Anda di halaman 1dari 54

ANALISA PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PERUMDA PASAR JAYA BAGIAN

DIVISI PERKULAKAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Nama : Zandy Keinziro Sitorus

NIM : 17110153

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PETIWI BEKASI 2020


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan anugerah-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian skripsi ini tepat pada waktunya.

Proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh motivasi dan lingkungan kerja

terhadap kinerja karyawan” ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar kesarjanaan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiwi. Pada

kesempatan yang baik ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah

memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

penelitian proposal skripsi ini, terutama kepada:

1. Aa

2. Aa

3. Aa

Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik

bentuk, isi maupun teknik penyajiannya.Oleh sebab itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka

serta sangat diharapkan. Semoga kehadiran skripsi ini memenuhi sasarannya.

Jakarta, ......

Zandy Keinziro Sitorus

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Batasan Masalah.............................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,


HIPOTESIS................................................................................................7
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................7
2.1.1 Grand Theory ( Agency Theory)................................................7
2.1.2 Pengertian Pajak.......................................................................8
2.1.3 Fungsi Pajak.............................................................................9
2.1.4 Pengelompokan Pajak............................................................10
2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak.......................................................12
2.1.6 Cara Pemungutan Pajak..........................................................12
2.1.7 Asas Pemungutan Pajak.........................................................14
2.1.8 Tarif Pajak..............................................................................16
2.1.9 Sejarah Pajak Pertambahan Nilai...........................................17
2.1.10 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai....................................21
2.1.11 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai...............................21
2.1.12 Legal Karakter Pajak Pertambahan Nilai.............................22
2.1.13 Subjek Pajak Pertambahan Nilai..........................................22
2.1.14 Obyek Pajak Pertambahan Nilai...........................................24
2.1.15 Barang Dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak......................24
2.1.16 Dasar Pengenaan Pajak (DPP).............................................26
2.1.17 Tarif Pajak Pertambahan Nilai.............................................27
2.1.18 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).......................28
2.1.19 Faktur Pajak.........................................................................29

ii
2.1.20 Jenis Jenis Faktur Pajak........................................................30
2.1.21 Fungsi Faktur Pajak..............................................................31
2.1.22 E-Faktur................................................................................31
2.1.23 Dasar Hukum Pembuaan E-Faktur.......................................33
2.1.24 Surat Setoran Pajak (SSP)....................................................33
2.1.25 Surat Pemberitahuan (SPT)..................................................34
2.1.26 Mekanisme Pemungutan PPN..............................................34
2.1.27 Penyetoran, Pelaporan, dan Sanksi PPN..............................36
2.2 Kerangka Pemikiran.....................................................................37
2.3 Daftar Penelitian Terdahulu.........................................................38

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................48


3.1 Objek dan Waktu Penelitian.........................................................48
3.1.1 Objek Penelitian........................................................................48
3.1.2 Waktu Penelitian.......................................................................48
3.2 Tipe dan Dasar Penelitian.............................................................49
3.3 Teknik Pengumpulan Data...........................................................49
3.4 Teknik Analisis Data....................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................51

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi Perekonomian yang terjadi di Indonesia saat ini semakin maju dan

berkembang, dalam hal ini upaya pemerintah untuk semakin menekankan kepada

setiap badan usaha, wajib untuk taat dan patuh terhadap Undang – Undang

Perpajakan yang berlaku pada saat ini. Negara kita merupakan salah satu negara

yang sedang berkembang dan pemerintah memerlukan sumber penerimaan yang

cukup besar untuk dapat membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin,

dan pengeluaran pembangunan yang berada di pusat pemerintahan bahkan yang

berada di daerah.

Untuk menunjang hal itu, pemerintah senantiasa berupaya untuk

meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor perpajakan. Salah satu tindakan

yang dilakukan yaitu dengan melakukan berbagai upaya pembaharuan di bidang

perpajakan termasuk dalam meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk mau

melaksanakan atau melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan pembaharuan sistem

perpajakan adalah dengan beralihnya sistem perpajakan terdahulu official

assessment system dimana penetapan besarnya pajak yang menjadi kewajiban

pajak adalah wewenangan sepenuhnya dari petugas pajak (fiskus), menjadi sistem

perpajakan yang digunakan di era sekarang ini yaitu self assessment system. Self

assessment system merupakan sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak

1
diberikan kepercayaan penuh oleh Direktorat Jendral Pajak dan memudahkan

wajib pajak untuk menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak

yang terutang sesuai dengan peraturan perundang – undangan

“Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

pembayaran pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2018:3)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-

faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan

dan memperdagangkan barang atau dalam memberikan jasa. Undang – undang

pajak merupakan undang – undang yang mengatur para wajib pajak dan fiskus

untuk melakukan kewajibannya. Sesuai dengan namanya Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) hanya dikenakan atas pajak pertambahan nilai yang timbul pada setiap

penyerahan barang atau jasa pada suatu mata rantai produksi. Tarif Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak

maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam

pelaksanaannya tidak ada penggolongan dengan tarif yang berbeda (Lalujan,

2013). Semua orang orang pribadi atau badan, dalam bentuk apapun, yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa

dari luar daerah pabean adalah Pengusaha.

2
Terungkapnya kasus faktur pajak fiktif yang di lakukan PT. Gemilang

Sukses Garmindo yang sangat merugikan negara sebersar 27 Miliar. Kepala

Kantor Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat Erna Sulistiyowati menjelaskan,

indikasi fraud atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak ini di

temukan dari sitem pengawasan terintegrasi. Perusahaan di tuduh melanggar

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan lantaran menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai atau PPN

menggunakan faktur pajak tidak berdasarkan transaksi sebenarnya.

Potensi kerugian tersebut sudah termasuk denda sebesar 400% yang di

kenakan akibat ulah nakal perusahaan. Selain tak melaporkan SPT sesuai transaksi

sebenarnya, perusahaan juga memohon restitusi PPN untuk memperoleh

keuntungan. Sehingga kami juga menyelamatkan 9 Miliar dari usaha percobaan

restitusi yang sempat dilakukan perusahaan tersebut ucap Erna. Asisten Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Negeri DKI Jakarta Siswanto menyebut,

pihaknya akan segera menindaklajuti kasus ini. Perusahaan yang bergerak di

bidang garmen dijatuhi hukuman usai diproses dalam persidangan. Adapun

hukuman yang diberikan kepada wajib pajak badan hanya akan beruoa denda.

