Anda di halaman 1dari 43

TUGAS UJIAN AKHIR

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DAN PERPAJAKAN


“PAJAK INTERNASIONAL”

Dosen Pengampu: Dr. Nela Safelia, S.E., M.Si., CIQnR

Disusun Oleh :

Disusun Oleh:
Fergisa Rindang Primadi (P2C322023)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
2023

Pajak Internasional Page 1


STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Kami yang bertandatangan dibawahh ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan
menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Fergisa Rindang Primadi


NPM : P2C322023
Tandatangan :

Mata Ajaran : Analisis Laporan Keuangan dan Perpajakan


Judul Makalah/Tugas : “Pajak Internasional”
Tanggal : 21 Juni 2023
Dosen : Dr. Nela Safelia, S.E., M.Si., CIQnR

Pajak Internasional Page 2


DAFTAR ISI

Halaman

STATEMENT OF AUTHORSHIP .....................................................................................


BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6
2.1 Pajak Internasional ........................................................................................................ 6
2.1.1 Latar Belakang Pajak Internasional ..................................................................... 6
2.1.2 Ruang Lingkup dan Pengertian Pajak Internasional ............................................ 8
2.2 Pajak Penghasilan Pasal 24 ........................................................................................... 9
2.2.1 Penggabungan Penghasilan ................................................................................. 10
2.2.2 Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri ................................................... 11
2.2.3 Batas Maksimum Kredit Pajak ........................................................................... 11
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 26 .......................................................................................... 12
2.4 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ..................................................................... 15
2.5 Transfer Pricing ............................................................................................................ 18
2.6 Dampak Transfer Pricing Terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen ................. 21
2.7 Penelitian Terkait Pajak Internasional .......................................................................... 21
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Pajak Internasional Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekian tahun terakhir era globalisasi menjadi semakin nyata, arus investasi, perdagangan
dan mobilitas sumbar daya manusia sudah tidak lagi mengenal batas-batas negara. Investasi
internasional dianggap berperan penting dalam memberikan kontribusi perkembangan
ekonomi suatu negara, terutama negara berkembang, sehingga tiap negara berlomba-lomba
untuk menarik investasi asing ke negaranya. Di banyak negara, perdagangan internasional
menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP (gross domestic product), yang
menjadi salah satu indikator kemakmuran suatu negara. Sehingga berbagai cara ditempuh
untuk mengatasi hambatan perdagangan internasional. Selain itu, liberalisasi berdampak pada
mobilitas sumber daya manusia baik secara permanen maupun temporer. Setiap orang dapat
mencari lapangan pekerjaan di negara lain dengan alasan mencari tingkat hidup yang lebih
baik, kondisi kerja dan standar yang lebih tinggi dan alasan-alasan lainnya (Kurniawan,
2010:1).

Globalisasi telah melahirkan perusahaan-perusahaan multi nasional, yang umumnya


memiliki dana besar. Dengan dana besar yang dimiliki, mereka mempunyai pengaruh kuat
dalam politik global. Negara-negara sering kali menawarkan fasilitas untuk menarik
investasi, seperti seperti penurunan tarif pajak bahkan ada beberapa negara menawarkan tidak
mengenakan pajak sama sekali (Kurniawan, 2010:3).

Perusahaan Multinasional tersebut dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih
rendah dari arm's length price, untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau
menggunakan harga yang lebih tinggi dari arm's length price untuk tujuan-tujuan tertentu.
Ditinjau dari segi kepentingan Perusahaan Multinasional, dalam rangka mengorganisir
transaksi antar-unit-unit dalam grupnya, memang masalah transfer pricing merupakan
masalah yang harus dipertimbangkannya (Permatasari, 2004:50).

Masalah yang paling sering dibicarakan dalam rangka perencanaan pajak perusahaan
Multinasional menyangkut masalah pengenaan pajak atas penghasilan yang berbeda yuridiksi
pajaknya. Pemecahan masalah ini biasanya dilakukan melalui Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda, yang bertujuan untuk mencegah pengenaan pajak berganda atas penghasilan

Pajak Internasional Page 4


perusahaan Multinasional dengan cara memecah-mecah penghasilan dan biaya yang
dialokasikan di berbagai yuridiksi pajak tersebut (Permatasari, 2004:51).

Makalah ini menguraikan mengenai latar belakang dan ruang lingkup pajak internasional
yang menjadi masalah global. Sebab perusahaan multinasional berupaya untuk
mengefisiensikan beban pajak perusahaan nya. Dengan penghindaran pajak berganda,
perusahaan mencegah adanya pembayaran pajak ganda di beberapa negara yang dapat
merugikan dan menjadi beban perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan mencoba
menggunakan transfer pricing untuk menghindari gejolak beban pajak yang bertambah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian pajak internasional?
2. Apa bahasan pajak penghasilan pasal 24?
3. Apa bahasan pajak penghasilan pasal 26?
4. Apa perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B)?
5. Apa pengertian transfer pricing?
6. Apa dampak transfer pricing terhadap pengambilan keputusan manajemen?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Memahami mengenai pajak internasiona.
2. Memahami mengenai pajak penghasilan pasal 24.
3. Memahami mengenai pajak penghasilan pasal 26.
4. Memahami mengenai perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B).
5. Memahami mengenai transfer pricing.
6. Memahami mengenai dampak transfer pricing terhadap pengambilan keputusan
manajemen.

Pajak Internasional Page 5


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Internasional


2.1.1 Latar Belakang Pajak Internasioal
Dalam sejarah perjanjian pajak internasional, sedikit perhatian umumnya dibayar untuk
pengembangan perjanjian pajak sebelum Perang Dunia I. Karena kenyataan bahwa perjanjian
ini umumnya antara negara-negara yang berdekatan, mereka dianggap 'bukan dari karakter
yang akan berfungsi sebagai landasan bagi tindakan umum internasional. Selanjutnya, ia
berpikir bahwa ini perjanjian awal yang didasarkan atas kesamaan sistem pajak para pihak
dan oleh karena itu perjanjian tidak memiliki aplikasi internasional yang lebih luas. Meskipun
pemesanan awal, itu akan muncul bahwa perjanjian awal itu sebenarnya membangun
beberapa yayasan yang mendasari sistem perpajakan internasional modern (Jogarajan,
2011:681).
Perkembangan kegiatan ekonomi di era globalisasi yang telah melewati batas-batas
yurisdiksi negara, menimbulkan permasalahan tersendiri dari sisi perpajakan. Setiap negara
mempunyai kedaulatan dalam memajaki baik atas penduduk maupun bukan penduduk yang
ada di negaranya. Prinsip tersebut mempengaruhi perlakuan perpajakan terhadap subjek
maupun objek pajak luar negeri (Surahmat, 2001) dalam Kurniawan (2010:1). Untuk
memberikan gambaran, berikut ini adalah beberapa asas pemajakan yang dikemukakan oleh
Prof Rochmat Sumintro (Kurniawan, 2010:2) adalah sebagai berikut:
a. Asas domisili. Berdasarkan asas domisili subjek pajak dikenakan pajak di negara
tempat subjek pajak tersebut berdomisili. Umumnya negara ini menerapkan prinsip
world wide income, yaitu penghasilan akan dikenakan pajak di negara domisili baik
yang diperoleh dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Indonesia termasuk negara
yang menggunakan asas ini.
b. Asas sumber. Berdasarkan asas sumber pajak dikenakan berdasarkan di mana sumber
penghasilan berasal.
c. Asas kewarganegaraan. Berdasarkan asas kewarganegaraan pengenaan pajak
didasarkan pada status kewarganegaraan seseorang. Jadi setiap orang yang menjadi
warga negara di suatu negara akan dikenakan pajak di negara tersebut walaupun
penghasilannya diterima dari negara lain. Amerika Serikat termasuk negara yang
menganut asas ini.

Pajak Internasional Page 6


d. Asas campuran dari asas-asas di atas. Negara ini menganut campuran dari beberapa
asas di atas
e. Asas teritorial. Berdasarkan asas ini pajak dikenakan atas penghasilan yang diperoleh
di wilayah (teritorial) suatu negara, Jadi yang dikenakan pajak hanya atas penghasilan
yang diperoleh dalam wilayah negara tersebut, sehingga atas penghasilan yang
diperoleh dari luar negara tersebut tidak di kenakan pajak.

