibel
ajarmengaj
idar
iumur4t
ahunpadasaatsay
aber
adadi
TamanKanak-
Kanakdengangur
umengaj
iyangdi
panggi
lol
ehor
angt
uasay
ayang
mer
upakant
etaanggasay
asendi
ri
.Namunpadasaatsay
akel
as2SDgur
umengaj
i
say
ameni
kahdanmemi
l
ihunt
ukt
idakmengaj
arkansay
amengaj
il
agi
sehi
nggasay
a
di
anj
urkanol
ehor
angt
uaunt
ukmel
anj
utkanmengaj
idipesant
renset
iappul
ang
sekol
ah,
jadij
i
kadi
l
ihatpadasaatsay
aSDsay
aber
adadiduasekol
ahy
ait
usekol
ah
umum dan j
uga sekol
ah keagamaan.Sampaisay
a kel
as 5 SD or
angt
ua say
a
memper
bol
ehkansay
aunt
ukber
hent
idipesant
renkar
enai
ngi
nfocusunt
ukUj
i
an
Nasi
onal
.

May
ori
tasagamadiI
ndonesi
aadal
ahagamaI
slam,sehi
nggamudahunt
uk
say
adal
am menemukant
empati
badahdi
manapun,mendapatkemudahandal
am
ber
ibadah ket
ika dal
am keadaan y
ang t
idakmemungki
nkan.Namun t
etap saj
a
adany
a pr
o dan kont
rat
erhadap agama I
slam wal
aupun may
ori
tas agama di
I
ndonesi
aadal
ahagamaI
slam.Seper
tihal
nyay
ang bar
usaj
ater
jadimengenai
Guber
nurDKIJakar
tay
ait
uBasukiTj
ahaj
aPur
namaat
auAhokdenganmasal
ah
t
uduhan menghi
na agama y
a wal
upun Ahok sudah menj
elaskan pada akun
I
nst
agr
am bahwadi
ati
dakber
niatmenghi
na,namunsej
uml
ahor
masI
slam t
etap
mel
apor
kan ke pol
i
si di dua l
okasi ber
beda. Bahkan per
masal
ahan i
ni
mengaki
bat
kandemobesarpadat
anggal4Nov
ember2016y
angmengaki
btkan
ker
icuhandanmenur
utsay
amal
ahmembuatnamaAgamaI
slam j
adisedi
ki
tjel
ek
kar
enameny
ebabkanker
icuhan.

Kar
akt
eri
sti
kdar
iAgamaI
slam sendi
riadal
ah menghar
apkan r
idho Al
l
ah,
menj
alankansegal
aper
int
ah-
Nyadanmenj
auhisegal
alar
angan-
Nya,agamay
ang
t
ujuanny
aber
hubunganbai
kdenganTuhan.Hali
tuj
i
kaki
tacer
mat
ibahwasanny
a
ki
tasebagaiumat
-Ny
ahar
usbi
samenj
alankansegal
aper
int
ah-
Nyaseper
tishol
at
l
i
mawakt
u,membacasur
at-
sur
aty
angt
elahdi
tur
unkandant
ercant
um kedal
am
sebuahki
taby
ait
uAl
-Qur
’an,
Puasapadabul
ansuciRamadhan.Ti
dakhany
ait
u,ki
ta
sebagaiumat
-Ny
ajugahar
usmampumenj
auhisemual
arangan-
Nyaseper
tit
idak
mencur
ibar
angor
angl
ain,t
idakmel
akukanhubungansexualdi
l
uarni
kah.Hali
tu
di
l
akukan sebagai
mana ki
ta ber
ter
ima kasi
h kepada sang Penci
ptay
ang t
elah
menci
ptakanki
tadiduni
ainidanmember
ikanki
tani
kmatsehatwal
afi
at.Or
angt
ua
say
ajugasel
alumengaj
arkansay
aunt
uksel
aluber
syukurat
asapay
angt
elah
di
ber
ikan ol
eh-
Nya.Bahkan saat mendapat
kan cobaan,or
angt
ua say
ajuga
mengaj
arkansay
aunt
ukt
etpber
ikht
iardanmenj
adi
kancobaani
tusebagai
pel
ajar
an.
Daf
tarPust
aka

Al
-Qur
’an

M.I
ly
as,W.
A,.&Muhi
bbi
n,M.
S.( .Pendi
2009) dikanAgamaI
slam unt
ukPer
gur
uan
Ti
nggi
.Jakar
ta:
Grasi
ndo.
BERNADETA FELIA DESTY PRASTIWI

1715140188

TIMELINE KEBERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

PENGALAMAN POSITIF

 Bernadeta merupakan nama baptis saya sejak lahir yang diberikan oleh
seorang Romo yang bernama Romo Hardono. Nama Bernadeta diberikan
kepada saya agar saya bisa meneladani hidup seperti Santa Bernadet (orang
kudus dalam kepercayaan agama Katolik) yang memiliki jiwa tangguh dan
pemberani. Dalam kesehariannya orang tua saya selalu menanamkan nilai-
nilai ajaran dari agama katolik. Sejak saya kecil, orang tua saya selalu
mengajarkan saya membuat tanda salib sebelum berdoa, orang tua saya juga
membiasakan saya dan adik saya untuk menyebut nama Tuhan didalam hati
bila melangkah keluar rumah. Selain itu, ibu saya juga selalu mengajak doa
bersama-sama setiap adzan magrib berkumandang. Saya juga diajarkan
untuk belajar aktif dalam pelayanan digereja yaitu dengan mengikuti
sekolah minggu digereja.
 Saat saya duduk di Sekolah Dasar, saya belum merasa terlalu mengenal
adanya perbedaan agama. Setelah mengerti adanya perbedaan agama, saya
selalu menanyakan kepada orang tua saya bahwa mengapa agama ada
banyak, mengapa tidak semuanya beragama katolik. Dibalik semua rasa
penasaran saya akan banyaknya keanekaragaman agama, orang tua saya
selalu mengingatkan saya untuk selalu menghormati setiap perbedaan dan
tidak boleh saling mengejek. Selain itu orang tua saya selalu menerapkan
ajaran dasar agama katolik yaitu menerapkan hukum cinta kasih kepada
sesama dan menaati 10 perintah Allah. Dalam kaitannya dengan pola asuh
mengenai agama, orang tua saya tidak terlalu memaksakan saya untuk
tumbuh menjadi sesosok yang agamis seperti membaca alkitab tiap
waktunya, selalu mengikuti ibadat atau doa-doa, namun orang tua lebih

1
menekankan bagaimana saya harus menerapkan hukum cinta kasih dan
mentaati 10 perintah Allah.
 Dalam kaitannya dengan agama, saya memiliki keluarga besar yang
memiliki keanekaragaman agama. Saya memiliki seorang tante yang
mengabdikan diri menjadi biarawati, serta pakde dan om yang mengabdikan
diri menjadi seorang pastur atau Romo. Walaupun dilahirkan dari keluarga
yang beragama katolik. Saya memiliki keluarga besar yang memiliki
keanekaragaman dalam hal agama. Namun perbedaan bukan menjadi jurang
pemisah dan memutuskan tali persaudaraan dalam keluarga. Sebisa mungkin
kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain. memiliki keluarga
yang berbeda agama bukanlah menjadi masalah besar bagi saya. Justru
karena adanya perbedaan membuat keluarga saya menjadi keluarga yang
unik dan kompak. Setiap hari raya lebaran maupun natal adalah momen
yang saya tunggu karena kami saling berkunjung dan makan-makan
bersama untuk merayakan hari raya bersama. Saya sangat bersyukur
memiliki keluarga yang rukun walaupun memiliki perbedaan.

 Dalam kaitan pola asuh, orang tua saya menerapkan ajaran nilai-nilai agama
Katolik yang berkaitan pula dengan nilai-nilai tradisi Jawa. Nilai-nilai yang
dituangkan dalam pola asuh untuk saya dan adik saya adalah saling
menghargai dan menghormati, menjaga sopan santun, dan berpuasa untuk
menahan diri.

 Pola asuh orang tua juga mengharuskan saya untuk aktif dalam pelayanan
digereja. Sejak kecil orang tua saya mengajarkan saya dan adik saya untuk
aktif dalam pelayanan digereja selain mengikuti sekolah minggu atau Bina
Iman. Orang tua saya tidak hanya sekedar menyuruh saya, namun orang tua
saya juga memberikan contoh nyata dalam pelayanan aktif digereja
misalnya seperti megikuti doa-doa, koor atau paduan suara, bergabung
dengan panita untuk acara natal dan paskah. Selain itu orang tua saya juga
selalu membantu persiapan ibadah tiap minggunya dikarenakan gereja saya

2
belum berbentuk bangunan yang mengharuskan tiap malam minggu harus
dipersiapkan terlebih dahulu untuk ibadah minggu pagi. Hal yang harus
dipersiapkan seperti menata meja altar, menyiapkan dan menata kursi
plastik, menata bunga, menyiapkan jubah dll. Menginjak usia remaja awal,
akhirnya saya bergabung dengan Misdinar (Putra-putri altar) yang
membantu seorang Romo dalam menyiapkan segala peralatan saat ibadat
misa berlangsung. Saya sangat menikmati masa-masa bergabung menjadi
misdinar. Awal saya bergabung menjadi seorang misdinar dikarenakan saya
tertarik dengan kostum misdinar yang menurut saya terlihat sangat gagah
dan keren.

 Tak puas hanya mengikuti Midinar, menginjak usia 17 tahun, saya


mengikuti komunitas khusus orang muda dilingkup gereja saya. Komunitas
keagamaan untuk orang muda disebut dengan istilah OMK atau orang muda
katolik yang sebelumnya bernama Mudika (Muda-mudi Katolik). Orang
Muda Katolik (OMK) adalah komunitas wadah kreativitas bagi kaum muda.
Orang Muda Katolik juga memiliki Komisi Kepemudaan yang merupakan
suatu lembaga pelayanan pastoral untuk orang muda katolik. OMK berada
di bawah naungan Komisi Kepemudaan yang merupakan sarana bagi Gereja
dengan tugas khusus memberi perhatian pada pembinaan dan pendampingan
kaum muda. Syarat menjadi anggota OMK adalah orang yang sudah
dibaptis dalam Gereja Katolik, dengan rentang usia 13-35 tahun dan belum
menikah. Setiap gereja selalu memiliki anggota OMK yang berperan aktif
dalam pelayanan di gereja. Gereja memberdayakan Kaum Muda yang
kreatif dalam mewujudkan identitasnya sebagai Insan Katolik yang kritis,
komunikatif, dan produktif. OMK pada tingkat teritorial paroki biasa disebut
OMK Paroki. Selain lingkup teritorial, adapula OMK yang berada di dalam
lingkup kategorial, yang berkumpul berdasarkan kesamaan bakat dan
minatnya, seperti Choice, KKMK (Kelompok Karyawan Muda Katolik),
Komunitas Lajang Katolik, New Heart Community (Komunitas Single
Katolik Yang Mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus), Corpus Cordis,

3
dan masih banyak lainnya. Namun ada juga kelompok orang muda katolik
yang tidak berada di dua lingkup ini seperti KMK (Keluarga Mahasiswa
Katolik), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik Indonesia)
dan Pemuda Katolik. OMK juga memiliki struktur kepengurusan dari ketua,
serketaris,bendahara,humas dll. Berawal dari rasa penasaran saya akhirnya
bergabung dengan OMK dikarenakan diajak oleh teman saya.Awalnya saya
ragu untuk masuk OMK karena takut tidak punya teman. Tetapi
kenyataannya berbeda. Teman-teman di OMK selalu terbuka dan ramah
dengan orang baru untuk mencari generasi baru sebagai penerus OMK.
Setelah saya bergabung dengan OMK paroki digereja saya. saya selalu aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan OMK seperti Kegiatan bermain badminton
setiap sabtunya, berdoa Rosario bersama, kegiatan bakti sosial,kerja bakti
dilingkungan gereja, BIR, KTM, PORSENI, misdinar (putra-putri altar),
rekoleksi dan retret. Semua pengalaman memiliki kesan yang berbeda dan
mendalam bagi saya. Mungkin hal ini tidak bisa digambarkan dengan kata-
kata karena saya sangat menikmati bergabung dengan OMK. Apalagi disaat
momen tertentu kami sering mengadakan acara dadakan seperti travelling,
touring, atau bakar jagung bersama di lingkungan gereja. Di OMK saya bisa
menemukan teman serta pengalaman yang sangat banyak. Selain
mendapatkan teman dan pengalaman, saya juga bisa memperdalam
keimanan saya melalui acara kerohanian OMK. Karena saya semakin
kecanduan mengikuti kegiatan OMK. Saya akhirnya memberanikan diri
untuk bergabung dengan OMK Sekeuskupan yang terdiri dari OMK
berbagai gereja. Saya akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri
bergabung dengan sebuah kepanitaan JAMBORE Sedekanat tengah. Dalam
pembentukan kepanitaan saya menjabat sebagai panita seksi liturgi yang
mengurus untuk kegiatan ibadat dan doa-doa selama acara. Saya merupakan
panita termuda diantara teman-teman saya. Dikarenakan paling termuda
membuat saya diperlakukan sangat manja. Terjun pertama dalam dunia
kepanitiaan membuat saya begitu banyak mendapatkan pelajaran terutama
dalam pertemanan dan tanggung jawab. Karena hal itu membuat saya

4
semakin aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan OMK paroki
ataupun OMK sekeuskupan Bogor. Dalam mengatur keseluruhan kegiatan
OMK sekeuskupan Bogor biasanya bekerja sama dengan komisi
kepemudaan untuk mengatur agenda kegiatan. Kegiatan yang biasanya
diadakan adalah PORSENI, IYD (Indonesian Youth Day) yang meliputi
OMK seluruh Indonesia BYD (Bogor Youth Day, Jambore, ziarah, retret
dan rekoleksi.