Hukuman tersebut termuat dalam pasal 39A Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Denda yang dikenakan pada

pelanggar paling sedikit 2 kali dan paling banyak 6 kali dari jumlah pajak dalam

faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan bukti setoran

pajak.

3
(https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/5e9a495d1dd30/kasus-faktur-pajak-

fiktif-penerimaan-negara-nyaris-hilang-rp-27-m)

Berdasarkan permasalahan studi kasus diatas terdapat penelitian terkait

yang telah dilakukan (Darmayanti, 2014) berhububungan dengan Pajak yang

berjudul “Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada CV. Sarana

Teknik Kontrol Surabaya” dapat disimpulkan bahwa perusahaan masih belum

sesuai dengan undang - undang perpajakan, sehingga laba yang diperoleh lebih

sedikit karena tarif pajak yang terlalu besar.

Untuk itu berdasarkan permasalahan diatas, Penulis tertarik untuk memilih

topik tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Perumda Pasar Jaya. Perumda

Pasar Jaya sendiri, merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang

bergerak di bidang perpasaran, perkulakan, retail, dan distribusi . Ruang lingkup

bisnis perusahaan meliputi usaha penyewaan lapak untuk pedagang,

logistik/pergudangan, perdagangan komoditi pangan, pasar rakyat, dan usaha

eceran. Oleh karena itu, Perumda Pasar Jaya tentu mempunyai kewajiban dalam

bidang perpajakan. Bedasarkan penuturan di atas maka penulis mengambil judul

“ANALISA PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI DI PERUMDA PASAR JAYA BAGIAN DIVISI

PERKULAKAN

1.2 Batasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi dengaan mekanisme

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai tahun 2018-2020

4
di divisi perkulakan Perumda Pasar Jaya sudah sesuai kaidah perpajakan UU

Perpajakan No 42 Tahun 2009.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

 Bagaimana perhitungan PPN Perumda Pasar Jaya, dalam

menentukan besaran PPN terutang di tahun 2018-2020?

 Bagaimana cara penyetoran PPN terutang Perumda Pasar Jaya di

tahun 2018-2020?

 Bagaimana cara pelaporan yang di lakukan Perumda Pasar Jaya di

tahun 2018-2020?

 Apakah Perumda Pasar Jaya telah melakukan prosedur perhitungan,

penyetoran, dan pelaporan PPN sesuai dengan UU No 49 Tahun

2009 tentang kaidah perpajakan yang berlaku di Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian tersebut

adalah :

 Untuk mengetahui perhitungan PPN terutang Perumda Pasar Jaya

sudah sesuai dengan kaidah perpajakan

 Untuk mengetahui penyetoran PPN terutang Perumda Pasar Jaya

sudah sesuai dengan kaidah perpajakan

5
 Untuk mengetahui pelaporan PPN terutang Perumda Pasar Jaya

sudah sesuai dengan kaidah perpajakan

 Untuk mengetahui apakah Perumda Pasar Jaya sudah mengikuti

kaidah perpajakan dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan

PPN

1.5 Manfaat Penelitian

 Bagi peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan teori-teori,

terutama mengenai PPN, yang telah didapatkan selama kuliah

untuk diterapkan pada kondisi yang nyata.

 Bagi perusahaan

Hasil ini dapat dijadikan sebagai kajian dan masukan

untuk mengevaluasi penghitungan, penyetoran, dan

pelaporan PPN di perusahaan tersebut.

 Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk

memperluas wawasan mengenai PPN.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Grand Theory ( Agency Theory)

Agency theory merupakan gambaran hubungan antara pihak yang

memiliki wewenang yakni principal dengan agent yang diberikan wewenang.

Teori ini juga dapat dilihat sebagai suatu model kontraktual antar duat atau lebih

pihak, yaitu dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain di sebut

principal

Jensen dan Meking (1976) menartikan bahwa teori keagenan adalah suatu

kontrak di bawah satu atau lebih yang melibatkan agent untuk melaksanakan

beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang

pengambilan keputusan kepada agent.

Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat

terjadi dalam hubungan keangenan. Menurut Eisendent (1989) dalam jurnal Ernati

(2009), Pertama adalah masalah keagenan yang muncul pada saat keinginan -

keinginan atau tujuan – tujuan principal dan agent saling berlawanan dan

merupakan hal yang sulit bagi principal untuk melakukan verifikasi apakah agent

telah melakukan sesuatu dengan tepat. Kedua, masalah pembagian dalam

menangung risiko yang timbul dimana principal dan agent memiliki sikap yang

7
berbeda terhadap risiko. Inti dari hubungan tersebut adalah didalam hubungan

keagenan tersebut terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan ( pihak

principal) yaitu pemegang saham dengan pihak pengendalian ( pihak agent) yaitu

manajer yang mengelola perusahaan.

2.1.2 Pengertian Pajak

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat (1), Pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Menurut Mardiasmo (2018:3) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan Undang- Undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung

dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Sumarsan (2017:3) pajak adalah iuran kepada negara yang

terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut perarturan – perarturan dengan

tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan

tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan menurut

Sumarsan (2017:4) pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke

sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa mendapat imbalan

8
yang langsung dan proposional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-

tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Dari definisi pajak dari berbagai ahli diatas, menunjukan bahwa pajak

yang dipungut pada prinsipnya adalah sama, yakni wajib pajak diminta untuk

menyerahkan sebagian harta atau kekayaan yang dimiliki sebagai kontribusi untuk

membiayai keperluan barang dan jasa dalam rangka kesejahteraan dan

pembangunan negara bagi kepentingan bersama.

2.1.3 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran,

termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka fungsi pajak

menurut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah sebagai berikut :

 Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan

tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara

membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan

pajak.

 Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa

9
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam

rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun

luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.

 Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga

sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara

lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,

pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

 Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk

membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan

kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

2.1.4 Pengelompokan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:7) pajak dapat di kelompokan menjadi 3

kelompok sebgaimana berikut ini :

 Menurut Golongannya

a.Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

10
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

 Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah

 Menrut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Meterai

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang di pungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

2.1.1 Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

2.1.2 Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak

Restoran,, dan Pajak Hiburan.

11
2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan

hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memiliki syarat

sebagai berikut :

 Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yaitu mencapai keadilan, undang-undang

mupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil.

 Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara

maupun warganya.