Prinsip-prinsip pemajakan berbeda yang dianut di masing-masing negara menjadi


cikal bakal munculnya pajak berganda internasional (international double taxation). Untuk
memberikan gambaran pajak berganda diilustrasikan sebagai berikut; Mr Smith seorang
warga negara Amerika serikat, sudah tinggal dan bekerja di Indonesia selama 5 tahun.
Berdasarkan UU Pajak Indonesia Mr Smith dianggap sebagai penduduk Indonesia karena
telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun (lebih dari 183 hari dianggap subjek pajak dalam
negeri) sehingga Indonesia akan memajaki penghasilan Mr Smith. Di saat yang sama Mr
Smith dianggap sebagai wajib pajak Amerika Serikat karena memiliki kewarganegaraan
Amerika Serikat, akibatnya Amerika Serikat juga merasa berhak memajaki penghasilan Mr
Smith. Dengan demikian Mr Smith akan dipajaki dua kali atas penghasilan yang sama
(double taxation) (Kurniawan, 2010:2).

Pengenaan pajak berganda akan menghambat kegiatan ekonomi, terutama yang


melibatkan transaksi antar negara. Masing-masing negara berusaha menghilangkan atau
paling tidak mengurangi pajak berganda ini baik secara unilateral maupun bilateral. Secara
unilateral suatu negara dapat mengadopsi metode-metode penghindaran pajak berganda
internasional dalam UU Domestik negara tersebut, misalnya penerapan metode kredit pajak
(credit method) atau metode pengecualian (exemption method). Secara bilateral suatu negara
dapat membuat persetujuan dengan negara lain (tax treaty) mengenai penghindaran pajak
berganda. Persetujuan tersebut pada intinya akan membagi atau membatasi hak pemajakan
suatu negara atas suatu penghasilan (Kurniawan, 2010:3).

Globalisasi telah melahirkan perusahaan-perusahaan multi nasional, yang umumnya


memiliki dana besar. Mereka memainkan peranan penting dalam proses investasi dan
perdagangan internasional. Tidak dapat dihindari, perusahaan multinasional yang mempunyai
jangkauan luas lintas negara, harus berkompetisi dengan perusahaan lain. Dengan dana besar
yang dimiliki, mereka mempunyai pengaruh kuat dalam politik global. Negara-negara sering
kali menawarkan fasilitas untuk menarik investasi, seperti seperti penurunan tarif pajak

Pajak Internasional Page 7


bahkan ada beberapa negara menawarkan tidak mengenakan pajak sama sekali. Kebijakan
suatu negara yang tidak mengenakan pajak atau mengenakan pajak dengan sangat rendah
sering disebut dengan istilah tax haven. Tentu saja keberadaan tax haven country akan
merugikan negara lain yang tidak menerapkan kebijakan yang sama (Kurniawan, 2010:3)

2.1.2 Ruang Lingkup dan Pengertian Pajak Internasional


Pajak Internasional pada dasarnya berdasarkan pada ketentuan pemajakan domestik
yang berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan dari luar
negeri dan terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Selain pada ketentuan domestik, pajak internasional juga berdasarkan pada perjanjian
perpajakan dan praktek perpajakan global (Gunadi, 1997) dalam Kurniawan (2010:4).
Dengan kata lain pajak internasional akan berbicara mengenai bagaimana pemajakan atas
penghasilan orang asing atau perusahaan (badan) asing yang diterima dari Indonesia dan
bagaimana pemajakan atas penghasilan orang atau perusahaan (badan) Indonesia atas
penghasilan yang diterima dari luar negeri, dengan berdasarkan UU domestik dan UU negara
lain serta perjanjian perpajakan (tax treaty) (Kurniawan, 2010:4).

Gambar Ruang Lingkup Pajak Internasional


3

Jadi dimensi pajak internasional sebenarnya cukup luas, meliputi aturan pajak
internasional yang sudah ada dalam UU Pajak Indonesia, aturan perpajakan yang ada di UU
Pajak Negara lain yang bersinggungan serta persetujuan penghindaran pajak (tax treaty) yang
telah dibuat Indonesia dengan negara lain (Kurniawan, 2010:4).

Pajak Internasional Page 8


2.2 Pajak Penghasilan Pasal 24
Wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal dari
seluruh penghasilan wajib pajak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri. Jadi, pajak penghasilan dikenakan kepada wajib pajak tanpa memandang tentang
penghasilan tersebut diperoleh dari dalam negeri ataupun luar negeri. Dalam menghitung
pajak penghasilan, maka seluruh penghasilan tersebut digabungkan. Apabila dalam
penghasilan kena pajak terdapat penghasilan dari luar negeri, maka pajak penghasilan yang
dibayarkan ataupun terutang di luar ngeteri atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan
terhadap pajak penghasilan yang terutang di Indonesia (Isroah, 2013:90).
PPh pasal 24 ayat 1 menyatakan bahwa pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang-undang ini dalam tahun pajak
yang sama (Isroah, 2013:90).

Ayat 2 besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini (Isroah, 2013:90).

Ayat 3 dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan
ditentukan sebagai berikut (Isroah, 2013:90-91):
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau
sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

Pajak Internasional Page 9


f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
negara tempat lokasi penambangan berada;
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.(4) Penentuan sumber
penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan
prinsip yang sama dengan prinsip yang dimaksud pada ayat tersebut. (5) Apabila
pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian
dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang
ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau
pengembalian itu dilakukan. (6) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak
atas penghasilan dari luar negeri diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
PPh pasal 24 merupakan kredit pajak luar negeri yang dilakukan dalam tahun
digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia. Indonesia
menganut tax credit yang ordinary credit dengan menerapkan per country limitation (Isroah,
2013:91).

2.2.1 Penggabungan Penghasilan


Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut (Isroah,
2013:91-92):
1. Penggabungan penghasilan dari usaha di dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan
tersebut.
2. penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18 ayat 2 UU No. 10/1994)
dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai
dengan keputusan Menteri Keuangan.
Contoh (Isroah, 2013:92)
PT. “Sembada” memperoleh penghasilan neto dari luar negeri dalam tahun 2011 adalah :
1. Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 2011 sebesar Rp 2.000.000.000,00
2. Diperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di Holden Corp negeri Belanda sebesar
Rp. 1.000.000.000,00 yang berasal dari keuntungan tahun 2010 yang ditetapkan
RUPS th. 2009 dan baru dibayarkan tahun 2011.

Pajak Internasional Page 10


3. Penghasilan berupa bunga dari obligasi yang ditanamkan City bank, di Singapura Rp.
600.000 yang akan diterima awal tahun 2012.
Dari ketiga penghasilan tersebut, yang diakui sebagai penghasilan tahun 2011 adalah berasal
dari hasil usaha di Singapura dan dividen yang diperoleh dari Holden Corp, sedangkan
penghasilan dari City bank telah dapat di akui sebagai penghasilan tahun 2011 karena
diperolehnya masih pada tahun 2010, yang berarti merupakan penghasilan tahun 2010.

2.2.2 Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri


Dalam pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, Wajib pajak
harus menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri (Isroah,
2013:92):
1. laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
2. fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaian di luar negeri
3. dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan

2.2.3 Batas Maksimum Kredit Pajak


Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/atau perhitungan berikut ini
(Isroah, 2013:93):
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
2. (Penghasilan luar negeri : seluruh penghasilan kena pajak) x seluruh PPh
(berdasarkan pasal 17)
3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh pen ghasilan kena pajak adalah lebih kecil
dari pada penghasilan luar negeri.
Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan
batas maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing masing negara.

Contoh (Isroah, 2013:93-94)


PT. “Sembada” pada tahun 2011 memperoleh penghasilan neto, sbb :
1. Di Indonesia sebesar Rp3.500.000.000,00
2. Di Singapura Rp1.500.000.000,00 dengan tarif pajak 40%
3. Di Belanda Rp 1.000.000,00 dengan tarif pajak 20%
Diminta: Hitunglah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan!