 Menginjak usia remaja, selain aktif di misdinar dan OMK saya juga belajar
untuk menerima sakramen krisma. Sakramen Krisma adalah salah satu dari
tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen
krisma merupakan tanda kedewasaan iman yang berarti harus bertanggung
jawab dalam iman. Sebagai calon penerima sakramen krisma, biasanya
diminta untuk mencari nama Santo dan Santa pelindung untuk dijadikan
teladan, sehingga kita dapat meniru contoh kehidupannya. Pada waktu itu
saya sangat bersemangat untuk memilih nama santa untuk diri saya.
Akhirnya saya menemukan sebuah nama yaitu “Santa Debora” sebagai nama
pelindung dan nama krisma untuk semakin meneguhkan iman saya sebagai
seorang kristiani.
 Sebagai calon konselor saya diajarkan berbagai hal terutama dalam
memandang orang lain. Memasuki jurusan bimbingan dan konseling
membuat diri saya memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang
perbedaan dan latar belakang orang lain. Dalam memandang sebuah
perbedaan saya juga mulai terbiasa untuk memandang dari berbagai sudut
pandang. Perbedaan suku,ras dan agama bukanlah menjadi suatu penghalang
untuk menjalin suatu relasi dengan orang lain. Pemahaman akan sebuah
perbedaan haruslah menggunakan kacamata dari segala sudut arah dan tidak
bisa dipukul rata. Hukum cinta kasih harus selalu diandalkan untuk saling
memaafkan, tidak egosi, saling mengasihi, sabar dan murah hati menjadi
kekuatan bagi diri saya untuk menghadapi lika-liku perbedaan untuk menjadi

5
seorang konselor yang nantinya akan menghadapi banyak perbedaan dengan
konseli saya.

PENGALAMAN NEGATIF

 Sebagai seorang kristiani yang minoritas di Indonesia, tidak sedikit saya


mengalami diskriminasi atau perilaku tidak adil. Dalam mengalami hal
tersebut lebih dominan kepada saat saya disekolah. Karena sering
mendapatkan perlakuan diskriminasi dan cemohan mengenai keagamaan
saya, membuat saya pernah hampir tidak mau masuk sekolah. ketika
disekolah saya sangat antusias mendapatkan nilai bagus agar saya bisa
diperbolehkan masuk kesekolah swasta. Namun kesempatan itu bukanlah
rejeki saya. Saat disekolah, hampir banyak yang tidak mengetahui saya
beragama katolik. Karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat, bila agama
yang berbeda dari islam akan dipklul rata dengan sebutan yang sama yaitu
Non Muslim. Bahkan karena sering menyebut dengan istilah Non Muslim,
teman-teman saya, bahkan sahabat terdekat baru menyadari saya beragama
katolik jika ada guru yang bertanya dikelas. Selain identitas keagamaan saya,
terdapat peraturan disekolah yang mewajibkan bagi siswa/I non muslim
untuk mengikuti kegiatan setiap Jumat dilapangan seperti pengajian, yasinan,
atau ceramah kepala sekolah yang selalu bersangkutan dengan ayat-ayat di
Alquran. Selain harus mengikuti kegiatan tersebut, Siswa/I juga harus
mengikuti pembelajaran mata pelajaran agama islam dikelas. Hal yang paling
saya tidak suka adalah terkait nilai agama. Sering sekali nilai agama di rapot
saya tidak sesuai dengan nilai agama yang diberikan oleh sekolah saya
digereja. Suatu ketika saya mengetahui alasan nilai agama saya dirapot tidak
pernah sama dengan nilai aslinya. Saya mengetahui ini ketika saya duduk di
kelas XI. Saya memiliki guru agama islam yang dikenal genit dan sangat
jarang masuk kelas. Tetapi beliau ada disekolah untuk duduk, merokok dan
minum kopi. Hal itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi kami siswa/ I
nya. Ketika ujian tengah semester tiba, seperti biasanya, saya ujian akhir
semester di sekolah minggu (BIR) digereja saya. karena di sekolah minggu

6
saya merupakan siswa yang aktif mengikuti sekolah minggu dan aktif dalam
pelayanan gereja membuat nilai teori dan praktek saya mendapatkan nilai
yang sangat memuaskan. Nilai ulangan agama saya adalah 8,9 dan nilai
praktek saya mendapatkan nilai 90. Ketika saya mengatarkan surat yang
berisikan nilai agama saya kepada wali kelas saya, wali kelas saya langsung
membawa buku rapot dan meminta saya untuk mengikutinya untuk ke guru
agama. Lalu setelah wali kelas memberikan nilai agama saya kepada guru
agama. Tiba-tiba guru agama saya menulis dengan asal menggunakan pensil
di rapot saya dengan nilai 80 nilai teori dan 82 di nilai praktek. Padahal nilai
asli agama saya adalah 8,9 dan 90. Awalnya saya memilih hanya diam saja.
Namun keesokan harinya terdengar kabar dari teman-teman saya dikelas.
Mereka menunjukan raut wajah yang senang dan puas. Pada akhirnya
terdengar sendiri di telinga saya bahwa guru agama meniadakan remedial dan
menjanjikan kebeberapa teman-teman saya untuk mendapat nilai 90 dirapot.
Sesak pun terasa dihati. Saya merasa mendapat tamparan keras bahwa usaha
saya tak sebanding dengan nilai saya. karena merasa tidak mendapat
keadilan. Saya mengadukan hal ini kepada wali kelas. Lalu wali kelas saya
yang awalnya kebingungan memutuskan untuk merubah nilai saya menjadi
8,9 tanpa sepengetahuan guru agama. Melihat keadaan saya yang sering
murung, ibu saya selalu mengingatkan saya akan hukum cinta kasih yaitu
untuk saling memaafkan dan mendoakan sekalipun itu adalah musuh.

Tidak sampai hanya disitu. Diskriminasi terus berlanjut. Tak ada habisnya
seakan perbedaan menjadi jurang dan musuh yang sulit untuk disatukan.
Bullying mengenai agama saya seringkali menimpa saya ketika saya
disekolah. Bahkan karena sering mendengar cemohan, saya sering merasa
tidak percaya diri dan cemas karena identitas keagamaan saya. Bukan hanya
disekolah. Tetapi dilingkungan masyarakat, saya sering mendengar cemohan
kristenisasi. Bila digereja saya mengadakan bakti sosial seperti pengobatan
gratis atau donor darah, banyak warga yang mempengaruhi warga lain untuk
tidak terlibat dalam kegiatan yang diadakan digereja karena itu merupakan
kristenisasi. Karena hal tersebut seringkali membuat kesenjangan antara

7
warga sekitar dan warga digereja. Namun tidak sedikit warga pula yang tidak
mempedulikan isu kristenisasi dan tetap berbaur dengan warga gereja. Isu
kristenisasi kerap dipakai FPI untuk mengadu domba warga sekitar dan
warga gereja. Karena hal tersebut sering timbul kesalapahaman yang
berujung perdemoan gereja karena takut merasa terkena kristenisasi.
Mungkin dari sekian banyak cemohan, perlakuan yang tidak adil, dan
diskriminasi. Hal yang paling menyedihkan adalah saat-saat dimana gereja
saya sering didemo saat perayaan hari besar natal dan paskah. Hal ini
membuat kami harus beribadah dilapangan terbuka dekat gereja dengan terik
panas matahari dan menggunakan alas Koran sebagai tempat duduknya. Bila
cuaca mendung, pihak gereja biasanya akan menyewa gor bulu tangkis untuk
dijadikan tempat beribadah. Selama saya menganut keagamaan saya, saya
belum pernah mendapatkan perlakuan istimewa dari segi manapun. karena
sering mendapatkan perlakuan tidak adil, didemo, dihina dsbnya membuat
saya memukul rata pandangan saya terhadap agama Islam. Suatu ketika saya
pernah membenci agama Islam. Saya merasa Islam adalah agama yang jahat,
penuh dendam dan kekerasan. Karena trauma dengan pengalaman disekolah
membuat saya tidak ingin berurusan dengan orang-orang yang beragama
Islam dan menanamkan pada diri saya untuk mejauhi sekolah Negeri karena
saya tidak mau berurusan dengan orang-orang yang menganut agama Islam.
Sebagai agama minoritas di Indonesia seringkali saya menerima perlakuan-
perlakuan yang tidak adil, namun orang tua selalu mengingatkan saya tentang
hukum cinta kasih yaitu harus saling memaafkan dan tetap mendoakan
orang-orang yang telah menyakiti saya. Belum lagi perkumpulan-
perkumpulan dari komunitas kerohanian OMK yang selalu mengajarkan dan
mengingatkan saya untuk selalu saling memaafkan dan mendoakan membuat
pandangan negatif saya tentang islam perlahan memudar.

8
BAHAN BACAAN

Hukum yang terutama dalam hukum Taurat adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi
sesama. Apakah setiap orang dapat mengasihi Tuhan dengan derajat yang sama? Sama seperti
adanya tingkatan dalam segala hal, maka setiap orang dapat mengasihi Allah dengan derajat
yang berbeda-beda. Namun, menjadi tujuan dari umat Allah, agar kita semua dapat mengasihi
Tuhan dalam derajat yang sempurna. Dalam hal mengasihi, terdapat tingkatan kasih, yaitu :

a. Tingkatan pemula (beginners atau purgative). Pada tingkatan ini, seseorang berusaha agar dia
tidak jatuh ke dalam dosa berat, dan juga berusaha untuk melawan kelemahan dan
kecenderungan berbuat dosa (concupiscences). Dalam tahap ini, seseorang masih berfokus pada
bagaimana caranya untuk menghindari dosa-dosa yang dulunya sering dia lakukan. Sebagai
contoh kalau seseorang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa melawan kemurnian,
maka dia berjuang setengah mati agar dia tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama. Hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: menghindari teman-teman yang dapat
menjerumuskannya ke dalam dosa yang sama, menghindari tempat-tempat yang dapat
membangkitkan keinginan untuk berbuat cabul, menghindari kesempatan-kesempatan untuk
dapat melakukan dosa tersebut. Orang ini menyadari bahwa kalau dia jatuh ke dalam dosa berat
yang sama, maka dosa berat tersebut akan menghancurkan kasih. Dengan kata lain, orang-orang
dalam tingkatan ini senantiasa berusaha menghindari dosa berat.

b. Tahap kedua (Illuminative Way). Pada tahap ini, seseorang bukan lagi berfokus pada
menghindari dosa, melainkan pada bagaimana bertumbuh dalam kebaikan. Mereka membuat
kemajuan spiritualitas dalam terang iman dan kontemplasi. Seseorang pada tahap ini mulai
berfikir apa yang dapat dilakukannya untuk dapat semakin memberikan kemuliaan bagi nama
Tuhan. Dia tidak lagi memikirkan untuk menghindari dosa pornografi sebab pornografi tidak
menjadi godaan yang dapat menarik hatinya. Namun dia mulai berfikir, bagaimana dia dapat
memberikan kebaikan kepada sesama, sehingga dia dapat membantu orang-orang yang
mempunyai ketergantungan terhadap pornografi (dan dosa- dosa berat lainnya). Orang yang
dalam tahap ini, bukan hanya berfikir untuk menghindari dosa berat, namun juga dia mencoba
mengarahkan hidupnya dan hidup sesamanya kepada Tuhan. Dia mencoba untuk menghilangkan

9
kecenderungan-kecenderungan di dalam dirinya yang menghalanginya untuk bersatu dengan
Tuhan. Dia bertumbuh dalam kasih dengan cara berbuat kasih.

c. Tahap sempurna (Univitive Way / Heroic Love). Dalam tahap ini, seseorang secara sadar tidak
mau dan dengan segala kekuatannya berusaha untuk menghindari dosa-dosa yang kecil (venial
sins) sekalipun. Walaupun kadang dia masih melakukan dosa kecil, namun dosa-dosa kecil ini
terjadi dengan tidak disengaja. Secara aktif dia mencoba menghilangkan apa yang tidak
sempurna dalam dirinya, sehingga seluruh akal budi, perbuatan dan perkataannya ditujukan
untuk menyenangkan hati Tuhan. Dia setia terhadap inspirasi dari Roh Kudus, dan menjalankan
semua hal, termasuk hal-hal kecil dengan kasih yang besar. Dia sekaligus lemah lembut namun
juga kokoh dalam imannya. Dia memandang rendah hal-hal dunia ini, dan secara aktif dan terus-
menerus mempunyai kontemplasi terhadap hal-hal ilahi. Dia mempunyai hati yang besar
(magnanimity), sehingga membuatnya dapat menyingkirkan hal-hal dunia agar dia dapat
semakin bersatu dengan Tuhan. Bahkan, dia menginginkan persatuan abadi dengan Kristus
melebihi apapun di dunia ini. Dalam tahap ini, seseorang juga mempunyai derajat kerendahan
hati yang sempurna. Walaupun kehidupan spiritualitasnya berkembang dengan sempurna, namun
dia justru melihat dirinya yang paling rendah dari manusia lain. Karena hidupnya senantiasa
dipenuhi dengan sinar ilahi, maka dia dapat melihat apa-apa yang tidak sempurna dalam dirinya
secara jelas dan pada saat yang bersamaan dia melihat Allah yang adalah segalanya. Dalam
kondisi seperti inilah, maka orang dalam derajat kasih yang tertinggi juga akan mempunyai
derajat kerendahan hati yang tertinggi.

Dalam pembahasan diatas, tidak kalah penting adalah tiga tingkat kesempurnaan kasih di
atas juga berhubungan dengan kasih terhadap sesama. Dalam tingkat awal, seseorang akan
mengasihi orang - orang yang ia kenal tanpa mengabaikan orang-orang lain. Di tingkat kedua,
seseorang dapat mengasihi orang-orang asing yang tidak dikenalnya. Dan di tingkat
kesempurnaan, ia dapat mengasihi musuh-musuhnya. Yang perlu juga menjadi catatan adalah
seseorang dapat bertumbuh dari tingkat awal ke tingkat yang lebih tinggi, namun orang juga
dapat jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang paling awal. Hanya rahmat Allah dan
kesediaan untuk terus bekerjasama dengan rahmat Allah, dan juga tujuh karunia Roh Kudus,
yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan kasih.