 Tidak Mengangu Perekonomiannya (Syarat Ekonmis)

Pemungutan tidak boleh mengangu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

 Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari

hasil pemungutannya.

 Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Sistem ini akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakan nya.

2.1.6 Cara Pemungutan Pajak

12
Menurut Mardiasmo (2018) Tata cara pemungutan pajak terdiri dari 2,

berikut 2 cara pemungutan pajak di indonesia :

 Stesel Pajak

a. Stesel Nyata, yaitu pengenaan pajak didasarkan pada objek, sehingga

pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah

penghasilan sesungguhnya di ketahui.

b. Stesel Anggapan, yaitu pengenaan pajak didasarkan pada suatu

anggapan yang di atur oleh undang-undang.

c. Stesel Campuran, yaitu stesel ini merupakan kombinasi antara stesel

nyata dan stesel anggapan.

 Sistem Pemungutan Perpajakan

a. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang

berwewenang atas penentuan besarnya pajak yang dipungut dari wajib

pajak adalah pemerintah, sehingga yang menghitung dan menagih

besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak adalah fiskus

(pemerintah)

b. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung,

melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan menyetorkan

pajaknya sendiri ke kas negara.

c. Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong dan memungut

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

13
2.1.7 Asas Pemungutan Pajak

Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam memungut pajak,

institusi pemungut pajak hendaknya memerhatikanberbagai faktor yang

selanjutnya dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini di

sajikan berbagai asas pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi.

 Adam Smith

a. Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai

dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak.

b. Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang,

sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

c. Convinience Of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat

bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak

baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima

hadiah.

d. Eficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin,

jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil

pemungutan pajak.

 W.J Langen

a. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus bedasarkan

besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan

maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.

b. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

14
c. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

d. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang

satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama

(diperlakukan sama).

e. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan

sekecil-kecilnya jika dibandikan dengan nilai objek pajak sehingga

tidak memberatkan para wajib pajak.

 Adolf Wagner

a. Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya

memadai sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan

negara.

b. Asas Ekonomi, penentuan objek pajak harus tepat, misalnya pajak

pendapatan, pajak unutj barang-barang mewah

c. Asas Keadilan, pungutab pajak berlaku secara umum tanpa

diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlaukan sama pula.

d. Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan ( kapan,

dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaiman cara

membayarnya), dan besarnya biaya pajak.

e. Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang

 Mardiasmo

15
a. Asas Domisili, yaitu negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

pengahasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik

penghasilan dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib

pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber, yaitu negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan

yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal

wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan, yaitu pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara.

2.1.8 Tarif Pajak

Menurut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tarif pajak adalah dasar

pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak

biasanya berupa persentase (%). Dasar pengenaan pajak adalah nilai berupa uang

yang dijadikan untuk menghitung pajak yang terutang. Secara struktural menurut

tarif pajak dibagi dalam 4 jenis yaitu :

a. Tarif proporsional (a propotional tax rate structure), yaitu tarif pajak

yang persentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan

pajak

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

b. .Tarif regresi (a regresive tax rate structure), yaitu tarif pajak akan

selalu tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan

16
c. Tarif progresif (a progresive tax rate structure), yaitu tarif pajak akan

semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak

Contoh : Pajak Penghasilan

d. Tarif degresif (a degresive tax rate structure), yaitu kenaikan

persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan

pajaknya semakin meningkat.

Tarif pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif

progresif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang - Undang Pajak

Penghasilan. Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif proposional

yaitu 10%.

2.1.9 Sejarah Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pungutan yang dikenakan

dalam setiap proses produksi maupun distribusi. Pemungutan PPN ini diatur

dalam Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Nama resmi UU PPN adalah Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah.

Dalam UU PPN ditetapkan, pihak yang menangung beban pajak adalah

konsumen akhir atau si pemebeli. Oleh karena itu, sebagai bukti bahwa PPN

merupakan kewajiban seorang pembeli, setiap melakukan transaksi pembelian

17
suatu barang, penjual akan memberikan faktur pajak. Pemebeli bisa menemukan

nilai pajak yang dipotong penjual melalui faktur pajak tersebut.

Sebelum ditetapkan sebagai pajak pertambahan nilai, ternyata terdapat

beberapa model pemungutan pajak serupa dan peraturan perundang-undangan

yang mengaturnya. Dan berikut ini perjalanan panjang pemungutan di Indonesia

dari waktu ke waktu

 Pajak Pembangunan I

Sebelum adanya PPN, pemerintah secara resmi mengadakan pemungutan

Pajak Pembangunan I (PPb I) pada 1 Juli 1947. Pajak ini dikenakan atas

usaha rumah makan, penginapan dan penyerahan jasa di rumah makan.

Sebelumnya, PPb I berstatus pajak pusat, namun sejak tahun 1957 berubah

menjadi pajak daerah.

 Pajak Peredaran Tahun 1950

Pengenaan pajak peredaran berdasarkan atas penyerahan barang dan jasa

yang dilakukan di Indonesia. Pemungutan pajaknya dilakukan secara

berjenjang pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi. Pajak

Peredaran berlaku sejak 1 Oktober 1951. Tarif yang digunakan untuk

pajak peredaran adalah 2,5%. Undang-Undang yang mengatur Pajak

Peredaran adalah Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pajak Peredaran. Namun, pemungutan pajak peredaran ini tidak

berlangsung lama dan tergantikan dengan pajak penjualan.

 Pajak Penjualan

18
Seperti telah disebutkan pada poin sebelumnya, pajak peredaran yang

diatur dalam Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951 tentang

Pajak Peredaran tidak berlangsung lama. Selanjutnya, pajak peredaran

digantikan dengan pajak penjualan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 1953 tentang Penetapan “Undang-Undang Darurat

Nomor 19 Tahun 1951 tentang Pemungutan Pajak Penjualan” (Lembaran-

Negara Nomor 94 Tahun 1951) Undang-Undang inilah yang kemudian

menjadi dasar hukum pemungutan pajak penjualan yang dikenal dengan

Pajak Penjualan 1951.

