Anda di halaman 1dari 16

Kasus Pembebasan Pajak

Disusun Oleh

Hana Wulandari Br.Manik (2202020043)

Frisna Kristiani Damanik (2202020044)

Riski Sembiring (2202020042)

Adel Bertus Saputra Manalu (22020248)

Dosen Pengampu : Lasma Melinda Siahaan SE., M.Si

Program Studi Manajemen

Fakultas Sosial Dan Hukum

Universitas Quality
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak kemudahan dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang bertajuk “Kasus
Pembebasan Pajak”. Kami sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas
dari bantuan banyak pihak, termasuk dosen pengajar yang sudah membimbing
kami dari mulai penggarapan sampai dengan selesainya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif
bagi pembaca.

Medan, 24 November 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 Definisi Pajak ............................................................................................................. 2
Fungsi Pajak............................................................................................................. 3
Pembebasan Pajak................................................................................................... 3
Prosedur Pengajuan Pembebasan Pajak di Indonesia......................................... 5
Surat Keterangan Bebas Pajak ............................................................................ 6
Syarat dan Ketentuan Lanjut SKB ....................................................................... 6
Jenis Pajak yang Diterbitkan SKB ........................................................................ 7
Input SKB dalam Pelaporan ............................................................................... 8
Salah Satu Contoh Kasus Pembebasan Pajak ..................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................ 12
PENUTUP ...................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang utama bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pemungutan pajak dilaksanakan untuk
kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak tersebut haruslah terlebih dahulu
disetujui oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD
1945 yang telah diamandemenkan dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945
yang berbunyi : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
Negara diatur dengan Undang-Undang”. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak
yang dipungut harus berdasarkan Undang-Undang sehingga menjamin adanya
kepastian hukum, baik bagi pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari :

Apa yang dimaksud dengan pajak

Kepastian hukum dalam pemungutan pertambahan nilai

Pembebasan pajak pertambahan nilai

1.3 Tujuan

Mengetahui kepastian hukum dalam pemungutan pajak pertambahan nilai

Mengetahui pembebasan pajak pertambahan nilai terhadap alat kesehatan


selama pandemi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang


dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (routine) dan pembangunan. Dari
definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam
perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya
negara melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak
patuh dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri.Pemerintah
telah memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu
melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPP).Akan tetapi, tetap saja banyak wajib
pajak yang lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung
menghindari kewajiban tersebut.

Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat


memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yangtidak taat hukum. Salah satu
mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. keberadaan
lembaga ini masih kontroversial.Beberapa kalangan beranggapan bahwa
pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal yang berlebihan tapi lain
pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan
efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang nakal.

2
 Fungsi Pajak

Pajak memiliki beberapa fungsi dalam perekonomian Indonesia yaitu

1. Fungsi pertama adalah fungsi anggaran atau budgetair, dimana pajak


menjadi sumber pendapatan negara untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara, seperti menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan.

2. Fungsi kedua adalah fungsi mengatur atau regulasi, dimana pajak


digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti
mendorong penyaluran investasi ke sektor-sektor tertentu.

3. Fungsi ketiga adalah fungsi stabilitas, dimana pajak digunakan untuk


menstabilkan kondisi ekonomi dari suatu Negara.

4. Fungsi keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan, dimana pajak


berfungsi untuk mengadakan redistribusi pendapatan dengan
memperhatikan jumlah penerimaan yang diterima dengan kesejahteraan
rakyat.

Melalui fungsi-fungsi tersebut, pajak berperan penting dalam membiayai


pembangunan dan kepentingan negara, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Indonesia.

 Pembebasan Pajak

Pembebasan pajak adalah pemberian bebasan atau pengurangan pajak


kepada wajib pajak, yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung
sektor-sektor penting atau perusahaan yang beroperasi di berbagai bidang.
Pembebasan pajak bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih cukup dan
menyeluruh untuk investasi, serta mempercepat pembangunan ekonomi.

3
Beberapa contoh pembebasan pajak yang telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia meliputi:

1. Pengurangan pajak penghasilan (PPh) Badan sebesar 100 persen bagi


perusahaan di bidang infrastruktur dan layanan umum yang beroperasi di
Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

2. Pembuatan jalan, pembangunan jembatan, sekolah, tol hingga rumah


ibadah merupakan beberapa jenis infrastruktur dan fasilitas umum yang
telah dibangun dari sebagian alokasi dana penerimaan pajak.