Pajak Internasional Page 11


Pembahasan
Penghasilan luar negeri
a. Di Singapura Rp. 1.500.000.000,00
b. Di Belanda Rp. 1.000.000.000,00 +
Jumlah penghasilan luar negeri Rp. 2.500.000.000,00
Penghasilan dalam negeri Rp. 3.500.000.000,00 +
Jumlah penghasilan kena pajak Rp. 6.000.000.000,00

PPh terutang sesuai dengan pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008

25% x Rp6.0000.000.000 Rp. 1.500.000.000,00


PPh terutang menurut (pasal 17) Rp. 1.500.000,00
Batas maksimum kredit pajak untuk masing masing negara :
a. Singapura :
Pajak terutang : 40% x Rp. 1500.000.000,00 = Rp 600.000.000,00 maka kredit yang
diperlukan adalah Rp 420.000.000,00 (yaitu diambil yang terendah)

dengan perbandingan (Rp 1.500.000.000,00 : 6000.000.000,00) x Rp 1.500.000.000,00 =


Rp375.000.000,00

b. Belanda
Pajak terutang : 20% x Rp 1000.000.000,00 = Rp 200.000.000,00
Dengan perbandingan (Rp1.000.000.000 : Rp 6.000.000.000) x Rp.1.500.000.000
= Rp249.999.999,99 maka kredit pajak diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00
Jadi besarnya kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah

Singapura Rp. 375.000.000,00


Belanda Rp. 200.000.000,00
Kredit pajak yang diperkenankan Rp. 575.000.000,00

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 26


PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia (Dirjen Pajak, 2013:91).
Pemotong PPh Pasal 26 adalah (Dirjen Pajak, 2013:91):
1. Badan pemerintah,

Pajak Internasional Page 12


2. Subjek pajak dalam negeri,
3. Penyelenggara kegiatan,
4. Bentuk usaha tetap, atau
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

Tarif dan Objek PPh Pasal 26


(Dirjen Pajak, 2013:91-94)
No Penghasilan Tarif
1 Penghasilan yang 20% x penghasilan bruto
dibayarkan berupa: atau Tax Treaty (P3B)
1. Deviden;
2. Bunga termasuk
Premium,Diskonto dan
Imbalan jaminan
pengembalian hutang;
3. Royalty;
4. Sewa;
5. Penghasilan penggunaan
harta
6. Imbalan sehubungan
dengan jasa pekerjaan
dan kegiatan;
7. Hadiah & penghargaan;
8. Pensiun & pembayaran
berkala lainnya;
9. premi swap dan transaksi
lindung nilai lainnya;
dan/ atau
10. keuntungan karena
pembebasan utang.
2 Penjualan atas penghasilan dari 20% x perkiraan neto
penjualan atau pengalihan harta Perkiraan Neto = 25% x
di Indonesia, yang diperoleh WP harga jual
Luar Negeri. Sehingga tarif efektif:
Harta yang dimaksud 20% x 25% x harga jual
berupa: perhiasan mewah, = 5% x harga jual
berlian, emas, intan, jam tangan Bersifat final
mewah, barang antik, lukisan,
mobil, motor, kapal pesiar, dan/
atau pesawat terbang ringan.
Dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal
26 adalah:
WP OP Luar Negeri yang
memperoleh penghasilan tidak
melebihi Rp 10Juta untuk setiap

Pajak Internasional Page 13


jenis transaksi.
3 Penjualan saham. 20% x perkiraan neto
Saham yang diperjualbelikan Perkiraan Neto = 25% x
adalah saham dari PT di Dalam harga jual
Negeri dan tidak berstatus Sehingga tarif efektif:
sebagai emiten atau perusahaan 20% x 25% x harga jual
publik. penjualan/pengalihan = 5% x harga jual
saham perusahaan antara (special Bersifat final
purpose company atau conduit
company), yang didirikan di Tax
Haven Country dan mempunyai
hubungan istimewa dengan
WPDN Indonesia atau BUT di
Indonesia, dapat ditetapkan
sebagai penjualan/ pengalihan
saham WP Badan Dalam Negeri.
4 pembayaran premi asuransi dan 20% x perkiraan neto
premi reasuransi kepada Besarnya perkiraan
perusahaan asuransi di luar penghasilan neto adalah
negeri sebagai berikut :
a. atas premi dibayar
tertanggung kepada
perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara
langsung maupun
melalui pialang,
sebesar 50% dari
jumlah premi yang
dibayar;
b. atas premi yang
dibayar oleh
perusahaan asuransi
yang berkedudukan di
Indonesia kepada
perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara
langsung maupun
melalui pialang,
sebesar 10% dari
jumlah premi yang
dibayar;
c. atas premi yang
dibayar oleh
perusahaan reasuransi
yang berkedudukan di
Indonesia kepada
perusahaan asuransi di
luar negeri baik secara
langsung maupun
melalui pialang,

Pajak Internasional Page 14


sebesar 5% dari
jumlah premi yang
dibayar.

Dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 26


Dalam hal Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk
Usaha Tetap ditanamkan kembali di Indonesia, penghasilan dimaksud dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan (Dirjen Pajak, 2013:94).
Pengecualian dari pengenaan Pajak Penghasilan diberikan apabila seluruh Penghasilan Kena
Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap ditanamkan
kembali di Indonesia dalam bentuk (Dirjen Pajak, 2013:95):
1. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri;
2. penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pemegang saham;
3. pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan
usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia; atau
4. investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan
usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.

2.4 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda


Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di
bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak
menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua
negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian
tersebut (Ahmadi, 2007:389).
Tujuan diadakannya P3B atau yang dikenal dengan nama Tax Treaty antar negara
adalah untuk menghindari pajak ganda (Ahmadi, 2007:389). Dengan semakin meluasnya
gejala globalisasi perekonomian dunia, dimana perusahaan dengan para pengusahanya saling
meningkatkan hubungan bisnisnya di negara lain, membutuhkan iklim yang menarik
(favourable) tidak saja dalam bidang perpajakan tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti
hukum, sosial dan ekonomi (Ahmadi, 2007:390).
Tujuan P3B adalah sebagai berikut:

Pajak Internasional Page 15


a. Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan iklim dunia usaha;
b. Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri;
c. Peningkatan sumber daya manusia;
d. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak;
e. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.
Masalah perpajakan menjadi faktor yang sangat penting dalam transaksi
internasionalnya karena mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan yang mer upakan
tujuan utama yang diharapkan oleh para pengusaha. Tanpa adanya Tax Treaty maka
kemungkinan dikenakan pajak ganda sangat besar, sehingga berpengaruh terhadap
keuntungan (profit) yang akan mereka terima. Adanya Tax Treaty, sangat mem bantu
kegiatan-kegiatan baik di bidang investasi maupun kegiatan bisnis lainnya (Ahmadi,
2007:390).
Sebagaimana dikemukakan di atas, sejak disahkan GATT, peng aturan masalah
perpajakan tidak diatur secara khusus, karena hal tersebut merupakan kebijakan domestik
suatu negara yang berkaitan yuridiksi eksklusif di wilayahnya. Sehubungan dengan yuridiksi
pemungut pajak oleh suatu negara, dikenal 2 (dua) prinsip yang dipakai oleh negara sebagai
dasar untuk memungut pajak (Ahmadi, 2007:390), yaitu :
a. Status wajib pajak,
b. Sumber penghasilannya
Negara-negara yang meng gunakan status Wajib Pajak sebagai pangkal, biasanya
mendasarkan pungutan pajaknya atas hubungan antara wajib pajak dengan negara sehingga
dikenal beberapa asas (Ahmadi, 2007:390), yaitu :

a. Asas Domisili, yang disebut asas domisili adalah suatu asas pemungutan pajak dimana
negara domisili wajib pajak berwenang untuk memungut pajak atas segala
penghasilan/kekayaan wajib pajak yang berdomisili di negara itu dengan tidak
memandang dimana peng hasilan itu diperoleh/atas kekayaan itu berada. Ini yang disebut
prinsip worl wide income. Jadi pada prinsipnya orang atau badan yang mempunyai
domisili di Indonesia merupa kan wajib pajak Indonesia (Resident Tax Payer) dikenakan
pajak di Indonesia untuk seluruh penghasilannya, dimana saja diperoleh (Ahmadi,
2007:390).
b. Asas Sumber, yang disebut asas sumber adalah suatu asas pemungutan pajak yang
memberikan hak kepada negara, tempat dimana sumber berada (pabrik, kantor, tempat
usaha dan sebagainya) untuk memungut pajak atas penghasilan yang keluar dari sumber

