Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAX PLANNING

ASPEK PERPAJAKAN PERUSAHAAN KONTRUKSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Tax Planning

Oleh
Kelompok 1

1. Desi Eka Pratiwi (2016122226)


2. Lailatul Firmanda (2016121332)
3. Mutiara Indah Yohana (2016121331)
4. Tuti Alawiyah (2016122039)
5. Yustinus Zebua (2016121187)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami telah berhasil
menyelesaikan tugas sederhana ini guna memenuhi tugas kelompok untuk materi
Aspek Perpajakan Perusahaan Kontruksi.
Dengan menyadari kemampuan dan keterbatasan yang ada, kami sadar
bahwa dalam penulisan tugas ini, tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, hingga terselesaikannya Tugas Kelompok kami yaitu Tax
Planning mengenai Aspek Perpajakan Perusahaan Kontruksi.
Akhirnya penulis berharap, semoga tugas ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan bagi pembaca pada
khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, 16 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 6
BAB II ...................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ....................................................................................... 7

2.1 Pengetian Pajak....................................................................................................... 7


2.2. Pengetian Yang Berkaitan Dengan Jasa Konstruksi .......................................... 8
2.3 Kewajiban Perpajakan Jasa Konstruksi .............................................................. 9
2.4 Tarif Pajak Untuk Usaha Jasa Konstruksi......................................................... 10
2.5 Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan ............................................................ 12
2.6 Ilustrasi Soal .......................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15


3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang sehingga tidak terlepas dari


berbagai pembangunan infrastruktur, baik itu pembangunan jalan, gedung,
perumahan, sarana dan prasarana lainnya. Proyek-proyek yang ada dalam
konstruksi itu sendiri sebagian diisi oleh proyek pemerintah dan sisanya diperoleh
dari proyek swasta. Dilihat dari perkembangannya, sektor konstruksi tidak saja
berdampak pada kehidupan ekonomi, namun juga berimbas positif bagi kehidupan
sosial masyarakat. Hubungan antar kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat
dapat dilihat dari hasil kerja para pelaku industri konstruksi. Keberadaan berbagai
macam hasil pekerjaan konstruksi seperti sekolah, pusat bisnis, gedung
pemerintahan, jembatan, hingga jalan raya akan menciptakangerak perokonomian
sekaligus penopang kehidupan sosialbudaya sebuah bangsa.

Di sisi lain, apapun bentuk usahanya termasuk di bidang konstruksi atau


jasa, tidak bisa lepas dari pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling
besar, karena APBN sebagian besar dibiayai oleh pajak. Pajak juga memiliki
potensi paling besar setiap tahunnya karena pajak meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik suatu negara.

Dengan kondisi seperti ini, banyak kontraktor-kontraktor yang mulai


menawarkan jasa konstruksinya kepada pemerintah maupun pihak swasta. Mereka
berlomba-lomba untuk mendapatkan tender dari berbagai pihak yang
membutuhkan Jasa Konstruksi, sekaligus menawarkan berbagai pemikiran bentuk
terbaru dari Jasa Konstruksi. Pajak yang dihasilkan oleh Jasa Konstruksi sangat
berperan untuk meningkatkan pemasukan pajak Negara.

Sektor konstruksi merupakan landasan pertumbuhan ekonomi suatu Negara,


berperan dalam menyediakan sarana fisik, sebagai penunjang kesempatan

4
berusaha dan kesempatan kerja, mendorong pertumbuhan sektor lain,
menyumbangkan product domestic brutto, berperan dalam penghematan devisa
dan meningkatkan penerimaan devisa.

Sektor Jasa Konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung
tercapainya pembangunan nasional. Menurut data BPS, kontribusi sektor jasa
konstruksi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2010,
sektor konstruksi mencapai sekitar 10,25 persen dari Produk Domestik Bruto atau
sekitar Rp. 660,89 Triliun, dan menempati peringkat kelima jika dibandingkan
dengan sektor lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengertian pajak ?

Apa saja pengertian yang berkaitan dengan jasa konstruksi ?

Kewajiban perpajakan jasa konstruksi

Berapa tariff pajak untuk usaha jasa konstruksi ?