3. Pengurangan pajak pada sektor pendidikan, seperti Kartu Indonesia


Pintar (KIP), Beasiswa Bidik Misi, dan Bantuan Operasional (BOS)
merupakan deretan manfaat membayar pajak dari sektor pendidikan.

4. Pengurangan pajak pada sektor transportasi umum untuk mendukung


pengembangan infrastruktur transportasi.

5. Pengurangan pajak pada sektor kesehatan untuk meningkatkan pelayanan


dan mutu rumah sakit serta pembiayaan JKN/KIS bagi peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI).

6. Pengurangan pajak pada sektor keamanan dan ketertiban untuk


merasakan keamanan dan ketertiban.

Pembebasan pajak di Indonesia membutuhkan Surat Keterangan Fiskal


(SKF), yang merupakan surat atau sertifikat yang diterbitkan Direktorat Jenderal
Pajak Indonesia untuk perorangan dan korporasi. SKF adalah konfirmasi tertulis
yang membuktikan bahwa urusan pajak seorang individu atau suatu perusahaan
sudah benar dan tidak memiliki pajak penghasilan yang belum dibayar. Setelah
menerima SKF, uang yang dipotong akan dikembalikan kepada Anda, hanya jika
Anda telah melunasi pajak terutang. Uang yang dikembalikan dapat berupa
keuntungan, gaji, kompensasi, pembayaran lembur, dan lain-lain.

Menurut Surat Edaran No.SE-04-PJ/2019 (atau Surat Edaran 4/2019)


tentang Panduan Implementasi untuk Memperoleh Surat Keterangan Fiskal, agar

4
bisa mendapatkan layanan-layanan tertentu dan memastikan kinerja aktivitas-
aktivitas tertentu oleh badan, kementerian atau pihak lain, surat keterangan fiskal
diwajibkan.Beberapa aktivitas yang dimaksud adalah:

a. Penggunaan nilai buku untuk pemindahan aset saat akuisisi bisnis,


merger atau konsolidasi

b. Pembebanan 0.5% pajak penghasilan untuk pemindahan estat ke Kontrak


Investasi Kolektif atau Perusahaan Tujuan Khusus

c. Penebusan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah


ke Unit Kerja Khusus untuk aktivitas hulu minyak dan gas melalui
kontrak K3S

d. Pemotongan pajak penghasilan perusahaan dalam Zona Ekonomi Khusus

e. Pembelian barang dan jasa

f. Tax holidays

g. Kegiatan pertukaran asing (bukan bank)

h. Kegiatan non fiskal (industri atau perusahaan zona industri)

 Prosedur Pengajuan Pembebasan Pajak di Indonesia

Per 4 Februari 2019, Direktorat Jenderal Pajak di Indonesia telah


memberlakukan peraturan baru PER-03/PJ/2019 sehubungan dengan memperoleh
SKF di Indonesia. Peraturan baru ini menggantikan peraturan sebelumnya PER-
32/PJ/2014.Wajib pajak (perorangan atau badan) yang mengajukan SKF harus
menyampaikan aplikasi elektronik melalui situs Direktorat Jenderal Pajak; atau
menyampaikan aplikasi tertulis secara langsung ke kantor pajak atau kantor
konsultasi pajak.Jika memenuhi syarat yang telah disampaikan di atas, SKF akan
diterbitkan dalam 3 hari kerja, jauh lebih cepat dari sebelumnya yaitu 15 hari
kerja.Masa berlaku SKF adalah 1 bulan, dimulai sejak tanggal penerbitan. Masa

5
berlaku dapat diverifikasi melalui situs Direktorat Jenderal Pajak atau kantor pajak
di Indonesia.

Dan didalam dunia perpajakan pasti kita mengetahui tentang surat keterangan
bebas (SKB) pajak. Surat keterangan ini pertama kali muncul dari kebijakan tax
amnesty tahun 2017 lalu atas pembebasan pajak penghasilan (PPh) final atas
pengalihan harta apabila belum dibaliknamakan atas nama wajib pajak terkait.

 Surat Keterangan Bebas Pajak

Surat keterangan bebas pajak merupakan dokumen yang dimiliki wajib pajak
yang memiliki penghasilan dengan tujuan untuk membebaskannya dari potongan
maupun pungutan pajak oleh pemotong/pemungut. Apabila wajib pajak memiliki
surat ini, maka wajib pajak tidak perlu membayar PPh. Dasar hukum dari SKB ini
adalah PP No. 46 tahun 2013 yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan (PPh)
dari penghasilan wajib pajak dapat dibebaskan dari potongan maupun pungutan
PPh oleh pihak lain yang dapat dikreditkan. Namun, terdapat beberapa syarat dan
ketentuan tambahan dari surat keterangan bebas pajak ini.