Pajak Internasional Page 16


itu, kepada pemilik sumber itu (wajib pajak) tak pandang dimana saja ia bertempat tinggal
di luar negara itu (Ahmadi, 2007:391).
c. Asas Kebangsaan, asas kebangsaan adalah suatu asas pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada negara asal kewarganegaraan wajib pajak, untuk memungut pajak
terhadap semua warga negaranya, dimana saja ia berada, dari seluruh penghasilan yang
diperoleh oleh warga negaranya itu. Jadi pada asas kebangsaan ini juga diperlakukan
ketentuan world wide income. Ternyata dalam praktek asas kebangsaan ini juga banyak
membawa masalah, karena pengertian kebangsaan ini dapat bersimpang siur, karena ada
negara yang mendasarkan pengertian kebangsaan itu pada ius soli dan ada juga negara
yang mendasarkan pengertian kebangsaan pada ius sanguinis. Juga kita hadapi
permasalahan tentang kebangsaan suatu badan. Apakah suatu badan mempunyai
kebangsaan masih banyak diragukan oleh banyak negara. Mengenai kapal sudah mendapat
kesepakatan tentang kebangsaan suatu kapal yang berlayar di laut international, karena
setiap kapal berlayar dibawah suatu bendera negara (Ahmadi, 2007:392).
Metode hak pemajakan di berbagai negara, untuk menghindari pemajakan berganda,
antara lain:
a. Metode Pemajakan Unilateral
Metode ini mengatur bahwa negara Republik Indonesia mempunyai kekuatan hukum
didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional dan ditetapkan sepihak oleh
negara Indonesia sendiri, dengan kata lain tidak ada yang bisa mengatur negara kita lain
karena hail itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan negara kita.

b. Metode Pemajakan Bilateral


Metode ini dalam penghitungan pengenaan pajaknya harus mempertimbangkan perjanjian
kedua negara (Tax Treaty). Indonesia tidak dapat sesuka hati menerapkan jumlah pajak
terutang penduduk asing atau badan internasional dua negara yang telah mengadakan
perjanjian. Justru peraturan perpajakan Indonesia tidak berlaku bilamana terdapat Tax Treaty.

c. Metode Pemajakan Multilateral


Metode ini didasarkan pada konvensi internasional yang ketentuan atau ketetapan atau
keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara yang ditandatangani oleh
berbagai negara, misalnya Konvensi Wina.

Metode Penghindaran Pajak Berganda adalah:


a. Pembebasan / Pengecualian.

Pajak Internasional Page 17


b. Kredit Pajak.
c. Metode Lainnya.

Model Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda:


a. Model OECD (Organization for Economic Cooperation and Development);
b. Model UN (United Nation);
c. Model Indonesia (Gabungan antara model OECD dan UN).

2.5 Transfer Pricing (Harga Transfer)


Tranfer Pricing adalah penentuan harga atas penyerahan barang, imbalan atas
penyerahan jasa atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa. Kondisi yang paling penting dalam transaksi ini adalah bahwa transfer pricing
harus didirikan dengan pertimbangan nilai pasar dari produk, lebih khusus lagi jika produk
yang dibeli dari sebuah perusahaan yang tidak berafiliasi ke grup, harga yang sama harus
dibayar sebagai salah satu yang diperoleh dari grup (Chitimus, 2013:263).
Harga transaksi antara pihak terkait menguraikan konsep harga transfer. Norma-norma
menggarisbawahi modus operasi dari transaksi ini. Dengan maksud untuk membangun harga
yang adil, akun harus diambil dari harga transaksi serupa yang dilakukan dalam keadaan
ekonomi yang sama. Konsep ini "transfer" diadopsi dalam rangka untuk lebih melacak hasil
yang diperoleh setelah transaksi antara pihak-pihak terkait, serta benar mendaftarkan kegiatan
ekonomi. Semua langkah-langkah ini telah dihasilkan karena fakta bahwa harga pengalihan
dapat mengakibatkan peningkatan laba yang diperoleh oleh kelompok dalam negara pajak
yang rendah, atau pengurangan keuntungan dalam negara pajak tinggi (Maxim dan Moisescu,
2017:416).
Lingkungan bisnis dapat dipengaruhi secara positif, tetapi juga negatif, dengan
menggunakan transfer pricing oleh perusahaan besar. Manfaat menggunakan transfer pricing
terdiri dari memahami operasi dilakukan dengan entitas afiliasi, alokasi yang tepat dari
pendapatan dan pengeluaran dan pengetahuan tentang lingkungan yang kompetitif dalam
pandangan pengembangan kegiatan ekonomi sendiri. Namun, berlatih transfer pricing
dengan tidak memperhitungkan kondisi pasar dapat menyebabkan pengurangan dasar
perpajakan dan pajak ganda dari hasil yang diperoleh (Maxim dan Moisescu, 2017:416).
Untuk mencapai manfaat jangka panjang manajer harus menemukan cara terbaik
untuk menggabungkan hasil dengan risiko yang terlibat dengan mendapatkan hasil ini.
Karena itu, organisasi harus mempertimbangkan membangun dan kebijakan transfer pricing
pemahaman, penyusunan file transfer pricing yang harus mencakup semua dokumen yang

Pajak Internasional Page 18


membuktikan kepatuhan dengan nilai pasar. Rosenbloom menganggap bahwa “masalah
ditangani oleh aturan transfer pricing adalah tidak adanya gesekan pasar dalam transaksi
antara orang dikontrol dan kebutuhan yang dihasilkan untuk memverifikasi harga dalam
transaksi tersebut untuk tujuan pajak penghasilan dan, jika perlu untuk menyesuaikan”
(Maxim dan Moisescu, 2017:417).
A. Persyaratan Untuk Menyusun File Transfer Pricing
File transfer pricing adalah dokumen yang menyatakan transaksi tersebut telah dilakukan
dan akan disusun setiap tahun hanya untuk jenis transaksi tertentu (Maxim dan Moisescu,
2017:417). Gambar 1. Menyajika operasi yang file tersebut harus diserahkan
Gambar 1. Nilai transaksi yang file transfer pricing harus dikonsep

(Maxim dan Moisescu, 2017:417)


Selain itu, undang-undang menyediakan serta batas-batas transaksi yang tidak perlu untuk
menyusun file transfer pricing. Gambar 2 menyajikan batas-batas ini dan jenis transaksi.

Gambar 2. Nilai transaksi yang file transfer pricing tidak harus disusun
(Maxim dan Moisescu, 2017:417)

Untuk tujuan menentukan harga pengalihan, perusahaan dapat menggunakan metode


tradisional, serta transaksional, seperti yang ditentukan oleh UU 571/2003 tentang Kode
Fiskal. Tabel 1menyajikan metode tradisional dan transaksional, dengan penjelasan singkat
dari karakteristik yang ditentukan (Maxim dan Moisescu, 2017:418).

Pajak Internasional Page 19


Tabel 1. Metode Tradisional dan Transaksional
(Maxim dan Moisescu, 2017:418)

Resale Price Cara (RPM). “Metode harga jual kembali dimulai dengan harga di mana
produk yang telah dibeli dari perusahaan asosiasi tersebut dijual kembali kepada perusahaan
independen. harga ini (harga jual kembali) kemudian dikurangi dengan margin kotor yang
tepat (the "dijual kembali harga margin") mewakili jumlah dari yang reseller akan berusaha
untuk menutupi penjualan dan biaya operasional lainnya dan, dalam terang fungsi yang
dilakukan (dengan aset akun yang digunakan dan risiko diasumsikan), membuat keuntungan
yang sesuai (Rombolotti, 2014:2).