10
Mengasihi Allah dan sesama merupakan hukum yang terutama bagi umat beriman, dan
merupakan panggilan yang diserukan oleh Gereja kepada semua orang yang berkehendak baik.
Ini jelas disebutkan di dalam Konsili Vatikan II, tentang Gereja, di bab V, mengenai Panggilan
Umum untuk Kesucian dalam Gereja:

Berkaitan dalam hal mengasihi, dalam 10 perintah Allah dijelaskan pula dalam hal
mengasihi Tuhan dan sesama. Mendalami sepuluh perintah Allah (Kel 20:1-17), maka kita dapat
melihat bahwa hukum-hukum di dalam 10 perintah Allah adalah merupakan penjabaran dari
hukum kodrat yang sempurna. Hukum kodrat ini adalah hukum atau peraturan yang terpatri di
dalam setiap hati manusia. Dalam sepuluh perintah Allah, kita dapat melihat adanya perintah
kasih dalam dua kelompok, yaitu hukum 1-3 adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan hukum
4-10 adalah perintah untuk mengasihi sesama. Urutan ke-10 perintah Allah tidak diberikan atas
dasar kebetulan, tetapi menurut St. Thomas Aquinas, memang ada alasannya tergantung dari
tingkatan prioritasnya.[1] Untuk mengasihi Allah, kita harus melakukan tiga hal, yaitu: (1) Tidak
boleh mempunyai Allah lain, yang dituliskan: Jangan menyembah berhala, berbaktilah
kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu; (2) Harus memberikan kepada
Allah penghormatan, yang dituliskan: Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak
hormat; (3) Kita harus beristirahat di dalam Tuhan, yang dituliskan: Kuduskanlah hari Tuhan.
Dan untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti
yang dijabarkan dalam perintah 4-10, yaitu: (1) Kita harus mengasihi orang tua kita, yang
dituliskan: Hormatilah ibu-bapamu; (2) Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan
perbuatan – baik dengan melukai seseorang, yang dituliskan: jangan membunuh; atau merusak
perkawinan seseorang, yang dituliskan: Jangan berzinah; atau mengambil barang atau harta
milik sesama, yang dituliskan: Jangan mencuri; (3) Kita tidak boleh melukai sesama kita
dengan perkataan dan pikiran – melukai dengan perkataan, yang dituliskan: Jangan bersaksi
dusta tentang sesamamu; melukai sesama dengan pikiran, yang dituliskan: Jangan
mengingini istri sesamamu dan Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Penjelasan yang lain dari 10 perintah Allah adalah, dalam mengasihi Allah, maka kita
harus mempunyai (1) kesetiaan, (2) penghormatan, dan (3) pelayanan; dalam mengasihi sesama,
kita harus (4) menjalankan tugas untuk wakil Tuhan di dunia ini dan menjalankan tugas untuk
diri sendiri dan sesama dalam (5) melindungi kehidupan, (6) kemurnian, (7) harta milik, (8)

11
kehormatan, (9 dan 10) melindungi kehidupan keluarga. Sepuluh perintah Allah diberikan secara
khusus dan ditulis di atas dua loh batu kepada bangsa Israel. Namun, perintah ini sesungguhnya
bukan hanya dituliskan di atas dua loh batu, namun juga dituliskan oleh Tuhan di dalam setiap
hati manusia, baik bangsa Israel maupun bangsa lain. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma,
rasul Paulus menegaskannya demikian “14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki
hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka,
walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka
sendiri. 15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam
hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling
membela.” (Rom 2:14-15) Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang, baik orang Yahudi
maupun non-Yahudi sebenarnya terikat oleh hukum taurat, yang intinya adalah mengasihi Tuhan
dan mengasihi sesama. Dan memang itulah kodrat manusia. Kalau manusia diciptakan dengan
kodrat untuk dapat mengasihi Allah dan mengasihi sesama, maka pertanyaannya adalah mengapa
Allah menciptakan manusia dengan kodrat seperti ini? Jawabnya adalah karena kita menemukan
kebahagiaan kita di dalam kasih kepada Tuhan, dan tidak di dalam hal-hal lain, seperti: uang,
kehormatan, kekuasaan, kesenangan, bahkan juga kebajikan.Mengapa Tuhan menciptakan
manusia dengan kodrat untuk mengasihi adalah karena tanpa kasih, manusia tidak dapat
mencapai Sorga. Begitu pentingnya kasih, sehingga rasul Yohanes mengatakan “Barangsiapa
tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” (1Yoh 3:14b) Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa
untuk mendapatkan keselamatan, maka tidak ada cara lain, kecuali mengasihi. St. Agustinus
menegaskan bahwa sama seperti manusia mempunyai dua kaki untuk berjalan, maka kita harus
mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat mencapai Sorga. Sama seperti burung mempunyai dua
sayap untuk terbang, maka kita harus mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat terbang ke
Sorga. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa sama seperti orang-orang kudus di Sorga mengasihi
Allah dan mengasihi sesamanya, maka kita juga harus melakukan hal yang sama di dunia ini
untuk mendapatkan kebahagiaan. Dari sini, kita dapat melihat bahwa mengasihi Tuhan dan
mengasihi sesama sesungguhnya tidak terpisahkan. Rasul Yohanes menegaskan hal ini secara
gamblang “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka
ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak
mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1Yoh 4:20).

12
REFLEKSI DIRI

Dari sumber buku yang saya baca, terdapat penjelasan mengenai hukum cinta kasih yang
berkaitan dengan 10 perintah Allah sesuai dengan ajaran katolik. Dalam kaitannya dengan
hukum cinta kasih terdapat kutipan ayat alkitab yang berkaitan dengan hukum cinta kasih, yaitu
Korintus 13:7 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri
dan tidak sombong, Ia tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.” Dalam kutipan ayat
tersebut dijelaskan bagaimana menerapkan hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan diajarkan untuk dapat saling mengasihi satu sama lain. Dalam hal
cinta kasih bukan hanya sekedar mengasihi tetapi mampu melakukan perbuatan sesuai dengan
kutipan ayat Korintus diatas. Selain mengasihi dan memaafkan orang lain. Agama katolik juga
mengajarkan untuk selalu mendoakan orang lain termasuk orang-orang yang pernah berbuat
jahat dengan kita. Hal ini sesuai dengan kutipan ayat alkitab Matius 5:44 Tetapi Aku berkata
kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Pada intinya dalam bahan buku yang saya baca, hanya dengan mengasihi, manusia dapat
memperoleh arti hidup, yaitu kebahagiaan di dunia ini dan pada saatnya nanti akan kebahagiaan
abadi di Surga. Sesama manusia harus mempunyai cinta kasih terhadap satu sama lain. Karena
pada hakekatnya manusia harus mengasihi satu sama lain sama seperti mengasihi diri sendiri.
Sesama manusia harus saling membantu dan baiknya tidak boleh menaruh dendam terhadap
manusia satu sama lain karena itu sudah melanggar hakekat dalam diri manusia.

Pada hakekatnya sebagai umat manusia harus mencintai Tuhan dengan penuh kasih.
Karena tanpa manusia mencintai Tuhan sama saja manusia mencintai dunia. Manusia harus
mencintai Tuhan tanpa syarat dan harus mengasihi melebihi mengasihi diri sendiri karena
mencintai Tuhan adalah hukum yang terutama. Namun Cinta Kasih seperti yang diatas akan sia-
sia jika hanya diucap dengan lidah. Alangkah baiknya mencintai sesama maupun kepada Tuhan
dengan perbuatan dalam kebenaran. Karena dengan perbuatan lah perkataan yang di ucapkan
bisa terbukti dengan benar secara nyata.

13
DAFTAR PUSTAKA

St. Thomas Aquinas, The Aquinas Catechism : A Simple Explanation of the Catholic Faith by the
Church’s Greatest Theologian (Manchester N.H.: Sophia Institute Press, 2000), p.249-250

14
TIMELINE KEBERAGAMAAN

Oleh:

CATUR PRASETYO (1715142098/2014)

BIMBINGAN DAN KONSELING

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan untuk Tugas Mata Kuliah


Konseling Multikultur

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
TIMELINE KEBERAGAMAAN

Sejak TK sudah Lomba membaca


bisa membaca Al- Al-Quran dan
Quran Praktik Shalat

Awal sekolah di TK Khatam Al-Quran Dikeluarga selalu


Islam di Masjid Al- pertama di umur 12 menanamkan nilai
Hikmah tahun keagamaan

Malas untuk Berhenti Mengaji di Merasa masih


menghafal Al- Al-Hikmah saat kurang memiliki
Quran baru masuk SMP iman yang kuat

Membaca Al-Quran Menonton film


hanya karena nilai dewasa saat umur
sewaktu TK belum Baligh
Dalam kehidupan keberagamaan dalam keluarga saya begitu baik. Terlihat bahwa orang
tua saya mengajarkan dan mendidik saya tentang agama. Ayah saya sering sekali mengajak
saya ke masjid untuk ikut shalat berjamaah di masjid. Meskipun saat itu saya tidak begitu
mengikuti shalat karena waktu kecil saya masih belum mengerti dan masih sering bercanda.
Namun ayah saya selalu sabar dan tidak bosan-bosannya mengajak saya ke masjid dan
mengajarkan shalat dengan qushu. Ibu saya setiap malam mengajarkan saya membaca ikro agar
saya sedari kecil sudah bisa lancar membaca Al-quran. Meskipun saat itu saya malas,ibu saya
tidak pernah bosan untuk mengajarkan saya. Hingga pada saat saya sudah TK, saya salah satu
anak dari 3 murid yang sudah bisa membaca Al-quran saat itu.

Prestasi saya TK cukup mengejutkan bagi saya, karena saya menilai diri saya sendiri
saat itu adalah anak yang malas, tak disangka saya mendapat nilai rapot tertinggi dikelas.
Kemudian hal ini berlanjut saat kelas 1 SD. Saya tetap mengikuti pengajian dengan mengikuti
kelas TPA pada saat itu. Namun hanya 1 tahun di TPA saya dipindahkan untuk naik ke level
TQA. Lantaran saya sudah cukup untuk belajar di level TPA pada saat itu. Di TQA saya
mempelajari agama lebih banyak lagi dan saya di wajibkan untuk menghafalkan Al-Quran pada
saat itu, namun saya malas untuk mengahafalnya. Saat berumur 12 tahun saya khatam Al-quran
untuk pertama kalinya dan kemudian saya mengikuti sebuah perlombaan membaca Al-quran
dan praktik Shalat. Meskipun saat itu saya hanya menjadi Runner-Up. Namun hal itu cukup
membanggakan untuk saya karena bisa membawa piala dan membahagiakan orang tua saya
saat itu.

Pengalaman-pengalaman keagamaan saya memiliki keterkaitan dengan etnis saya yaitu


Jawa. Perilaku sopan santun dan tatakrama dijunjung tinggi dalam etnis saya dan juga agama
yang saya anut. Selain itu sikap tolong-menolong, menjalin hubungan yang erat dengan
keluarga dan sesama manusia atau dalam agama Islam dikenal sebagai ukhwah islamiah.

Islam adalah agama yang saya anut dari dulu hingga saat ini dan agama islam
merupakan agama yang mayoritas di negara Indonesia. Keuntungan-keuntungan yang dimiliki
oleh agama mayoritas salah satunya adalah banyaknya rumah ibadah (masjid) bagi umat islam.
Tidak khawatir akan teror ketika ingin bersembahyang di masjid. Namun prasangka-prasangka
tentang islam di negara ini masih saja terjadi. Hal ini dikarenakan banyaknya manusia-manusia
kafir yang mengatas namakan islam sebagai payung agama mereka untuk melakukan teror dan
melakukan serangan bom bunuh diri dengan alasan perang syihad melawan kaum kafir.
Padahal hal tersebut bertentangan dengan ajaran islam. Islam tidak pernah mengajarkan kita
untuk melakukan kekerasan, islam itu artinya perdamaian.

Dalam buku yang saya baca menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang tauhid,
syi’arnya kejujuran, porosnya keadilan, tiangnya kebenaran, tuhnya kasih sayang. Islam
merupakan agama agung yang mengarahkan manusia kepada seluruh hal yang bermanfaat,
serta melarang dari segala hal yang membahayakan bagi agama dan kehidupan mereka di dunia.
Sebagai seorang calon konselor saya akan mengikuti syi’ar islam yang penuh dengan hal
kebaikan sebagai dasar dan pedoman hidup saya ketika mengahadpi konselor. Meskipun hanya
islam agama yang diridhoi oleh Allah, saya akan menjunjung tinggi toleran perbedaan agama
dan saya harus berskiap adil terhadap penganut agama lainnya.

Berdasarkan sumber buku yang saya baca, karakteristik dari agama Islam adalah
mengharapkan ridho Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
laranganlarangan-Nya, agama yang tujuannya adalah berhubungan baik dengan Tuhan. Islam
juga mengajarkan manusia untuk menyeimbangkan antara kehidupan di dunia dan di akhirat,
peran orangtua sangan membantu saya dalam memandang kehidupan dunia dan akhirat.