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Penjualan 1951 akhirnya direformasi dengan munculnya Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah. Undang-Undang yang mengatur tentang

PPN dan PPnBM tersebut akhirnya disahkan pada 1 April 1985. Sejak

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 ditetapkan, hingga saat ini sudah

ada tiga kali perubahan UU PPN di Indonesia. Dan terjadi beberapa

perubahan UU PPN kedua dan ketiga di indonesia, berikut penjelasan nya

o Perubahan kedua

Setelah perubahan pertama pada 1983, UU PPN mengalami

perubahan kedua yang disebut sebagai Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Ada pun sasaran

19
yang ingin diwujudkan dari perubahan kedua UU PPN tersebut

adalah menciptakan sistem perpajakan yang lebih adil, sederhana,

dan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat serta dapat

mengamankan dan meningkatkan penerimaan negara.

o Perubahan ketiga

Perubahan UU PPN ketiga adalah Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Hingga tahun 2018, undang-

undang ini masih digunakan dan belum ada rencana untuk direvisi.

Tujuan dilakukannya perubahan ketiga UU PPN ini adalah untuk

semakin meningkatkan kepastian hukum dan keadilan,

menciptakan sistem perpajakan yang lebih sederhana, serta

mengamankan penerimaan negara agar pembangunan nasional

dapat dilaksanakan secara mandiri.

2.1.10 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut UU No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah

pajak yang dikenakan atas penyerahan barang kena Pajak ataupun Jasa Kena

Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha pajak.

Pajak Pertambahan Nilai atau Value Added Tax merupakan pajak

penjualan yang dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada setiap

20
transaksi. Nilai tambah adalah setiap tambahan yang dilakukan oleh penjual atas

barang atau jasa yang dijual, karena pada prinsipnya setiap penjual mengehendaki

adanya tambahan tersebut yang bagi penjual merupakan keuntugan.

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung, yang pada akhirnya

dikenakan kepada konsumen terakhir dari barang dan jasa kena pajak. Sedangkan

mekanisme pengenaan PPN dilakukan oleh pengusaha kena pajak, dengan

melakukan pemungutan, perhitungan, pembayaran, dan melaporkan PPN pada

setiap transaksi pada setiap bulan nya.

2.1.11 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Dasar hukum dari penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia adalah

Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang disebut Undang-undang

Pajak Pertambahan Nilai 1984. Penyebutan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983

dengan nama Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 diatur dalam Pasal

20 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983.

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 yang berlaku 1

April 1985 adalah Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 1994 (berlaku 1 Januari

1995), Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 (berlaku 1 Januari 2001), dan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (berlaku 1 Januari 2010).

2.1.12 Legal Karakter Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggantikan peranan Pajak Penjualan

(PPn) di Indonesia karena PPN mempunyai beberapa karakter positif yang tidak

21
dimiliki oleh PPn. Legal karakter PPN Indonesia yang dapat dirinci dan diuraikan

sebagai berikut :

 Pajak Tidak Langsung

 Pajak Objektif

 Multi Stage Levy

 Non Cumulative

 Indirect Substraction/credit/invoice method

 Tarif Tunggal

 Pajak atas konsumsi dalam negeri

 Consumption type VAT

2.1.13 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang disebut sebagai subjek

PPN ialah orang pribadi dan badan, yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan, melakukan kegiatan penyerahan dan menerima Barang/Jasa Kena

Pajak (BKP/JKP). Hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya seluruh orang bisa

diartikan sebagai subjek PPN atau lebih tepatnya semua orang dalam lingkup

wilayah Indonesia, merupakan subjek PPN.

Semua orang bisa dikatakan sebagai subjek PPN dikarenakan sifat PPN

yang merupakan pajak objektif, dimana munculnya kewajiban pajak di bidang

ditentukan oleh adanya objek pajak, yaitu seperti keadaan, peristiwa, atau

perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak. Jadi, PPN tidak membedakan

tingkat kemampuan konsumen dalam pengenaan pajaknya.

22
Menurut Resmi (2015:5) merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak

yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak

ketiga. Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan

melaporkan PPN terdiri atas:

 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan melakukan ekspor

BKP Berwujud/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud/Jasa Kena Pajak.

 Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak.

 Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak

berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah

 Orang Pribadi atau Badan yang melakukan impor Barang Kena Pajak.

 Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penjualan barang yang menurut

tujuan semula tidak untuk dijual.

2.1.14 Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2018: 323) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

 Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan

oleh Pengusaha

 Impor Barang Kena Pajak

 Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha

23
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

di dalam Daerah Pabean

 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean

 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

 Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

2.1.15 Barang Dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak

Menurut landasan hukum yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor

42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, ada beberapa barang dan jasa yang tidak di kenakan pajak dan dasar

hukum yang mengantur barang dan jasa yang tidak dikenakan pajak bedasarkan

Pasal 4A UU PPN dan PPnBM adalah sebagai berikut :

Dalam regulasi ini, yang termasuk dalam barang tidak kena pajak pertambahan

nilai ada empat.

 Barang hasil tambang atau hasil pengeboran yang secara langsung diambil

dari sumbernya.

 Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan khalayak luas.

 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

warung dan sejenisnya yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.

 Uang, emas batangan dan surat berharga

24
Untuk bagian jasa, berikut jasa yang tidak dikenai PPN atas operasionalnya di

Indonesia.

 Jasa pelayanan kesehatan medis.

 Jasa pelayanan sosial.

 Jasa pengiriman surat dengan perangko.

 Jasa keuangan.

 Jasa asuransi.

 Jasa keagamaan.

 Jasa pendidikan.

 Jasa kesenian dan hiburan.

 Jasa penyiaran yang tidak bersifat advertising atau iklan.

 Jasa angkutan umum (di darat dan air serta jasa angkutan udara dalam

negeri yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri).

 Jasa tenaga kerja.

 Jasa perhotelan.

 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam hal operasional pemerintahan.

 Jasa penyediaan tempat parkir.

 Jasa telepon umum dengan uang logam.

 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.

 Jasa katering.

2.1.16 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

25
Menurut Undang- Undang No 42 tahun 2009, Dasar Pengenaan Pajak

(DPP) adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai impor atau nilai

ekspor atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai

sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu

adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang meliputi sebagai berikut :

 Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta

atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak

termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984

dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

 Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta

atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor

JKP, atau ekspor BKP tidak terwujud, tetapi tidak termasuk pajak

pertambaha nilai yang dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984 dan

potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

 Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, yang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta eksportir

 Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea

masuk ditambah pungutan lainya yang dikenakan berdasarkan ketentuan

dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor BKP, tidak

termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang PPN

26
 Nilai lain yang ditetapkan sebagai DPP adalah nilai berupa uang yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai dasar perhitungan PPN

2.1.17 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Dalam UU No.42 tahun 2009 pasal tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

antara lain :

 Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%

 Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dirubah menjadi

paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

 Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas

o ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

o ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

o ekspor Jasa Kena Pajak

2.1.18 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Mardiasmo (2018: 336) cara menghitung Pajak Pertambahan

Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai

(10% atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak) dengan Dasar Pengenaan Pajak.