Biaya Metode Plus (CPM). “ Biaya ditambah metode dimulai dengan biaya yang
dikeluarkan oleh pemasok properti (Atau jasa) dalam transaksi dikendalikan untuk properti
ditransfer atau layanan yang diberikan kepada pembeli terkait. Biaya yang tepat ditambah
mark up kemudian ditambahkan ke biaya ini, untuk membuat keuntungan yang tepat dalam
terang fungsi yang dilakukan dan kondisi pasar (Rombolotti, 2014:2).

Transaksional Net Cara Margin (TNMM). “ The transaksional metode marjin laba bersih
meneliti marjin laba bersih relatif terhadap basis yang sesuai (misalnya biaya, penjualan, aset)
yang wajib pajak menyadari dari transaksi dikendalikan. Dengan demikian, metode margin
bersih transaksional beroperasi dengan cara yang sama dengan biaya plus dan metode harga
jual kembali (Rombolotti, 2014:3).

Laba Cara Berpisah (PSM). “ Dimana transaksi sangat saling terkait itu mungkin bahwa
mereka tidak dapat dievaluasi secara terpisah. Dalam kondisi yang sama, perusahaan-
mungkin memutuskan untuk mendirikan sebuah bentuk kemitraan dan setuju untuk bentuk

Pajak Internasional Page 20


keuntungan split. Dengan demikian, metode laba perpecahan berusaha untuk menghilangkan
efek pada keuntungan dari kondisi khusus yang dibuat atau diterapkan dalam transaksi
dikendalikan dengan menentukan pembagian keuntungan yang perusahaan-akan diharapkan
untuk mewujudkan dari terlibat dalam transaksi atau transaksi (Rombolotti, 2014:3).

Setiap perusahaan bebas untuk memilih metode yang paling cocok aktivitasnya, untuk
representasi setia dari hasil yang diperoleh. File transfer pricing adalah citra perusahaan,
yang memberikan kontribusi untuk pengembangan usaha (Maxim dan Moisescu, 2017:419).

2.6 Dampak Transfer Pricing Terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen


Suatu perusahaan yang melakukan bisnis multinasional, dalam hal ini ekspor dan impor
akan menghadapi berbagai jenis pajak. Perbedaan beban pajak dalam bisnis multinasional
sudah biasa terjadi. Sehingga negara-negara dengan perusahaannya yang kurang maju sering
mengenakan tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan perusahaannya
yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi (Marfuah dan Aziza, 2014: 158)
Dengan adanya hal tersebut, maka perusahaan-perusahaan maju akan berpikir
Bagaimana caranya untuk menekan pajak mereka karena pajak merupakan pengurang laba.
Apabila pajak dapat ditekan, maka dapat mengurangi cost perusahaan. Salah satu cara yang
digunakan untuk menekan pajak adalah transfer pricing. Melalui transfer pricing ini
perusahaan multinasional yang bersangkutan dapat menggeser kewajiban perpajakannya dari
anggota atau anak perusahaannya di negara-negara yang menetapkan tarif pajak yang lebih
tinggi (high tax country) ke anggota atau anak perusahaannya di negara-negara yang
menetapkan tarif pajak yang lebih rendah (low tax country). Apabila dalam suatu perusahaan
terdapat pajak Yang tinggi, maka tingkat kegiatan transfer pricing perusahaan tersebut ke
anggota atau anak perusahaannya yang menerapkan tarif pajak lebih rendah akan meningkat
dan sebaliknya. (Marfuah dan Aziza, 2014: 158)

2.7 Penelitian Terkait Pajak Internasional


Berdasarkan silabus perkuliahan, salah satu jurnal yang digunakan sebagai bahasan
pada materi pajak internasional adalah “Cross-Jurisdictional Income Shifting by U.S.
Multinationals: Evidence from International Bond Offerings” Tahun 2001 Kayej Newberry
dan S. Dhaliwal, dalam Journal of Accounting Research.

Pajak Internasional Page 21


Dalam penelitian ini, mencoba menyelidiki apakah insentif pajak memengaruhi dimana
perusahaan multinasional AS menemukan potongan minat mereka di seluruh dunia. Sampel
kami meliputi penawaran obligasi internasional oleh perusahaan multinasional AS selama
1987-1997 dalam mata uang Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, atau Inggris.
Hasil kami menunjukkan bahwa keputusan lokasi utang perusahaan multinasional AS
memperhitungkan efek akumulasi perusahaan dalam pajak-loss yurisdiksi-spesifik dan
mengikat keterbatasan kredit pajak asing pada nilai perisai pajak utang. Hasil kami juga
konsisten dengan U.S. Perusahaan multinasional lokasi pemotongan bunga dalam yurisdiksi
pajak yang berbeda sebagai mekanisme untuk mencapai pajak termotivasi pergeseran
pendapatan.

“Cross-Jurisdictional Income Shifting by U.S. Multinationals: Evidence from


International Bond Offerings”
Sebagai perusahaan multinasional AS lebih mengandalkan penawaran obligasi
internasional dalam mata uang asing sebagai sumber modal utang, keputusan kunci adalah
penempatan korban-apakah obligasi tersebut dikeluarkan oleh orang tua AS atau oleh anak
perusahaan asing. 1 Sementara penerbitan obligasi valas oleh perusahaan induk AS atau anak
perusahaan mereka di AS menghasilkan pemotongan bunga domestik untuk tujuan pajak AS,
penerbitan oleh anak perusahaan asing (di negara-negara sampel kami) menghasilkan
pengurangan bunga terhadap pendapatan asing. Ini berarti bahwa perusahaan multinasional
AS memiliki insentif pajak untuk menempatkan obligasi internasional melalui anak
perusahaan asing jika pengurangan bunga asing lebih berharga dari pengurangan bunga
domestik. Kami menggunakan keputusan penempatan ini untuk menguji pengaruh dari
insentif pajak onwhere U.S. perusahaan multinasional menemukan pemotongan kepentingan
mereka (di AS atau di yurisdiksi pajak asing).
Perusahaan multinasional AS memiliki insentif untuk pemotongan bunga sumber di
untuk yurisdiksi eign dengan tarif pajak yang lebih tinggi. 4 Dalam periode sampel kami,
perusahaan tingkat pajak hukum AS lebih rendah dari tarif pajak di banyak
industrializedcountries lainnya. Inaddition, kerugian perusahaan withdomestic memiliki
insentif untuk sumber pemotongan bunga dalam yurisdiksi asing, bahkan jika negara asing
biasanya tidak dilihat sebagai memiliki tarif pajak yang berlaku relatif tinggi.
Sementara perusahaan multinasional AS umumnya memiliki insentif pajak untuk
menerbitkan penawaran obligasi melalui anak perusahaan asing selama periode sampel kami,

Pajak Internasional Page 22


literatur membiayai internasional menunjukkan bahwa faktor non-pajak mendukung
penempatan induk AS.

Sampel dan Metodologi


Memperoleh data penawaran obligasi internasional dari database lisensi oleh Datam
Perusahaan Efek (SDC). Data SDC diperoleh dari berbagai sumber, termasuk prospektus
untuk penawaran, layanan kawat (seperti Dow Jones Retrieval), dan survei dari bank
investasi. Bidang dalam database SDC mengidentifikasi korban obligasi internasional oleh
perusahaan-perusahaan AS atau anak perusahaan asing mereka, bersama-sama dengan
informasi tentang persyaratan persembahan. Mendapatkan informasi tentang struktur
kepemilikan perusahaan multinasional AS dari direktori perusahaan liations. Akhirnya,
mendapatkan data keuangan untuk menghitung langkah-langkah pajak dan variabel kontrol
dari Compustat.

Sampel ini meliputi penawaran obligasi internasional oleh perusahaan multinasional AS yang
tidak termasuk perusahaan lembaga keuangan atau utilitas publik dalam mata uang Australia,
Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, atau Inggris. Dengan demikian, sampel kami
termasuk penawaran obligasi untuk semua G-7 negara (kecuali Amerika Serikat) dan
Australia. Sampel inii meliputi 220 perusahaan tahun pengamatan, dengan 103 penawaran
obligasi anak perusahaan asing dan 117 penawaran obligasi induk AS.

