Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
Fergisa Rindang Primadi (P2C322023)
“Kami yang bertandatangan dibawahh ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Halaman
Perusahaan Multinasional tersebut dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih
rendah dari arm's length price, untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau
menggunakan harga yang lebih tinggi dari arm's length price untuk tujuan-tujuan tertentu.
Ditinjau dari segi kepentingan Perusahaan Multinasional, dalam rangka mengorganisir
transaksi antar-unit-unit dalam grupnya, memang masalah transfer pricing merupakan
masalah yang harus dipertimbangkannya (Permatasari, 2004:50).
Masalah yang paling sering dibicarakan dalam rangka perencanaan pajak perusahaan
Multinasional menyangkut masalah pengenaan pajak atas penghasilan yang berbeda yuridiksi
pajaknya. Pemecahan masalah ini biasanya dilakukan melalui Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda, yang bertujuan untuk mencegah pengenaan pajak berganda atas penghasilan
Makalah ini menguraikan mengenai latar belakang dan ruang lingkup pajak internasional
yang menjadi masalah global. Sebab perusahaan multinasional berupaya untuk
mengefisiensikan beban pajak perusahaan nya. Dengan penghindaran pajak berganda,
perusahaan mencegah adanya pembayaran pajak ganda di beberapa negara yang dapat
merugikan dan menjadi beban perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan mencoba
menggunakan transfer pricing untuk menghindari gejolak beban pajak yang bertambah.
Jadi dimensi pajak internasional sebenarnya cukup luas, meliputi aturan pajak
internasional yang sudah ada dalam UU Pajak Indonesia, aturan perpajakan yang ada di UU
Pajak Negara lain yang bersinggungan serta persetujuan penghindaran pajak (tax treaty) yang
telah dibuat Indonesia dengan negara lain (Kurniawan, 2010:4).
Ayat 2 besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini (Isroah, 2013:90).
Ayat 3 dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan
ditentukan sebagai berikut (Isroah, 2013:90-91):
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau
sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
b. Belanda
Pajak terutang : 20% x Rp 1000.000.000,00 = Rp 200.000.000,00
Dengan perbandingan (Rp1.000.000.000 : Rp 6.000.000.000) x Rp.1.500.000.000
= Rp249.999.999,99 maka kredit pajak diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00
Jadi besarnya kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah
a. Asas Domisili, yang disebut asas domisili adalah suatu asas pemungutan pajak dimana
negara domisili wajib pajak berwenang untuk memungut pajak atas segala
penghasilan/kekayaan wajib pajak yang berdomisili di negara itu dengan tidak
memandang dimana peng hasilan itu diperoleh/atas kekayaan itu berada. Ini yang disebut
prinsip worl wide income. Jadi pada prinsipnya orang atau badan yang mempunyai
domisili di Indonesia merupa kan wajib pajak Indonesia (Resident Tax Payer) dikenakan
pajak di Indonesia untuk seluruh penghasilannya, dimana saja diperoleh (Ahmadi,
2007:390).
b. Asas Sumber, yang disebut asas sumber adalah suatu asas pemungutan pajak yang
memberikan hak kepada negara, tempat dimana sumber berada (pabrik, kantor, tempat
usaha dan sebagainya) untuk memungut pajak atas penghasilan yang keluar dari sumber
Gambar 2. Nilai transaksi yang file transfer pricing tidak harus disusun
(Maxim dan Moisescu, 2017:417)
Resale Price Cara (RPM). “Metode harga jual kembali dimulai dengan harga di mana
produk yang telah dibeli dari perusahaan asosiasi tersebut dijual kembali kepada perusahaan
independen. harga ini (harga jual kembali) kemudian dikurangi dengan margin kotor yang
tepat (the "dijual kembali harga margin") mewakili jumlah dari yang reseller akan berusaha
untuk menutupi penjualan dan biaya operasional lainnya dan, dalam terang fungsi yang
dilakukan (dengan aset akun yang digunakan dan risiko diasumsikan), membuat keuntungan
yang sesuai (Rombolotti, 2014:2).
Biaya Metode Plus (CPM). “ Biaya ditambah metode dimulai dengan biaya yang
dikeluarkan oleh pemasok properti (Atau jasa) dalam transaksi dikendalikan untuk properti
ditransfer atau layanan yang diberikan kepada pembeli terkait. Biaya yang tepat ditambah
mark up kemudian ditambahkan ke biaya ini, untuk membuat keuntungan yang tepat dalam
terang fungsi yang dilakukan dan kondisi pasar (Rombolotti, 2014:2).
Transaksional Net Cara Margin (TNMM). “ The transaksional metode marjin laba bersih
meneliti marjin laba bersih relatif terhadap basis yang sesuai (misalnya biaya, penjualan, aset)
yang wajib pajak menyadari dari transaksi dikendalikan. Dengan demikian, metode margin
bersih transaksional beroperasi dengan cara yang sama dengan biaya plus dan metode harga
jual kembali (Rombolotti, 2014:3).
Laba Cara Berpisah (PSM). “ Dimana transaksi sangat saling terkait itu mungkin bahwa
mereka tidak dapat dievaluasi secara terpisah. Dalam kondisi yang sama, perusahaan-
mungkin memutuskan untuk mendirikan sebuah bentuk kemitraan dan setuju untuk bentuk
Setiap perusahaan bebas untuk memilih metode yang paling cocok aktivitasnya, untuk
representasi setia dari hasil yang diperoleh. File transfer pricing adalah citra perusahaan,
yang memberikan kontribusi untuk pengembangan usaha (Maxim dan Moisescu, 2017:419).
Sampel ini meliputi penawaran obligasi internasional oleh perusahaan multinasional AS yang
tidak termasuk perusahaan lembaga keuangan atau utilitas publik dalam mata uang Australia,
Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, atau Inggris. Dengan demikian, sampel kami
termasuk penawaran obligasi untuk semua G-7 negara (kecuali Amerika Serikat) dan
Australia. Sampel inii meliputi 220 perusahaan tahun pengamatan, dengan 103 penawaran
obligasi anak perusahaan asing dan 117 penawaran obligasi induk AS.
Kesimpulan Penelitian
Studi ini memberikan bukti bahwa insentif pajak memengaruhi perusahaan multinasional AS
menemukan potongan minat mereka di seluruh dunia. Memeriksa korban obligasi
internasional oleh perusahaan multinasional AS dalam mata uang Australia, Kanada,
Perancis, Jerman, Italia, Jepang, atau Inggris. Sampel kami meliputi obligasi internasional
yang diterbitkan selama 1987-1997 baik melalui anak perusahaan asing di negara itu
(menghasilkan pengurang pendapatan asing), atau melalui induk AS atau anak perusahaan
AS pendanaan (menghasilkan pengurangan bunga domestik). Konsisten dengan prediksi
pergeseran pendapatan, kita temukan bahwa perusahaan multinasional AS lebih mungkin
untuk menempatkan obligasi melalui anak perusahaan asing ketika mereka telah mengikat
keterbatasan kredit pajak asing yang mengganggu kemampuan mereka untuk menggunakan
pemotongan bunga domestik, atau ketika mereka berada di negeri pajak akumulasi rugi fiskal
posisi. Kami juga mendapati beberapa bukti bahwa perusahaan multinasional AS lebih
mungkin untuk menerbitkan obligasi melalui anak perusahaan asing jika anak berada di
3.1 Kesimpulan
Pajak Internasional pada dasarnya berdasarkan pada ketentuan pemajakan domestik yang
berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan dari luar negeri dan
terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari dalam negeri. Dengan
adanya sistem pajak ini, pemerintah berupaya menarik perusahaan multinasional untuk dapat
menjalankan bisnisnya di negera tersebut. Dengan harapan dapat membayarkan pajaknya
dinegara tersebut. Namun hal ini menjadi masalah global bagi perusahaan multinasional,
sebab pemajakan yang diterapkan dapat dilakukan dengan ganda atau pajak berganda.
Dimana pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua negara atau lebih atas suatu
penghasilan yang sama. Hal ini menjadi sebuah beban bagi perusahaan dikarenakan beban
pajaknya bertambah. Perusahaan berupaya untuk mengefisiensikan beban pajak mereka
dengan mengikuti ketentuan penghindaran pajak berganda yang diatur oleh pemerintah.
Alternatif lain yang dapat dilakukan perusahaan multinasional adalah dengan metode transfer
pricing. Dengan hal ini, perusahaan dapat meminimalisir beban pajak yang ditanggung.
Namun dengan adanya transfer picing ini, pemerintah merasa dirugikan dikarenakan
pemasukan anggaran dari pajak menjadi berkurang. Padahal kenyataannya, anggaran belanja
negara separuh lebih hasilnya didapat dari pajak. Oleh sebab itu, pemerintah dan perusahaan
berupaya menyeimbangkan permasalahan ini agar sama-sama tidak dirugikan.
Ahmadi, Wiratni. 2007. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Reaty) Dalam
Kaitannya Dengan Transaksi Internasional. Jurnal Hukum Pro Justitia Volume 25
No.4
Anonim. 2013. PPh (Pajak Penghasilan). Jakarta: Kemenku RI Direktorat Jendral Pajak
Chitimus, Elena. 2013. Transfer Pricing – A Present Day Issue. SEA – Practical Application
of Science Volume 1 Issue 1
Jogarajan, Sunita. 2011. Prelude to the International Tax Treaty Network: 1815–1914 Early
Tax Treaties and the Conditions for Action. Oxford Journal of Legal Studies, Vol. 31,
No. 4, pp. 679–707
Kurniawan, Anang Muay. 2010. Modul Pajak Internasional. Jakarta: Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (STAN)
Marfuah dan Azizah, 2014. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Exchange rate pada
keputusan transfer Pricing Perusahaan. JAAI Volume 18 No. 2, Hal: 156-165
Maxim, Ramona dan Florentina Moisescu. 2017. Transfer Pricing - An Innovative Approach.
International Scientific Conference Risk in Contemporary Economy (RCE), pp. 415-
422. Iasi, Romania: LUMEN Proceedings
Permatasari, Paulina. 2004. Transfer pricing sebagai salah satu Strategi perencanaan pajak
Bagi perusahaan multinasional. Bina Ekonomi Vol. 8, No. l, hal: l-109
Rombolotti, Alessio. 2014. The Economics of Transfer Pricing Methods & Management of
Tax Risk: A New Approach. alessio.rombolotti@averouge.com.
SAAT BERLAKU
NO NEGARA
EFEKTIF
1 Algeria 1 Januari 2001
2 Australia 1 Juli 1993
3 Austria 1 Januari 1989
4 Bangladesh 1 Januari 2007
5 Belgium 1 Januari 2002
6 Brunei Darussalam 1 Januari 2003
7 Bulgaria 1 Januari 1993
8 Canada 1 Januari 1980
9 Czech 1 Januari 1997
10 China 1 Januari 2004
11 Denmark 1 Januari 1987
12 Egypt 1 Januari 2003
13 Finland 1 Januari 1990
14 France 1 Januari 1981
15 Germany 1 Januari 1992
16 Hungary 1 Januari 1994
17 India 1 Januari 1988
18 Italy 1 Januari 1996
19 Japan 1 Januari 1983
20 Jordan 1 Januari 1999
21 Korea, Republic of 1 Januari 1990
Korea, Democratic
22 1 Januari 2005
People’s Republic of
23 Kuwait 1 Januari 1999
24 Luxembourg 1 Januari 1995
25 Malaysia 1 Januari 1987
26 Mexico 1 Januari 2005
27 Mongolia 1 Januari 2001
28 Netherlands 1 Januari 2004
29 New Zealand 1 Januari 1989
30 Norway 1 Januari 1991
31 Pakistan 1 Januari 1991
32 Philippines 1 Januari 1983
33 Poland 1 Januari 1994
34 Romania 1 Januari 2000
35 Russia 1 Januari 2003
36 Saudi Arabia 1 Januari 1985
37 Seychelles 1 Januari 2001
38 Singapore 1 Januari 1992
39 Slovak 1 Januari 2002
40 South Africa 1 Januari 1999
41 Spain 1 Januari 2000
42 Sri Lanka 1 Januari 1995
43 Sudan 1 Januari 2001
44 Sweden 1 Januari 1990
JASA
NO KONSTRUKS INSTALAS PENGAWASA
NEGARA PERAKITA LAINNY
. I I N
N A
KONSTRUKSI
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan/12
1 Algeria
bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari/
2 Australia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
3 Austria
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari/
4 Bangladesh
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
5 Belgium
12 bulan
Brunei 183 hari 3 bulan 3 bulan 183 hari 3 bulan /
6
Darussalam 12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 120 hari /
7 Bulgaria
12 bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari /
8 Canada
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
9 Czech
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan /
10 China
12 bulan
6 bulan 3 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan /
11 Denmark
12 bulan
6 bulan 4 bulan 4 bulan 6 bulan 3 bulan /
12 Egypt
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
13 Finland
12 bulan
6 bulan N/A 6 bulan 183 hari / 12 183 hari /
14 France
bulan 12 bulan
15 Germany 6 bulan 6 bulan N/A N/A 7,5 %
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 4 bulan /
16 Hungary
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari /
17 India
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
18 Italy
12 bulan
19 Japan 6 bulan 6 bulan N/A 6 bulan N/A
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan /
20 Jordan
12 bulan
Korea, 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
21
Republic of 12 bulan
Korea, 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 6 bulan /
Democratic 12 bulan
22
People’s
Republic of
Keterangan :
* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai transportasi penerbangan
dalam jalur internasional.
