Anda di halaman 1dari 112

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2....................................................................................................
Perumusan Masalah.................................................................. 4
1.3....................................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
1.3.1. Tujuan penelitian ....................................................... 6
1.3.2. Manfaat penelitian ..................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1....................................................................................................
Peneliti Terdahulu..................................................................... 7
2.2....................................................................................................
Landasan Teori ......................................................................... 12
2.2.1. Pengertian Analisis .................................................... 12
2.2.2. Pengertian Akuntansi ................................................. 12
2.2.3. Pengertian Akuntansi Pajak ....................................... 17
2.2.4. Pajak ........................................................................... 19
2.2.4.1. Pengertian Pajak ............................................... 19
2.2.4.2. Fungsi Pajak ..................................................... 21
2.2.4.3. Teori Pajak ........................................................ 21
2.2.4.4. Jenis – Jenis Pajak ............................................ 23
2.2.4.5. Tarif Pajak ........................................................ 24
2.2.5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................. 25
ii

2.2.5.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ................ 25


2.2.5.2. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ........... 26
2.2.5.3. Ciri Khas Pajak Pertambahan Nilai .................. 26
2.2.5.4. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ......................... 27
2.2.5.5. Fungsi Pajak Pertambahan Nilai ...................... 27
2.2.5.6. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai...... 29
2.2.6. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) ................................... 32
2.2.7. Faktur Pajak ............................................................... 33
2.2.8. Pengkreditan Faktur Pajak ......................................... 34
2.2.9. PPN yang Tidak Dipungut atau Dibebaskan ............. 36
2.2.10. Penyetoran dan Pelaporan PPN ................................ 37
2.3....................................................................................................
Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 40
2.4....................................................................................................
Kerangka Pemikiran ................................................................. 44

BAB IIIMETODE PENELITIAN


3.1....................................................................................................
Jenis dan Desain Penelitian ...................................................... 46
3.1.1. Jenis penelitian ........................................................... 46
3.1.2. Desain Penelitian ....................................................... 46
3.2....................................................................................................
Fokus Penelitian ....................................................................... 47
3.3....................................................................................................
Sumber Data ............................................................................. 48
3.4....................................................................................................
Alat dan Teknik Pengumpulan Data ........................................ 48
3.4.1. Studi Lapangan (Field Research) ............................... 50
3.4.2. Studi Kepustakan (Library Research) ........................ 51
iii

3.5....................................................................................................
Objektivitas dan Keabsahan Data ............................................ 51
3.6....................................................................................................
Model Analisa Data .................................................................. 52
3.7. Prosedur Penelitian ............................................................... 58
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Rochmat Soemitro (2016:3), Pajak adalah pungutan wajib yang

dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah

dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan

manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan

umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber

dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan

berdasarkan undang-undang. Dari pemahaman pajak tersebut dapat kita

simpulkan bahwa pajak adalah kewajiban yang bersifat memaksa dan terdapat

peraturan peraturan yang mengikatnya dimana setiap peraturan pasti ada sanksi

di dalamnya seperti sanksi administrasi yang merupakan pemborosan sumber

daya.

Menurut Mardiasmo (2016:7) jenis pajak berdasarkan sistem

pemungutannya dibedakan menjadi Pajak Langsung dan Pajak tidak Langsung.

Pajak Langsung adalah pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau orang lain seperti PPh, dan

PBB. Sedangkan, Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya bisa

dilimpahkan kepada pihak lain seperti, PPN, PPnBM, Bea Materai, Cukai, dan

Ekspor.
2

Salah satu jenis pajak tidak langsung yang memberi kontribusi besar untuk

penerimaan negara adalah PPN. Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009

“Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam

daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan

distribusi.” Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada

pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak.

PKP menghitung PPN yang harus disetor melalui Pajak Masukan dan Pajak

keluaran. Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 Pasal 1 “Pajak Keluaran

adalah PPN yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan

BKP/JKP dan ekspor BKP/JKP.” Sedangkan, “Pajak Masukan adalah PPN

yang harus dibayar PKP karena perolehan BKP/JKP.” Selisih pajak keluaran

dan pajak masukan menentukan kurang atau lebih bayar PPN.


3

1.2. Perumusan Masalah

PT Maxitherm Boilers Indonesia merupakan jenis perusahaan sub

konstruktor dengan beban pajak penghasilan yang cukup tinggi. Salah satu

produk unggulannya berupa Boiler Burner dan Service Boiler. Perusahaan

yang berdiri sejak tahun 2011 tersebut telah menerapkan tax planning

sebagai alternatif untuk meminimalkan beban pajak terutangnya, PT

Maxitherm Boilers Indonesia mampu menghasilkan laba diatas Rp.

4.800.000.000,00. Hal ini membuat pajak yang harus mereka tanggung pun

juga cukup tinggi karena dikenakan tarif 25% dari laba bersih yang mereka

peroleh. Namun angka itu dapat berubah lebih tinggi lagi apabila perusahaan

tidak menerapkan tax planning dengan baik dan benar.

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari Ibu Stella Cecilia selaku

supervisor Finance and Accounting Departement, dalam pembuatan laporan SPT

Masa PPN, setiap tahunnya perusahan ada beberapa kali melakukan pembetulan

SPT Masa PPn dimana pembetulan tersebut dilakukan karena ada beberapa

transaksi dari supplier yang tidak terlapor dikarenakan tagihan terselip di

purchasing, transaksi tersebut ditemukan saat masa berlaku Faktur tersebut

sudah lebih dari 3 bulan, dimana PPn hanya memiliki masa berlaku 3 bulan jadi

diharuskan melakukan pembetulan.

Berdasarkan analisis terhadap laporan penilitian terdahulu yakni

Rinjani Wirautami (2017) disimpulkan bahwa Pada Setiap akhir bulan

PT.Lotte Chemical Titan Nusantara membuat jurnal Penutu puntuk menutup

perkiraan PPN, yaitu apabila Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak Keluaran
4

berarti terdapat kekurangan pembayaran atas PPN sedangkan apabila Pajak

masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran maka terdapat kelebihan

pembayaran. Dan juga, pada perusahaan dalam melakukan pencatatan

akuntasi PPN atas transaksi pembelian dan penjualan ternyata perusahaan

sudah menyajikan dengan jelas dan lengkap. Dalam hal pelunasan kewajiban

pajak, pembayaran PT. Lotte Chemical Titan Nusantara selalu tepat waktu,

tidak pernah ada keterlambatan. Perhitungan PPN PT.Lotte Chemical Titan

Nusantara telah sesuai dengan UU no. 42 Tahun 2009 baik pencatatanya

maupun pelaporannya.

Dari kesimpulan yang dibuatkan oleh peneliti sebelumnya, penulis tertarik

untuk mengambil judul “Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan Pertambahan

Nilai (PPN) di PT. Maxitherm Boilers Indonesia”.

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan diatas dan

kesimpulan dari peniliti terdahulu, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

laporan ini adalah :

1. Berapa besar Pajak Pertambahan Nilai yang dilaporkan oleh PT.

Maxitherm Boilers Indonesia setiap bulannya?

2. Bagaimanakah Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada PT.

Maxitherm Boilers Indonesia?


5

1.3. Tujuan & Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah

1. Untuk menganalisis pelaporan pajak pertambahan nilai yang

dilakukan perusahaan apakah sudah sesuai dengan undang-undang.

2. Untuk mengetahui berapa besar pajak yang dilaporkan dan

bagaimana pencatatan akuntansinya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penilitian ini ialah

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis

1) Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu

akuntansi, utamanya yang berkaitan dengan optimalisasi biaya.

2) Sebagai tambahan referensi dalam ilmu akuntansi, dan

perbandingan untuk penelitian lebih lanjut dalam hal koreksi

fiskal.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat dijadikan oleh perusahaan sebagai acuan dalam

pelaksanaan perpajakan.

2) Memberikan pengetahuan dan motivasi bagi perusahaan

dalam menerapkan strategi pelaporan PPN agar sesuai dengan

anggaran.
6

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Peneliti Terdahulu

Berikut hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu:

1. Rizqi R. Kansil (2015) “Analisis Penerapan Akuntansi Pajak

Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak Di PT. Jaya Abadi

Manado”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui: Apakah pencatatan dan pelaporan Akuntansi

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Jaya Abadi Manado

telah sesuai dengan UU Nomor. 42 tahun 2009.

Hasil penelitian pada bab sebelumnya, Penerapan tarif PPN pada PT.

Jaya Abadi Manado sudah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009, tarif

yang diterapkan perusahaan sebesar 10% dari harga jual kios atau

ruko. Metode yang digunakan perusahaan untuk mencatat PPN adalah

metode Akrual basis, dan Yang menjadi dasar pengenaan PPN pada

PT. Jaya Abadi Manado adalah harga jual produk yang dalam

perusahaan lebih dikenal dengan istilah Harga Pengikatan.


7

2. Evizal (2014) “Analisis Penerapan Perhitungan Pajak Pertambahan

Nilai (Ppn) Menurut Peraturan Perpajakan Pada PT. Mitra Beton

Mandiri” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisa penerapan perhitungan Pajak

Pertambahan Nilai menurut undang- undang No. 42 Tahun 2009 pada

PT. Mitra Beton Mandiri.

Hasilnya Dari pencatatan PPN yang dilakukan oleh PT. Mitra

Beton Mandiriternyata PT. Mitra Beton Mandiri belum melakukan

pencatatan sesuai dengan mekanisme akuntansi yang belaku. Hal ini

dapat dilihat dalam laporan neraca tahun 2012 ternyata PT. Mitra

Beton Mandiri tidak melaporkan Akun PPN lebih bayar sebesar Rp.

2.301.411.599

3. Rinjani Wirautami (2017) “Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn)

Pada PT. Maxitherm Boilers Indonesia”. Tujuan dilakukan penelitan

adalah untuk mengetahui penerapan Pajak Pertambahan Nilai di PT.

Maxitherm Boilers Indonesia dan bagaimana proses pembiayaan

pajak tersebut.