Kesimpulan Penelitian
Studi ini memberikan bukti bahwa insentif pajak memengaruhi perusahaan multinasional AS
menemukan potongan minat mereka di seluruh dunia. Memeriksa korban obligasi
internasional oleh perusahaan multinasional AS dalam mata uang Australia, Kanada,
Perancis, Jerman, Italia, Jepang, atau Inggris. Sampel kami meliputi obligasi internasional
yang diterbitkan selama 1987-1997 baik melalui anak perusahaan asing di negara itu
(menghasilkan pengurang pendapatan asing), atau melalui induk AS atau anak perusahaan
AS pendanaan (menghasilkan pengurangan bunga domestik). Konsisten dengan prediksi
pergeseran pendapatan, kita temukan bahwa perusahaan multinasional AS lebih mungkin
untuk menempatkan obligasi melalui anak perusahaan asing ketika mereka telah mengikat
keterbatasan kredit pajak asing yang mengganggu kemampuan mereka untuk menggunakan
pemotongan bunga domestik, atau ketika mereka berada di negeri pajak akumulasi rugi fiskal
posisi. Kami juga mendapati beberapa bukti bahwa perusahaan multinasional AS lebih
mungkin untuk menerbitkan obligasi melalui anak perusahaan asing jika anak berada di

Pajak Internasional Page 23


negara dengan tarif pajak yang berlaku korporasi umumnya tinggi dibandingkan dengan
Amerika Serikat. Hasil kami menunjukkan bahwa keputusan lokasi utang perusahaan
multinasional AS memperhitungkan efek akumulasi perusahaan pajak-loss yurisdiksi-spesifik
dan mengikat keterbatasan kredit pajak asing pada nilai perisai pajak utang. Hasil kami juga
konsisten dengan perusahaan multinasional AS menemukan pemotongan bunga dalam
yurisdiksi pajak yang berbeda sebagai mekanisme untuk mencapai pajak termotivasi
pergeseran pendapatan.

Pajak Internasional Page 24


BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pajak Internasional pada dasarnya berdasarkan pada ketentuan pemajakan domestik yang
berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan dari luar negeri dan
terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari dalam negeri. Dengan
adanya sistem pajak ini, pemerintah berupaya menarik perusahaan multinasional untuk dapat
menjalankan bisnisnya di negera tersebut. Dengan harapan dapat membayarkan pajaknya
dinegara tersebut. Namun hal ini menjadi masalah global bagi perusahaan multinasional,
sebab pemajakan yang diterapkan dapat dilakukan dengan ganda atau pajak berganda.
Dimana pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua negara atau lebih atas suatu
penghasilan yang sama. Hal ini menjadi sebuah beban bagi perusahaan dikarenakan beban
pajaknya bertambah. Perusahaan berupaya untuk mengefisiensikan beban pajak mereka
dengan mengikuti ketentuan penghindaran pajak berganda yang diatur oleh pemerintah.
Alternatif lain yang dapat dilakukan perusahaan multinasional adalah dengan metode transfer
pricing. Dengan hal ini, perusahaan dapat meminimalisir beban pajak yang ditanggung.
Namun dengan adanya transfer picing ini, pemerintah merasa dirugikan dikarenakan
pemasukan anggaran dari pajak menjadi berkurang. Padahal kenyataannya, anggaran belanja
negara separuh lebih hasilnya didapat dari pajak. Oleh sebab itu, pemerintah dan perusahaan
berupaya menyeimbangkan permasalahan ini agar sama-sama tidak dirugikan.

Pajak Internasional Page 25


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Wiratni. 2007. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Reaty) Dalam
Kaitannya Dengan Transaksi Internasional. Jurnal Hukum Pro Justitia Volume 25
No.4

Anonim. 2013. PPh (Pajak Penghasilan). Jakarta: Kemenku RI Direktorat Jendral Pajak

Chitimus, Elena. 2013. Transfer Pricing – A Present Day Issue. SEA – Practical Application
of Science Volume 1 Issue 1

Isroah. 2013. Buku Perpajakan. Yogyakarta: BPPU Universita Negeri Yogyakarta

Jogarajan, Sunita. 2011. Prelude to the International Tax Treaty Network: 1815–1914 Early
Tax Treaties and the Conditions for Action. Oxford Journal of Legal Studies, Vol. 31,
No. 4, pp. 679–707

Kayej Newberry dan S. Dhaliwal. 2001. Cross-Jurisdictional Income Shifting by U.S.


Multinationals: Evidence from International Bond Offerings. Journal of Accounting
Research Vol. 39 No. 3

Kurniawan, Anang Muay. 2010. Modul Pajak Internasional. Jakarta: Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (STAN)

Marfuah dan Azizah, 2014. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Exchange rate pada
keputusan transfer Pricing Perusahaan. JAAI Volume 18 No. 2, Hal: 156-165
Maxim, Ramona dan Florentina Moisescu. 2017. Transfer Pricing - An Innovative Approach.
International Scientific Conference Risk in Contemporary Economy (RCE), pp. 415-
422. Iasi, Romania: LUMEN Proceedings

Permatasari, Paulina. 2004. Transfer pricing sebagai salah satu Strategi perencanaan pajak
Bagi perusahaan multinasional. Bina Ekonomi Vol. 8, No. l, hal: l-109

Rombolotti, Alessio. 2014. The Economics of Transfer Pricing Methods & Management of
Tax Risk: A New Approach. alessio.rombolotti@averouge.com.

Pajak Internasional Page 26


LAMPIRAN

1. Tabel Model Struktur P3B

Pajak Internasional Page 27


Pajak Internasional Page 28
Pajak Internasional Page 29
DAFTAR P3B YANG BERLAKU EFEKTIF

SAAT BERLAKU
NO NEGARA
EFEKTIF
1 Algeria 1 Januari 2001
2 Australia 1 Juli 1993
3 Austria 1 Januari 1989
4 Bangladesh 1 Januari 2007
5 Belgium 1 Januari 2002
6 Brunei Darussalam 1 Januari 2003
7 Bulgaria 1 Januari 1993
8 Canada 1 Januari 1980
9 Czech 1 Januari 1997
10 China 1 Januari 2004
11 Denmark 1 Januari 1987
12 Egypt 1 Januari 2003
13 Finland 1 Januari 1990
14 France 1 Januari 1981
15 Germany 1 Januari 1992
16 Hungary 1 Januari 1994
17 India 1 Januari 1988
18 Italy 1 Januari 1996
19 Japan 1 Januari 1983
20 Jordan 1 Januari 1999
21 Korea, Republic of 1 Januari 1990
Korea, Democratic
22 1 Januari 2005
People’s Republic of
23 Kuwait 1 Januari 1999
24 Luxembourg 1 Januari 1995
25 Malaysia 1 Januari 1987
26 Mexico 1 Januari 2005
27 Mongolia 1 Januari 2001
28 Netherlands 1 Januari 2004
29 New Zealand 1 Januari 1989
30 Norway 1 Januari 1991
31 Pakistan 1 Januari 1991
32 Philippines 1 Januari 1983
33 Poland 1 Januari 1994
34 Romania 1 Januari 2000
35 Russia 1 Januari 2003
36 Saudi Arabia 1 Januari 1985
37 Seychelles 1 Januari 2001
38 Singapore 1 Januari 1992
39 Slovak 1 Januari 2002
40 South Africa 1 Januari 1999
41 Spain 1 Januari 2000
42 Sri Lanka 1 Januari 1995
43 Sudan 1 Januari 2001
44 Sweden 1 Januari 1990

Pajak Internasional Page 30


45 Switzerland 1 Januari 1990
46 Syria 1 Januari 1999
47 Taipei 1 Januari 1996
48 Thailand 1 Januari 2004
49 Tunisia 1 Januari 1994
50 Turkey 1 Januari 2001
51 UAE (United Arab 1 Januari 2000
Emirates)
52 Ukraine 1 Januari 1999
53 United Kingdom 1 Januari 1995
54 United States of 1 Pebruari 1997
America
55 Uzbekistan 1 Januari 1999
56 Venezuela 1 Januari 2001
57 Vietnam 1 Januari 2000