DIBEBANKAN
DIBAYAR OLEH
PADA BUT
NO. NEGARA TIME TEST SUBJEK PAJAK
DI
INDONESIA INDONESIA
1 Algeria 91 hari /12 bulan Yes Yes
2 Australia 120 hari /12 bulan Yes Yes
3 Austria 183 hari /12 bulan Yes Yes
4 Bangladesh 183 hari /12 bulan Yes Yes
5 Belgium 183 hari /12 bulan Yes Yes
6 Brunei Darussalam 183 hari /12 bulan Yes Yes
7 Bulgaria 183 hari /taxable year Yes Yes
8 Canada 120 hari /12 bulan Yes Yes
9 Czech 183 hari /12 bulan Yes Yes
10 China 183 hari /12 bulan Yes Yes
11 Denmark 183 hari /12 bulan Yes Yes
12 Egypt 90 hari /12 bulan Yes Yes
13 Finland 183 hari /12 bulan Yes Yes
14 France 183 hari /12 bulan Yes Yes
15 Germany 183 hari /calendar year Yes Yes
16 Hungary 183 hari /12 bulan Yes Yes
17 India 183 hari /12 bulan Yes Yes
18 Italy 183 hari /fiscal year Yes Yes
19 Japan 183 hari /calendar year Yes Yes
20 Jordan 183 hari /12 bulan Yes Yes
21 Korea, Republic of 183 hari /fiscal year Yes Yes
Korea, Democratic
22 183 hari /12 bulan Yes Yes
People’s Republic of
23 Kuwait 183 hari /calendar year Yes Yes
24 Luxembourg 183 hari /taxable year Yes Yes
25 Malaysia 183 hari /calendar year No Yes
26 Mexico 183 hari /12 bulan Yes Yes
27 Mongolia 91 hari /calendar year Yes Yes
28 Netherlands 183 hari /12 bulan Yes Yes
29 New Zealand 183 hari /12 bulan Yes Yes
30 Norway 183 hari /12 bulan Yes Yes
31 Pakistan 90 hari /12 bulan Yes Yes
32 Philippines 183 hari /calendar year Yes Yes
33 Poland 183 hari /taxable year Yes Yes
34 Romania 183 hari /12 bulan Yes Yes
35 Russia 90 hari /calendar year Yes Yes
36 Saudi Arabia N/A N/A N/A
37 Seychelles 183 hari /12 bulan Yes Yes
38 Singapore 183 hari /calendar year Yes Yes
39 Slovak 183 hari /12 bulan Yes Yes
PENGHASILAN
NO. COUNTRY PELAYARAN PENERBANGAN
LAINNYA
1 Algeria Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
2 Australia Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
3 Austria dengan 50% Potongan
Pajak
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
4 Bangladesh dengan 50% Potongan
Pajak
5 Belgium Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
6 Brunei Darussalam dengan 50% Potongan
Pajak
7 Bulgaria Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
8 Canada
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
9 Czech
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
10 China dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
11 Denmark Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
12 Egypt
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
13 Finland
Sumber
14 France Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
15 Germany
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
16 Hungary dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
17 India
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
18 Italy
Sumber
19 Japan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
20 Jordan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
21 Korea, Republic of Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Korea, Democratic Negara Domisili Negara Domisili Negara
22 People’s Republic Domisili/Sumber
of
23 Kuwait Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
24 Luxembourg Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
25 Malaysia dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
26 Mexico Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT
HOLDING TAX
Keterangan :