 Syarat dan Ketentuan Lanjut SKB

Berlandaskan kepada PER-32/PJ/2013, wajib pajak yang memiliki


perederan bruto tertentu dengan pengenaan PPh fnal dapat mengajukan
permohonan pembebasan potongan PPh yang tidak bersifat final ke DJP.

Beberapa syarat yang harus dimiliki oleh wajib pajak sendiri adalah :

a. Telah menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun pajak.

b. Memberikan surat pernyataan dengan tanda tangan wajib pajak maupun


kuasa wajib pajak disertai surat pernyataan terkait penerimaan atau
perolehan bruto usaha masuk kedalam kriteria yang dikenakan PPh final
dan lampiran total peredaran bruto tiap bulan hingga bulan sebelum
pengajuan SKB.

6
c. Memberikan tanda tangan wajib pajak pemohon atau melampirkan surat
kuasa khusus apabila penandatangan bukan wajib pajak terkait.

d. Memiliki surat perintah kerja ataupun surat keterangan pemenang lelang


dari instansi pemerintah atau dokumen pendukung sejenis lainnya.

Output dari pengajuan ini dapat berupa pelolosan surat keterangn bebas pajak atau
surat penolakan permohonan surat keterangan bebas pajak.

 Jenis Pajak Yang Diterbitkan SKB

Perlu dicatat pula, bahwa tidak semua pajak memiliki fasiltas SKB.
Berikut jenis-jenis pajak yang mendapatkan fasilitas surat keterangan bebas
(SKB) pajak:

a. PPh final atas penghasilan wajib pajak dengan perederan bruto tertentu
berdasarkan PP No 46 tahun 2013

b. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) sera kendaraan bermotor

c. PPh final atas bunga deposito, tabungan, diskonto sertifikat Bank


Indonesia sesuai dengan peraturan DJP Nomor PER-01/PJ/2013 pasal 4
ayat 3 huruf g UU PPh

d. Wajib Pajak yang mengalami kerugian fiskal dan diatur dalam DJP PER-
01/PJ/2011

e. PPh final pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau surat
keterangan bebas pajak waris berdasarkan PMK No 243/PMK/03/2008

f. PPh final pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau surat
keterangan bebas pajak waris berdasarkan PMK No 243/PMK/03/2008

g. PPN bagi perwakilan negara asing maupun badan internasional dan


pejabatnya

h. PPN atas buku pelajaran umum, buku pelajaran agama, dan kitab suci

7
i. BKP dan JKP bebas PPN.

 Input SKB dalam Pelaporan

Meskipun mendapatkan SKB pajak dan pengenaan pajak terhadap


barang/jasa dibebaskan, namun wajib pajak tetap harus melakukan pelaporan
terkait barang/jasa terkait dalam pelaporan pajak. Untuk dapat melakukan
proses input SKB dapat dilakukan saat hendak membuat bukti potong pajak.
Wajib pajak dapat menggunakan aplikasi e-bunifikasi Pajakku untuk membuat
bukti potong yang akan terintegrasi dengan sistem DJP secara on-time.

Apabila wajib pajak memiliki SKB, anda dapat dengan mudah


memasukan keterangan SKB berupa nomor surat dan tanggal penerbitan surat
ketika hendak membuat bukti potong. Dengan begitu, barang/jasa anda akan
secara otomatis dibebaskan dari pajak dan pelaporan melalui aplikasi ini akan
secara langsung masuk kedalam data DJP. Tentu dengan menggunakan aplikasi
e-bunifikasi Pajakku akan mendorong efektifitas proses perpajakan perusahaan
dengan efisiensi waktu dan fleksibilitas penggunaan aplikasi yang dapat
digunakan di perangkat manapun.

 Salah Satu Contoh Kasus Pembebasan Pajak

PEMBERIAN PEMBEBASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING DAN
BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA

PP Nomor 47 Tahun 2020

8
Pasal 3

Ayat (1)

Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan


Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing serta
pejabatnya di Indonesia hanya diberikan berdasarkan asas timbal balik, yaitu
apabila kepada perwakilan Indonesia di negara asing tersebut diberikan
pembebasan yang sama. Negara asing yang tidak memberikan pembebasan yang
sama kepada perwakilan diplomatik atau perwakilan konsuler Indonesia di negara
asing tersebut, maka kepada perwakilannya di Indonesia tidak dapat diberikan
pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.