27
Menurut Undang- Undang No 42 tahun 2009 menjelaskan bahwa ada

beberapa contoh untuk perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai

berikut :

 Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga

Jual Rp25.000.000,00. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x

Rp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00, Pajak Pertambahan Nilai sebesar

Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh

Pengusaha Kena Pajak A

 Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan

memperoleh Penggantian Rp20.000.000,00. Pajak Pertambahan Nilai yang

terutang = 10% x Rp20.000.000,00 = Rp2.000.000,00. Pajak Pertambahan

Nilai sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang

dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.

 Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan

Nilai Impor Rp15.000.000,00. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut

melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp15.000.000,00 =

Rp1.500.000,00

 Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan

Nilai Ekspor Rp10.000.00,00. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang =

0% x Rp10.000.000,00 = Rp0,00. Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp0,00

tersebut merupakan Pajak Keluaran.

2.1.19 Faktur Pajak

28
Faktur pajak merupakan dokumen utama dalam proses pemungutan PPN.

Dalam sejarahnya, faktur pajak pertama kali diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 432/KMK.04/1984. Faktur pada tahun 1984 hanya terdapat satu

jenis dan diisi secara manual. Pada tahun 1985 diterbitkan juga faktur pajak

sederhana untuk Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan secara

eceran dan berupa barang yang sudah jadi. Faktur pajak sederhana digunakan

sampai tahun 2012 lalu peraturannya dicabut. Sehingga sekarang hanya ada faktur

pajak standar rupiah dan faktur pajak mata uang asing.

Menurut Undang- Undang No 42 Tahun 2009, pengertian dari faktur

pajak itu adalah bukti dari pungutan pajak,  yang dibuat oleh pengusaha

kena pajak (PKP) sebagai bagian dari kewajiban wajib pajak untuk melakukan

penyerahan jasa kena pajak (JKP), atau penyerahan barang kena pajak (BKP).

Dengan kata lain, faktur pajak menjadi bagian dari tanggungan pengusaha

kena pajak yang harus diserahkan kepada dinas perpajakan. Agar terjadi

transparansi dalam bidang perpajakan dan tidak terjadi penggelapan pajak.

Sebelum menjadi wajib pajak yang dikenai kewajiban untuk menyerahkan

faktur pajak, maka seorang pengusaha harus terlebih dahulu dikukuhkan oleh

pihak Direktorat Jendral Pajak. Setelah itu PKP atau Pengusaha Kena Pajak yang

telah dikukuhkan secara otomatis dikenai kewajiban untuk membayar Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

2.1.20 Jenis Jenis Faktur Pajak

29
 Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha

Kena Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa

kena pajak, dan atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang

mewah

 Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP

ketika melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena

pajak dari PKP lainnya

 Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah

terbit sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan

pengisian NPWP. Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya

 Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang

meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena

pajak atau jasa kena pajak yang sama selama satu bulan kalender

 Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan

identitas pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat

oleh PKP Pedagang Eceran

 Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap,

jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam

pengisian kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan

dengan membuat faktur pjak pengganti

30
 Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan

adanya pembatalan transaksi. Pembatalan juga harus dilakukan ketika ada

kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak

2.1.21 Fungsi Faktur Pajak

Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP. Dengan adanya faktur pajak maka

PKP memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran, pemungutan hingga

pelaporan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Faktur pajak dapat dibetulkan. Jadi jika PKP melakukan suatu kesalahan

dalam proses pengisian, maka PKP dapat melakukan pembetulan. Jika tidak

dilakukan pembetulan sama sekali, maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada

saat auditor memeriksa pajak PKP.

2.1.22 E-Faktur

Untuk menanggulangi terjadinya praktek faktur pajak fiktif, pada tahun

2013 Direktur Jenderal Pajak membuat E-tax Invoice (e-faktur) yaitu sebuah

aplikasi elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktur Jenderal

Pajak yang digunakan untuk membuat faktur pajak. Penggunaan aplikasi e-faktur

dilakukan secara bertahap oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Proses

pemberlakuan e-faktur dimulai dengan kegiatan registrasi ulang (regul) yang

dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak seluruh Indonesia terhadap semua PKP

terdaftar.

31
Kegiatan registrasi ulang ini diatur dalam PER-05/PJ/2012. Regul

bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan penertiban administrasi pengawasan

terhadap PKP. Berdasarkan data DJP tahun 2011 terdapat 870.000 PKP terdaftar.

Dalam kegiatan regul PKP diberi kesempatan dalam batas waktu yang telah

ditentukan untuk segara melakukan registrasi ulang, apabila dalam batas waktu

tersebut tidak dipenuhi maka status PKP dicabut secara jabatan.

E-faktur mulai berlaku tanggal 1 Juli 2014, diberlakukan kepada 45

Pengusaha Kena Pajak. Mulai tanggal 1 Juli 2015, diberlakukan kepada PKP yang

terdaftar di lingkungan Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar, Jakarta Khusus,

Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Bali.

Sedangkan secara nasional baru dimulai tanggal 1 Juli 2016.

Salah satu tujuan diberlakukannya e-faktur adalah untuk mengurangi

penggunaan kertas (paperless). Dengan menggunakan aplikasi e-faktur maka

proses administrasi pelaporan SPT masa PPN tersimpan secara elektronik

sehingga tidak membutuhkan ruang penyimpanan berkas fisik yang besar.

2.1.23 Dasar Hukum Pembuaan E-Faktur

Menurut Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dasar hukum pembuatan e-

Faktur sebagai berikut:

 UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU

Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.

32
 PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata

Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.

 PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012

tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka

Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau

Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak.

 PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan

Faktur Pajak berbentuk Elektronik.

2.1.24 Surat Setoran Pajak (SSP)

Menurut Mardiasmo (2018) SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran

pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan

dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan.

Bentuk formulir SSP ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor Per-38/PJ/2009 Tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-24/PJ/2013

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-

38/PJ/2009 Tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak.

Formulir SSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam rangkap

4 (empat),dengan peruntukan sebagai berikut:

 lembar ke-1    :    untuk arsip Wajib Pajak

33
 lembar ke-2    :    untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

 lembar ke-3    :    untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan

Pajak

 lembar ke-4    :    untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.

2.1.25 Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Waluyo (2011) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang

oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran

pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu

saat.

2.1.26 Mekanisme Pemungutan PPN

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang atas nilai tambah, dikenal

3 metode, sebagai berikut :

 Addition Method

Pada metode ini PPN terutang dari penjumlahan seluruh unsur nilai

tambah dikalikan dengan tarif PPN yang berlaku. Nilai tambah merupakan

unsur yang paling penting dalam mekanisme pemungutan PPN dengan

metode ini.

34
Nilai tambah dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Nilai Tambah = biaya produksi + laba

Kemudian besarnya PPN yang tertutang dapat dihitung dengan :

PPN = Tarif (10%) x Nilai tambah

 Substraction Method

Pada metode ini PPN yang terutang dihitung dari tarif PPN dikalikan

dengan selisih harga jual barang dan harga beli barang. Adapun

perhitungan PPN yang terutang adalah sebagai berikut :

PPN yang terutang = 10% x (harga jual-harga beli)

 Credit Method

Metode ini hampir sama dengan subtraction method. Pada metode ini

harus mencari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian (pajak

masukan) dengan pajak yang dipungut saat penjualan (pajak keluaran)

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Harga Jual xxx

Pajak keluaran = harga jual x 10% xxx

Harga beli xxx

Pajak Masukan = harga beli x 10% xxx

PPN Terutang xxx

2.1.27 Penyetoran, Pelaporan, dan Sanksi PPN

35
Yang wajib menyetor PPN adalah PKP dan pemungut PPN/PPnBM, yaitu

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Bendaharawan Pemerintah

Pusat Daerah, Direktoran Jenderal Pajak Bea dan Cukai, BUMN dan BUMD.

Berdasarkan Undang Undang No 42 Tahun 2009, Saat penyetoran PPN

yang terutang dalam satu masa pajak harus dibayar selambat-lambatnya tanggal

15 bulan takwim berikutnya. Apabila tanggal 15 tersebut jatuh pada hari libur,

maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Saat pelaporan PPN yang dipungut harus dilaporkan oleh PKP pada KPP

selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir. Apabila tanggal jatuh

tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur, maka pelaporan harus dilaksanaan

pada hari kerja sebelumnya.

Ada beberapa sanksi yang di kenakan kepada PKP jika terjadi

keterlambatan setor dan keterlambatan lapor. Sanksi terhadap PKP yang terlambat

dalam penyetoran adalah akan dikenakan pembayaran 2% sebulan untuk seluruh

masa dihitung sejak saat jatuh tempo. Sedangkan untuk terlambat dalam hal

pelaporan SPT masa akan dikenakan denda Rp. 500.000,00.

2.2 Kerangka Pemikiran

Perhitungan PPN merupakan menghitung pajak pertambahan nilai yang

terutang, yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa

dalam peredarannya dari produsen ke konsumen, Pasal 13 ayat (1) UU PPN 1984

menentukan : ―Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk

36
setiap penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf

a atau huruf f dan untuk setiap penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf f dan pelaporan PPN adalah melaporkan pajak

yang terutang atau SPT Masa PPN kepada Kantor Pelayanan Pajak yang dimana

memiliki peraturan dan sanksi jika terlambat melapor maka Pengusaha Kena

Pajak (PKP) akan dikenakan denda sesuai UU Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan PER-80/PMK.03/2010, maka tanggal jatuh

tempo bukanlah pada akhir bulan berikut setelah akhir masa pajak yang

bersangkutan. Gagal melaporkan akan berakibat denda sebesar Rp. 500.000,00

(UU KUP Pasal 7 ayat 1).

Adapun Kerangka Berpikir dalam penelitian ini digambarkan pada gambar

berikut ini:
Pelaporan

UU Nomor
42 Tahun
2009

Perhitungan Penyetoran

2.3 Daftar Penelitian Terdahulu

 Penelitian yang dilakukan Novi Damayanti 2012 “Analisis Perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada CV. Sarana Teknik Kontrol

Surabaya, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) yang di pakai pada perusahaan. PPN adalah

37
pajak untuk menghitung berapa besar pertambahan nilai yang terkandung

dalam suatu barang. Dari data yang diperoleh dari perusahaan, penulis

melakukan analisis pada perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang

dipakai perusahaan apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang

Perpajakan yang baru. metode penelitian adalah data primer dengan teknik

analisis data melalui interview. Hasil penelitian bahwa oleh perusahaan

masih belum sesuai dengan perubahan Undang-Undang Perpajakan yang

baru, sehingga laba yang diperoleh lebih sedikit karena tarif pajak terlalu

besar.

 Penelitian yang dilakukan Fadhlurrahmah Santoso 2018 “Analisis

Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pada PT Emigas Sejahtera”, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah perhitungan, penyerahan dan pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai pada PT. Emigas Sejahtera, sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Mewah. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

menganalisis data yang diperoleh dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1)

menganalisis Pajak Pertambahan Nilai dalam perhitungan utang

berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Barang Mewah, dan (2) menganalisis

penyampaian dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan

38
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Mewah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan

Pajak Pertambahan Nilai telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Mewah.

Sedangkan untuk penyerahan dan pelaporan PPN, PT. Emigas Sejahtera

mengalami penundaan dalam penyerahan dan pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai.

 Penelitian yang dilakukan oleh Rendy Daryl Pandelaki 2013 “Analisis

Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Maber

Teknindo”, Sesuai dengan ketentuan pasal 23 ayat (2) UUD1945,

pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang perpajakan yang

disusun oleh pemerintah dan disetujui oleh rakyatnya melalui Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu dasar Pajak Pertambahan Nilai

adalah UU Republik Indonesia No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan

Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Objek

penelitian diambil pada PT Maber Teknindo.Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perhitungan dan pelaporan PPN pada PT. Maber

Teknindo apakah telah sesuai dengan Undang-undang PPN yang berlaku

di Indonesia.Metode analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif.Hasil penelitian dapat disimpulkan PT. Maber Teknindo telah

melaksanakan kewajibannya dalam hal perhitungan dan pelaporan PPN

selama satu tahun.Mekanisme penerbitan faktur pajak juga telah

39
berdasarkan peraturan perpajakan.Mekanisme pengkreditan dilakukan

pada setiap akhir bulan dengan menandingkan pajak masukan yang

diperoleh melalui bukti faktur pajak dengan pajak keluaran yang sudah

dipungut dengan bukti faktur pajak.Kesalahan yang terjadi pada PT Maber

Teknindo adalah dalam hal penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN

dimana masih sering terjadi keterlambatan. Kata kunci:perhitungan,

pelaporan, ppn.

 Penelitian yang dilakukan oleh Nanda Syahfitri 2018 “Analisis

Perhitungan Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT.

Tiga Mutiara Nusantara Dolok Merawan”, Tujuan penelitian dalam skripsi

ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya perbedaan pencatatan dengan hasil perhitungan

PPN yang sebenarnya, dan untuk mengetahui dan menganalisis pihak PT.

Tiga Mutiara Nusantara mengalami keterlambatan pelaporan PPN. Jenis

data yang diperoleh adalah Kuantitatif dan sumber data yang digunakan

adalah Data Sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan Studi

Dokumentasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan Deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini

mengumpulkan data-data yang ada diperusahaan lalu menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini yaitu Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PT.Tiga

Mutiara Nusantara dikarenakan setiap akhir bulan berikutnya melakukan

pelaporan sehingga mengalami keterlambatan Pelaporan PPN ke Kantor

40
Pelayanan Pajak. Akibatnya PT.Tiga Mutiara Nusantara dikenakan denda

sesuai dengan UU KUP Pasal 7 ayat 1.

 Penelitian yang dilakukan oleh Mira 2018 “Analisis Perhitungan dan

pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Industri Kapal Indonesia

(Persero) Di Makasar, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perhitungan dan pelaporan pajak pertambahan nilai yang di terapkan di

PT. Industri Kapal Indonesia, Persero.Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Data yang diolah adalah data berupa jumlah PPN

masukan dan PPN keluaran yang disajikan selama lima tahun terakhir

serta hasil wawancara terkait prosedur pelaporan pajak pertambahan nilai.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah

menggunakan analisis deskriptif komparati fdengan cara Mendata PPN

masukan dan keluaran, Membandingkan PPN masukan dan keluaran

dengan SPT Masa PPN, Membandingkan pencatatan dengan UU PPN

kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

 Penelitian yang dilakukan oleh Ridha Yuliana Srirahayu “ Analisis

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

sesuai dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 pada PT Indosari MitraJaya

Tahun 2015, Kelalaian perusahaan dalam menghitung, menyetorkan dan

melaporkan pajaknya dapat menyebabkan kerugian bagi Negara maupun

perusahaan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang

41
diterapkan oleh PT. Indosari Mitrajaya dan kesesuaiannya dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan

Nilai, sedangkan variabel terikat adalah kesesuaian jumlah Pajak terutang

menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 dengan indikatornya

adalah basil penjualan dan pembelian. Adapun pendekatan penelitian yang

digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah

Ex Post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan penjualan dan

laporan pembelian dari tahun 1998-2015. Sedangkan sampel yang

digunakan yaitu laporan penjualan dan laporan pembelian selama tahun

2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif kuantitatif. Dari basil penelitian dapat disimpulkan bahwa omset

yang dihasilkan akan menjadi acuan untuk melihat laporan keuangan,

sehingga prosedur yang diterapkan telah sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku. Perusahaan telah

melaporkan seluruh pengkreditan pajak keluaran dan pajak masukan

dengan menggunakan SPT Masa PPN dan dalam bentuk formulir 1111

beserta lampiran SPT Masa PPN dan tidak melebihi batas waktu yang

ditetapkan. Jadi PT. Indosari Mitrajaya sudah tepat dalam menghitung,

melaporkan dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai

dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009. Implikasi dari penelitian ini

adalah perusahaan perlu melakukan pengawasan dalan perhitungan,

42
penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai agar perusahaan dapat

beroperasi dengan baik tanpa adanya hambatan dalam kegiatannya

 Penelitian yang dilakukan oleh Dela Dwi Pertiwi 2018 “Analisis

pelaksanaan atas perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak

pertambahan nilai (PPN) pada PT BBB masa pajak Januari-Maret 2016”,

ajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen

ke komsumen. PPN merupakan jenis pajak konsumsi yang dalam bahasa

Inggris disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax

(GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak

tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak

atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak

menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.Indonesia menganut sistem

tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen untukpenyerahan dalam

negeri dan 0 persen untuk ekspor. Dasar hukum utama yang digunakan

untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun

1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994,

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun

2009.PT BBB adalah perusahaan yang telah dikukuhan sebagai Pengusaha

Kena Pajak(PKP). Tujuan dari penilitian yang dilakukan penulis adalah

untuk mengetahui apakah PT BBB sudah melaksanakan kewajiban

perpajakan sesuai dengan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Nomor 8 Tahun 1983

43
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009

dengan melakukan metode penelitian dan studi kepustakaan.Hasil

penilitian menunjukan bahwa mekanisme perhitungan dan pemungutan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penyerahan Barang Kena Pajak yang

dilakukan oleh PT BBB adalah 10% (sepuluh persen) dari Dasar

Pengenaan Pajak yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku, namun terjadi

keterlambatan setor dan lapor pada masa pajak Januari – Maret 2016

yang mengakibatkan perusahaan dikenakan denda administrasi.

 Penelitian yang dilakukan Wowor 2015 “Evaluasi atas penerapan prosedur

pemungutan, pencatatan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

atas jasa pengiriman paket pada PT. Sentra Indologis Utama Manado”,

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-

faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan,

menyalurkan dan memperdagangkan barang atau jasa. Hampir semua

transaksi di bidang perdagangan, industri dan jasa yang termasuk dalam

golongan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak pada prinsipnya

dikenakan PPN. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pemungutan,

pencatatan dan pelaporan PPN atas jasa pengiriman paket PT. Sentra

Indologis Utama Manado apakah sesuai dengan ketentuan perpajakan

yang berlaku, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang (UU). Metode

analisis yang digunakan adalah analisis  deskriptif yaitu mengumpulkan,

menyajikan, dan mengevaluasi kegiatan usaha dan laporan keuangan serta

44
laporan pajak perusahaan kemudian mengambil keputusan mengenai

pemungutan, pencatatan, dan pelaporan pajak pertambahan nilai sesuai

dengan UU. Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

pemungutan, pencatatan, dan pelaporan PPN telah sesuai dengan UU

No.42 Tahun 2009 sebagai ketentuan umum dan tata cara perpajakan

secara benar dan diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak. Manajemen

Perusahaan sebaiknya selalu mengikuti perkembangan dan perubahan

yang terjadi pada peraturan perpajakan dan meneliti kelengkapan serta

kebenaran pajak yang diterima supaya tidak mengakibatkan kesalahan

dalam perhitungan pajak masukan.