Pajak Internasional Page 31


TIME TEST P3B YANG BERLAKU EFEKTIF
(BENTUK USAHA TETAP)

JASA
NO KONSTRUKS INSTALAS PENGAWASA
NEGARA PERAKITA LAINNY
. I I N
N A
KONSTRUKSI
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan/12
1 Algeria
bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari/
2 Australia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
3 Austria
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari/
4 Bangladesh
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
5 Belgium
12 bulan
Brunei 183 hari 3 bulan 3 bulan 183 hari 3 bulan /
6
Darussalam 12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 120 hari /
7 Bulgaria
12 bulan
120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari /
8 Canada
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
9 Czech
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan /
10 China
12 bulan
6 bulan 3 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan /
11 Denmark
12 bulan
6 bulan 4 bulan 4 bulan 6 bulan 3 bulan /
12 Egypt
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
13 Finland
12 bulan
6 bulan N/A 6 bulan 183 hari / 12 183 hari /
14 France
bulan 12 bulan
15 Germany 6 bulan 6 bulan N/A N/A 7,5 %
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 4 bulan /
16 Hungary
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari /
17 India
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
18 Italy
12 bulan
19 Japan 6 bulan 6 bulan N/A 6 bulan N/A
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan /
20 Jordan
12 bulan
Korea, 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
21
Republic of 12 bulan
Korea, 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 6 bulan /
Democratic 12 bulan
22
People’s
Republic of

Pajak Internasional Page 32


3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan /
23 Kuwait
12 bulan
Luxembour 5 bulan 5 bulan 5 bulan 5 bulan 10%
24
g
6 bulan 6 bulan 6 bulan N/A 3 bulan /
25 Malaysia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 91 hari /
26 Mexico
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
27 Mongolia
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
28 Netherlands
12 bulan
New 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
29
Zealand 12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
30 Norway
12 bulan
31 Pakistan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 15%
6 bulan 3 bulan 3 bulan 6 bulan 183 hari /
32 Philippines
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 120 hari /
33 Poland
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 4 bulan /
34 Romania
12 bulan
3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan Tanpa
35 Russia
Time Test
Saudi N/A N/A N/A N/A N/A
36
Arabia *
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
37 Seychelles
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 6 bulan 4 bulan /
38 Singapore
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 91 hari /
39 Slovak
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 120 hari /
40 South Africa
12 bulan
183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 3 bulan /
41 Spain
12 bulan
90 hari 90 hari 90 hari 90 hari 90 hari /
42 Sri Lanka
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
43 Sudan
12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
44 Sweden
12 bulan
45 Switzerland 183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 5%
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
46 Syria
12 bulan
Taipei / 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
47
Taiwan 12 bulan
48 Thailand 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan /
12 bulan
49 Tunisia 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan /

Pajak Internasional Page 33


12 bulan
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 183 hari /
50 Turkey
12 bulan
UAE (United
51 Arab 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan
Emirates)
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 4 bulan /
52 Ukraine
12 bulan
United 183 hari 183 hari 183 hari 183 hari 91 hari /
53
Kingdom 12 bulan
United 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari /
54 States of 12 bulan
America
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
55 Uzbekistan
12 bulan
56 Venezuela 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 10%
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 bulan /
57 Vietnam
12 bulan

Keterangan :

* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai transportasi penerbangan
dalam jalur internasional.

Pajak Internasional Page 34


DEPENDENT PERSONAL SERVICES
(HUBUNGAN KERJA)

DIBEBANKAN
DIBAYAR OLEH

PADA BUT
NO. NEGARA TIME TEST SUBJEK PAJAK
DI
INDONESIA INDONESIA
1 Algeria 91 hari /12 bulan Yes Yes
2 Australia 120 hari /12 bulan Yes Yes
3 Austria 183 hari /12 bulan Yes Yes
4 Bangladesh 183 hari /12 bulan Yes Yes
5 Belgium 183 hari /12 bulan Yes Yes
6 Brunei Darussalam 183 hari /12 bulan Yes Yes
7 Bulgaria 183 hari /taxable year Yes Yes
8 Canada 120 hari /12 bulan Yes Yes
9 Czech 183 hari /12 bulan Yes Yes
10 China 183 hari /12 bulan Yes Yes
11 Denmark 183 hari /12 bulan Yes Yes
12 Egypt 90 hari /12 bulan Yes Yes
13 Finland 183 hari /12 bulan Yes Yes
14 France 183 hari /12 bulan Yes Yes
15 Germany 183 hari /calendar year Yes Yes
16 Hungary 183 hari /12 bulan Yes Yes
17 India 183 hari /12 bulan Yes Yes
18 Italy 183 hari /fiscal year Yes Yes
19 Japan 183 hari /calendar year Yes Yes
20 Jordan 183 hari /12 bulan Yes Yes
21 Korea, Republic of 183 hari /fiscal year Yes Yes
Korea, Democratic
22 183 hari /12 bulan Yes Yes
People’s Republic of
23 Kuwait 183 hari /calendar year Yes Yes
24 Luxembourg 183 hari /taxable year Yes Yes
25 Malaysia 183 hari /calendar year No Yes
26 Mexico 183 hari /12 bulan Yes Yes
27 Mongolia 91 hari /calendar year Yes Yes
28 Netherlands 183 hari /12 bulan Yes Yes
29 New Zealand 183 hari /12 bulan Yes Yes
30 Norway 183 hari /12 bulan Yes Yes
31 Pakistan 90 hari /12 bulan Yes Yes
32 Philippines 183 hari /calendar year Yes Yes
33 Poland 183 hari /taxable year Yes Yes
34 Romania 183 hari /12 bulan Yes Yes
35 Russia 90 hari /calendar year Yes Yes
36 Saudi Arabia N/A N/A N/A
37 Seychelles 183 hari /12 bulan Yes Yes
38 Singapore 183 hari /calendar year Yes Yes
39 Slovak 183 hari /12 bulan Yes Yes

Pajak Internasional Page 35


40 South Africa 183 hari /12 bulan Yes Yes
41 Spain 183 hari /12 bulan Yes Yes
42 Sri Lanka 90 hari /12 bulan Yes Yes
43 Sudan 183 hari /12 bulan Yes Yes
44 Sweden 183 hari /12 bulan Yes Yes
45 Switzerland 183 hari /12 bulan Yes Yes
46 Syria 183 hari /12 bulan Yes Yes
47 Taipei / Taiwan 183 hari /fiscal year Yes Yes
48 Thailand 183 hari /fiscal year Yes Yes
49 Tunisia 183 hari /calendar year Yes Yes
50 Turkey 183 hari /12 bulan Yes Yes
UAE (United Arab
51 183 hari /fiscal year Yes Yes
Emirates)
52 Ukraine 183 hari /calendar year Yes Yes
53 United Kingdom 183 hari /12 bulan Yes Yes
54 United States of America 120 hari /12 bulan Yes Yes
55 Uzbekistan 183 hari /12 bulan Yes Yes
56 Venezuela 183 hari /12 bulan Yes Yes
57 Vietnam 90 hari /12 bulan Yes Yes

Pajak Internasional Page 36


INDEPENDENT PERSONAL SERVICES
(PEKERJAAN BEBAS)

NO. NEGARA TIME TEST

1 Algeria 91 days/12 months


2 Australia 120 days/12 months
3 Austria 90 days/12 months
4 Bangladesh 183 days/fiscal year
5 Belgium 91 days/12 months
6 Brunei Darussalam 183 days/12 months
7 Bulgaria 91 days/taxable year
8 Canada 120 days/12 months
9 Czech 91 days/taxable year
10 China 183 days/12 months
11 Denmark 91 days/12 months
12 Egypt 90 days/12 months
13 Finland 90 days/12 months
14 France N/A
15 Germany 120 days/fiscal year
16 Hungary 90 days/12 months
17 India 91 days/12 months
18 Italy 90 days/12 months
19 Japan 183 days/calendar year
20 Jordan 90 days/12 months
21 Korea, Republic of 90 days/calendar year
22 Korea, Democratic People’s Republic of 183 days/12 months
23 Kuwait 183 days/12 months
24 Luxembourg 91 days/taxable year
25 Malaysia 183 days/calendar year
26 Mexico 91 days/12 months
27 Mongolia 91 days/calendar year
28 Netherlands 91 days/12 months
29 New Zealand 90 days/12 months
30 Norway 90 days/12 months
31 Pakistan 90 days/12 months
32 Philippines 90 days/calendar year
33 Poland 91 days/taxable year
34 Romania 120 days/12 months
35 Russia N/A
36 Saudi Arabia N/A

Pajak Internasional Page 37


37 Seychelles 90 days/12 months
38 Singapore 90 days/12 months
39 Slovak 91 days/fiscal year
40 South Africa 120 days/12 months
41 Spain 90 days/12 months
42 Sri Lanka 90 days/12 months
43 Sudan 90 days/12 months
44 Sweden 90 days/12 months
45 Switzerland 183 days/12 months
46 Syria 183 days/12 months
47 Taipei / Taiwan 120 days/taxable year
48 Thailand 183 days/fiscal year
49 Tunisia 120 days/taxable year
50 Turkey 183 days/12 months
51 UAE (United Arab Emirates) Fixed Base
52 Ukraine 183 days/12 months
53 United Kingdom 91 days/12 months
54 United States of America 120 days/12 months
55 Uzbekistan 90 days/12 months
56 Venezuela 90 days/12 months
57 Vietnam 90 days/12 months

Pajak Internasional Page 38


HAK PEMAJAKAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU

PENGHASILAN
NO. COUNTRY PELAYARAN PENERBANGAN
LAINNYA
1 Algeria Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
2 Australia Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
3 Austria dengan 50% Potongan
Pajak
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
4 Bangladesh dengan 50% Potongan
Pajak
5 Belgium Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
6 Brunei Darussalam dengan 50% Potongan
Pajak
7 Bulgaria Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
8 Canada
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
9 Czech
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
10 China dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
11 Denmark Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
12 Egypt
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
13 Finland
Sumber
14 France Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
15 Germany
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
16 Hungary dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
17 India
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
18 Italy
Sumber
19 Japan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
20 Jordan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
21 Korea, Republic of Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Korea, Democratic Negara Domisili Negara Domisili Negara
22 People’s Republic Domisili/Sumber
of
23 Kuwait Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
24 Luxembourg Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
25 Malaysia dengan 50% Potongan Sumber
Pajak
26 Mexico Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber

Pajak Internasional Page 39


Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
27 Mongolia
Sumber
28 Netherlands Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
29 New Zealand
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
30 Norway
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
31 Pakistan
Sumber
Negara Sumber Negara Sumber Negara Domisili/
dengan Tarif Maksimal dengan Tarif Sumber
32 Philippines
1,5% dari Bruto Maksimal 1,5% dari
Bruto
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili/
33 Poland
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
34 Romania dengan Tarif Maksimal
2%
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
35 Russia dengan 50% Potongan
Pajak
36 Saudi Arabia N/A Negara Domisili N/A
37 Seychelles Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
38 Singapore dengan 50% Potongan
Pajak
39 Slovak Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
40 South Africa Negara Domisili Negara Domisili Negara Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
41 Spain
Sumber
Negara Sumber Negara Domisili Negara Domisili
42 Sri Lanka dengan 50% Potongan
Pajak
43 Sudan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
44 Sweden
Sumber
45 Switzerland Negara Domisili Negara Domisili N/A
46 Syria Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
47 Taipei / Taiwan Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
Negara Sumber Negara Domisili Negara Sumber
48 Thailand dengan 50% Potongan
Pajak
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
49 Tunisia
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
50 Turkey
Sumber
UAE (United Arab Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
51
Emirates)
52 Ukraine Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili
53 United Kingdom Negara Domisili Negara Domisili N/A
54 United States of Negara Domisili Negara Domisili N/A

Pajak Internasional Page40


America
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
55 Uzbekistan
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
56 Venezuela
Sumber
Negara Domisili Negara Domisili Negara Domisili/
57 Vietnam
Sumber

Pajak Internasional Page 41


TARIF PPh PASAL 26
UNTUK P3B YANG BERLAKU EFEKTIF

DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT
HOLDING TAX

1 Algeria 15% 15% 15% 15% 10%


2 Australia 10% 10%/15% 15% 15% 15%
3 Austria 10% 10% 15% 10% 12%
4 Bangladesh 10% 10% 15% 10% 10%
5 Belgium 10% 10% 15% 10% 10%
Brunei 10% 15% 15% 15% 10%
6
Darussalam
7 Bulgaria 10% 10% 15% 15% 15%
8 Canada 10% 10% 15% 10% 15%
9 Czech 12,5% 12,5% 15% 10% 12,5%
10 China 10% 10% 10% 10% 10%
11 Denmark 10% 15% 20% 10% 15%
12 Egypt 15% 15% 15% 15% 15%
13 Finland 10% 10%/15% 15% 10% 15%
14 France 15% 10% 15% 10% 10%
15 Germany 10% 10%/15% 15% 10% 10%
16 Hungary 15% 15% 15% 15% N/A
17 India 10% 15% 15% 10% 10%
18 Italy 10% 10%/15% 15% 10% 12%
19 Japan 10% 10% 15% 10% 10%
20 Jordan 10% 10% 10% 10% N/A
Korea, Republic 10% 15% 15% 10% 10%
21
of
Korea, 10% 10% 10% 10% 10%
Democratic
22
People’s
Republic of
23 Kuwait 5% 20% 10% 10% 10%
24 Luxembourg 10% 12,5% 15% 10% 10%
25 Malaysia 15% 15% 15% 15% 12,5%
26 Mexico 10% 10% 10% 10% 10%
27 Mongolia 10% 10% 10% 10% 10%
28 Netherlands 10% 10% 10% 10% 10%
29 New Zealand 10% 15% 15% 15% N/A
30 Norway 10% 10%/15% 15% 15% 15%
31 Pakistan 15% 15% 15% 10% 10%
32 Philippines 15% 15%/25% 20% 15% 20%
33 Poland 10% 15% 15% 10% 10%
34 Romania 12,5% 12,5%/15 % 15% 12,5% 12,5%
35 Russia 15% 15% 15% 15% 12,5%

Pajak Internasional Page 42


36 Saudi Arabia * N/A N/A N/A N/A N/A
37 Seychelles 10% 10% 10% 10% N/A
38 Singapore 10% 15% 15% 10% 15%
39 Slovak 10% 10%/15% 10% 10% 10%
40 South Africa 10% 10% 15% 10% 10%
41 Spain 10% 10% 15% 10% 10%
15% 15% 15% 15% Sesuai
42 Sri Lanka UU
Domestik
43 Sudan 15% 10% 10% 10% 10%
44 Sweden 10% 10%/15% 15% 10% 15%
45 Switzerland 10% 12,5% 15% 10% 10%
46 Syria 10% 15%/20% 10% 10% 10%
47 Taipei / Taiwan 10% 10% 10% 10% 5%
48 Thailand RI = 15% 15% 20% 15% Sesuai
UU
THAI = Domestik
10%/25%
**
49 Tunisia 12% 15% 12% 12% 12%
50 Turkey 10% 10% 15% 10% 15%
UAE (United
51 5% 5% 10% 10% 5%
Arab Emirates)
52 Ukraine 10% 10% 15% 10% 10%
United 10% 10%/15% 15% 10% 10%
53
Kingdom
United States 10% 10% 15% 10% 10%
54
of America
55 Uzbekistan 10% 10% 10% 10% 10%
56 Venezuela 10% 20% 15% 10% 10%
57 Vietnam 15% 15% 15% 15% 10%

Keterangan :

* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai


transportasi penerbangan dalam jalur internasional.
** Berdasarkan ketentuan pasal 11 ayat 2 P3B RI-Thailand, terdapat
pembedaan tarif atas bunga. N/A P3B tersebut tidak mengatur mengenai
Tarif PPh Pasal 26.

Pajak Internasional Page 43

Anda mungkin juga menyukai