Pemotongan, penyetoran dan pelaporan

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk :

Memenuhi tugas mata kuliah Tax Planning

Agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas tentang Aspek Perpajakan Perusahan
Konstruksi

Sebagai sarana penambah wawasan bagi mahasiswa dan seluruh pembaca

5
1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan


penulis dan pembaca tentang Aspek Perpajakan Perusahaan Konstruksi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Pajak

Menurut Soeparman Soemahamidjaja pajak adalah iuran wajib yang berupa


uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.(Waluyo, 2011: 2)

Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011: 1). Definisi lain
mengenai pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk pembiayaan pengeluaran rutin dan surplusnya yang digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk menbiayaan public investment.

Menurut S.I Djajadiningrat pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan


sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara angsung, untuk
memelihara kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2010: 1).

Menurut N.J Feldmann pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum), tanpa adanya kontra prestasi dan semata-mata digunakan untuk menuntut
pengeluaranpengeluaran secara umum.(Siti Resmi, 2011: 2)Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dan

7
tidak mendapatkan prestasi-prestasi kembali yang secara langsung dapat ditunjuk.
2.2. Pengetian Yang Berkaitan Dengan Jasa Konstruksi

Sebelum membahas lebih dalam tentang bagaimana perpajakan yang terjadi


dalam usaha jasa konstruksi, akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian
yang berkaitan dengan jasa konstruksi, sebagai berikut:

 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan


konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultansi pengawasan konstruksi.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
 Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa
konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan fisik lain.
 Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi
yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan
perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement
and construction) serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan (design and build).
 Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa
konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.

8
Termasuk di dalam kelompok jasa ini adalah jasa penilai.
 Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu
kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian di atas, usaha jasa konstruksi dibagi menjadi tiga


kelompok yaitu

1. jasa perencanaan konstruksi,


2. jasa pelaksanaan konstruksi dan
3. jasa pengawasan konstruksi.

2.3 Kewajiban Perpajakan Jasa Konstruksi

Dalam ketentuan perpajakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.


51 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/PMK.03/2008
tentang Tatacara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan dan Penatausahaan Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi. Jasa kontruksi adalah
layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi.

Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap
yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia Jasa adalah orang pribadi
atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan
layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi
dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi
adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa konstruksi secara
keseluruhan. Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak

Penghasilan yang bersifat final. Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final :
(a) 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan kualifikasi usaha kecil;

9
(b) 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

(c) 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;

(d) 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan


Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha;
dan

(e) 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi


yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

2.4 Tarif Pajak Untuk Usaha Jasa Konstruksi

Dalam Pasal 3 PP 51/2008 stdd PP 40/2009, besar tarif pajak untuk usaha jasa
konstruksi dibedakan menjadi dua bagian yaitu usaha jasa konstruksi yang
memiliki klasifikasi usaha dan yang tidak memiliki klasifikasi usaha.

 Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Usaha Klasifikasi Usaha Tarif

2% dari penerimaan pembayaran


Kecil
Pelaksanaan tidak termasuk PPN
Konstruksi 3% dari penerimaan pembayaran
Menengah dan Besar
tidak termasuk PPN

Perencanaan dan Kecil, Menengah 4% dari penerimaan pembayaran


Pengawasan dan Besar tidak termasuk PPN

 Tidak Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Usaha Tarif

10
Bentuk Usaha Tarif

4% dari penerimaan pembayaran tidak termasuk


Pelaksanaan Konstruksi
PPN

Perencanaan dan 6% dari penerimaan pembayaran tidak termasuk


Pengawasan PPN

Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu bahkan dibagi ke
dalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan besar. Menurut Peraturan LPJK
Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan tersebut didasarkan pada apa yang
disebut grade yaitu tingkat kemampuan atau kompetensi dari si kontraktor, seperti
tampak pada tabel berikut:

Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan

Pengusaha perorangan dan


Kecil K3 1 Rp0 - Rp100 Juta
badan usaha

Rp100 Juta – Rp300 Pengusaha perorangan dan


Kecil K2 2
Juta badan usaha

Rp300 Juta – Rp600 Pengusaha perorangan dan


Kecil K1 3
Juta badan usaha

Rp600 Juta – Rp1 Pengusaha perorangan dan


Kecil 4
Miliar badan usaha

Rp1 Miliar – Rp10


Menengah M 5 Badan usaha
Miliar

Rp1 Miliar – Rp25


Besar B2 6 Badan usaha
Miliar

Rp1 Miliar – tidak Badan usaha (termasuk


Besar B1 7
dibatasi asing)

11
2.5 Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan

Adapun terkait dengan tata cara pemotongan, penyetoran, pelaporan, dan


penatausahaan
pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 187/PMK.03/2008 sebagaimana telah
diubah dengan PMK No. 153/PMK.03/2009.

Pajak penghasilan dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal
pengguna jasa merupakan pemotong pajak. Apabila pengguna jasa adalah badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap atau wajib pajak
orang pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, maka akan
dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan termin.

Sementara itu, apabila pengguna jasa bukan merupakan pemotong PPh, maka
kontraktor selaku pemberi jasa dan penerima penghasilan wajib menyetorkan
sendiri PPh Final yang terutang tersebut.

Pembayaran PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat pada
tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa
atau tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh
pemberi jasa.

Sementara, pelaporan PPh Final bagi pengguna dan pemberi jasa harus dilakukan
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh atau
bulan diterimanya pembayaran atas jasa konstruksi.

2.6 Ilustrasi Soal

12
Fa. Kahyangan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi
dan berkualifikasi usaha kecil. Di tahun 2008, perusahaan menerima kontrak
sebagai berikut.

a. Pelaksanaan konstruksi prototipe rumah tahan gempa senilai Rp


565.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp. 135.000.000,00.
Kontrak ditandatangani di tanggal 3 Februari, diserahterimakan dan
diterima pembayaran atasnya di tanggal 7 Mei.

b. Perencanaan konstruksi atas proyek jembatan antar pulau, dengan nilai


kontrak senilai Rp 1.265.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp.
420.000.000,00. Kontrak ditandatangani di tanggal 5 Maret, hasil
perencanaan diserahterimakan dan diterima pembayaran atasnya di tanggal
9 Juli.

c. Pelaksanaan konstruksi bandar udara internasional, dengan nilai kontrak


Rp 376.500.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp.
25.350.000.000,00. Kontrak ditandatangani di tanggal 1 September,
direncanakan untuk diserahterimakan paling lambat tanggal 31 Desember
2012.

Atas berbagai kontrak tersebut, pajak apakah yang dikenakan dan berapa
besarannya?

Jawaban :

a. Berlaku pajak final sesuai ketentuan pasal 10 PP No. 40 Tahun 2009,


sebab nilai kontrak tidak mencapai Rp 1.000.000.000,00 dan perusahaan
berkualifikasi usaha kecil.

PPh final = 2% x 565.000.000

= Rp 11.300.000,00

b. Berlaku pajak tidak final sesuai ketentuan PPh 23 UU No. 17 Tahun 2000,
sebab nilai kontrak telah melebihi Rp 1.000.000.000,00.

13
PPh 23 = 15% x 420.000.000

= Rp 63.000.000,00

c. Berlaku pajak final sesuai ketentuan PP No. 51 Tahun 2008

PPh final = 2% x 376.500.000.000

= Rp 7.530.000.000,00

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan


konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap
yang memerlukan layanan jasa konstruksi

3.2 Saran

Berdasarkan pada hasil dan keterbatasan makalah, maka saran yang


diberikan yaitu, agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang Aspek Perpajakan
Perusahaan Konstruksi bagi mahasiswa maupun kepada pembaca

15
DAFTAR PUSTAKA

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang Perpajakan


Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Kieso, Weygandt, and Warfield. 2010. “Intermediate Accounting IFRS Edition”.
New York: Wiley and Sons.
Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/905/slug/aspek-perpajakan-kegiatan-usaha-
jasa-konstruksi
https://www.online-pajak.com/5-hal-penting-terkait-pph-jasa-konstruksi-yang-
harus-anda-pahami
Newsletter Russell Bedford SBR. Edisi No. 10, 2017

16

Anda mungkin juga menyukai