 Penelitian yang dilakuakan Andik Firmansyah 2016 “Analisis Penerapan

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan pelaporan nya pada CV Multi

Karya Teknik (berbasis E-Faktur) Di Sidoarjo”, Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana penerapan

perhitungan PPN dan pelaporannya (berbasis e-Faktur) yang

merupakansistem administrasi terbaru. Untuk memperoleh tujuan tersebut

peneliti menggunakanjenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Data yang diperoleh melaluiobservasi, wawancara, dan

dokumentasi langsung di tempat penelitian. Fokus penelitianini adalah

penerapan PPN, pencatatan PPN Keluaran dan PPN Masukan,

perhitunganmasa PPN dan pelaporan masa PPN dengan menggunakan

data PPN dari Januari 2015hingga Mei 2016. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa CV. Multi Karya Teknikdalam menerapkan PPN

45
telah sesuai dengan UU PPN No. 42 Tahun 2009, namun

dalampenggunaan sistem administrasi e-Faktur untuk menerbitkan Faktur

Pajak dan jugaperhitungan masa PPN masih harus ditingkatkan lagi,

karena sistem ini berbasis onlinemaka untuk merevisi kesalahan akan sulit

dilakukan, peningkatan mutu karyawan jugasebaiknya dilakukan oleh CV.

Multi Karya Teknik agar terhindar dari kesalahan yangmenyebabkan

dikenakannya sanksi atas kesalahan tersebut.

 Penelitian yang dilakukan Cindy R.E Lalujan 2013, “Analisis Penerapan

Pajak Pertambahan Nilai Pada PT Agung Utara Sakti Manado”, Pajak

merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama diIndonesia di

samping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting

peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Objek penelitian

ini adalah perusahaan PT. Agung Utara Sakti Manado perusahaan yang

berdiri pada tahun 1986 yang bertempat di Jl. DR. Sutomo No.10A.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pajak

pertambahan nilai yang ada mulai dari perhitungan, penyetoran, dan

pelaporan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukan Bahwa Perusahaan

telah menerapkan mekanisme pajak pertambahan nilai mulai dari

perhitungan, penyetoran, sampai pelaporan setiap bulannya sesuai dengan

undang-undang. Perusahaan telah melaporkan seluruh pengkreditan pajak

keluaran dan pajak masukan dengan menggunakan SPT Masa PPN dan

46
dalam bentuk formulir 1111 beserta lampiran SPT Masa PPN dan tidak

melebihi batas waktu yang ditetapkan.

BAB III

METODE PENELITIAN

4. Objek dan Waktu Penelitian

4.1.1 Objek Penelitian

Dalam Melakukan penelitian ini, yang pertama kali diperlukan oleh

penulis adalah mengenai objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek

penelitian tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian

untuk dicari permecahanya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu

variabel (objek penelitian), dengan menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan

yang sebenarnya dari suatu objek penelitian.

Objek dalam penelitian ini adalah data data mengenai Pajak Pertambahan

Nilai di Perumda Pasar Jaya.

4.1.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini di lakukan mulai Febuari 2021 sampai dengan Mei 2021

dan dilakukan di Kantor Pusat Perumda Pasar Jaya, Jl Cikini Raya No 90 RT

10/RW 05 Cikini Kec Menteng Kota Kota Jakarta Pusat DKI Jakarta 10330.

47
Waktu penelitian

Keterangan Januari Febuari Maret April Me

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I

Pengamatan

Penyusunan proposal

Sidang proposal

Mengerjakan Bab I

Mengerjakan Bab II

Mengerjakan Bab III

Mengerjakan Bab IV

Mengerjakan Bab V

5. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Penelitian ini mengeksploasi dan memotret situasi yang akan

diteliti secara luas dan mendalam yang dikutip dalam jurnal Santoso

(2017), khususnya mengenai Pajak Pertambahan Nilai pada Perumda

Pasar Jaya Divisi Perkulakan.

6. Teknik Pengumpulan Data

48
Definisi teknik pengambilan data menurut Sugiyono (2017:224) teknik

pengumpulan data merupakan prioritas utama yang memiliki nilai strategis dalam

penelitian, hal ini diungkapkan lantara tujuan penelitian ialah mendapatkan data

data, baik primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan cara dokumentasi. Dokumentasi merupakan salah satu metode

pengumpulan data-data yang dibutuhkan seperti, dokumen yang dimiliki oleh

perusahaan, undang-undang, serta pendapat para ahli melalui pengelolaan atas

data-data penelitian untuk menndapatkan data yang mendukung atas penelitian

ini.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif, yaitu suatu metode analisa yang terlebih dahulu mengumpulkan data

yang ada, kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan

sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti

untuk menarik penalaran yang bersifat umum dari fenomena. Analisi yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

 Analisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2018-2020

sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009.

 Analisis penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada Perumda

Pasar Jaya.

 Mengumpulkan faktur-faktur pajak dari Perumda Pasar Jaya

 Mengambil kesimpulan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Jensen, M., C., dan W. Meckling, 1976. “Theory of the firm: Managerial
behavior, agency cost and ownership structure”, Journal of Finance
Economic 3:305- 360, di-download dari
http://www.nhh.no/for/courses/spring/eco420/jensenmeckling-76.pdf.
Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Sumarsan, T. (2017). Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan Lengkap
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru (Edisi 5). Jakarta : PT.Indeks
https://pajak.go.id/id/undang-undang-nomor-16-tahun-2009
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/linguadidaktika/article/view/3525
https://pajak.go.id/id/fungsi-pajak
https://pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-132.pdf
https://www.pajak.go.id/id/undang-undang-nomor-42-tahun-
2009#:~:text=Menetapkan%3A,PAJAK%20PENJUALAN%20ATAS
%20BARANG%20MEWAH

50

Anda mungkin juga menyukai