Ayat (2)

Contoh kelaziman internasional antara lain sebagai berikut:

Suatu Badan Internasional melakukan kegiatan dalam suatu proyek di


beberapa negara termasuk Indonesia. Jika disalah satu negara tersebut Badan
Internasional tersebut mendapatkan fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
maka atas Badan Internasional tersebut dapat diberikan fasilitas pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai dengan dasar kelaziman internasional.

Terdapat beberapa peraturan dan kebijakan terkait pemberian pembebasan


pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah kepada perwakilan negara asing dan badan internasional serta
pejabatnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung sektor-sektor penting dan
perusahaan yang beroperasi di berbagai bidang, serta meningkatkan daya saing
pada pasar internasional. Salah satu contoh peraturan tersebut adalah PP Nomor 47
Tahun 2020 tentang Pemberian Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan
Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya.

9
Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa pembebasan pajak dapat
diberikan kepada perwakilan negara asing dan badan internasional serta pejabatnya
yang memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut antara lain adalah bahwa
barang yang diimpor atau diperoleh harus digunakan untuk kepentingan
perwakilan negara asing atau badan internasional, dan tidak digunakan untuk
kepentingan komersial atau kegiatan usaha lainnya. Selain itu, pembebasan pajak
juga hanya diberikan untuk barang tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam hal ini, pembebasan pajak bertujuan untuk mendukung kegiatan


diplomatik dan konsuler, serta meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia
dengan negara-negara lain. Pembebasan pajak juga dapat membantu meningkatkan
daya saing produk Indonesia di pasar internasional, sehingga dapat meningkatkan
ekspor dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Manfaat dari pemberian pembebasan pajak pertambahan nilai atau pajak


pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah kepada perwakilan
negara asing dan badan internasional serta pejabatnya meliputi:

 Meningkatkan hubungan diplomatik dan konsuler: Pembebasan pajak ini


membantu meningkatkan hubungan antara Indonesia dan negara-negara
lain, serta meningkatkan peran Indonesia dalam sistem internasional.

 Mempromosikan produk Indonesia: Pembebasan pajak ini dapat


membantu meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar
internasional, sehingga dapat meningkatkan ekspor dan pertumbuhan
ekonomi nasional.

 Mendorong investasi asing: Pembebasan pajak ini dapat menarik


investasi asing ke dalam negeri, yang dapat mendukung pembangan
infrastruktur dan kreasi ekonomi di Indonesia.

 Membantu wilayah terkait perpajakan: Pembebasan pajak ini dapat


membantu mengurangi beban pajak wilayah terkait perpajakan, sehingga
dapat meningkatkan daya saing dan kemampuan mereka dalam
menjalankan usaha.

10
 Meningkatkan pendapatan negara: Pembebasan pajak ini dapat
meningkatkan pendapatan negara dengan menghasilkan pengadaan pajak
yang sebelumnya.

Secara keseluruhan, pemberian pembebasan pajak pertambahan nilai atau pajak


pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah kepada perwakilan
negara asing dan badan internasional serta pejabatnya memiliki manfaat yang
positif untuk meningkatkan hubungan internasional, mendorong investasi asing,
dan membantu wilayah terkait perpajakan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kasus pembebasan pajak, pemerintah Indonesia telah menyediakan


mekanisme pembebasan pajak untuk mendukung sektor-sektor penting dan
perusahaan yang beroperasi di berbagai bidang, serta meningkatkan daya saing
pada pasar internasional. Pembebasan pajak ini bertujuan untuk mengurangi beban
pajak wajib pajak dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan
usaha.

3.2 Saran

Pemerintah Indonesia harus terus mengembangkan dan menyediakan


mekanisme pembebasan pajak yang lebih efisien dan transparan untuk
memudahkan proses pembebasan pajak bagi wajib pajak.

Pemerintah harus menyelidiki sistem pembebasan pajak yang lebih efisien


dan transparan, sehingga dapat memudahkan proses pembebasan pajak bagi
wajib pajak.

12
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/28938419/Makalah_tentang_pajak

https://www.pajakku.com/read/61c184e71c72eb1eee0cb7ca/Surat-Keterangan-
Bebas-Pajak:-Pengertian-dan-Pelaporan-

https://peraturan.bpk.go.id/Details/144358/pp-no-47-tahun-2020

https://datacenter.ortax.org/ortax/aturan/show/17128

https://www.cekindo.com/id/blog/pembebasan-pajak-indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai