Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMPROMI FISKAL
Dosen pengampu: Hadi Susilo, S.Pd. M.Pd

Disusun Oleh :
Jagad Rahmana Putra (60220090)
Mia Akmalia S (60220198)
Rafi Alexandi (60220151)
Kelas : Management B3B

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS SELAMAT SRI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perpajakan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kendal, 18 November 2021

i
Daftar Isi :

Kata Pengantar ......................................................................................................


...............................................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

A. Fiskal ....................................................................................................... 3
B. Kebijakan Fiskal ...................................................................................... 3
C. Kompromi Fiskal ..................................................................................... 6
D. Kreativitas ................................................................................................. 8
E. Jejaring ...................................................................................................... 8
F. Kolaborasi ................................................................................................ 8

BAB I Penutup

A. Kesimpulan .............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 10

Daftar pustaka .................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pajak adalah masalah yang menghadapkan pihak yang memungut
pajak dengan sebagaan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak.
Pemerintah sebagai pihak yang diberi tugas memenuhi kebutuhan rakyat,
berkepentingan akan partisipasi rakyat untuk memenuhi kewajiban rakyat untuk
membayar pajak. Sebaliknya rakyat juga memiiki kepentingan atas pelayanan
yang diberikan pemerintah seperti, adanya keamanan, ketentraman, kesejahteraan
kelahiran dan batin, serta berperan dalam menerbitkan dunia yang berdasarkan
kemerdekaan.
Pemerintah sebagai pemungut pajak dan dari masyarakat wajib pajak
dapat menimbulkan masalah bila terjadi kesengajaan, antara harapan dan
kenyataan. Masalah yang dimaksud adalah bagaimana mendapatkan data yang
akurat dan benar dalam menghitung besarnya objek pajak yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, dalam UUpajak penghasilan disebut penghasilan.
Sumber data,antara lain dari wajib pajak sendiri melalui penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT),informasi atau aparatur perpajakan, terasuk
dai hasil pemerintahan. Faktor iaya danwaktu pun membebani wajib pajak.
Melakukan pemenuhan kewajiban pajak pun memerlukan biaya yang disebut
compliance cost, di sampng adanya beban administari.
Rakyat sebagai wajib pajak tidak diperlakukan sebagai objek pajak melainkan
sebagai subjek, sebagaaimana tersirat padaUU no 6 tahun 1993 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan. Artinya wajib pajak ditempatkan pada posisi ikut
memiliki tanggung jawab melangsungkan pemerintahan.
Dengan demikan, yang dimaksut dengan kolaborasi dalam perpajakan
adalah suatu prosesyangmendasar dari bentuk kerja sama yang melahirkan
kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian konsesus, kepemilikan
dan keterpaduan pada sema aspek organisasi.

1
B. Rumusan Masalah
a) Menguraikan apa itu Kompromi fiskal
b) Apa itu krativitas.
c) Apa itu jejaring
d) Apa itu Kolaborasi

C. Tujuan
Diharapkan dengan membaca makalah ini, teman-teman semua dapat
mengetahui apa itu kompromi fiscal, kreativitas, jejaring dan kolaborasi fiskal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fiskal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal berkenaan dengan urusan pajak
atau pendapatan negara. Kata fiskal itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu fiscus
yang merupakan nama seseorang yang memiliki atau memegang kekuasaan atas
keuangan pada zaman Romawi kuno.
Sedangkan, dalam Bahasa Inggris fiskal disebut fisc yang berarti
pembendaharaan atau pengaturan keluar masuknya uang yang ada dalam kerajaan.
Jadi, fiskal ini digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau
kerajaan yang dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau
kerajaan dianggap sebagai pendapatan lalu digunakan untuk pengeluaran dengan
program-program untuk mencapai pendapatan nasional, produksi, perekonomian,
dan digunakan juga sebagai perangkat keseimbangan dalam perekonomian.

B. Kebijakan Fiskal
“Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.” Atau dapat juga
dikatakan memperbaiki keadaan ekonomi.” kebijakan fiskal adalah suatu
kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Menurut Zaini Ibrahim, “Kebijakan fiskal adalah kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui
mekanisme penerimaan dan pengeluaran pemerintah”.
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total.Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akandapat mengurangi
permintaan total, sehinggga inflasi dapat ditekan.

3
Adapun instrument dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
a) Belanja/pengeluaran negara (G = government expenditure)
b) Perpajakan (T = taxes) Kebijakan fiskal juga bisa dikatakan salah satu

Kebijakan ekonomi makro yang sangat penting dalam rangka:

a) Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha.


b) Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan
kerja yang tinggi.
c) Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.

Pada dasarnya, kebijakan fiskal terbagi menjadi dua.Pertama, kebijakan


fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy), yaitu kebijakan ini menaikkan
belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto.Kebijakan ini untuk
meningkatkan daya beli masyarakat.Kebijakan ekspansif dilakukan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi dan pengangguran yang
tinggi.Kedua, kebijakan fiskal kontraktif, yaitu suatu kebijakan dengan
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak.Kebijakan ini
bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

Secara teoritis dikenal empat jenis kebijakan fiskal, yaitu:

a) Pembiayaan fungsional (The funcitional financei)


Pembiayaan Fungsional adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran
pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung terhadap
pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan
kerja. Ada beberapa hal penting yang biasanya dilakukan oleh 25
pemerintah yang menganut pola pembiayaan fungsional ini, yaitu:
1. Pajak bukan hanya difungsikan sebagai alat menggali sumber
penerimaan, tetapi juga dugunakan sebagai alat untuk mengatur
sektor swasta (private sector).
2. Apabila terjadi inflasi yang berlebihan, biasanya untuk mendanai
penarikan dana masyarakat, maka pemerintah melakukan pinjaman
luar negeri.

4
3. Apabila pencapaian target pajak dan pinjaman ternyata tidak
cepat, maka pemerintah melakukan pinjaman dalam negeri bentuk
percetakan uang.
b) Pendekatan anggaran terkendali (the managed budget approach)
Pendekatan anggaran terkendali adalah kebijakan untuk mengatur
pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai
stabilitas ekonomi yang mantap. Dalam konsep ini, hubungan
langsung antara pengeluaran pemerintah dan penarikan pajak selalu di
jaga.Kemudian untuk menghindarkan atau memperkecil ketidakstabilan
ekonomi selalu diadakan penyesuaian dalam anggaran, sehingga pada
suatu saat anggaran dapat dibuat defisit atau surplus disesuaikan
dengan situasi yang dihadapi.
c) Stabilitas anggaran (the stabilzting budget)
“Stabilitas anggaran adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran
pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan 26 manfaat dari
berbagai program.” Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi
penghematan dalam pengeluaran pemerintah.
Dalam stabilitas anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih
ditekankan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket
program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh. Dengan kata lain,
berdasarkan stabilitas perekonomian yang otomatis, pengeluaran
pemerintah ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat dan biaya relatif
dari berbagai macam program. Sedangkan pengenaan pajak ditentukan
untuk menimbulkan surplus pada periode kesempatan kerja penuh.
d) Pendekatan anggaran belanja berimbang (balance budget approach)
Pendekatan anggaran belanja berimbang adalah kebijakan anggaran
yang menyusun pengeluaran sama besar dengan penerimaan. Selain
itu juga untuk tercapainya anggaran berimbang jangka panjang.
Dengan kata lain, konsep anggaran berdasarkan pendekatan anggaran
belanja berimbang menekankan pada keharusan keseimbangan antara
penerimaan dan pengeluaran. Ini berarti jumlah pengeluaran yang

5
disusun pemerintah tidak boleh melebihi jumlah penerimaan yang
didapat.Sehingga pemerintah tidak perlu berhutang, baik berhutang
dari dalam negeri maupun keluar negeri.

C. Kompromi Fiskal
Fiskus dalam praktiknya sering sekali menyimpang dari teori dalam
rangka mengantisipasi kesulitan-kesulitan. Upaya menghindari kesulitan tersebut
dilakukan dengan meakukan persetujuan atau kompromi di bidang penentuan
besarnya pajak terutang termasuk saat peungutannya . persetujuan itu disebut
“Kompromi Fiskal”. Kompromi Fiskal banyak digunakan oleh negara, ada yang
memang berdasarkan uu pajak yang bersangkutan, ada juga yang berdasarkan
Opini communis doctorum., yaitu karena para sarjana telah menyatakan tentang
kesahannya kebijaksanaan- kebijaksanaan tersebut.
Bahasa kompromi bisa mengandung makna positif dan negative. Mengandung
arti positif dalam rangka menghindari kesulitan-kesulitan daam penetapan pajak,
asalkan berlaku umum tidak berlaku khusus untuk wajib tertentu.
Menurut Prof. Adriani bentuk persetujun harus dibedakan menjadi 2
yaitu:
a) Persetujuan untuk mengikat fiskus agar tidak mengenakan pajak
seluruh atau sebagian;
b) Persetujuan yang menentukan bahwa keadaan tertentu yang menjadi
dasar dari pengeneaan pajak itu telah dianggap ada dan telah
ditetapkan nilainya.
Aspek negative bagi Wajib Pajak:
a) Hilangnya hak Wajib Pajak untuk bebas pajak penghasilan daam hal
transaksi (pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan) menderita
kerugian;
b) Hilangnya hak wajib pajak untuk memperhitungkan pelunasan pajak
dalm tahun berjalan dengan perhitungaan pajak akhir tahun;
c) Hilangnya hak wajib pajak untuk mengajukan keberatan atas
besarnya pajak terutag;
d) Hilangnya hak wajib pajak untuk mengajukan penundaan pembayaran;

6
e) Hilangnya hak wajib pajak untuk mengajukan permohonan banding;
f) Hilangnya hak wajib pajak untuk mengajukan permohonan restitusi
bila terjadi kelebihan pembayaran pajak;
g) Hilangnya hak wajib pajak untuk melakukan kompensasi kerugian
atas kelebihan pembayaran pajak dengan tunggakan pajak lainnya.
Yang dimaksut dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah
yang yan dibayarkan atau trutang oleh pihak yang menyewa dengan nama atau
dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/ atau bangunan yang
disewa, termasuk biaya perawatan, biayapemeliharaan, biaya keamanan dan
service charge.
Pelunasannya dilakukan melalui:
a) Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa negeri:
1. Badan pemerintah;
2. Subjek pajak dalam negeri;
3. Penyelenggaraan kegiatan;
4. Bentuk usaha tetap;
5. Kerja sama operasi (joint operation)
6. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
7. Orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak.
b) Penyetoran sendiri oleh yang menyewakandalam hal penyewa
adalah orang pribadi atau bukan subjek pajak, selain yang disebut huruf
Penyewa sebagai pemotong wajib :
a) Memotong pajak penghasilan yang terutang pada saat pembayaran
atau terutang sewa;
b) Memberikan bukti pemotongan pajak penghasilan dengan formulir
yang telah ditentukan ;
c) Menyetor pajak penghasilan yang telah di potong ke bank presepsi
atau kantor pos dan giro;
d) Melaporkan hasil pemotongan dan penyetoran ke kantor pelayanan
pajak selambat-lambatnya 20 bulan berikutnya.
Kewajiban bagi yang menyewakan (pemilik harta) yang di tunjukkan
harus menyetor sendiri pajak penghasilannya adalah :

7
a) Menyetor pajak penghasilan terutang ke bank persepsi atau ke kantor
pos dan giro tanggal 15 bulan setelah pembayaran atau terutangnya;
b) Melaporkan penyetoran tersebut ke kantor pelayanan pajak
selambat- lambatnya tanggal 20 setelah pembayaran atau terutangnya
sewa.

D. Kreativitas
Kreativitas adalah hasil dari kombinasi dari restrukturisasi,elaborasi,
adaptasi,terapan, imajinasi, verivikasi, integrasi, terobosan, akumulasi, dan
sublimasi yang di rangkum dalam kata “KREATIVITAS”, yang apabila dikaitkan
dengan kepemimpinan maka sebagai pengambil keputusan yang berpikir kreatif
adalah terbuka terhadap perubahan, selalu merasa yakin dapat mengerjakan
sesuatu, membangun dengan berdasarkan pada keberhasilan dan kekuatan yang
ada, mencari peluang dari situasi , mengambil tanggung jawab atas segala
tindakannya.

E. Jejaring
Istilah jejaring disini adalah terjemahan dari “Networking Smart”. Hubungan
Hubungan yang luas, kukuh dan dibina secara cerdas, cerdik, dan etis serta saling
menguntungkan.Inilah yang disebut denngan “Networking Smart”, yang
diterjemahkan dengan jaringan kerja yang cerdik, atau “jejaring”

F. Kolaborasi
PP No.29 Tahun 1996 menetapkan bahwa besarnya tarif pajak penghasilan
final atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari persewaan atas tanah dan/
atau bangunan adalah sebesar 6% (enam persen) bagi penjual yang berbentuk
badan (Wajib Pajak Badan), sedangkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
ditetapakan lebih tinggi, yaitu 10% (Sepuluh Persen).
Dalam melakukan kolaborasi untuk membangun suasana kerja sama yang
Bertanggung jawab harus dilandasi dengan sikap mental dengan dasar IMAN
DAN TAKWA. Apabila hal ini dilupakan, maka hasil kolaborasi untuk

8
mendapatkan persetujuan bersama tersebut bisa berubah menjadi kolaborasi
“NEGATIF”, terhindar dari permainan tingkat karyawan menjadi
permainan tingkat karyawan menjadi permainan tingkat atas.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal berkenaan dengan urusan pajak
atau pendapatan negara. Kata fiskal itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu fiscus
yang merupakan nama seseorang yang memiliki atau memegang kekuasaan atas
keuangan pada zaman Romawi kuno.
Fiskus dalam praktiknya sering sekali menyimpang dari teori dalam
rangka mengantisipasi kesulitan-kesulitan. Upaya menghindari kesulitan tersebut
dilakukan dengan meakukan persetujuan atau kompromi di bidang penentuan
besarnya pajak terutang termasuk saat peungutannya . persetujuan itu disebut
“Kompromi Fiskal”.
Dalam melakukan kolaborasi untuk membangun suasana kerja sama yang
Bertanggung jawab harus dilandasi dengan sikap mental dengan dasar IMAN
DAN TAKWA
B. Saran
Dari makalah yang kami buat ini, berdasarkan pengalaman kami
dalam mencari referensi mengenai pokok bahasan mengenai kompromi
fiskal. Kami berharap kepada pak hadi susilo S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah perpajakan untuk memberikan saran dan
memberikan masukan/pembelajaran mengenai mata kuliah perjakan
teruma pada bab yang membahas mengenai Kompromi Fiskal.
.

10
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2011. Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia

Indonesia. Adriani, P.J.A. 2007. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta: PT.Gramedia.

Modul Praktikum Perpajakan Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Rahayu, Ani Sri. 2014, Pengantar Kebijakan Fiskal, Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, Zaini. 2013. Pengantar Ekonomi Makro, (Lembaga Peneelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten: Banten Revisi,

Noripin. 1987. Ekonomi Moneter, Buku II . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Rozalinda. 2015. Ekonomi Islam: (Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi). Jakarta:
TP. RajaGrafindo Persada

11

Anda mungkin juga menyukai