Referensi

M. Ilyas, W.A,. & Muhibbin, M.S. (2009), Pendidikan agama islam untuk perguruan
tinggi jakarta: Grasindo
TUGAS SYARAT MASUK

“AGAMA, SPIRITUALITAS, DAN KONSELING”

DELIA ISNASARI
1715140184
Bimbingan dan Konseling

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Mata Kuliah Konseling Multikultural

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
TIMELINE KEBERAGAMAAN

• Pengajian Keluarga Besar


• Mengaji IQRA dan Juz'Amma
• Dilatih untuk rajin sholat dan
puasa
• Sekolah Agama (MDA)
• Masuk MTs, nilai pelajaran
agama selalu baik
• Hafal Juz 30 Al-Quran
• Belajar Manasik Haji
• Mulai Berjilbab
• Di SMA, nilai PAI dan
praktiknya selalu bagus.
• Mengaji rutin tiap malam di
rumah.
• Kelas 11 mulai sadar
pentingnya sholat

• Dari kecil malas sembahyang


• Sering berbohong telah
melaksanakan sholat hingga
kelas 10.
• Jarang mengaji setelah
tinggal di Jakarta
• Jarang sholat sunnah ketika
tahun kedua di Jakarta
• Tidak lagi hafal seluruh surat
di Juz 30.
• Tidak pernah mengikuti
komunitas keagamaan.
ANALISIS TIMELINE KEBERAGAMAAN

(+) Saya beragama Islam. Pengalaman keberagamaan yang penting


dalam keluarga saya adalah adanya pengajian rutin keluarga besar
setiap satu bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mempererat tali
silaturahmi antar keluarga.
(+) Kegiatan tersebut memiliki keterkaitan dengan etnis saya, yaitu
Sunda. Karena, orang Sunda biasanya masih sangat erat hubungan
kekeluargaannya.
(+) Di usia anak, saya selalu mengikuti kegiatan keluarga yaitu
pengajian keluarga besar. Meskipun saya tidak mengerti, namun saya
tetap ikut hadir. Saat kecil, biasanya saya hanya menginginkan
makanan-makanan yang disajikan saja. Orang tua pun selalu membawa
makanan untuk dihidangkan di kegiatan tersebut. saya juga banyak
menjumpai saudara-saudara yang seumuran. Meskipun berbeda kakek
dan nenek, namun kami saling mengetahui bahwa kami saudara. Saat
itu, kami masih malu-malu. Untuk bermain bersama pun jarang. Tapi
setidaknya, kami saling tahu nama. Lucu sekali saat itu. Setiap anak
memakai baju muslim. Dan untuk orang dewasa, biasanya di hari
tertentu akan mengenakan pakaian muslim seragam. Kegiatan ini
berlangsung sejak kakek buyut masih hidup, entah saat itu usianya
berapa, hingga saat ini. Selain itu, saya juga mulai diperkenalkan pada
Al-Quran. Saya mengaji di suatu tempat setiap pukul 13.00 – 16.00
WIB. Saya mengaji IQRA terlebih dahulu. Setelah khatam, saya
pindah tempat mengaji. Saat itu, jadwal mengaji saya menjadi setelah
Maghrib sampai sekitar jam delapan malam. Perihal berpuasa, sedari
kelas 1 SD saya mulai berpuasa. Biasanya dengan diberi imbalan THR
jika berhasil tamat selama satu hari penuh. Saya juga mulai sekolah
agama ketika mengginjak kelas 3 SD. Saya sekolah selama 3 tahun.
Karena pada saat masuk, saya langsung masuk kelas 2. Dan saya
duduk dibangku kelas 3 selama 2 tahun. Bukan karena tidak naik kelas,
namun saya senang berada di sana dan pada saat ditanya apakah ingin
mengikuti ujian, saya menolak. Di tahun kedua kelas 3, saya merasa
paling pandai. Dan akhirnya, saya mendapat peringkat 3 besar.
Mungkin jika saya mengikuti ujian di tahun sebelumnya, saya tidak
akan mendapatkan penghargaan itu, karena banyak siswa yang lebih
aktif daripada saya. Kelulusan di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)
atau sekolah agama ini, merupakan syarat agar dapat melanjutkan
sekolah SMP atau MTs. Entah kebenaran beritanya bagaimana, tetapi
saat itu begitulah peraturan (isu)nya.
(+) Ketika usia remaja, saya hendak pesantren. Namun, saat itu ada
kondisi yang tidak memungkinkan jika saya pesantren. Akhirnya, saya
melanjutkan sekolah di MTs yang masih memiliki bau keagamaan.
Saya masuk kelas unggulan, karena saya dapat lolos tes tertulis dengan
nilai di pelajaran agama yang cukup memuaskan. Saya selalu merasa
semangat dalam mempelajari pelajaran-pelajaran keagamaan di MTs.
Hal itu karena saya percaya diri pernah menjadi juara ketika di MDA
dahulu. Ketika kelas 7, pada pelajaran praktik saya mendapatkan nilai
sempurna di praktik sholat. Gerakan yang saya perlihatkan sangat
bagus, padahal saya tidak rajin sholat. Saya hanya hafal teorinya saja.
Hingga kelas 9, saya sangat baik nilai pelajaran keagamaannya
daripada nilai pelajaran umum. Saya juga pernah mengikuti kegiatan
manasik haji ketika kelas 9 dan dapat menghafal Juz 30 Al-Quran.
Saya mulai memakai jilbab ketika MTs. Namun di media sosial, saya
masih memeprlihatkan diri tanpa jilbab. Hal ini terjadi hingga kelas 2
SMA. SMA saya tidak melanjutkan di sekolah keagamaan. Semenjak
SMA pula saya mulai berhenti mengaji di tempat mengaji. Saya
memutuskan untuk mengaji di rumah rutin, setiap malam. Di SMA,
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan pelajaran favorit.
Lagi-lagi materi yang dibahas adalah pelajaran yang sering saya
dengan dan sudah saya ketahui. Yang paling senang lagi adalah jika
praktik mengaji. Saya dapat mengaji lancar, meskipun tidak dapat
melantunkan nada yang indah. Saya telah dua kali khatam Al-Quran.
Dari pengalaman-pengalaman ini, saya merasa bahagia terhadap agama
saya.
(+) Agama saya merupakan agama mayoritas. Tentu ada hak-hak
istimewa. Misalnya, di televisi selalu ada adzan maghrib dan shubuh.
Tempat sholat pun banyak. Selain itu, Islam identik dengan jilbab.
Biasanya, perempuan yang berjilbab akan dipandang sopan dan baik.
Saya merasa terlindungi dengan berjilbab. Lalu jika ingin menjadi
pemimpin, akan ada banyak kesempatan. Dapat pula leluasa menjalin
relasi dengan sesama orang Islam karena identitas keagamaan ini.
Misalnya, di sekolah atau perguruan tinggi yang tidak berbau
keagamaan atau umum, mayoritas adalah orang Islam. Pemerintah pun
ikut andil dalam mengistimewakan Islam seperti adanya penentuan
hilal. Keistimewaan-keistimewaan ini, membuat saya menjadi percaya
diri untuk membangun kemandirian konseli jika memiliki masalah
terkait isu agama.
(+) Islam mempunyai kekuatan-kekuatan. Beberapa diantaranya adalah
menumbuhkan rasa sabar, ikhlas, mau berusaha, senang menolong
orang lain, senang berbuat kebaikan karena akan dinilai sebagai
pahala. Islam juga melarang umatnya untuk melakukan fitnah, atau
menggunjing. Segala rahasia, tidak boleh disebarkan. Apalagi terkait
aib. Beberapa hal ini dapat digunakan dalam konseling. Seorang
Konselor harus sabar menghadapi konseli, mau membantu
menyelesaikan masalah konseli dengan ikhlas, dan mau menjaga
rahasia yang konseli ceritakan. Hal ini tidak berkaitan dengan profesi
saja, tetapi juga keagamaan. Karena apabila saya tidak jujur,
melakukan kesalahan, menceritakan masalah konseli tanpa
persetujuan, hal tersebut merupakan dosa sekaligus melanggar kode
etik.
(+) Meskipun agama saya memiliki banyak kekuatan yang ditanamkan,
saya tidak melihat agama lain sebagai sesuatu yang lemah. Saya
percaya, agama lain pun memiliki kekuatan-kekuatan tersebut karena
pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan untuk umatnya.
Saya memang agama mayoritas, namun saya selalu ingin tahu tentang
agama orang lain. Saya pun ingin mempunyai teman dekat dari agama
yang berbeda. Bertukar pikiran, pendapat, pengalaman, merupakan
sesuatu yang menarik. Pandangan saya yang demikian, tentu
membantu proses konseling agar saya tidak memasukkan nilai-nilai
agama saya kepada konseli yang berbeda agama. Karena saya bersikap
netral dan tidak menghakimi agama orang lain.
(+) Pemahaman mengenai agama merupakan hal penting untuk profesi
konselor. Karena, konselor merupakan seseorang yang netral. Tidak
memihak kepada keyakinan yang dimilikinya. Konselor dituntut untuk
menghargai keyakinan orang lain, dengan tidak memasukkan nilai-
nilai agamanya dalam proses konseling. Namun, konselor juga perlu
tahu tentang agama-agama yang ada di masyarakat. Bagaimana nilai-
nilainya, karena konselor tidak pernah tahu konselinya siapa dan latar
belakang keagamaannya bagaimana.
(-) Dalam sebuah agama, biasanya terdapat komunitas-komunitas
tertentu. Selama ini, saya tidak pernah ikut serta dalam komunitas
tersebut. Saya selalu takut akan ada pengaruh-pengaruh yang tidak
sejalan dengan apa yang orang tua saya yakini, mengingat agama Islam
sangat banyak alirannya. Hal itu yang selalu orang tua saya tekankan.
Sekalipun saya sekolah di MTs, saya tidak mengikuti komunitas yang
berbau agama saya.
(-) Ketika anak-anak, saya masih malas sembahyang. Selalu saja
disuruh. Saya pun seringkali berbohong, pura-pura sholat, atau
melakukan gerakan sholat yang sangat cepat dan tidak wajar. Hal ini
biasanya karena saya melewatkan sholat isya. Saya harus dibangunkan
agar sholat dahulu lalu tidur kembali. Segala upaya agar saya rajin
sholat, telah dilakukan. Seperti misalnya, ketika kelas 3 SD, saya
diiming-imingi dapat mempunyai telepon genggam apabila selama satu
bulan berhasil menunaikan sholat shubuh. Namun saat itu, saya pernah
malas dibangunkan. Akhirnya bangun kesiangan. Harapan sayapun
pupus. Saya menjadi malas sholat lagi. Menurut saya, sholat bukanlah
sesuatu yang penting. Selama masih bisa mengaji, saya lebih senang
mengaji. Itu adalah pikiran saya dahulu.
(-) Perihal sholat masih berlanjut hingga remaja. Ketika MTs, saya
masih tidak rajin sholat. Terlebih melaksanakan sholat dzuhur di
sekolah yang ramainya tidak bisa diprediksi. Saya merasa malas harus
bergantian, memakai mukena basah, atau berdesakan. Jadi saya
memilih tidak sholat. Selain itu, ada pula kondisi yang menuntut saya
untuk tidak melaksanakan sholat di sekolah. Saya malu, karena kulit
saya memiliki banyak bekas cacar. Jika sholat, saya harus membuka
kaos kaki, mengelintingkan baju, dan hal itu membuat saya minder jika
ada orang lain yang melihatnya. Hal ini berlanjut ketika SMA. Ketika
kelas 10, Saya masih sering berbohong telah melaksanakan sholat,
padahal belum. Saya sering berbohong sudah sholat dirumah teman
padahal belum, jika pulang sore. Namun saat kelas 11, saya mulai
memberanikan diri untuk sholat di sekolah, dan meyakini bahwa sholat
merupakan suatu kebutuhan, bukan kewajiban. Saya sering
merindukan deru adzan. Lalu saya segera melaksanakan sholat.
(-) Ketika menginjak usia dewasa, tepatnya saat saya mulai merantau
ke Ibu Kota, entah mengapa saya menjadi tidak sesemangat dahulu.
Namun saya masih sempat Sholat Dhuha atau Tahajjud. Saya menjadi
sangat malas mengaji. Jarang sekali saya mengaji setelah sholat
maghrib seperti kebiasaan sebelumnya. Hingga saat ini, saya sulit
untuk membangun kebiasaan itu. Terkadang, saya memaksakan diri
untuk mengaji ketika malam jumat saja. Dan pada saat itu, pastilah air
mata saya selalu menetes. Saya rindu Al-Quran yang tidak berdebu.
Saya rindu melafalkan ayat-ayat suci. Saya kecewa terhadap diri saya
yang sekarang. Dengan Al-Quran sangat jauh. Saya khawatir tidak
dapat lancar lagi membacanya. Seharusnya, saya sudah khatam dua
kali karena saat ini menginjak tahun ketiga di Jakarta. Saya merasa
ragu, namun saya mengetahui persis apa yang sedang saya alami.
Akhir-akhir ini, saya pernah beberapa hari berturut-turut sengaja untuk
tidak bangun sholat shubuh. Saya pun tidak lagi hafal semua surat di
Juz 30. Padahal, ketika MTs saya hafal seluruhnya.
(-) Agama saya mayoritas. Namun, tetap saja mengalami prasangka-
prasangka atau diskriminasi. Misalnya, bercadar akan disegani bahkan
ditakuti karena identik dengan teroris, perempuan berjilbab panjang
akan menjadi sorotan dan terlihat “sok alim”, berjilbab namun pakaian
tidak menutupi aurat di komentari dan dilihat aneh. Ada juga
banyaknya aliran-aliran agama dalam Islam yang diindikasikan sebagai
kesesatan. Hal ini akan berpengaruh pada proses konseling apabila
saya mendapati permasalahan semacam ini. Saya mungkin akan
terlihat kurang nyaman atau bahkan kurang percaya diri karena
dihadapkan pada sesuatu yang pernah menjadi isu publik.
Saya pernah membaca buku mengenai Islam. Yaitu bagian sholat adalah tiang agama.
Karena problem yang paling sering muncul adalah sholat. Saya baik mengaji ketika kecil
hingga remaja. Namun, untuk sholat saya masih kurang. Disana tertulis bahwa tidak boleh
meninggalkan sholat dengan sengaja. Karena pada dasarnya agama Islam merupakan agama
yang tidak menyusahkan umatnya. Selalu akan ada toleransi dan kemudahan. Allah
berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (Q.S
Maryam:59). Saya selalu merasa takut akan hal tersebut, saya pun selalu merasa bersalah
ketika sengaja tidak melakukan sholat. Jadi, saya selalu berusaha untuk melaksanakan sholat
lima waktu.
Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa setiap umat muslim harus meyakini
kewajiban sholat dan senantiasa menjaganya. Karena sholat merupakan salah satu pondasi
agama Islam. Jika tidak dilaksanakan, tiang tersebut akan runtuh. Sholat di awal waktu pun
sangat penting. Sesuai dengan sabda Rasulullah, “Tidaklah seorang muslim itu bersuci, lalu
menyempurnakan kebersuciannya yang telah ditetapkan oleh Allah atas dirinya, lalu
mengerjakan shalat lima waktu, melainkan itu semua menjadi kafarat (penghapus dosa) yang
terjadi dalam rentang waktu di antara shalat lima waktu tersebut.”
Isi-isi buku tersebut mendorong saya untuk tidak lagi pernah meninggalkan sholat
yang merupakan tiang agama. Saya selalu percaya bahwa jika ibada wajib telah terpenuhi,
maka ibadah sunnah akan menjadi kebutuhan kedua. Mungkin saat ini saya menjadi jarang
mengaji, namun saya selalu mempunyai target untuk tetap meluangkan waktu membaca arti
dari surat-surat di Al-Quran. Mungkin akhir-akhir ini saya dengan sengaja tidak
melaksanakan sholat shubuh, namun saya tidak akan membiarkan hal itu lebih larut lagi.

Buku Bacaan:
Ad-Dahduh, Salman Nashif. 2004. Buku Pintar Muslim; Panduan Menuju Kesempurnaan
dan Kesuksesan Hidup. Solo: Pustaka Arafah.
NAMA : Dellaniera Adriany

Kelas : BK A 2014

Tugas : Tugas Syarat Masuk Mengenai Agama Sendiri

Usia 3 tahun saya Usia7-8 tahun Usia 9-12 tahun saya


mengawali ilmu saya melanjutkan mendalami agama
agama saya di pengalan agama pada sebuah
TPA saya di TPA Madrasah Ibtidaiyah

Usia 13-17 saya Di usia 13-sekarang saya


mendalami ilmu agama berusia 20 tahun saya
pada guru ngaji yang mengikuti komunitas
dipanggil keluarga saya agama saya yaitu Majelis
dirumah Rasulullah

Pengalam-pengalaman keberagaman yang penting dalam keluarga saya adalah dimana


saya dan keluarga saya menjalankan ibadah bersama. Merayakan hari raya bersama,seperti hari
raya idul fitri,hari raya idul adha,satu muharam atau yang biasa disebut dengan tahun baru islam
dan ulang tahun anak yatim (10 muharam). Belajar agama pun bersama-sama dengan keluarga
saya dari kecil hingga besar. Sebagian besar etnis saya sangat senang sekali dengan yang nama
nya silaturahmi. Dengan silaturahmi etnis saya dan etnis lain bisa terjalin hubungan dan
komunikasi yang baik. Saya pernah mengikuti komunitas keagamaan saya. Komunitas ini
termasuk komunitas yang terbesar di Indonesia. Saya mengikuti komunitas ini karena om saya
mengajak saya untuk ikut. Nama komunitas yang saya ikuti yaitu Majelis Rasulullah. Walaupun
saya tidak sering menghadiri komunitas ini namun ketika komunitas ini mengadakan Tabligh
Akbar dan mendatangkan guru besar yang berasal dari Hadromaut,Yaman. Pengalaman yang
saya dapatkan ialah ketika saya mendatangi Tabligh Akbar,saya mendapatkan ilmu-ilmu agama
yang tidak saya dapatkan pada pelajaran disekolah.

Sejak usia 3tahun kalau saya melihat ada yang sekolah maka saya menginginkan untuk
sekolah. Sehingga keluarga saya memasukkan saya ke sekolah islam yang menerima murid
sekecil saya. Pertama kali saya sekolah yaitu saya sekolah di Taman Pendidikan Alquran.
Sampai saya sekolah dasar pun saya tetap mengaji di tempat itu. Dahulu waktu saya sekolah
dasar saya pernah mendapatkan penghargaan mengikuti perlombaan MTQ beregu tingkat
sekolah dasar se kelurahan Pejaten Timur. Selain itu keluarga saya mengajarkan saya agar taat
beribadah,belajar ilmu agama,santun terhadap orang yang lebih tua. Agama saya adalah agama
yang toleransi terhadap penganutnya. Agama yang sangat damai,tentram,dan ramah. Semua
pengalaman yang saya dapatkan membuat saya dimasa dewasa menerapkan itu semua dan
membuat saya diterima dimanapun. Saat kanak-kanak hingga remaja dan akhirnya sampai
dewasa tidak ada satupun pengalaman didalam agama saya yang tidak saya suka. Agama yang
saya anut adalah agama mayoritas di Negara saya. Selama saya menganut agama yang saya
yakini,memang ada sebagian kecil dari agama saya yang sedikit tegas hingga agama lain berfikir
bahwa agama saya adalah agama yang keras dan kejam. Akan tetapi tidak,semua orang yang
beragama sama dengan saya keras dan kejam. Dan sesungguhnya agama saya adalah agama yang
damai jika kita bersama dan bersatu. Kekuatan hati yang sabar dan jiwa yang tenang agar saya
bisa melakukan proses konseling sehingga konseli saya mendapatkan kenyamanan. Secara umun
agama saya dan agama lain saling menghargai satu sama lain,akan tetapi pembelajaran
pendidikan,cara beribadah didalam agama saya sangatlah berbeda dengan laiinya. Namun hal ini
tidak berpengaruh akan proses konseling yang saya lakukan.

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu,dan telah Aku cukupkan
kepadamu,nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagaimana bagimu..” (Al-Maaidah:3).
Seperti arti dari surat Al-Maidah ini segala nikmat yang sudah diberkan kepada saya,membuat
saya semakin cinta akan agama yang saya anut dan saya percayai.

Pada usia 3 tahun pengalam yang saya dapatkan yaitu diusia itu saya sudah mengenali huruf-
huruf Al-quran. Saya belajar huruf Al-quran pertama kali dan membuat saya senang. Selian
belajar huruf Al-quran saya pun belajar doa-doa sehari-hari yaitu doa mau makan,sesudah
makan,sebelum tidur,sesudah tidur,masuk kamar mandi,keluar kamar mandi dan masih banyak
lagi yang saya pelajari pada usia itu. Setelah itu pada usia 7-8 tahun di tempat yang sama setiap
harinya guru saya memberikan hafalan surat pendek kepada muridnya termasuk saya. Jadi setiap
hari saya selalu menghafalkan surat-surat pendek Al-quran juz 30. Hampir semua surat yang ada
di Juz 30 Al-quran saya hafal. Setalah itu pada usia 9-12 tahun saya berpindah ke tempat
pengajaran agama yang lebih luas konteksnya. Saya belajar pada salah satu Madrasah dekat
dengan tempat tinggal saya. Disana saya belajar banyak. Seperti belajar fiqih,ilmu tajwid dan
lain-lain. Lalu pada usia 13 sampai saya dewasa saya masih mempelajari ilmu tajwid dengan
guru ngaji saya dan mengamalkan nya dengan sering membaca Al-quran.
AGAMA SENDIRI

OLEH:

DINDA RAHMADANI

1715140178

BK A 2014

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Syarat Masuk Konseling Multikultural

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016
Islam adalah agama saya. Saya menjadi muslim sejak lahir sampai saat ini. Sampai saat
ini saya tidak pernah mengikuti komunitas apapun yang terdapat dalam keagamaan saya.
Pengalaman-pengalaman keberagamaan yang penting dalam keluarga bagi saya adalah disaat
ada sanak saudara atau sanak teman dari salah satu keluarga saya yang sedang merayakan hari
besar dalam agamanya. Saya dan keluarga mendatangi untuk sekedar silaturahmi karna pada
saat hari besar agama islam seperti idul fitri maupun idul adha mereka semua bertamu kerumah
kami untuk sekedar ngumpul-ngumpul berbagi keceriaan. Kemudian pada saat pengajian atas
acara tertentu seperti acara sebelum mengadakan pernikahan dan sunatan, sebelum dan sesudah
kelahiran bayi, pindahan rumah baru, khatam al-qur’an dan lain-lain, keluarga dan sanak
saudara saya selalu mengadakannya, biasanya disebut dengan acara selametan. Acara
selametan ini ada kaitannya dengan etnis saya yaitu Jawa. Saya mendapat cerita dari seorang
nenek saya bahwa di kampungnya sudah menjadi tradisi melakukan kebiasaan seperti ini yang
pertama dengan maksut kirim doa meminta sebuah jalannya suatu acara atau suatu kehidupan
menjadi lancar tanpa kendala apapun, tujuan yang kedua adalah sebagai ajang kumpul-kumpul
bersama keluarga dan tetangga. Keberagamaan lainnya yang penting dalam keluarga saya
adalah setiap sebulan sekali diadakan arisan keluarga, rutinitas bulanan seperti ini yang sudah
jarang saya temukan pada keluarga-keluarga lain. Kebiasaan ini juga berkaitan dengan etnis
maupun agama saya karna pada orang Jawa memegang istilah “Makan gak makan yang penting
ngumpul” yang artinya adalah walaupun tidak ada makanan yang penting bareng-bareng
kumpul di satu tempat. Kumpul yang dimaksut disini adalah kebersamaan yang terjadi. Dalam
agama islam pun ditekankan bahwa silaturahmi harus selalu dijaga jangan terputus, oleh karena
itu keluarga saya memaknai hal ini dengan cara melakukan rutinitas arisan bulanan ataupun
pengajian (selametan).
Saya tinggal di negara yang dimana Islam menjadi mayoritas agama bagi rakyatnya.
Jika ditanya tentang keistimewaan, sudah tidak bisa dipungkiri lagi kami sebagai agama
mayoritas selalu mendapat keistimewaan di negara kami. Prasangka yang kerap muncul bagi
kami sebagai agama mayoritas adalah banyak minoritas yang menyamaratakan bahwa
perempuan berkerudung harus baik harus sempurna dan lain sebagainya, padahal seperti yang
kami tahu bahwa islam mewajibkan setiap wanita untuk menutupi auratnya. Kemudian jika
ditanya tentang diskriminasi adalah, saya akan membahas diskriminasi yang diterima oleh
teman saya. Teman saya adalah seorang perempuan, ia dilarang untuk memakai kerudung di
wilayah kantornya karna pemilik kantornya non muslim dan sebenarnya pemilik kantor tidak
menyukai pekerja yang muslim atau beragama islam, berhubung teman saya memiliki
kelebihan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh sang pemilik perusahaan, maka teman saya
dinaikkan gajinya agar teman saya tetap bekerja di kantor tersebut dengan melepas jilbab yang
sudah ia pakai semenjak ia sekolah. Jelas kejadian ini akan mempengaruhi saya dalam
konseling, saya tidak bisa membayangkan bagaimana bahanya nya keprofesionalan saya jika
saya menemukan konseli seperti itu.
Kekuatan-kekuatan agama saya yang bisa saya gunakan dalam konseling adalah rasa
sabar, toleransi dan saling menghargai antar umat beragama. Saya memiliki cara pandang
tertentu dengan agama kristen. Saya selalu melihat bahwa orang kristen mempunyai
kemampuan menyusun kata atau kalimat yang baik dan menyeluruh serta dapat mampu
bersikap dengan penuh sopan santun sehingga penting bagi saya sebagai seorang konselor
untuk lebih bisa memberikan respon dengan tepat dan bersikap baik saat konseling dilakukan.
Kemudian yang saya lihat dari orang tinghoa, nada bicara hampir tidak bisa stabil dan terburu-
buru mengambil keputusan, penting bagi saya sebagai konselor untuk lebih memahaminya.
TIMELINE KEBERAGAMAAN HIDUP BERAGAMA
 (+) Pada saat saya berumur 0-5 tahun saya sudah diajarkan bahwa Tuhan saya itu
Allah SWT berawal dari saat saya lahir seorang ayah saya mengumandangkan azan
tepat ditelinga saya, kemudian ketika saya sekolah taman kanak-kanak, ibu sudah
mulai mencontohkan bagaimana sholat dan saat disekolahpun seorang guru
mengajarkan doa sehari-hari. Ketika bulan puasa tiba saya melihat banyak orang
berpuasa tetapi saya belum bisa berpuasa diusia tersebut, ibu sudah menyuruh saya
untuk berpuasa setengah hari tetapi ternayata saya belum bisa karna saat saya diusia
itu nafsu makan saya sangat tinggi.
Pada usia 5-10 tahun saya sudah diajarkan ngaji oleh seorang guru agama dekat
rumah saya, guru ngaji saya pun beberapa kali sering mengenalkan nabi-nabi
dengan menceritakan kisah-kisah nabi kemudian bagaimana pahala yang bisa
didapat jika berpuasa akhirnya saya baru bisa puasa stengah hari di saat saya
berumur 6 tahun dan puasa full di saat kelas 3 SD, karna guru ngaji saya berkata
bahwa harus dipaksakan jangan mengikuti napsu makan yang berlebihan itu. Dan
saat sekolah dasar juga saya mulai mengenal agama lain selain islam karena saya
memiliki beberapa teman non muslim di sekolah.
Pada usia 10-15 tahun teman non muslim saya semakin sering saya temukan,
tetapi sejauh itu saya hanya menemukan yang beragama kristen, baik protestan
maupun khatolik. Tingkat penasaran saya akan agama mereka sangatlah besar dan
itulah yang membuat saya banyak bertanya tentang agama mereka. Banyak dari
mereka yang dapat secara lengkap menyebutkan isi-isi yang terdapat pada alkitab
nya. Saya hampir merasa malu jika sedang dibalik pertanyaan, terkadang saya
menjawab yang dipertanyakan tidak dengan menyertai ayat atau terdapat disurat
mana kalimat jawaban saya itu berada. Padahal saya mengetahui betul bagaimana
ketentuan kehidupan didunia dan akhirat sudah tertulis di alquran.
Pada usia 15 sampai saat ini saya sudah bertemu dengan orang-orang yang
memiliki agama bukan hanya islam dan kristen saja. Saya bertemu dengan agama
hindu, budha dan tionghoa saat saya sedang menjadi spg aksesories kendaraan di
pameran tahunan pekan raya jakarta, saat itu rekan spg saya yang lain mayoritas
cina selama satu bulan saya bersama mereka saya menjadi lebih tau kebiasaan-
kebiasan mereka. Salah satu teman saya bercerita bahwa di agamanya sangat wajib
untuk latihan barongsay di tempat ibadahnya. Tidak hanya sekedar latihan, tenaga
mereka sangat terkuras untuk melakukan pemanasan sebelum latihan dimulai.
Untuk agama kristen, saya sangat banyak menemukannya ketika saya pelatihan
jurnalistik selama seminggu saya bersama dengan mereka, saya sangat senang dan
beruntung bertemu mereka, karna mereka adalah individu yang sangat menghargai
agama lain tanpa menutupi agama yang ia pegang. Saat azan berkumandang mereka
menanyakan satu per satu kepada kami yang muslim apakah sudah sholat atau
belum, jika jawaban kami belum tanpa ia berkomentar ia menggandeng tangan kami
untuk wudhu, dan jika ia sedang makan ia langsung khusyuk menggepal kedua
tangannya untuk berdoa. Non muslim beribadah hanya beberapa kali dalam 1
minggu sedangkan muslim beribadah wajib selama 5 waktu yaitu subuh, dzuhur,
ashar, magrib, isya. Non muslim beribadah bebas berpakaian apaapun tetapi tidak
dengan agama islam, dalam menghadap kepada Tuhan untuk melakukan ibadah,
seorang muslim harus menutupi auratnya. Jika sedang berduka atas kematian
seseorang kami sebagai muslim bersama-sama mendoakan didalam sebuah
pengajian tetapi bagi non muslim jika sedang berduka atas kematian ada yang
bernyanyi bersama. Muslim meninggal hanya dibungkus kain kafan tetapi tidak
dengan non muslim, ada yang dibakar, dibungkus dalam peti sampai harus
bermake-up terlebih dahulu agar dilihat cantik maupun ganteng. Mungkin
sebenarnya banyak hal yang membedakan muslim dan non muslim. Tetapi jika
dilihat secara kasat mata adalah ini yang membuat saya melihat agama saya yaitu
islam adalah agama terbaik dan balik lagi ini adalah sebuah keberagamaan setiap
agama berbeda.
 (-) Pengalaman keagamaan yang tidak menyenangkan bagi saya hanya pada saat
saya menjadi spg aksesories kendaraan di pekan raya jakarta. Selama sebulan
terdapat beberapa kali ketika sedang istirahat makan bersama karna saya tidak bisa
membedakan daging babi dengan daging sapi saya kerap kali ditipu bahwa makanan
yang ditawarkan ke saya adalah daging sapi. Saat saya selesai memakan makanan
yang ditawarkan ternyata saya memakan daging babi padahal mereka mengetahui
bahwa daging babi atau anjing hukumnya haram bagi kami sebagai seorang muslim.
Dari kejadian itulah saya dapat melihat bahwa agama saya yaitu islam adalah luar
biasa, karna dari makanannya pun ada ketentuan haram dan tidak.
Nama : Dwi Sakinah Sukmadewi
NIM : 1715140197
Kelas : BK A 2014

Mengaji di TPA Mendapatkan Mempunyai


saat usia 5 pengawasan dari teman-
tahun orang tua untuk teman yang
selalu beribadah mampu
mengajak
Menjadi beribadah
Dapat
wisudawati TPA
mengikuti
hari besar
perayaan
agama
islam

Islam dianggap sebagai agama teroris

Agama saya islam, ketika hari besar perayaan agama islam, contohnya adalah saat
perayaan idul fitri, merupakan kewajiban kegiatan yang wajib dilaksanakan, karena
merupakan bentuk penghargaan dalam agama sendir. Pada saat merayakan hari besar islam,
saya yaitu saat saya bisa berkumpul dengan keluarga, saya, karena kakak saya jarang pulang
ke rumah. Kekerabatan antar tetangga juga terlihat ketika hari raya besar keagamaan, karena
kami tinggal di komplek perumahan yang jarang berinteraksi langsung dalam waktu lama
karena sibuk.
Ibu saya selalu mengingatkan sejak kelas 3 SD, supaya nilai raport mata pelajaran
pendidikan agama islam dan PPKn mendapatkan nilai lebih dari 80, beliau selalu
memgingatkan "Gak kenapa-kenapa nilai mata pelajaran masih belajar, tetapi nilai mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan harus di atas 80 karena
ini adalah pendidikan dasar.”
Saat SMP, saya tidak tertarik dengan ekstrakurikuler rohis, karena saya tidak
menyukai pembinanya yg menurut saya pembawaannya tidak jelas. Saya juga melihat beliau
sangat antusias dengan agama islam, panatik dengan islam. Karena beliau, saya jadi tidak
antusias. Ditambah juga karena jarang ada peminatnya. Tetapi pada saat saya SMA, saya
tertarik dengan ekstrakurikuler rohis disana, hal yang lebih membuat tertarik adalah karena
dirohis tersebut juga ada marawisnya, saya senang melihatnya. Berawal dari senang, saya
jadi tertarik dengan rohis di sana. Namun, ketika di kampus, saya kembali tidak antusias
dengan komunitas islam. Karena saya melihatnya lebih parah panatiknya.
Saat saya berusia sekitar 5 tahun, saya mengikuti pengajian TPA. Waktu itu lokasinya
berada di blok komplek yang berbeda, saya tidak sendirian, karena dari komplek kami, ada
5 orang yang ikut TPA. Tiga perempuan dan dua laki-laki, saya senang karena ada
temannya, saya takut jika harus sendirian, karena saya tidak berani. Saya dulu juga takut
sekali dengan angsa, makanya saya selalu beralasan untuk tidak ngaji karena saya takut
dengan angsa. Guru ngajinya ada 3 orang, dan saya sangat dekat dengan satu guru, beliau
sering dipanggil "umi", walaupun beliau terlihat galak, tetapi sebenarnya beliau sangat
menyayangi kami, beliau memang tegas, dan beliau banyak mengajarkan nilai-nilai agama
islam kepada kami. Awalnya saya tidak berani untuk mengaji, tetapi karena beliau
mengajarkan kami dengan tegas, saya jadi berani melakukannya.
Saya menganggap diri saya tidak fanatik terhadap islam, sehingga sampai saat ini, saya
malah memandang rendah untuk orang-orang yang fanatik dengan islam. Saya melihat
bahwa setiap orang berhak memilih agama dan membela agamanya, tetapi mengapa harus
ada pihak-pihak yang tidak terima.
Saya sendiri belum pernah merasakan diskriminasi terhadap agama saya. Namun, yang
saya lihat selama ini, karena media lah yang selama ini memicu konflik tentang diskriminasi.
Tetapi, kami mempunyai kekuatan, karena negara kami merupakan negara mayoritas yang
Nama : Egy Restenafitri Evida

Kelas/Nim : BK A 2014/1715140192

REFLEKSI KERAGAMAN HIDUP BERAGAMA

Agama saya adalah Islam. Saya terlahir di dalam keluarga yang menjunjung
tinggi nilai keagamaan. hal ini dapat dilihat dari pengalaman-pengalaman saya yang
berkitan dengan agama dan spiritual sejak saya lahir sampai saat ini.
(+) Pada usia 0-5 tahun, bagi saya pengalaman yang penting dalam keluarga saya
adalah ketika saya sudah dikenalkan agama islam dengan cara orang tua saya yang
sering membawa saya ke pengajian. Saya sudah diperkenalkan agama islam dari
mulai hal-hal kecil seperti doa mau makan, doa sebelum tidur, dan lain-lain. Orang
tua saya mengajarkan sikap-sikap yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.sejak usia ini, saya sudah diajak untuk solat walaupun saya hanya sekedar
mengikuti orang tua saya. hal yang menyenangkan bagi saya adalah ketika saya diajak
mengaji oleh orang tua saya. Sekalipun saya sedang tidur, orang tua saya akan
menggendong saya untuk tetap berangkat ngaji. Orang tua saya sering bercerita
bahwa saya sering tidur saat di rumah dan bangun-bangun sudah di pengajian.
(+) Pada usia 6-10 tahun, pengalaman saat inilah yang membuat saya menjadi
sekarang ini. Perilaku saya sangat dipengaruhi saat saya berumur 6-10 tahun. Saya
suidah mulai mengikuti pengajian atau yang biasa disebut TPA. Saya mulai masuk
kedalam lingkungan keagamaan. Disinilah saya mengenal agama saya secara
mendalam. Setiap senin sampai jumat pukul 17.30, saya berangkat untuk ngaji di
dekat rumah. Kebiasaan ini menjadi kebutuhan saya, karena saya memiliki
lingkungan yang bisa membuat saya nyaman. Pengalaman menyenangkan bagi saya
adalah ketika berangkat ngaji, biasanya saya berangkat lebih awal karena ingin
mengajak teman-teman yang lainnya untuk berangkat ngaji. Walaupun rumah saya
dekat dengan masjid, tapi saya memiih untuk berkunjung ke rumah-rumah teman saya
yang sebenanrnya lebih jauh dari masjid. Hal lain yang membuat saya senang adalah
ketika saya bisa khatam Iqro, disaat yang teman-teman saya belum khatam. Saat itu
saya sedang duduk dibangku SD kelas 5. Pada umur seginilah saya memiliki
keyakinan kuat mengenai agama saya, karena setiap harinya saya dibiasakan dengan
solat 5 waktunya, mengaji seminggu 5 kali, lingkungan sekitar juga mayoritas adalah
teman-teman yang semangat dalam hal keagamaan, serta dorongan orang tua yang
sangat tinggi untuk menjadikan anaknya paham agama. Pada saat inilah bisa
dikatakan bahwa saya lebih dekat dengan teman ngaji dibandingkan dengan teman
sekolah. Saya merasa bahwa ilmu yang saya dapat saat inilah yang bisa membuat saya
kuat akan pendirian mengenai agama yang saya miliki.
(+) Pada usia 11-15 tahun, saya tetap mengikuti pengajian pra remaja. Mengenai
pengalaman yang menyenangkan bahwa saya memiliki teman baru yang cukup
banyak. Tidak cukup sampai di Iqro, saya melanjutkan membaca Quran dan mengkaji
arti dari Al-Quran yang membuat saya menjadi lebih paham mengenai agama saya.
hanya saja saya mengaji tidak lagi seminggu 5 kali, melainkan 3 hari. Relasi saya
dengan teman ngaji semakin kuat, sehingga saya memiliki semangat dalam mengikuti
kegiatan keagamaan di rumah. Pada saat ini juga, saya memakai hijab karena saya
sudah mengetahui kewajiban seorang muslim untuk memakai kerudung ketika sudah
baligh.
(+) Pada usia 15-20 tahun, saya memiiki kesadaran bahwa kegiatan keagamaan
adalah hal yang sangat penting dalam hidup kita. Saya memiliki motivasi dari orang
tua yang sangat tinggi. Hal yang menyenangkan adalah ketika saya bisa mengikuti
kepanitiaan di berbagai acara keagamaan, yang akhirnya saya bisa memiliki hubungan
yang baik dengan remaja masjid. Disaat banyak remaja menghabiskan waktunya
untuk bermain termasuk saya, tetapi saya tetap aktif dalam acara keagamaan.
Mengenai ilmu agama yang saya miliki, saya masih tetap mengikuti pengajian sampai
saat ini. Karena sejak kecil saya sudah dibiaskan dengan mengaji. Jadi, saat ini saya
memiiki kesadaran tersendiri untuk agama saya. Usia ini adalah usia yang sangat
rentan dimana relasi pertemanan adalah hal yang sangat penting dalam keseharian,
sehingga tanpa adanya agama yang kuat, maka pada usia ini lah keimanan tergoyah.
Walaupun saat ini saya belum bisa menjadi manusia yang sangat taat agama, tetapi
saya terus berusaha untuk tidak melanggar ajaran-Nya.
Pulau Jawa adalah mayoritas islam. Saya merasa keistimewaan ada dalam
agama ini. Saya melihat banyak masjid dimana-mana sehingga mempermudah saya
untuk untuk beribadah dimanapun saya berada. Selain tempat ibadah, kalender
menurut saya ada keistimewaan terhadap orang muslim saat merayakan idul fitri.
Biasanya libur lebaran ini lebih banyak daripada agama lain. Sejauh ini, saya tidak
merasa adanya diskriminasi terhadap agama saya. hanya saja, karena agama islam
adalah agama mayoritas jika di amati lebih dalam sebenarnya islam sendiri memiliki
banyak golongan-golongan yang berbeda sehingga terkadang adanya diskriminasi
terhadap golongan tertentu.jika dikaitkan dengan konseling, konselor harus bisa
memahami latar belakang agama konseli karena orang yang mengalami diskriminasi
dalam agama cukup banyak sehingga kita harus memahami lebih dalam mengenai
latar belakang agamanya. Kekuatan agama yang bisa saya gunakan dalam konseling
adalah pada dasarmya semua agama mengajarkan kebaikan. Mengenai bias-bias yang
saya miliki mengenai agama tertentu, mungkin ada beberapa perbedaan dalam agama-
agama tertentu, sehingga hal ini bisa saja mempengaruhi cara pandang yang berbeda
pula. Selain pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang kurang
menyenangkan sehingga menantang dalam kehidupan beragama saya. hal ini dapat
dilihat dari pengalaman saya semenjak lahir sampai saat ini.
(-) Pada usia 0-5 tahun, saya tidak mengingatnya. Namun, saya ingat kedua orang
tua saya menyampaikan bahwa saya sedikit sulit untuk membiasakan diri membaca
doa debelum melakukan sesuatu.
(-) Pada usia 5-10 tahun, awalnya saya merasa malas ketika harus mengikuti
kegiatan mengaji saat ingin magrib. Karena saya biasanya bermain bersama tetangga.
Sampai pada akhirnya, orang tua saya yang menggencar-gencarkan saya untuk
berangkat ngaji. Hal yang menantang bagi saya adalah ketika saya harus
membiasakan diri untuk menyudahi permainan dengan tetangga saya untuk ngaji.
Tetapi seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa degan hal itu.
(-) Pada usia 11-15 tahun, saya merasa adanya gejolah pikiran dan hati ketika
sudah mulai sibuk sekolah dan harus dipadatkan dengan kegiatan mengaji.
Pengalaman yang kurang menyenangkan adalah ketika saya memiiki PR dari sekolah
yang cukup banyak dan saya harus mengutamakan ngaji. Sehingga saya harus
berusaha bagaimana PR tersebut bisa dikerjakan sebelum mengaji ataupun sesudah
sehingga tidak meninggalkan kegiatan keagamaan saya. selain sekolah, hubungan
pertemanan juga sangat berpengaruh sehingga hal yang menyulitkan bagi saya adalah
ketika menghadapi situasi yang bersamaan ketika ada kegiatan keagamaan dan
kegiatan kumpul dengan teman. Saat inilah, saya mulai berani main dengan teman
malam hari setelah saya mengaji yaitu jam sembilan malam walaupun saat itu saya
hanya berani main di rumah saya, jadi saya yang engajak mereka untuk datang ke
rumah daripada saya yang harus keluar rumah.
(-) Pada usia 16-20 tahun, hal yang sama saya rasakan ketika tahun sebelumnya.
Saya merasa banyak rintangan dalam mempertahankan keyakinan keagamaan yang
keluarga saya tanamkan sejak kecil. Banyak godaan dari rasa malas dan hubungan
pertemanan. Pada usia ini, teman semakin banyak, tugas semakin banyak, dan saya
saat itu mengikuti les yang pada akhirnya saya merelakan untuk berhenti les untuk
mengutakan kuliah dan kegiatan keagamaan saya. karena menurut saya, keduanya
adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya. hal yang kurang menyenangkan
timbul juga dari rasa sibuknya dalam hal dunia yang terkadang membuat saya jadi
mengundur-undur waktu dalam hal beribadah. Namun dari pengalaman yang tidak
menyenangkan, saya tetap menjunjung tinggi nilai agama yang saya miliki walaupun
saya sering mendengar omongan dari teman saya, seperti “ngaji mulu” tapi saya tetap
berpendirian bahwa dengan ini saya bisa hidup dengan agama saya dan bisa
memberikan dampak positif dalam hubungannya dengan orang lain.

Ada buku yang berpengaruh dalam pemahaman saya mengenai agama islam bahwa
sangat bersyukurnya saya terlahir dalam agama yang sangat sempurna ini. Di buku tersebut
tercantum kalimat bahwa hidup yang hanya sekali dan sementara di dunia ini, kita telah
diqodarkan baik oleh Allah maka jagalah agamamu. Saya sangat bersyukur memiliki orang
tua yang perduli dengan saya dalam hal agama. Dijelaskan dibuku bahwa sebagai orang
islam kita harus bangga dan memahami bahwa orang muslim adalah manusia yang telah
dipilih oleh Allah, maka pertahankanlah dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,
memperbanyak syukur dan ibadah kepada Allah serta selalu mencari peluang untuk dapat
meningkatkan derajat di surga. Kalimat tersebut sanagt menginspirasi saya dalam keyakinan
memegang teguh nilai-nilai islam. Tidak percuma saya diajarkan dan dikenalkan agama saya
sejak kecil melalui mengaji karena memang hal itu lah yang menurut saya adalah salah satu
cara untuk menjaga agama ini.

Pengetahuan yang saya miliki mengenai agama islam sangat memotivasi saya dalam
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Hanya saja pengalaman-pengalaman saya
identik dengan kegiatan keagaman di sekitar rumah saja, tidak dengan dikampus. Menurut
saya, ketika saya di kampus saya perlu meningkatkan prestasi akademik dan mengikuti
kegiatan nonakademik, sedangkan di rumah saatnya saya meningkatkan kepercayaan
terhadap agama yang saya miliki dengan mengikuti kegiatan remaja masjid. Pengetahuan
keagamaan seseorang sangat diperlukan dalam hidup. Pemahaman mengenai agama ini
penting dalam tugas sebagai konselor, agar lebih bisa memahami konseli dengan latar
belakang agamanya. Pengalaman dalam hal agama atau spiritual seseorang berbeda-beda
sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari konselor dalam melihat dan menyadari
keberagaman agama.
1. Timeline

TIMELINE
(Peristiwaterlibat
Penting dan Usia) terlibat
dalam pindah dan berbagai Pelayanan
paduan bergabung pelayanan misionaris
bergabung suara dengan di atas ke daerah
dengan GKI gereja GSJA mimbar lain
(8th) (8th) (12th) (13th) (13th)

muslim kristiani
(3th)

kebingungan dihina diajak


identitas dianggap untuk
agama kafir pindah ke
(8th) muslim
2. Selama perjalanan hidup saya menjadi seorang kristiani, buku yang
paling bermakna bagi hidup saya adalah Alkitab. Setiap kisah dan
kata demi kata di dalamnya selalu mampu membawa saya ke
dalam pemahaman yang lebih dalam mengenai kristiani dan
membuat iman saya bertumbuh. Saya pernah membaca beberapa
kitab, artikel, dan bacaan mengenai agama lainnnya tetapi ketika
membaca Alkitab, saya selalu mendapatkan hal baru yang semakin
memperkuat iman saya kepada kristen. Hingga saat ini, Alkitab
masih menjadi bacaan yang paling berpengaruh dalam hidup saya.
Namun, untuk memahami setiap kisah dan wahyu yang
disampaikan, saya membaca beberapa buku rohani kristen untuk
membantu menafsirkan setiap maksud dari kata-kata di dalam
Alkitab. Buku rohani kristen yang membangkitkan iman saya dan
membantu saya dalam memaknai hidup adalah buku karya Rick
Warren yang berjudul The Purpose Driven Life. Buku tersebut
membuat saya semakin yakin dalam iman saya. Buku tersebut
membantu saya melihat diri saya seutuhnya sebagai sebuah
pribadi yang memiliki tujuan di dalam rencana Tuhan.
3. Pada awalnya saya adalah seorang muslim karena Ibu kandung
saya adalah seorang muslim dan Ayah saya adalah seorang
kristiani. Karena kami tinggal bersama dengan keluarga Ibu, maka
saya menjadi seorang muslim hingga usia 3 tahun. Ketika Ayah
dan Ibu berpisah, maka saya menjadi seorang kristiani. Kemudian
ketika bertemu dengan Ibu tiri saya yang juga beragama kristen
maka saya juga menjadi seorang kristiani sampai sekarang. Tetapi
Ibu saya juga pernah beberapa kali pindah agama karena keluarga,
jadi orangtua saya sedang dalam masa pengenalan lebih dalam
mengenai agamanya. Hal itu juga sempat membuat saya sempat
kebingungan dalam mengenali identitas agama saya. Saya pun
sempat mencari tahu beberapa agama lain dan mencoba
menemukan setiap pengalaman ketika mencari pengetahuan dari
beberapa agama tersebut. Salah satu pengalaman yang membuat
saya memiliki pengenalan yang semakin dalam mengenai kristen
adalah ketika saya bergabung dengan komunitas keagamaaan.
Komunitas keagamaan di gereja membangun iman saya menjadi
semakin kuat dan menjadi tempat saya untuk memperdalam
pengetahuan saya mengenai keagamaan saya.
Saya memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan menjadi
seorang kristiani ketika berada di bangku SD. Saya adalah satu-
satunya yang beragama kristen. Teman-teman saya yang
semuanya beragama muslim tidak jarang menghina agama saya
dan membujuk saya untuk pindah agama karena agama saya
dianggap kafir. Selama 2 tahun berturut-turut saya beberapa kali
merasa cukup tertekan, namun memilih untuk mengabaikan dan
membuat setiap hinaan atau bujukan mereka menjadi sebuah
lelucon. Pengalaman tersebut juga membuat saya untuk mencari
tahu dan mempelajari berbagai agama. Hal itu saya lakukan
semata-mata karena saya ingin tahu apakah mereka diajari untuk
menghina orang dalam agama mereka. Jika ya, saya mungkin akan
mempertanyakan bagaimana mungkin sebuah agama membiarkan
umat manusia saling menghina satu sama lain.
Meski pernah mengalami beberapa pengalaman yang membuat
saya terluka, tetapi pengalaman tersebut tidak membuat saya
kecewa namun justru sebaliknya. Saya merasa pengalaman-
pengalaman tersebut justru membuat saya semakin teguh di dalam
keyakinan saya sebagai seorang kristiani. Saya bersyukur, saya
juga dibimbing oleh seorang mentor dalam berbagai hal. Beliau
bahkan mengajari saya bagaimana membangun kembali sebuah
kepercayaan, hidup dengan penuh makna, dan berpegang teguh
pada nilai-nilai alkitabiah. Beliau seperti seorang teman, Ibu, kakak,
segalanya di dalam hidup saya. Beliau memberikan saya buku
karya Rick Warren dengan judul The Purpose Driven Life. Buku
tersebut sangat membantu saya untuk menemukan tujuan hidup
saya dan memiliki hidup yang bermakna. Pengalaman penting yang
juga tidak akan terlupakan menjadi seorang kristiani dalam hidup
saya adalah perjumpaan pribadi saya dengan Tuhan melalui
firman-Nya yaitu Alkitab yang menjadikan iman saya semakin teguh
di dalam-Nya. Pengalaman tersebut adalah pengalaman yang tidak
dapat dideskripsikan kata demi kata, namun pengalaman itulah
yang membuat saya menjadi seorang kristiani bukan sekadar
karena kedua orangtua saya.
Dari pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan terkait
dengan keberagamaan saya, ada nilai-nilai yang hingga hari ini
saya pegang teguh dan bermanfaat, baik bagi kehidupan saya
maupun bagi orang lain. Salah satu nilai tersebut ialah nilai-nilai
kemanusiaan, misalnya bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk yang berharga dan dikasihi oleh Penciptanya. Hal ini tentu
membantu saya ketika berada dalam proses konseling. Perasaan
menghargai dan menganggap setiap orang berharga akan
membantu saya untuk memahami konseli dan mengembangkan
sikap serta pandangan positif kepada konseli.
Time Line: Menantang Positif
Lahir
Menerima
Belajar persiapan sakramen Baptis
penerimaan sakramen
Ekaristi dan menerima Gereja paroki kami
sakramen tobat untuk pindah lokasi
pertama kali
Mengikuti
sekolah minggu
Mengikuti pertemuan Anak Remaja
Katolik se- Regional Riau Daratan Menerima Sakramen Ekaristi

Menjadi pelayanan ALtar

Mengikuti dan menjadi


anggota Legio Maria junior Mengikuti pertemuan Legio
Maria se-regional Riau daratan
Membentuk kepengurusan misdinar dan
menjadi ketua selama dua periode

Mengikuti test masuk Seminari


Mengikuti rekoleksi dan
Menjalani kehidupan sebagai seminaris
retret pada tahun I

Menerima sakramen Krisma


Menerima sakramen Krisma
Mengikuti rekoleksi dan
retret pada tahun II

Keluar dari Seminari Masuk kelompok Orang


Muda Katolik (OMK)
Dipilih sebagai
wakil ketua OMK

Dipilih menjadi Dewan Pastoral Masuk kelompok Orang Muda


Paroki sebagai Pembina Katolik (OMK) di Jakarta
Misdinar dan Areka

Pengalman pertamana Menjadi


organis gereja di Bogor Sekarang
Pengalaman keberagamaan yang ada dalam keluarga saya yang pernah saya rasakan ialah
berdoa bersama saat sebelum tidur, bapak saya akan memimpin doa bersama tersebut dan dalam
ibadat singkat tersebut ada ritual khusus yakni penyampaian doa umat dalam agama Khatolik yang
berisikan doa permohonan dari setiap anggota keluarga. Dan hal ini menjadi habitus saya dalam
berdoa. Saya akan menyisihkan sepenggal waktu saya dalam sehari untuk berdoa.
Pengalaman etnis saya dan pengalaman agama saya ada yang berhubungan dan ada yang
tidak. Pengalaman etnis batak yang saya miliki, kami memiliki satu perkumpulan marga yang
berdasarkan klan satu marga tersebut yang disebut punguan. Dalam perkumpulan ini kami
biasanya akan memulai dengan ibadat terlebih dahulu setelah itu akan ada arisan dan makan.
Dalam etnis jawa ada keunikan tersendiri yang saya rasakan dari keluarga ibu saya. di keluarga
besar ibu saya sendiri sebenarnya ada dua agama besar yakni Khatolik dan Islam, adapun agama
lain adalah Hindu dari paman saya yang merupakan suami dari adik ibu saya paling kecil yang
kini pindah menjadi Khatolik juga namun keluarganya tetap beragama Hindu. Sedangkan agama
Kristen datang dari keluarga bibi saya yang merupakan istri dari abang ibu saya. Keluarga bibi
saya tersebut sebelumnya adalah agama islam namun beberapa saudara bibi saya pindah ke agama
Kristen Protestan, dan paman saya yang merupakan anak pertama di keluarga ibu saya msaih
beragama Islam. Dalam perayaan agama tertentu akan dirayakan oleh semua anggota keluarga tana
terkecuali. Dalam perayaan besar agama saya sendiri biasanya budaya jawa yakni kumpul keluarga
besar juga ikut diselenggarakan di dalamnya.
Dalam perjalanan kehidupan, saya mengikuti komunitas agama saya sesuai dengan urutan
umur saya. komunitas yang pertama kali saya masuki adalah komunitas asmika. Asmika sendiri
terdiri dari anak berusia pendidikan playgroup, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar. Saya masuk
ke Asmika sampai saya menerima sakramen Komuni atau sakramen Ekaristi. Setelah menerima
sakramen Komuni, saya masuk komunitas Misdinar atau Pelayan altar, salam perjalanan sebagai
misdinar, saya terpilih menjadi ketua dan membentuk komunitas misdinar pertama di Paroki saya.
Ketika menjabat sebagai Ketua, saya mulai membangun komunitas dimulai dari usaha saya
mendata anak-anak yang sudah menerima sakramen Ekaristi sampai membujuk orang tua yang
anaknya sudah menerimakan sakramen tersebut untuk bersedia membimbing anaknya menjadi
misdinar. Tindakan ini saya lakukan karena pada saat itu sangat sulit untuk mendapatkan anak
yang bersedia dengan tangan terbuka menyambut tugas tersebut dengan dalil berbagai macam
urusan yang terlihat penting. Kemudian dari komunitas ini saya menjadi dekat dengan para tokoh
agama saya mulai dari Frater, Pastor hingga Uskup, dan saya mulaitertarik untuk menjalani hidup
membiara. Setelah saya kelas tiga SMP saya kuatkan niat saya untuk masuk seminari yang
berujung karam pada tahun ke tiga. Setelah itu saya masuk komunitas pemuda di gereja saya dan
aktif sebagai pelayan gereja dengan jiwa muda yang membawa saya terpilih menjadi wakil ketua.
Kemiripan terjadi dalam komunitas pemuda dengan komunitas misdinar yang saya masuki, saya
kembali disuguhkan dengan kondisi yang miris pada komunitas pemuda. Pada komuniatas ini saya
untuk pertama kali menemukan sosok sahabat yang saya cari. Saya dan ke tiga sahabat saya
bersama membangun komunitas ini sampai pada titik mampu membuat satu kegiatan besar dengan
cakupan satu paroki (paroki saya terdiri dari wilayah dalam tiga kabupaten). Setelah itu saya
merantau ke pulau Jawa dan kembali masuk ke komunitas pemuda di Jakarta namun tidak se-aktif
di paroki saya.
Terdapat pengalaman menyenangkan dan kurang bahkan tidak menyenangkan yang saya
dapatkan dalam beberapa kegiatan keagaamaan khususnya dalam kehidupan komunitas agama
saya. Saya sangat senang dengan komunitas sejak saya duduk di bangku Sekolah dasar. Dalam
kehidupan komunitas keagamaan mulai dari Asmika, Misdinar sampai OMK, hal yang saya sukai
adalah pertemuan besar secara regional. Ketika pertemuan tersebut saya mendapat kenalan dari
berbagai kabupataen di provinsi saya. untuk ukuran anak SD saya memiliki kenalan yang lebih
dari teman-teman sebaya saya di SD. Hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri sekaligus
tangtangan. Ketika masuk dalam komunitas Misdinar dan saya sebagai salah satu pendirinya, saya
menemukan pengalaman yang kurang menyenangkan berupa kesulitan dalam mengumpulkan
anggota. Ketika saya tidak berhasil mengumpulkan anggota, saya akan menerima teguran karena
tidak ada yang menjadi misdinar di hari minggu. Ketika saya mendapatkan, hanya ada bebrapa
teman yang hanya 3 orang selalu saya beri tugas dan ajak untuk menjadi misdinar di hari minggu
say akan mendapat teguran yakni kenapa hanya mereka saja yang bertugas. Pada saat menjabat
menjadi wakil ketua OMK hal tersebut yang saya alami namun di OMK saya dibantu dengan
sahabat saya yang senantiasa berada di samping saya bila ada masalah dengan komunitas atau
keperluan komunitas. Akan selalu ada ejekan yang terhujam dalam batin namun sejuta semangat
tak pernah lupa untuk tumbuh dalam sanubari.
Agama saya sebagai agama minoritas, dan prasangka yang saya miliki sebagai anggota
agama saya, adalah prasangka yang membangun menurut saya. dari beberpa kutipan yang saya
pegang dari ALkitab agama saya, saya belajar bahwa tidak ada kegitan baik yang disebut buruk
apa lagi dalam konteks pewujudsyukuran atas pemberian Sang Dewata Utama dari setiap agama.
Saya mendapatkan prasangka buruk pada saat saya kecil dan sedang bermain dengan teman sabaya
saya. Saya dan abang saya mendapat cemooh tentang cara agama kami beribadah dan bagaimana
tingkah kami saat beribadah. Ruli kecil yang saat itu belum mengerti tentang pola pikir ikut
kembali mengolok agama yang dimiliki temannya. Belakangan saya ketahui, pengetahuan dari
teman saya tersebut memang pengetahuan yang condong k fanatisme tentang agamanya. Menarik
dalam pengalaman SMA saya, ketika saya beru pindah ke SMA umum saya syok dan masih kaku
dengan kondisi mayoritas muslim dan semua wanita mengenakan kerudung kecuali satu teman
wanita saya yang beragama protestan. Namun setelah berjalannya waktu saya mulai akrab dan
menemukan titik temu dimana kegiatan agama saya dan kegiatan agama mayoritas mendapat
kedudukan yang sama. Adaptasi habitat saya yang baru tentunya harus diiringi dengan habitus
baru saya yang jelas jauh. Pada saatu itu saya menemukan sejatinya agama itu diciptakan.
Harmonisasi persepsi yang terujud nyata dalam consensus agama tidak menjadikan consensus
bermasyarakat luruh dan menghambat beberapa abilitas yang menjadi pokok kehidupan.
Pemikiran ini yang sampai sekarang mempengaruhi saya dalam proses pembentukan jatidiri saya
sebagai konselor.
Kekuatan pemikiran tentang harmonisasi beragama salam masyarakat diperkuat oleh
agama saya sendiri. Menurut pendalaman saya sebagai penganut agama dengan usia matang untuk
mulai berpkir matang, agama saya memiliki nilai cinta kasih yang besar yang bersatu dalam
kewajiban pembangunan cintakasih itu sendiri dalam bentuk nyata. Cinta kasih dalam agama saya
adalah cinta kasih bagi sesama manuisa. Dalam hal ini tidak ada pembedaan manusia dari sudut
perbedaan apapun bahkan agama. Mengasihi sesama manusia merupakan sebuah tugas berat
sekaligus titik tolak perilaku saya sebagai penganut agama saya sendiri. Dalam proses pemikiran
saya, hal ini menjadi sebuah kewajiban semua manusia untuk melakukannya. Dalam agama saya
lebih dalam dikatakan bahwa “kasihilah musuhmu”. Petikan tersebut mengawali perenungan saya
dalam mengartikan cinta kasih bahkan ketika saya mendapat masalah. Masalah dalam hal ini
bentuk maslah apapun yang menjadikan saya musuhnya dan menjadi musuh saya. Dalam tidakan
konseling saya selalu mendapati pemikiran ini dibenak saya sehingga maslah saya pandang bukan
sebagai beban berat nan usang yang tak terperikan beratnya namun sebagai Salib yang harus dan
wajib saya cintai dan pikul sampai ke bukit kalvari saya.
Ketika saya berada dalam seminari, saya mempelajari berbagai agama yang ada di
Indonesia yang tentunya dengan kedalaman pemikiran tertentu dan pembatasan pemabahasan.
Pembelajaran tersebut mengajarkan saya bahwa, tindakan yang baik ketika kita memiliki
pandangan positif agama lain yang berdasarkan cara beribadah dan melaksanakan perintah agama
mereka. Hal terebut juga menjadi titik tumpu pondasi saya untuk mencintai agama saya lebih dari
sekedar agama melainkan sebuah konsep pemikiran universal yang mampu menampung berbagai
ide dan pandangan serta mampu mengolahnya menjadi kursi yang ciamik bagi pikiran saya ketika
membutuhkan dudukan untuk melihat masalah. Perlakuan terhadap pemikiran saya ini juga
menlandasi pola pikir saya sebagai calon konselor yang akan mengahadapi problematika
kehidupan serta kesempatan-kesempatan yang harus diambil dengan pola pembimbingan khusus.
FARHAN NURJANI
BK A 2014
1715142103

TIMELINE AGAMA

0-7 tahun
Diajarkan nilai 13 - 15 tahun
nilai agama Mendatangkan
islam di rumah guru ke rumah
dan disekolah

8-12 tahun 16 - Sekarang


Mengikuti Mengimplementasikan
sekolah seluruh ilmu yang
keagamaan diperoleh dalam
kehidupan

Kali ini saya akan menceritakan bagaimana pengalaman ke agamaan yang saya alami.
Dimulai sejak saya kecil, saya sudah diajarkan nilai nilai dan budaya ke islaman, hal ini tentu
karena saya lahir,tumbuh dan berkembang di keluarga islam. Sejak kecil saya diajarkan apa
yang boleh dan tidak boleh menurut agama, diajarkan cara berwudhu, solat, mengaji, puasa.
Tidak hanya sebatas itu saja, saya masih ingat pesan dari almarhum kakek saya, ia berkata
“Agama itu penting, ibadah itu penting, agama itu fondasi, akar keyakinan kamu, tapi ingat
kekeluargaan itu juga penting”. Setiap saya sedang diajarkan mengenai agama, kakek saya
selalu menambahkan bahwa kekeluargaan adalah hal yang penting, hidup rukun dengan
saudara adalah hal yang penting, sebagaimanapun kamu bertengkar dengan saudaramu, ia
tetap saudaramu. Dirumah saya lebih sering diajarkan secara tersirat, rasanya orangtua yang
ada di keluarga saya memang faham bagaimana mengajarkan sesuatu kepada anak agar anak
tidak cepat bosan. Saya belajar lewat film film kartun islami, sangat mudah bagi saya untuk
mempelajarinya dibandingkan bentuk pembelajaran di sekolah. Fase tersebut berlangsung
sejak usia saya 0 – 7 tahun.

Masuk tahun ke 8 saya mulai masuk ke sekolah agama. Sekolah agama berbeda dengan
tempat mengaji pada umumnya, saya katakan sekolah karena terdapat mata pelajaran, dan
jam pelajaran disana. Adapun beberapa mata pelajarannya seperti, keimanan, taqwa, ibadah,
sejarah, tajwid. Awal mula saya senang mengikuti sekolah agama ini namun lama kelamaan
saya merasa lelah, dalam satu hari saya harus sekolah di 2 tempat sekaligus. Di dalam keluarga
saya memang sudah menjadi kebiasaan turun temurun seorang anak bersekolah di sekolah
regular dan di sekolah agama. Mama, paman, dan bibi saya juga merupakan lulusan sekolah
agama yang sama, kakek dan nenek saya benar benar serius apabila perihal agama dan
pendidikan. Saya merasa lelah, rasanya ingin punya waktu lebih untuk bermain pada saat itu,
meskipun saya sekolah agama tidak seperti sekolah biasa, yang mengharuskan saya seminggu
untuk pergi bersekolah, di sekolah agama pertemuan diadakan seminggu 3 kali, setiap hari
senin, rabu, jumat. Saya sempat beberapa kali protes, menangis, pura pura sakit, atau apapun
alasan yang bisa saya berikan agar saya tidak harus berangkat sekolah agama. Bukannya saya
tidak suka sekolah agama, saya hanya lelah, saya merasa teman teman saya di sekolah biasa
sepertinya punya waktu bermain yang lebih banyak daripada saya. Pada akhirnya saya tetap
melanjutkan sekolah agama saya sampai selesai tingkatan Ibtidaiyah atau setara dengan
sekolah dasar. Saat ditanyakan oleh nenek dan mama saya apakah ingin melanjutkan ke sekolah
tsanawiyah atau setara smp, saya dengan tegas mengatakan tidak, saya mengatakan tidak
dengan alasan saya ingin istirahat terlebih dahulu, ditambah lagi di dalam hati saya berkata
bahwa saya tidak menemukan manfaat khusus dari saya mengikuti sekolah agama selama 5
tahun ini, dan syukurlah orangtua saya tidak memaksa saya.

Meski saya tidak melanjutkan sekolah agama ketika saya SMP, nenek saya memiliki ide
untuk memanggil salah seorang guru untuk mengajar saya mengenai agama di rumah, sebelum
saya menyetujui idenya saya bertanya kepadanya “untuk apa ? kan sudah waktu sd dulu” ia
menjawab “Gapapa lah mau bagaimanapun agama itu penting han, harus seimbang dunia dan
akhirat”. Saya tidak bisa mengelak lagi dan mengiyakan, akhirnya beliau meminta tolong salah
seorang mahasiswa yang ikut aktif dalam pengajian yang diikuti nenek saya untuk mengajarkan
saya menganai agama. Apa yang diajarkan kepada saya, rata rata bukan hal yang baru bagi
saya, karena saya sudah pernah mempelajarinya dulu. Guru tersebut datang seminggu sekali,
dan sesekali saya mencoba mencari cari alasan supaya tidak harus mengaji, alasan utama saya
mencari alasan karena saya merasa saya bisa melakukannya sendiri, namun terkadang saya
sangat menginginkan guru tersebut datang, ketika saya memiliki pertanyaan pertanyaan yang
mungkin saya tidak bisa tanyakan di sekolah karena takut mengemukakan pendapat.
Pertanyaan pertanyaan yang pernah saya ajukan kepada guru saya antara lain :

1. Ka dalam alquran itu kan kiamat datangnya hari jumat, nah sedangkan di dunia ini
kan waktunya beda beda, misalnya di Indonesia jumat pagi nah di jepang jumatnya
siang itu gimana ka ?
2. Ka membunuh kan dosa ya, lalu kaum yahudi itukan mereka membuat kerusakan di
palestina, membunuh terus saya juga pernah nonton kalau tentara tentara di Israel
itu ngincernya ibu hamil karena di bajunya ada tulisan “shoot one kill two”, nah
terus gini ka saya mau nanya kan saya pernah baca juga kalau hitler itu pernah
melakukan pembantaian terhadap kaum yahudi dan dia bilang “ Saya bantai kaum
yahudi, namun saya sisakan beberapa agar kalian tau kenapa saya membantainya”.
Nah sekarang kita lihat palestina yang habis habisan di kuasai Israel, yahudi. Kalau
kaya gitu hitler termasuk membela islam gak kak? Dia masuk surga atau engga ka ?
tapikan dia juga ngebunuh orang yahudi, jadi gimana ka ?

Jawaban yang saya dapatkan cukup membuat saya puas pada saat itu. Intinya kehadiran
guru tersebut tidak saya rasakan sebagai sebuah hal yang sangat bermanfaat bagi saya, tidak
ada yang special, semua biasa saja. Saya menjalani rutinitas itu selama 3 tahun, ketika mulai
SMA saya belajar mengenai agama hanya saat di sekolah. Pada saat SMA saya baru merasakan
manfaat dari sekolah agama, dan guru yang datang ke rumah, rupanya pengetahuan saya akan
islam yang selama ini saya bilang adalah hal yang biasa rupanya adalah hal yang luar biasa. Hal
ini dikarenakan ternyata banyak dari teman saya di sekolah tidak memiliki pengetahuan akan
agama islam, tidak seperti saya yang sudah sejak kecil belajar mengenai islam. Menjadi sebuah
kebanggan tersendiri bagi saya, bisa mengajarkan, bisa membagi ilmu yang saya miliki dengan
teman teman saya. Terlebih lagi ketika beberapa kali saya mengajarkan teman saya untuk
mengaji, sebuah kesenangan dan kebanggan tersendiri bagi saya.

Namun pada usia ini seluruh ilmu yang saya dapatkan mengenai agama di uji dengan
amat sangat hebat, orangtua tidak lagi se intens dahulu mengingatkan saya untuk beribadah,
saya memasuki fase dewasa awal, dimana saya sudah harus bertindak atas dasar kemauan saya
sendiri dan dapat bertanggung jawab atas pilihan hidup saya, itulah yang diajarkan keluarga
saya dirumah. Pengetahuan saya akan agama mengambil peran penting dalam pengambilan
keputusan saya, sebisa mungkin apa yang akan saya lakukan tetap sesuai dengan agama. Saya
adalah umat islam, umat beragama mayoritas di negeri ini, tidak ada kesulitan berarti yang
saya rasakan menjadi umat islam di Negara ini, hanya saja saya merasa miris ketika ada berita
yang berasal dari salah satu kubu masyarakat yang mengatasnamakan islam untuk melakukan
tindak pengrusakan dimana mana, mungkin mereka tidak sepenuhnya salah, namun cara islam
bukan cara kekerasan, islam adalah kasih sayang, setidaknya itu yang saya ketahui, saya pun
tidak bisa mengatakan bahwa pengetahuan saya lebih baik daripada mereka. Terkadang
bertindak seenaknya hanya karena diri “mayoritas” menjadi sebuah pembenaran, seakan akan
ketika menjadi “mayoritas”, tidak akan pernah menjadi salah. Penting bagi saya yang seorang
calon konselor faham akan konsep tersebut, sebuah konsep bahwa mayoritas tidak selalu
benar, lalu konsep keislaman yang saya yakini bahwa islam adalah cara kasih sayang, hal ini
akan membantu saya sebagai seorang konselor untuk tetap toleran, dan selalu menghargai
pandangan pandangan konseli saya, apapun agamanya, kelas sosialnya, bahkan orientasi
seksualnya.

Anda mungkin juga menyukai