Hasilnya Pada Setiap akhir bulan PT.Lotte Chemical Titan Nusantara

membuat jurnal Penutu puntuk menutup perkiraan PPN, yaitu apabila

Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak Keluaran berarti terdapat

kekurangan pembayaran atas PPN sedangkan apabila Pajak masukan


8

lebih besar daripada Pajak Keluaran maka terdapat kelebihan

pembayaran. Dan juga, pada perusahaan dalam melakukan pencatatan

akuntasi PPN atas transaksi pembelian dan penjualan ternyata

perusahaan sudah menyajikan dengan jelas dan lengkap. Dalam hal

pelunasan kewajiban pajak, pembayaran PT.Lotte Chemical Titan

Nusantara selalu tepat waktu, tidak pernah ada keterlambatan.

Perhitungan PPN PT.Lotte Chemical Titan Nusantara telah sesuai

dengan UU no. 42 Tahun 2009 baik pencatatanya maupun

pelaporannya.
9

2.1. Tabel Peneliti Terdahulu

Nama Judul
Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1. Rizqi R. Analisis Hasil penelitian pada bab sebelumnya,
Kansil Penerapan Penerapan tarif PPN pada PT. Jaya Abadi
(2015) Akuntansi Manado sudah sesuai dengan UU No. 42
Pajak Tahun 2009, tarif yang diterapkan
Pertambahan perusahaan sebesar 10% dari harga jual
Nilai Pada kios atau ruko. Metode yang digunakan
Pengusaha perusahaan untuk mencatat PPN adalah
Kena Pajak Di metode Akrual basis, dan Yang menjadi
PT. Jaya Abadi dasar pengenaan PPN pada PT. Jaya
Manado Abadi Manado adalah harga jual
produk yang dalam perusahaan lebih
dikenal dengan istilah Harga Pengikatan.

2. Evizal Analisis Hasilnya Dari pencatatan PPN yang


(2014) Penerapan dilakukan oleh PT. Mitra Beton
Perhitungan Mandiriternyata PT. Mitra Beton Mandiri
Pajak belum melakukan pencatatan sesuai dengan
mekanisme akuntansi yang belaku. Hal ini
Pertambahan
dapat dilihat dalam laporan neraca tahun
Nilai (Ppn) 2012 ternyata PT. Mitra Beton Mandiri
Menurut tidak melaporkan Akun PPN lebih bayar
Peraturan sebesar Rp. 2.301.411.599.
Perpajakan
Pada PT. Mitra
Beton Mandiri

3. Rinjani Penerapan Pada Setiap akhir bulan PT.Lotte Chemical


Wirautami Pajak Titan Nusantara membuat jurnal Penutu
(2017) Pertambahan puntuk menutup perkiraan PPN, yaitu apabila
Nilai (Ppn) Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak
Keluaran berarti terdapat kekurangan
Pada PT.
pembayaran atas PPN sedangkan apabila
Maxitherm Pajak masukan lebih besar daripada Pajak
Boilers
10

Indonesia Keluaran maka terdapat kelebihan


pembayaran. Dan juga, pada perusahaan
dalam melakukan pencatatan akuntasi PPN
atas transaksi pembelian dan penjualan
ternyata perusahaan sudah menyajikan dengan
jelas dan lengkap. Dalam hal pelunasan
kewajiban pajak, pembayaran PT.Lotte
Chemical Titan Nusantara selalu tepat waktu,
tidak pernah ada keterlambatan. Perhitungan
PPN PT.Lotte Chemical Titan Nusantara telah
sesuai dengan UU no. 42 Tahun 2009 baik
pencatatanya maupun pelaporannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa : “Analisis


11

adalah penyelidikan tehadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musabab,

duduk perkaranya, dan sebagainya); Man penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; Kim

penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat

bagiannya dsb; penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; proses pemecahan

persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.”

2.2.2 Pengertian Akuntansi

Menurut Wild & Kwok dalam buku Sukrisno Agoes & Estralita

Trisnawati (2013:1) akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan

laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi

dan kondisi perusahaan.

Menurut Lilik Pirmaningsih dan Agus Sumanto (2014:2) dalam bukunya

“Pengantar Akuntansi 1” ada dua sudut definisi secara operasional akuntansi.

Dari sudut bidang studi, akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang

mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan

kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi

tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan

keputusan ekonomi. Dalam arti sempit dan dari sudut proses atau kegiatan,

akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,

pengklasifikasian, penguraian penggabungan, peringkasan dan penyajian


12

informassi keuangan yang terjadi dari transaksi-transaksi atau kegiatan operasi

suatu unit organisasi dengan cara tertentu.

Berdasarkan uraian pengertian akuntansi tersebut penulis menyimpulkan

akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat,

mengklasifikasikan, meringkas dan menyajikan informasi berupa laporan

keuangan yang di gunakan sebagai dasar para pengambil keputusan.

Menurut Hery dalam bukunya Akuntansi Dasar 1 dan 2 (2015:6) proses

akuntansi adalah :

1. Pengakuan

Pengakuan adalah proses penetapan terjadinya kriteria pencatatan


suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga
akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan. PPN yang harus
disetor serta PPN yang harus dipungut perusahaan adalah
berdasarkan rumus sebagai berikut :

PPN = DPP x Tarif Pajak (10%)

Pengakuan pada Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan menjadi


seperti berikut :

a. Pengakuan utang PPN sebagai utang pajak dapat terjadi


apabila Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajakmenjual
BarangKena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli.
Utang PPNtersebut bagi Wajib Pajak sama dengan Pajak
Keluaran.

b. Pengakuan piutang PPN yang dilakukan oleh PKP lain pada


13

saat Wajib Pajak membeli Brang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak diperlakukan sebagai piutang PPN atau sebagai Pajak
Masukan.

2. Pengukuran

Pengukuran akuntansi adalah proses menganalisis setiap transaksi


yang terjadi dalam perusahaan, mengandung pengertian bahwa
seorang akuntan harus dapat menentukan pengaruh dari masing-
masing transaksi terhadap akun.

Pengukuran/Penilaian PPN oleh seorang akuntan terhadap transaksi


akuntansi jumlah berapa besar kecilnya PPN yaitu dengan
menganalisis berapa besar Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
untuk mengendalikan pajak yang dipungut dan di potong oleh
Pengusaha Kena Pajak atas Barang Kena Pajak atau Jasa
KenaPajak.

3. Pencatatan

Pencatatan akuntansi merupakan bagian dari seluruh proses


akuntansi yaitu langkah mencatat kandungan informasi yang ada
pada setiap transaksi dan jurnal akan memperlihatkan pengaruh
setiap transaksi terhadap akun dalam bentuk debet dan kredit.

Pencatatan pada Pajak Pertambahan Nilai dapat dibedakan menjadi


berikut :

a. Utang PPN terjadi apabila Wajib Pajak menjual BKP atau


JKP, sehingga pada harga yang harus dibayar oleh pembeli
terdapat PPN yang harus dipungut oleh Wajib Pajak sama
dengan Pajak Keluaran.

Jurnal transaksi dari utang PPN dapat terjadi seperti berikut

Piutang Dagang xxx


14

DPP penjualan xxx

Utang PPN xxx

b. Piutang PPN terjadi apabila Wajib Pajak membeli BKP atau


JKP, sehingga pada harga yang harus dibayar oleh Wajib
Pajak. Piutang PPN bagi Wajib Pajak sama dengan Pajak
Masukan.

Jurnal transaksi dari Piutang PPN dapat terjadi seperti berikut

DPP Pembelian xxx

Piutang PPN xxx

Hutang Dagang xxx

4. Pelaporan

Pelaporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan


keuangan (financial statements) merupakan serangkaian akhir
proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis dan
dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
berkepentingan.

Pelaporan PPN dilakukan oleh Wajib Pajak yang sekaligus sebagai


Pengusaha Kena Pajak dilakukan setiap bulan. Penyajian laporan
PPN yang dilakukan setiap bulan oleh PKP tersebut dibedakan
sesuai dengan cara perhitungan PPN yang harus dibayar, yaitu
seperti berikut :

a. Perhitungan PPN secara PKPM

b. Perhitungan PPN tidak secara PKPM

Menurut Hery dalam bukunya PPh & PPN (2016:6) menyatakan konsep
teori yang di pakai dalam perumusan prinsip dasar akuntansi :
15

1. Proprietory Theory

Entitas hanyalah merupakan agen atau wakil dari pemilik


(proprietor). Oleh karena itu, yang menjadi pusat perhatian dari
pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah
pemilik, bukan entitas.

2. Entity Theory

Entitas (perusahaan) merupakan badan yang terpisah dan harus


dibedakan dari pemilik. Yang menjadi pusat perhatian dari
pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah
entitas, bukan pemilik.

3. Fund Theory

Pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan


keuangan adalah bukan pada pemilik maupun entitas, melainkan
pada sekelompok asset yang penggunaannya telah dibatasi untuk
membayar atau memenuhi sejumlah kewajiban tertentu.

4. Enterprise Theory

Pusat perhatian dari penyajian laporan keuangan adalah pihak-pihak


yang terkait dengan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Konsep teori ini lahir seiring dengan kemajuan sosial dan
perkembangan jaman, serta meningkatnya pertanggungjawaban
perusahaan terhadap masyarakat.

5. Residual Equity Theory

Konsep teori ini gabungan antara Proprietory Theory dan Entity


Theory yang menjadi pusat perhatian dari penyajian laporan
akuntansi adalah pemegang saham biasa.

6. Commander Theory
16

Pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi adalah


bukanpada pemilik atau entitas, melainkan pada pihak-pihak yang
memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan pengendalian
ekonomi secara efektif atas sumber daya perusahaan.

7. Investor Theory

Pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi adalah mereka


yang tergolong sebagai specific equity dan residual equity.

specific equity dalah para kreditor dan pemegang saham preferen,


sedangkan pemegang saham biasa merupakan residual equity.

2.2.3 Pengertian Akuntansi Pajak

Menurut Sukrisno Agoes & Estralita Trisnawati (2013:10) dalam bukunya

“Akuntansi Perpajakan” akuntansi pajak merupakan bagian dalam akuntansi

yang timbul dari unsur spesialisasi yang menuntut keahlian dalam bidan tertentu.

Akuntansi pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam

UU perpajakan dan pembentukannya terpegaruh oleh fungsi perpajakan dalam

mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Tujuan dari akuntansi

pajak adalah menetapkan besarnya pajak terutang berdasarkan laporan keuangan

yang disusun oleh perusahaan.

Menurut Edy Supriyanto (2012:2) menyatakan bahwa : “Akuntansi pajak


17

adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi

keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan di akhiri dengan

pembuatan laporan keuangan fiscal sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan

Tahunan”.

Menurut Lilik Pirmaningsih dan Agus Sumanto (2014:4) menyatakan

bahwa :“Akuntansi pajak adalah bidanga kuntansi yang membahas transaksi

laporan keuangan terkait dengan peraturan perpajakan dan pengaruhnya

peraturan perpajakan tersebut terhadap keuntungan perusahaan”.

Menurut Waluyo (2016:35) menyatakan bahwa: “Akuntansi pajak adalah

dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan keuangan

yang disusun oleh perusahaan, mengingat dalam ketentuan perundang-undangan

perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan akuntansi, yaitu

masalah konsep transaksidan peristiwa keuangan, metode pengukurannya, serta

pelaporannya yangdi tetapkan undang-undang”.


18

2.2.4 Pajak

2.2.4.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan utama yang di

peroleh dari sumber dana dalam negeri. Dimana merupakan iuran dari rakyat

untuk kas Negara yang tidak mendapat balas jasa secara langsung dan

digunakan dalam pembiayaan pembanguanan. Adapun definisi atau

pengertian pajak yang dikemukakan oleh para tokoh sebagai berikut :

a. Soemitro dan Mardiasmo (2016:3) mendifinisikan pajak adalah iuran

rakyat kepada kas Negara bedasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

b. Pengertian pajak menurut NJ. Feldmann dalam buku De Over

Heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan) : Pajak adalah prestasi yang

dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut

norma-norma) yang ditetapkannya secara umum tanpa adanya

kontraprestasi, dan semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran.

c. Smeet, Wirawan B dan Burton (2008 : 6) mendefinisikan “Pajak adalah

prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma - norma umum

dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunj

ukan dalam hal individual maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.
19

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa pajak adalah suatu iuran yang harus dibayar setiap warga negara

yang bersifat memaksa karena telah diatur sedemikian rupa dalam

Undang-Undang yang dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, dan hasil pembayaran pajak yang Wajib Pajak lakukan

tidak langsung terlihat hasilnya.

Dari pengertian-pengertian diatas terdapat 4 (Empat) kesimpulan

bahwa pajak memiliki unsur-unsur Soemitro dan Mardiasmo (2016:3) yaitu :

a. Iuran dari rakyat kepada rakyat.

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa

uang bukan barang.

b. Bedasarkan undang-undang artinya walaupun Negara mepunyai hak untuk

memungut pajak namun pelaksanaanya harus memperoleh persetujuan

dari wakil-wakil rakyat dengan menyetujui undang-undang

c. Tanpa imbalan dari Negara yang langsung ditunjuk secara individual dan

tidak dihubungkan secara langsungg dengan besarnya pajak.

d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluran rutin maupun

pengeluran pembangunan.
20

2.2.4.2 Fungsi Pajak

Mardiasmo (2016:4) menyatakan ada dua fungsi pajak, yaitu fungsi

Anggaran (budgetair) dan fungsi Mengatur (Regulerend).

a. Fungsi Anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang diperoleh dari penerimaan

pajak.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan.

2.2.4.3 Teori Pajak

Mardiasmo (2016:5) menyatakan ada 5 teori yang mendasari negara

untuk untuk memungut pajak, Yaitu :

1) Teori Asuransi

Pada teori ini mempersamakan negara dengan perusahaan asuransi di

mana rakyat membayar sejumlah premi tertentu untuk mendapatkan sesuatu

yang mereka harapkan pada saat-saat tertentu. Teori ini sudah tidak sesuai

karena pajak tidak bisa disamakan dengan premi asuransi karena negara tidak
21

menanggung kerugian rakyat secara langsung dan tidak ada hubungan

langsung (kontra prestasi).

2) Teori Kepentingan

Berdasarkan teori kepentingan pemungutan pajak didasari atas

kepentingan masing-masing pembayar pajak kepada negaranya. Orang-orang

yang memiliki kepentingan lebih harus membayar pajak lebih besar dari yang

tidak memiliki kepentingan atau tuntutan dari negaranya. Teori yang sudah

tidak diterima ini tidak tepat karena pada kenyataannya tidak demikian karena

efek pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan oleh wajib pajak.

3) Teori Gaya Pikul

Masyarakat menanggap dibutuhkan suatu layanan perlindungan

masyarakat dari negara yang biayanya dipikul bersama-sama dalam bentuk

pajak. Pada dasarnya setiap warga negara seharusnya membayar jumlah pajak

yang sama, namun pada kenyataannya ditentukan oleh faktor kekayaaan dan

kebutuhan materiil seseorang berdasarkan jumlah tanggungan hidup.

4) Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)

Teori ini menganggap bahwa kepentingan negara lebih penting

dibandingkan dengan kepentingan warganya sehingga menimbulkan hak

mutlak pemungutan pajak oleh negara kepada rakyat negaranya. Rakyat

memberi baktinya kepada negara dan negara akan memberi rakyatnya

perlindungan, pelayanan, dan sebagainya.


22

5) Teori Azas Gaya Beli

Menurut teori asas gaya beli, pajak dipungut dari rakyat akan

menimbulkan dampak yang baik kepada kedua belah pihak. Negara menyedot

uang rakyat dari pajak dan negara juga menyalurkan kembali uang pajak

kepada masyarakat secara tidak langsung. Alasan kesejahteraan rakyat

dijadikan dasar pemungutan pajak.

2.2.4.4 Jenis-Jenis Pajak

Mardiasmo (2016:7) mengelompokkan pajak menjadi tiga bagian

penting yakni menurut golongannya, menurut sifatnya dan menurut lembaga

pemungutnya.

a. Menurut Golongannya

1) Pajak langsung.

2) Pajak tidak langsung.

b. Menurut Sifatnya

1) Pajak subjektif.

2) Pajak Objektif.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya

1) Pajak Pusat.

2) Pajak Daerah.
23

2.2.4.5 Tarif Pajak

Mardiasmo (2016:11) megemukakan 4 macam tarif pajak :

a. Tarif Sebanding/Proporsional

Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional

terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Pajak Progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar jika jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

Mardiasmo (2016:12), menambahkan tarif pajak yang diterapkan

atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk

usaha tetap mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan menjadi 25%.

Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan

Rp. 50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif


24

sebesar 50% yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian

peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00.

2.2.5 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.2.5.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai memiliki definisi bermacam-macam. Dibawah

ini dikutip beberapa definisi dari Undang-Undang dan beberapa ahli sebagai

berikut:

Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM

“Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam

daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan

distribusi.”

Menurut Suandy Erly (2016:59) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah

pajak yang dapat dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang kena pajak

atau jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat

dikenakan berkali-kali setiap ada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

dikreditkan.

Menurut Waluyo (2016) mendefinisikan Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan pajak yang dikenakan atas

konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah pabean), baik konsumsi barang

maupun konsumsi jasa.


25

2.2.5.2 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-UndangNo. 8

tahun 1983 kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 1994, dan

yang terakhir diubah lagi dengan Undang-Undang No.18 tahun 2000 tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah. Aturan pelaksanaan terakhir diatur pada UU No.42 tahun 2009.

2.2.5.3 Ciri Khas Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan sistem Faktur.

b. Setiap terjadinya penyerahan BKP/JKP, wajib dibuatkan faktur pajak.

Faktur pajak merupakan bukti pungutan PPN dimana faktur pajak bagi

penjual merupakan bukti Pajak Keluaran dan faktur pajak bagi pembeli

merupakan bukti Pajak Masukan.

Menurut Undang-Undang PPN No.42 tahun 2009 Pasal 1

“Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha

Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan

Jasa Kena Pajak.”

Menurut Undang-Undang PPN No.42 tahun 2009 Pasal 1

1. Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh

PKP karena perolehan BKP/JKP dan/atau pemanfaatan BKP/JKP

tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan

JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP.


26

2. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh

PKP yang melakukan penyerahan BKP, JKP, Ekspor BKP

Berwujud, Ekspor BKP tidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP.

Atau dapat disimpulkan secara garis besarnya bahwa Pajak Masukan

adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli memperoleh atau membuat

produknya, sedangkan Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP

menjual produknya.

2.2.5.4 Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa

2.2.5.5 Fungsi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Penerimaan Negara

Salah satu fungsi pemungutan pajak yang umum adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi

Budgeter. Begitu pula Pajak Pertambahan Nilai, sebagai pajak Negara,

penghasilan yang diperoleh dari pemungutan pajak dipergunakan sebagai


27

sumber pembiayaan Negara sebagaimana tercantum dalam APBN.

Sejak diterapkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai telah cukup

berperan sebagai sumber penerimaan utama yang semakin meningkat

baik jumlah maupun jumlah relatifnya apabila dibandingkan dengan

penerimaan Negara lainnya.

2. Pemerataan Beban Pajak

PPN dikatakan sebagai tambahan atau koreksi untuk Pajak

Penghasilan (PPh).Karena Pajak Penghasilan (PPh) mengadakan

pengecualian Subyek Pajak, ada Subyek Pajak yang dibebaskan dari

pengenaan pajak. Dengan diadakannya PPN, subyek pajak yang

terbebaskan pada PPh, secara tidak langsung menjadi penanggung pajak

melalui konsumsi yang dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan

terbebani pada setiap orang, tanpa pengecualian. PPN dalam hal ini

berperan sebagai alat untuk meratakan beban pajak.

a. Mengatur Pola Konsumsi

PPN juga disebut sebagai pajak atas konsumsi, yang menjadi

pemikul beban pajak adalah konsumen.Oleh karena itu PPN dapat juga

dijadikan alat untuk membentuk pola konsumsi dengan mengenakan pajak

atas barang-barang tertentu dan tidak mengenakan pajak atas barang

lainnya sesuai dengan yang diinginkan.Dengan demikian pola konsumsi

masyarakat diharapkan dapat dipengaruhi dan diarahkan.


28

b. Mendorong Ekspor

Untuk mendorong dan meningkatkan daya saing barang ekspor di

pasaran luar negeri, tarif atas penyerahan ekspor ditetapkan sebesar 0%.

c. Mendorong Investasi

Dalam sistem Pajak Pertambahan Nilai, pajak yang dibayarkan

atas perolehan atau impor barang modal, dibebaskan/dapat diminta

kembali. Pembebasan/pengembalian PPN Barang Modal diharapkan akan

mendorong investasi.

d. Membantu Pengusaha Kecil

Dengan mengecualikan pengusaha kecil dari kewajiban memungut

PPN, diharapkan akan lebih membantu pengusaha kecil mengembangkan

usahanya.

2.2.5.6 Subyek dan Obyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang PPN dan

PPnBM

1. Subjek PPN

a. Pengusaha

Dalam pasal 1 angka 14 Undang-Undang PPN tahun 2009 bahwa

“orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang


29

dalam kegiatan usaha/pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,

memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Derah Pabean, melakukan

usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean ”

b. Pengusaha Kena Pajak

Dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undang PPN, “PKP adalah

pengusaha yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang dikenakan pajak

berdasarkan undang-undang PPN tidak termasuk pengusaha kecil yang

batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan kecuali

pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

c. Pengusaha Kecil

1) Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP/JKP dalam satu


tahun buku memperoleh peredaran penerimaan bruto tidak lebih
dari Rp. 600.000.000,-

2) Meskipun peredaran bruto dalam satu tahun buku tidak lebih dari

Rp. 600.000.000,-, pengusaha kecil dapat memilih untuk

dikukuhkan menjadi PKP.

3) Pengusaha kecil yang telah melampaui Rp. 600.000.000,- dalam

suatu masa pajak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP paling lambat akhir bulan terlampauinya batasan

tersebut. Apabila batas waktu pelaporan tersebut terlampaui

maka saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan berikutnya.


30

2. Objek PPN

a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha baik yang telah dikukuhkan sebagai PKP maupun yang

seharusnya dikukuhkan sebagai PKP tetapi belum dikukuhkan.

b. Impor BKP.

c. Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh

Pengusaha Kena Pajak.

d. Penyerahan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

h. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan oleh PKP, sepanjang pajak masukan yang dibayar

pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.


31

2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Menurut Untung Sukardji (2015:137) Dasar Pengenaan Pajak

adalah jumlah Harga Jual/Penggantian/Nilai Impor/Nilai Ekspor/Nilai lain

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai

sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. DPP adalah dasar

yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, yaitu :

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta/seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,

tidak termasuk PPN yang dipungut menurut undang-undang PPN

dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan faktur pajak.

2. Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta/seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan

JKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut undang-undang

PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam

faktur pajak.

3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar

perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang

dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang

dipungut menurut undang-undang PPN dan PPnBM.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.


32

5. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai dasar

pengenaan pajak dengan Keputusan menteri Keuangan.

2.2.7 Faktur Pajak

Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 pasal 13, disebutkan

bahwa :

1. Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap :

a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan

oleh pengusaha.

b. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha.

c. Ekspor BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean.

d. Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Faktur Pajak harus dibuat pada :

a. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP.

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau

sebelum penyerahan JKP.


33

c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan

sebagian tahap pekerjaan.

d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

2.2.8 Pengkreditan Pajak Masukan

Menurut Untung Sukardji (2015:143) Dalam menentukan besarnya

PPN yang terutang dalam satu masa pajak, perlu diperhatikan pajak

masukannya terlebih dahulu.Berdasarkan pasal 1 ayat (24) undang-undang

PPN, “Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh

PKP karena perolehan BKP dan/atau penerimaan JKP dan/atau

pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP.”

Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan menurut Undang-

Undang No.42 tahun 2009

a. Prinsip dasar Pengkreditan Pajak Masukan

1) Pajak masukan dalam satu masa pajak dikreditkan untuk masa

pajak yang sama (Pasal 9 ayat 2)

2) Dalam hal belum ada pajak keluaran dalam suatu masa pajak,

maka pajak masukan tetap dapat dikreditkan (Pasal 9 ayat 2a)

3) Apabila dalam suatu masa pajak, jumlah pajak keluaran lebih besar

daripada jumlah pajak masukan maka selisihnya merupakan PPN

yang wajib dibayar oleh PKP (Pasal 9 ayat 3)


34

4) Apabila dalam suatu masa pajak, jumlah pajak masukan lebih

besar daripada jumlah pajak keluaran maka selisihnya merupakan

kelebihan pajak masukan yang dapat diminta kembali atau

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya (Pasal 9 ayat 4)

5) Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan

untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang berhubungan langsung

dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak (Pasal 9

ayat 5 dan ayat 8b)

6) Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha

menghasilkan penyerahan kena pajak, dalam hal-hal tertentu

kemungkinan pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan

(Pasal 9 ayat 8 dan Pasal 16b ayat 3)

b. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan

1) Pajak masukan bagi pengeluaran untuk perolehan BKP/JKP

sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.

2) Pajak masukan bagi pengeluaran untuk perolehan BKP/JKP yang

tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

3) Pajak masukan bagi pengeluaran untuk pembelian/pemeliharaan

kendaraan bermotor berbentuk sedan, jeep, station wagon, van dan

komni kecuali sebagai barang dagangan atau disewakan (Pasal 9

ayat 6 huruf c)
35

4) Pajak masukan atas pemanfaatan BKP tidak

berwujud/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dari dalam

daerah pabean, sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.

5) Pajak masukan yang tercantum dalam faktur pajak sederhana.

6) Pajak masukan yang tercantum dalam faktur pajak standar yang

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13

ayat 15.

7) Pajak masukan yang pembayarannya ditagih menggunakan suart

ketetapan pajak.

8) Pajak masukan yang tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan

Masa PPN yang ditentukan dalam pemeriksaan.

9) Pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang digunakan untuk

kegiatan usaha yang menghasilkan penyerahan yang dibebaskan

dari pengenaan pajak (Pasal 16b ayat 3)

2.2.9 PPN yang tidak Dipungut atau Dibebaskan

Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 pasal 16B :

1. Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau

dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu

maupun selamanya, untuk :


36

a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam

Daerah Pabean.

b. Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa

Kena Pajak tertentu.

c. Impor Barang Kena Pajak tertentu.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud tertentu dari

luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean

di dalam Daerah Pabean.

2. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau

perolehan JKP yang atas penyerahannya tidak dipungut PPN dapat

dikreditkan.

3. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau

perolehan JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari

pengenaan PPN tidak dapat dikreditkan.

2.2.10 Penyetoran dan Pelaporan PPN

1. Penyetoran PPN

a. Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 pasal 15A, penyetoran PPN

oleh PKP harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan.


37

b. Sarana Penyetoran PPN

1) Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir

Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di KantorPelayanan

Pajak dan KantorPenyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan

(KP4) di seluruh Indonesia.

2) Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah

PPN yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam

Daftar Nominatif Wajib Pajak (DNWP) yang dibuat oleh:Bank

penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau Kantor

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran.

3) Surat Setoran Pajak (SSP) yang digunakan berisi jumlah pajak

yang terutang. Bentuk dari SSP yang digunakan dapat dilihat di

bagian lampiran.

c. Tempat Penyetoran PPN

1) Kantor Pos dan Giro


2) Bank Pemerintah, Kecuali BTN
3) Bank Pembangunan Daerah
4) Bank Devisa
5) Bank bank lain penerima setoran pajak
6) Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Khusus untuk impor
tanpa LKP.
38

2. Pelaporan PPN

a. Menurut Undang-Undang No. 42 tahun 2009 pasal 15A, SPT Masa PPN

disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya

Masa Pajak.

b. Sarana Pelaporan PPN

1) Untuk melaporkan PPN digunakan Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) yang tersedia di

KantorPelayanan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan

Potensi Perpajakan (KP4) di seluruh Indonesia.

2) Pelaporan SPT Masa PPN dilampiri dengan SSP sebagai bukti


penyetoran PPN.

3) SPT Masa PPN yang digunakan adalah SPT Masa PPN 1111,
bentuk dan isi dari SPT Masa PPN dapat dilihat di bagian
lampiran.

c. Tempat Pelaporan PPN

SPT Masa PPN dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana

wajib pajak tersebut terdaftar.


39

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara bedasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum, pajak juga merupakan sebuah

prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha

(menurut norma-norma) yang ditetapkannya secara umum tanpa adanya

kontraprestasi, dan semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dapat dikenakan

terhadap penyerahan atau impor barang kena pajak atau jasa kena pajak,

pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah

pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa, yang dilakukan

oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dikreditkan.

Menurut American Institute of Certified Public Accountants

(AICPA) didalam buku Lilik Pirmaningsih dan Agus Sumanto (2014:1)

menyatakan bahwa : “Akuntansi adalah seni pencatatan,

penggolongan, dan peringkasan transaksi dankejadian yang bersifat

keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan

uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut”.


40

Menurut Waluyo (2017:23) Undang-undang Nomor 28 Tahun

2007 (Pasal1), diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Perpajakan Mardiasmo

(2016:1) menyatakan bahwa : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

umum”.

Menurut Adriani dalam buku Perpajakan Indonesia Waluyo

(2017:2) menyatakan bahwa : “Pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan


41

pemerintahan”.

Menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang

PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewahmenyatakan bahwa : “Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak

atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan

secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi”.

Menurut Edy Supriyanto (2012:16) menyatakan bahwa :“Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dipungut/dipotong oleh

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi

penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya)

barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

wajib pajak badan maupun orang pribadi”.

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari pajak

penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah

tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum

mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk

meningkatkan penerimaan negara, mendorongekspor, dan pemerataan

pembebanan pajak. (Mardiasmo, 2016:331)

Menurut Mardiasmo (2016:331) menyatakan bahwa :


42

Pajak Pertambahan Nilai merupakan :

1. Pajak tidak langsung

2. Pajak atas konsumsi sendiri

Mengutip dari penelitian terdahulu yaitu :

Rinjani Wirautami (2017) Pada Setiap akhir bulan PT.Lotte

Chemical Titan Nusantara membuat jurnal Penutu puntuk menutup

perkiraan PPN, yaitu apabila Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak

Keluaran berarti terdapat kekurangan pembayaran atas PPN sedangkan

apabila Pajak masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran maka

terdapat kelebihan pembayaran. Dan juga, pada perusahaan dalam

melakukan pencatatan akuntasi PPN atas transaksi pembelian dan

penjualan ternyata perusahaan sudah menyajikan dengan jelas dan

lengkap. Dalam hal pelunasan kewajiban pajak, pembayaran PT.Lotte

Chemical Titan Nusantara selalu tepat waktu, tidak pernah ada

keterlambatan. Perhitungan PPN PT.Lotte Chemical Titan Nusantara

telah sesuai dengan UU no. 42 Tahun 2009 baik pencatatanya maupun

pelaporannya.

Rizqi R. Kansil (2015) Hasil penelitian pada bab sebelumnya,

Penerapan tarif PPN pada PT. Jaya Abadi Manado sudah sesuai

dengan UU No. 42 Tahun 2009, tarif yang diterapkan perusahaan

sebesar 10% dari harga jual kios atau ruko. Metode yang digunakan
43

perusahaan untuk mencatat PPN adalah metode Akrual basis, dan

Yang menjadi dasar pengenaan PPN pada PT. Jaya Abadi Manado

adalah harga jual produk yang dalam perusahaan lebih dikenal

dengan istilah Harga Pengikatan.

2.4. Kerangka Pemikiran

PT Maxitherm Boilers Indonesia merupakan jenis perusahaan sub

konstruktor dengan beban pajak penghasilan yang cukup tinggi. Salah

satu produk unggulannya berupa Boiler Burner dan Service Boiler.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2011, PT MBI mampu

menghasilkan laba diatas Rp. 4.800.000.000,00.

Dalam suatu transaksi pembelian barang dilakukan pengakuan

pembelian atau penjualan barang tersebut sehingga bisa menerapkan

Undang-undang perpajakan untuk menentukan akuntansi penerapan Pajak

Pertambahan Nilai.

Dari kesimpulan yang dibuatkan oleh peneliti sebelumnya, penulis

tertarik untuk mengambil judul “Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan

Pertambahan Nilai (PPN) di PT. Maxitherm Boilers Indonesia”.


44

2.4 Bagan Kerangka Pemikiran

PT. MAXITHERM BOILERS


INDONESIA

Transaksi Pembelian Transaksi Penjualan

Faktur Pembelian Faktur Penjualan

Pajak Masukan Pajak Masukan

Undang-Undang
No. 42 Tahun 2009
Laporan PPN Laporan PPN
Menurut eSPT Menurut Pembukuan
Rekonsiliasi

Lebih Bayar/Kurang Bayar


45

Pelaporan SPT Masa PPN

Penerapan Akuntansi Pajak


Pertambahan Nilai PT. MBI
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha secara sistematik terkait kegiatan

mengembangkan serta menemukan pengetahuan yang benar dengan adanya

penyertaan contohnya.

3.1.1. Jenis Penelitian

Data Kualitatif, yaitu data yang berisi kondisi perusahaan seperti latar

belakang perusahaan, struktur organisasi, tujuan perusahaan, rencana

perusahaan, kebijakan perusahaan. Dimana data tersebut diperoleh secara

lisan ataupun tulisan. Teknik ini digunakan penulis untuk menganalisis

besarnya pajak masukan yang diterima dengan besarnya pajak penjualan

yang dikeluarkan.

3.1.2. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis kualitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data


46

angka, yakni data yang saya peroleh dari laporan SPT Masa PPN Selama

tahun 2016 dan 2017.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan

penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan secara

eksplisit untuk mempermudah peneliti sebelum melaksanakan observasi.

Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian, jadi observasi serta

analisa hasil penelitian akan lebih terarah.

Menurut Moloeng (2000), fokus penelitian di maksudkan untuk

membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan yang tidak

relevan, agar tidak di masukkan ke dalam sejumlah data yang sedang di

kumpulkan, walaupun data itu menarik.

Fokus penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Laporan Pajak Masukan dan Keluaran Tahun 2016 dan 2017

Peneliti akan menggunakan laporan Pajak Tahun 2016 dan 2017

b. Rekap SPT Masa PPn Tahun 2016 dan 2017

Peneliti melakukan penelitian terhadap SPT Masa PPn yang

dilaporkan selama tahun 2016 dan 2017. Agar mengetahui seberapa besar

pajak yang telah diterima.

c. Perencanaan Pajak

Peneliti melakukan analisis terhadap perencanaan pajak yang ada


47

di PT. Maxitherm Boilers Indonesia. Untuk mengetahui bagaimana

perencanaan pajak yang ada di perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai

acuan untuk memperbaiki perencanaan yang ada di perusahaan.

3.3. Sumber Data

Data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2014:223) sumber data primer adalah sumber

data yang langsung memberikan datakepada pengumpul data. Dalam

penelitian ini data yang diperoleh langsung (data primer), Data primer yang

digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari hasil wawancara yang telah

dilakukan penulis dengan manager keuangan (financial manager) PT

Maxitherm Boilers Indonesia.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data pendukung data primer dari

literatur dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi

(Moleong, 2000). Data sekunder yang digunakan penulis diperoleh dari PT

Maxitherm Boilers Indonesia. Data ini berupa :

1. SPT Masa PPn Selama tahun 2016 dan 2017.

2. Laporan PPn Keluaran dan Masukan PT Maxitherm Boilers Indonesia

pada tahun 2016 dan 2017.

3. Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang pajak pertambahan

nilai.
48

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data adalah teknik pengumpulan data dengan

cara peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan.

Pengamatat disebut observer yang diamati disebut observer.

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki (Supardi, 2006 : 88). Observasi dilakukan menurut prosedur dan

aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil

observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah.

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam

melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam

penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran,

tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat

dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam

pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-

lain.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,

perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk

membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan


49

pengukuran terhadap aspek tertentu.

Secara umum Teknik Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan cara

yaitu

3.4.1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu pengamatan langsung pada objek penelitian dalam

pengumpulan data- data yang diperlukan guna penulisan tugas akhir melalui:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data,dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2009). Penulis

mengamati langsung di bagian staff perpajakan PT Maxitherm Boilers

Indonesia untuk mengetahui secara langsung kegiatan yang ada di

perusahaan.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,

perasaan yang dilakukan antara 2 pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancara (Arifin dan

Amran, 2009). Penulis melakukan wawancara mengenai penerapan tax


50

planning kepada manager keuangan (financial manager) dan karyawan di

bagian staff perpajakan pada PT Maxitherm Boilers Indonesia.

e. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai

hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,

rapot, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006). Dokumen dari perusahaan

yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan PT Maxitherm

Boilers Indonesia berupa dokumen yang berhubungan dengan pajak PPN.

3.4.2. Studi Kepustakaan (library Research)

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan

masalah yang dipecahkan (Nazir, 2005). Penulis mengumpulkan data yang

bersumber dari literatur, buku perencanaan pajak, perpajakan, dan referensi

lain untuk menunjang penulisan.

3.5. Objektivitas dan Keabsahan Data

Trianggulasi adalah cara yang paling umum digunakan dalam

penjaminan validitas data dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi

merupakan teknik peme- riksaan keabsahan data dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan data atau

sebagai pembanding terhadap data itu.

Menurut Sugiyono (2014:267), Validitas merupakan “derajat

ketetapan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang
51

dapat dilaporkan oleh peneliti”. Menurut Hamidi (2004:82-83), Ada

beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas data,

yaitu:

1. Teknik trianggulasi antar sumber data, teknik

pengumpulan data, dan pengumpulan data yang dalam hal

terakhir ini peneliti akan berupaya mendapatkan rekapitulasi data

apa saja yang berhubungan langsung dengan SPT Masa PPn.

2. Pengecekan kebenaran informasi kepada para informan

yang telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian (member

check).

3. Akan mendiskusikan dan menduskusikan ulang apakah

dalam pelaporan sudah sesuai dengan ketententua perundang-

undangan.

3.6. Model Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis interaktif. Model ini ada 4 komponen analisis yaitu:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Menurut Moleong (2004:280- 281), “Analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian


52

dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan

menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk

menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data

berikutnya.

a. Rumus menghitung PPN menurut Mardiasmo (2016:347) adalah :

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

b. Pengakuan Utang PPN

Menurut Djoko Mulyono dan Baruni Wicaksono (2009:7) menyatakan

bahwa :“Pengakuan Utang PPN yaitu PPN sebagai utang pajak dapat

terjadi apabila Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak menjual

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli. Utang PPN

tersebut bagi Wajib Pajak sama dengan Pajak Keluaran. Utang tersebut

harus di bayar penjual.

c. Pengakuan Piutang PPN

Menurut Djoko Mulyono dan Baruni Wicaksono (2009:11) menyatakan

bahwa :“Pengakuan piutang PPN yaitu Pungutan PPN yang dilakukan

oleh PKP lain pada saat Wajib Pajak membeli Brang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak diperlakukan sebagai piutang PPN atau sebagai Pajak

Masukan.Terhadap piutang PPN atau pajak masukan akan dilakukan

jurnal untukmengetahui berapa yang harus dilunasi atau berapa yang lebih

bayar ataspungutan PPN pada setiap bulannya”.

d. Pencatatan PPN

Menurut Djoko Mulyono dan Baruni Wicaksono (2009:37) pencatatan


53

PPN dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

1) Pencatatan Utang PPN

Utang PPN terjadi apabila Wajib Pajak menjual BKP atau JKP,

sehingga pada harga yang harus dibayar oleh pembeli terdapat PPN

yang harusdi pungut oleh Wajib Pajak. Utang PPN bagi Wajib Pajak

sama dengan pajak keluaran. Jurnal transaksi dari Utang PPN dapat

terjadi seperti berikut :

Piutang dagang xxx

DPP penjualan xxx

Utang PPN xxx

2) Pencatatan Piutang PPN

Piutang PPN terjadi apabila Wajib Pajak membeli BKP atauJKP

sehinggapada harga yang harus dibayar terdapat PPN yang harus

dibayar olehWajib Pajak. Piutang PPN bagi wajib pajak sama dengan

pajak masukan.Jurnal transaksi dari pitang PPN dapat terjadi seperti

berikut :

DPP pembelian xxx

Piutang PPN xxx

Hutang dagang xxx

e. Penggolongan PPN

Menurut Djoko Mulyono dan Baruni Wicaksono (2009:44) penggolongan

PPN terbagi 4 bagian yaitu :

1) Utang PPN
54

Utang PPN identik dengan PPN keluaran yangdipungut oleh Wajib

Pajak dari berbagai transaksi penjualan yang dilakukan oleh Wajib

Pajak. Utang PPN ini dapat dijadikan satu rekening.KarenaWajib

Pajak sudah mempunyai rekening utang PPN makan tidak perlu lagi

membuat rekening baru untuk menampungberbagai PPN berkaitan

dengan penjualan BKP maupun JKP,terkecuali Wajib Pajak

melakukan berbagai transaksi yang disanater dapat perbedaan tarif

PPN dan dasar DPP.

Contoh : seorang Wajib Pajak orang pribadi, selain mempunyai usaha

industri rokok juga merupakan pedagang besar elektronik. Atas

transaksi penjualan rokok dan elektronik mempunyai tariff PPN dan

DPP yang berbeda.

2) Piutang PPN

Piutang PPN, atau identik dengan PPN masukan atau PPN yang

diperoleh pada waktu pembelian BKP atau JKP oleh wajib pajak,pada

berbagai jenis BKP atau JKP yang dikenakan PPN pada dasarnya

dapat diperlakukan sebagai kredit pajak atau sebagaipiutang PPN, atau

dapat pula diperlakukan sebagai biaya.

3) Biaya PPN

Namun apabila pajak masukan sudah dijurnal sebagai piutang PPN,

maka tidak dapat diperlakukan sebagai kredit pajak, sehingga harus

diperlakukan sebagai kredit pajak, sehingga harus diperlakukan


55

sebagai biaya. Jurnalnya menjadi seperti berikut :

DPP PPN xxx

Piutang PPN xxx

Hutang dagang xxx

Biaya PPN masukan xxx

Piutang PPN xxx

Biaya PPN masukan adalah PPN yang tidak diperlakukan sebagai

kredit pajak, yang antara lain karena terlambat pengkreditannya,atau

PPN masukan tersebut tidak berhubungan dengan kegiatanusaha, dan

yang lainnya.

Jurnal terhadap pembelian tersebut termasuk pembelian aktivatetap,

sehingga aktiva yang diakui pada neraca adalah sebesarDPP-nya.

Kalau aktiva tetap yang diakui pada neraca termasuk PPN, makaPPN

tersebut akan diperlakukan sebagai biaya memaluipenyusutan.

Sedangkan kalau piutang PPN atas pengadaan aktiva tersebut sudah

diperlakukan sebagai kredit pajak maka akanterjadi dua kali

pembebanan piutang PPN, dan ini harus dilakukankoreksi fiskal.

Bagi pengusaha non-PKP, tidak dikenal piutang PPN, sehingga atas

pembelian BKP atau JKP yang mengandung PPN masukan tidak akan

diperlakukan sebagai kredit pajak, tetapi akan diperlakukan sebagai

biaya, jurnalnya adalah sebagai berikut :

Pembelian xxx
56

Hutang dagang xxx

Karena pada pembelian yang diakui Wajib Pajak non-PKP terdiridari

DPP dan PPN masukan, maka PPN masukan yang beradapada

pembelian tersebut langsung diperlakukan sebagai biaya.

4) Pelunasan PPN

Pelunasan PPN dilakukan oleh Wajib setelah adanya

perhitunganantara utang PPN dengan piutang PPN, melalui jurnal

sebagai berikut :

Utang PPN xxx

Piutang PPN xxx

PPN kurang dibayar xxx

PPN kurang dibayar xxx

Kas/Bank xxx

2. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan

kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.

Menurut Djoko Mulyono dan Baruni Wicaksono (2009:58) penyajian dan

pelaporan PPN terbagi 2 yaitu :

a. Penyajian laporan PPN bagi PKP yang perhitungannya dengan PKPM

Bagi PKP yang perhitungannya PPN-nya menggunakan PajakKeluaran

Pajak Masukan (PKPM), maka pada laporan tersebutakan ditampilkan

besarnya Pajak Keluaran (utang PPN) danbesarnya Pajak


57

Masukan(Piutang PPN). Besarnya PPN yangharus dibayar atau lebih

dibayar merupakan selisih antara pajakkeluaran dan pajak masukan

tersebut.

b. Penyajian laporan PPN bagi PKP yang perhitungannya tidak dengan

PKPM

Bagi PKP yang perhitungan PPN-nya tidak mempergunakanPajak

Keluaran Pajak Masukan (PKPM), maka pada laporantersebut tidak akan

ditampilkan besarnya pajak masukan (piutang PPN). PPN yang harus

dibayar atau lebih dibayaradalah sebesar peredaran usaha dikalikan 2%.

Pajak masukan yang diperoleh PKP tidak diperlakukan sebagaikredit PPN

maupun sebagai biaya.

PKP yang tidak mempergunakan mekanisme PKPM, penyajianlaporan

PPN-nya tidak dimungkinkan lebih bayar.

3. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan

dengan menyusun pola - pola pengarahan dan sebab akibat.

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang

harus ditempuh dalam suatu penelitian. Menurut Moleong (2004:127-

148), Langkah- langkah prosedur penelitian meliputi tiga hal yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dengan

pertimbangan etika penelitian lapangan melalui tahap pembuatan rancangan


58

usulan penelitian hingga menyiapkan perlengkapan penelitian. Dalam tahap

ini peneliti diharapkan mampu memahami latar belakang penelitian dengan

persiapan-persiapan diri yang mantap untuk masuk dalam lapangan

penelitian. Disini saya akan melakukan tahap sebelum penelitian dan tahap

perencanaan.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti berusaha mempersiapkan diri untuk menggali

dan mengumpulkan data-data untuk dibuat suatu analisis data mengenai

perpajakan pph badan. Secara intensif setelah mengumpulkan data,

selanjutnya data dikumpulkan dan disusun. Disini saya akan melakukan 1

tahapan, yakni tahap pengumpulan data.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang berupa mengolah data

diperoleh dari narasumber maupun dokumen, kemudian akan disusun

kedalam sebuah penelitian. Hasil analisis tersebut dituangkan dalam

bentuk laporan sementara sebelum menulis keputusan akhir. Disini saya

akan melakukan tahap analisa data, pengolahan data, dan verifikasi data.

Tabel 3.7

Prosedur Penelitian

Tahap Sebelum 1. Melakukan Kajian Skala Kecil


Penelitian 2. Menentukan Fokus Penelitian
3. Sudi Yang Relevan

Tahap 1. Identifikasi Penerapan Akuntansi PPN


Perencanaan 2. Identifikasi Masalah
3. Perumusan Masalah
4. Penetuan Metode Penelitian
59

Tahap Pengumpulan 1. Penelitian Kepustakaan


Data 2. Penelitian Lapangan (Dokumen,
Wawancara, dan Observasi Lapangan)

Tahap Analisa Data 1. Menganalisis dan Mengolah Data


dan Pengolahan Data 2. Menyusun Data

Verifikasi Penelitian 1. Melakukan Uji Validitas


Data 2. Menguji Kredibilitas

Kesimpulan

Hasil Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan


60

Maxitherm Boilers didirikan pada tahun 1946. Dimulai dengan bisnis yang

mengkhususkan diri dalam boiler industri dan desain kapal tekanan dan rekayasa,

Maxitherm Inc. menjadi spesialis penuh dalam desain dan rekayasa pembangkit

listrik tenaga mini dan pabrik pemulihan energi limbah padat.

Secara regional, Maxitherm Boiler telah memasok lebih dari 500

pembangkit listrik tenaga mini, pabrik pemulihan energi limbah padat dan boiler

industri untuk aplikasi industri dan kota.

Dibangun di atas lebih dari setengah abad penelitian dan pengembangan,

merek Maxitherm Inc. berada di garis depan teknologi pembakaran,

mengembangkan produk yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan energi

modern berkembang.

4.1.2. Visi, Misi dan Nilai Utama Perusahaan

1. Visi, Misi dan Kepercayaan Perusahaan

PT. Maxitherm Boilers Indonesia memiliki visi yaitu :

“Mitra Energi Terpercaya Anda”

PT. Maxitherm Boilers Indonesia memiliki misi yaitu :


61

“Untuk mendukung pelanggan kami dalam bisnis mereka dengan

menyediakan energi berkualitas yang dapat mereka andalkan”

PT. Maxitherm Boilers Indonesia memiliki kepercayaan yaitu :

“Di balik setiap bisnis hebat, ada energi yang dapat diandalkan”

2. Nilai Utama Perusahaan

c. Bertanggung jawab: Kami menerima tanggung jawab atas tindakan


kami

d. Keahlian: Kami berusaha untuk menjadi ahli di bidang kami dengan


belajar dan berinovasi

e. Layanan: Kami melayani pelanggan kami dengan memenuhi harapan


mereka

f. Gairah: Kami bersemangat dalam apa yang kami lakukan

g. Keunggulan: Kami memberikan hasil dengan keunggulan tanpa


kompromi

h. Karakter: Kami memiliki karakter untuk membawa kami ke depan

i. Kerja tim: Kami bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama
kami

4.1.3. Lokasi

PT. Maxitherm Boilers Indonesia menyewa sebuah gedung yang berlokasi

dekat dengan pelabuhan tanjung priok dimana beralamat yakni di cilincing Jakarta

utara.

1. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan :


62

a. Lokasi di dekat pelabuhan tanjung priok sehingga dapat

memudahkan dalam proses export import dan sarana bongkar muat

bahan baku etilen dan butane.

b. Lokasi dekat dengan sarana dan prasana transprotsai darat dan laut.

c. Berdekatan dengan para supplier penyedian bahan-bahan untuk

proses pembuatan maupun service produk.

4.1.4. Jenis Produk

PT. Maxitherm Boilers Indonesia memiliki beberapa jenis produk untuk

pembangkit tenaga listriknya yakni :

1. Firetube Boilers (Liquid/Gas)

a. Model “DBS” (dry back)

“Otomatis Sangat Otomatis Yang Dimungkinkan Untuk

Generasi Uap Sederhana Dan Dapat Diandalkan”.

Boiler ini telah dirancang khusus untuk instalasi boiler

kecil di mana kesederhanaan dan kemudahan operasi adalah

syarat utama. Model ini memiliki semua fitur dari boiler yang

lebih besar dan konstruksi dan kinerjanya tiada bandingnya oleh

boiler kapasitas serupa. Peralatan pembakaran yang dirancang

secara terintegrasi tersedia untuk digunakan dengan semua jenis

minyak ringan gas atau bahan bakar kombinasi. Hanya


63

membutuhkan perawatan dan pengawasan minimum untuk

menyediakan uap biaya rendah. Anda membayar untuk apa yang

Anda gunakan dan tidak lebih!

b. Model “WBS” (wet back)

“Untuk Reliabilitas Yang Lebih Besar Dan Pemeliharaan

Rendah”.

Pengembangan konstruksi wet back oleh para insinyur

Riset dan Pengembangan Maxitherm menghasilkan desain boiler

paket yang benar-benar menghilangkan masalah penyegelan gas

atau kehilangan panas, pemeliharaan lebih rendah,

menyederhanakan aksesibilitas dan membuat ruangan pabrik

Anda lebih bersih dan lebih dingin.

Sistem refraktori yang rumit yang dibutuhkan oleh back

boiler kering dihilangkan. Akses ke ruang pembalikan gas

sederhana dan cepat melalui manuver berengsel kecil.

Ruang bakar berpendingin air sepenuhnya meningkatkan

proporsi permukaan pemanas berseri-seri, menurunkan suhu gas

di pintu masuk ke jalur konveksi pertama dan meningkatkan

efisiensi operasi keseluruhan boiler Maxitherm. Hasilnya - biaya

bahan bakar lebih rendah!

2. Firetube Boilers (Biomass/Solid fuel)


64

a. Model “EKW”

“Kapasitas Kecil Boiler Firetube Dari Sampah Kayu Buah Atau

Saw Dust”

Maxitherm telah mengembangkan desain steam pack

steam back pack untuk dapat membakar bahan bakar padat.

Model boiler Maxitherm EKW memiliki diameter tungku besar,

yang dapat dipasang dengan memperbaiki parut atau stoker kecil

untuk bahan bakar abu rendah.

Konstruksi kembali basah memiliki banyak keuntungan

karena permukaan pemanasan yang lebih tinggi, suhu logam

yang lebih rendah, lebih sedikit refraktori, berarti biaya

perawatan yang lebih sedikit.

Model boiler ini dirancang untuk digunakan dengan chip

kayu, briket dan batubara abu rendah dan dilengkapi dengan

sistem pengisian bahan bakar pneumatik dan grates kecepatan

tinggi tetap.

b. Model “C” or “UFM”

“Baterai Koleksi Multi Tubular Yang Tidak Dikenal”

Model “C” underfired multi tubular boiler adalah salah

satu desain tradisional dalam kisaran Maxitherm dan telah

terbukti di lapangan berkali-kali. Desain kasar sederhana sangat


65

ideal untuk aplikasi di mana kesederhanaan operasi

pemeliharaan rendah adalah yang terpenting.

Model "C" desain maxitherm sangat ideal untuk aplikasi

untuk membuang pemulihan panas.

Boiler yang lemah dari Maxitherm dapat diperlengkapi

untuk pembakaran semua jenis bahan bakar atau kombinasi

bahan bakar. Konversi dari satu bahan bakar ke bahan bakar

lainnya juga dimungkinkan untuk memenuhi fluktuasi harga dan

ketersediaan bahan bakar di masa mendatang.

3. Watertube Boilers (Liquid/Gas)

a. Model “Mini D” or “D”

“Fitur Desain Lain Dari Paket Paket Maxitherm Dengan Dinding

Air Tabung Fin”

The "Mini D" adalah dua tabung tabung air tabung

bengkok dari tipe "D" yang telah terbukti, dan tersedia dari 1

MW hingga 50 MW. The "Mini D" disampaikan pabrik lengkap

dirakit dan diuji dengan keamanan maksimum, kontrol

pembakaran, pelindung kegagalan api, peralatan makan air

ganda dan kontrol ketinggian air.

Desain Maxitherm memiliki ruang pembakaran

berdinding-air dan casing tabung konveksi berpendingin air dari


66

tabung-tabung pendek yang dilas, bersama dengan casing luar

yang kedap gas yang cocok untuk pemasangan di dalam maupun

di luar ruangan.

Unit ini dirancang untuk beroperasi di bawah rancangan

paksa sehingga persyaratan tumpukan dapat dihilangkan untuk

kebutuhan otoritas lokal.

4. Watertube Boilers (Biomass/Solid fuel)

a. Model “FDB” or ”FDW”

“Energi Dari Pembakaran Briquette”

Model Maxiterm "FD" watertube boiler dikembangkan

dari konstruksi jenis "D" yang luas di dunia untuk membakar

bahan bakar padat seperti kayu batubara coklat atau limbah

pertanian yang dipecat.

Model boiler Maxitherm "FD" dilengkapi dengan

pengumpan bahan bakar pneumatik dan ruang bakar harus

beroperasi di bawah konsep seimbang untuk memberikan

pembakaran efisiensi maksimum dan tinggi. Sumbat lubang

jarum tetap harus dipasang di lantai watertubes. Paras

berpendingin air harus sesuai untuk pembakaran briket batubara

batubara industri abu rendah.

b. Model “JDW”
67

“Energi Dari Limbah”

Salah satu hasil dari kenaikan harga bahan bakar global

adalah munculnya sistem energi berbahan bakar limbah untuk

banyak aplikasi proses. Maxitherm Multi-D dapat dipasang

dengan sistem pembakaran untuk menyesuaikan hampir semua

bahan bakar.

Bahan bakar dengan kelembaban tinggi seperti serbuk

gergaji hijau, kulit kayu dan woodchip dapat digunakan pada

parutan yang didinginkan dengan air, atau parit pembuangan

dimana abu lebih besar dari 6% hadir.

Pengumpan penyebar pneumatik atau mekanis,

pengumpan drum, pengumpanan manual, serta grates yang

diinjak-injak dapat digunakan tergantung pada kualitas bahan

bakar, ukuran, dll.

c. Model “DLF”

“Energi Dari Limbah Pertanian”

Model Boiler Maxitherm "DLF" dapat dipasang dengan

sistem pembakaran untuk menyesuaikan hampir semua bahan

bakar. Bahan bakar kelembaban yang tinggi seperti serat sawit

atau sekam padi, dapat digunakan pada parutan air yang

cenderung dingin.
68

Pengumpan penyebar pneumatik dapat digunakan

tergantung pada kualitas bahan bakar, ukuran, dll.

d. Model “TDC”

“Energi Dari Sumber Daya Alam”

Model boiler batubara berbahan bakar batubara

Maxitherm “TDC” beroperasi dengan berbagai bahan bakar dari

batubara abu rendah volatil yang tinggi di Selandia Baru ke

batubara abu rendah volatile rendah di Cina atau Tasmania.

The Louvre travel grate stoker yang diproduksi oleh

Maxitherm mampu menangani secara efektif, batubara dari

semua jenis, bahkan pada mereka dengan persentase denda yang

tinggi.

5. Water Heater (Liquid/Gas)

a. Model “HWB” (non pressurize)

“Paket Penyimpanan Pemanas Air Dengan Built In Calorifier

Untuk Instalasi Sederhana”

Desain two-pass yang unik menggunakan pemanas air

berkapasitas besar dari desain wetback yang dapat dilengkapi

dengan semua kalorifier tembaga untuk pengiriman air panas


69

yang dapat dikonsumsi. Berbagai ukuran kalorifier tersedia

hingga 100% dari kapasitas pemanas.

Model pemanas air Maxitherm “HWB” sangat ideal untuk

berbagai aplikasi industri dan komersial seperti pemanasan

proses, pengkondisian bangunan komersial, blok kemudahan,

hotel, motel, atau aplikasi apa pun yang memerlukan kombinasi

beban panas dan konsumsi kebutuhan air panas.

Air panas konsumsi dapat diperoleh dari kalorifier pada

suhu 60 derajat C dan tekanan air hingga 150 psi. Pasokan air

panas sistem tertutup tersedia hingga 98 derajat C dan pada

kepala tekanan maksimum normal 30 psi atau 21,4 m kepala

statis.

b. Model “H” (pressurize)

“Paket Air Panas Temperatur Tinggi”

Paket Maxitherm "H" paket pemanas air suhu tinggi

dirancang untuk digunakan dalam sistem air tertutup seperti di

AC dari bangunan besar dan proses industri pemanasan dengan

air panas.

Model ini adalah pemanas air firetube horizontal dari

konstruksi wetback dengan penutup berengsel untuk akses

mudah, dan dilengkapi untuk pembakaran jenis atau kelas


70

minyak ringan atau gas. Unit dirancang untuk kepala tekanan

setara dengan 1000 kPa.g atau suhu air hingga 180 derajat C.

4.1.5. Standar dan Prosedur Tenaga Kerja Perusahaan

1. Jumlah Karyawan

Pada akhir tahun 2017 tercatat bahwa di PT. Maxitherm Boilers

Indonesia memiliki tenaga kerja sebanyak ± 51 orang yang terdiri dari karyawan

tetap, karyawan tidak tetap dan karyawan harian, dengan rincian sebagai

berikut :

a. Karyawan Tetap : 24 Orang

b. Karyawan Kontrak : 21 Orang

c. Karyawan Harian : 6 Orang

2. Jam Kerja Karyawan

Karyawan shift dan nonshift dengan jumlah jam kerja 40 jam seminggu,

adapun pembagian jam kerja untuk karyawan tetapnya adalah :

a. Karyawan non shift (daily) masuk lima kali dalam seminggu dari

hari Senin sampai hari Kamis:

 Jam kerja : 07.30 – 16.30 WIB

 Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB

b. Karyawan non shift (daily) masuk pada hari Jum’at :

 Jam kerja : 07.30 – 17.00 WIB


71

 Istirahat : 11.30 – 12.30 WIB

4.1.6. Sistem Kerja

PT. Maxitherm Boilers Indonesia merupakan perusahaan yang beresiko

tinggi sehingga harus menggunakan izin kerja sekalipun dalam keadaan

darurat yang di keluarkan oleh supervisor area (Authorize Personal) yang di

ketahui oleh safety engineering.

Untuk kesejahteraan karyawan, PT. Maxitherm Boilers Indonesia

mempunyai dua belas hari cuti kerja bila telah memilki sekurang- kurangnya

satu tahun kerja. Untuk memberikan pelayanan kesehatan dilakukan PT.

Maxitherm Boilers Indonesia dengan sebaik-baiknya kepada tenaga kerja

melalui sebuah kartu kesehatan BPJS.

4.1.7. Tata Tertib Perusahaan

1. Datang bekerja tepat waktu, pada jam-jam kerja yang telah di

tentukan dan meninggalkan tempat kerja sesuai dengan jam yang

telah ditentukan, kecuali karyawan yang telah diperintahkan untuk

lembur oleh atasan nya.

2. Selama jam-jam kerja karyawan tidak diperkenankan meninggalkan

tempat kerja dan menerima tamu-tamu pribadi tanpa izin atasannya.


72

3. Mematuhi perintah atasan untuk mengerjakan tugas-tugas lain selain

tugas utamanya sesuai dengan kemampuan karyawan yang

bersangkutan apabila diperintahkan oleh perusahaan.

4. Dilarang keras membawa barang-barang yang berbahaya kedalam

lingkungan perusahaan, seperti : minum-minuman beralkohol, korek api,

bahan peledak, senapan dan semacamnya.

5. Dilarang keras membawa barang-barang dan dokumen-dokumen ke

luar area pabrik tanpa izin pimpinan perusahaan.

4.1.8. Fasilitas Perusahaan

1. Kesejahteraan Sosial

Untuk kesehjateran karyawan, PT. Maxitherm Boilers Indonesia

memberikan jaminan sosial kepada karyawan dalam bentuk :

a. Jaminan sosial,

b. Biaya pengobatan,

c. Uang transport dan uang makan,

d. Tempat ibadah,

e. Fasilitas pendidikan, pelatihan, dan pengembangan baik internal

maupun eksternal.
73

Komponen gaji karyawan PT. Maxitherm Boilers Indonesia terdiri dari:

a. Gaji pokok,

b. Tunjangan Hari raya,

c. Tunjangan Lainnya,

d. Uang cuti,

e. Uang shift,

f. Uang lembur.

Setiap tahun karyawan PT. Maxitherm Boilers Indonesia mempunyai

12 hari cuti kerja bila memiliki sekurang-kurang nya 12 bulan.

2. Kesehatan dan Gizi Kerja

Untuk memberikan pelayanan kesehatan dilakukan PT. Maxitherm

Boilers Indonesia sebaik-baiknya kepada tenaga kerja melalui sebuah klinik

dari luar.

Jenis pelayanan kesehatan meliputi :

a. Pemeriksaan karyawan baru sebelum bekerja.


74

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala 2 tahun sekali/setahun sekali. c.

Pelayanan kesehatan umum untuk setiap karyawan tetap, training

kesehatan dan P3K.

4.1.9. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. MAXITHERM BOILERS


INDONESIA
75

PT. Maxitherm Boilers Indonesia memiliki seorang pimpinan tertinggi

perusahaan yaitu CEO yang berkedudukan di Jakarta. Dalam melaksanakan

tugasnya, CEO dibantu oleh 3 Director dan 3 Manager yang bertanggung jawab

pada masing-masing departemen yang dibawahinya. Keenam departemen

tersebut adalah :

1. Technical Director yang bertugas bertanggung jawab membawahi

departemen Porposal dan After Sales. Untuk proposal sendiri bagian ini

memiliki jobdress membuat estimasi dan budget untuk pembuatan sebuah

produk, sedangkan after sales membuat estimasi dan budget untuk jasa

servicenya saja.

2. Sales Director yang bertugas bertanggung jawab membawahi department

Sales, Marketing dan Business Devlopment. Untuk sales sendiri dia

memiliki jobdress menjualkan produk-produk ke customer secara

langsung, untuk marketing memiliki jobdress memasarkan produk

melalui beberapa tender-tender yang diadakan oleh customer, untuk

business dev bertugas memcover team sales maupun marketing.

3. Financial Director yang bertugas bertanggung jawab membawahi

department Finance, Accounting, Cost Control, Warehouse, Human

Resources. Finance and Accounting memiliki jobdress untuk membuat

laporan keuangan, laporan pajak dan melaksanakan transaksi baik

penjualan maupun pembelian, bagian cost control memiliki tugas untuk

memonitor sekaligus mengontrol biaya-biaya yang dekeluarkan agar

tidak over, warehouse sendiri memiliki jobdress mengatur dan


76

mengopname stock serta serah terima maupun bongkar muat barang-

barang yang mau dikirim maupun menerima barang pesanan purchasing

dari supplier, HR memiliki jobdress seputar karyawan yakni salary,

tunjangan, kontrak dll.

4. Engineering Manager yang bertugas bertanggung jawab membawahi

department Engineering. Engineer sendiri memiliki jobdress untuk

memuat maupun merangkai gambar ataupun sketsa sesuai pesanan tipe

boiler dari customer.

5. Project General Manager yang bertugas bertanggung jawab membawahi

department Project, Production, Production Planning Control, dan

Quality Control. Project memiliki jobdress untuk membuat maupun

melaksanakan progress pekerjaan di site, bagian produksi memiliki

jobdress untuk membuat tipe-tipe boiler sesua dengan draft gambar yang

dikirimkan dari dept engineer, disini departemen PPC memiliki jobdress

untuk mendaftarkan material apa saja yang dibutuhkan oleh customer

untuk selanjutnya di request ke bagian purchasing maupun drafter, QC

sendiri mengontrol semua barang baik yang masuk ke gudang maupun

yang keluar untuk dikirim ke site apakah sudah memenuhi standar

kualitas.

6. Operation Manager yang bertugas bertanggung jawab membawahi

department Procurement, Management Representative, Document


77

Control, dan Internal Auditor. Procurement disini memiliki jobdress

untuk membuat pesanan ke subcon maupun supplier untuk mengirimkan

barang sesuai pesanan dari PPC, untuk Management Representative,

Document Control, Serta Internal Auditor memiliki jobcode untuk

memonitor semua kegiatan dalam 1 perusahaan.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Pengakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. MBI

PT. Maxitherm Boilers Indonesia dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak sejak tanggal 07 Februari 2011 dengan Nomor Pengukuhan No. : S-

3188PKP/WPJ.22/KP.0203/2015. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib

membuat e-faktur atau faktur pajak elektronik untuk menghindari penerbitan

faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya. PKP

yang telah wajib e- Faktur namun tidak menggunakannya, secara hukum

dianggap tidak membuat faktur pajak sehingga akan dikenakan sanksi pajak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. PPN atas Transaksi Penjualan di PT. Maxitherm Boilers Indonesia

PT. Maxitherm Boilers Indonesia melakukan penjualan barang jadi ke

konsumen dalam negeri dan juga ke luar negeri sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku atas transaksi penjualan tersebut terutang PPN.

Penjualan di dalam negeri PT. MBI mengeluarkan Faktur Pajak dengan

nilai sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak yang dibuat dalam sistem e-
78

Faktur. E-Faktur dibuat dengan cara mengentri No. Urut Faktur Pajak yang

sebelumnya sudah didapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak, mengentri

tanggal, mengentri nomor Invoice, NPWP pembeli, Nama Barang, Jumlah

Barang yang di jual dan harga barang. Faktur pajak yang sudah dibuat

kemudian dimintakan persetujuan secara sistem, dan sistem dari Direktorat

Jenderal Pajak akan memberikan persetujuan jika data yang dikirim sudah

memenuhi syarat pembuatan e-Faktur. Faktur pajak yang sudah disetujui

kemudian dicetak dan dilampirkan dengan Invoice dan delivery note untuk

kemudian dikirimkan ke pembeli.

Penjualan ke luar negeri Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang sebesar

0% dan dokumen yang dikirimkan ke pembeli adalah Invoice, Packing List,

dokumen Persetujuan Ekspor Barang dan Packing List.

Faktur Pajak yang dikeluarkan oleh PT. MBI berlaku sebagai Pajak

Keluaran dan dilaporkan di Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPN. Dokumen

Export dilaporkan dalam SPT PPN dengan jumlah nilai exportnya.

PT. Maxitherm Boilers Indonesia melakukan penjualan sebesar Rp. 434.520.000

kepada PT. Indotruba Tengah sesuai dengan faktur INV. 1601-009, maka

penghitungan sebagai berikut :

DPP = Rp. 434.520.000

PPN Keluaran 10% = Rp. 43.452.000

a. Karena penjualan tersebut secara kredit maka jurnalnya pada saat

penerbitan faktur penjualan sebagai berikut :


79

Jurnal Debit Kredit


Account Receivable
477.972.000  
Indotruba Tengah
Sales   434.520.000

VAT Out   43.452.000

b. Pada saat pelunasan pembayaran maka jurnalnya sebagai berikut :

Jurnal Debit Kredit

Bank 477.972.000  
Account Receivable
  477.972.000
Indotruba Tengah

c. Berikut list transaksi PT. MBI Selama 2 tahun terakhir :

Tabel 4.2.1.1
Rekap Transaksi PPN Keluaran Selama Tahun 2016-2017 PT. MBI

TAHU TOTAL
N MASA PEMBETULAN
N TRANSAKSI DPP (Rp) PPN (Rp) TOTAL
O PAJAK KE
PAJAK PM

               
1 JANUARI 2016 1 10 1,374,807,741 137,480,774 1,512,288,515
2 FEBRUARI 2016 1 10 3,306,620,336 330,662,033 3,637,282,369
3 MARET 2016 1 16 1,569,579,828 156,957,982 1,726,537,810
80

4 APRIL 2016 3 8 3,497,965,350 349,796,535 3,847,761,885


5 MEI 2016 1 18 2,648,261,882 262,376,188 2,910,638,070
6 JUNI 2016 0 19 9,767,460,985 975,746,100 10,743,207,085
7 JULI 2016 0 9 281,753,741 28,175,374 309,929,115
8 AGUSTUS 2016 0 19 7,105,393,901 710,539,390 7,815,933,291
9 SEPTEMBER 2016 2 23 3,078,752,000 304,675,200 3,383,427,200
10 OKTOBER 2016 0 15 7,091,372,436 691,137,243 7,782,509,679
11 NOVEMBER 2016 1 24 9,487,156,650 932,915,665 10,420,072,315
12 DESEMBER 2016 1 20 8,475,905,378 847,590,538 9,323,495,916
  TOTAL 191 57,685,030,228 5,728,053,022 63,413,083,250
         
1 JANUARI 2017 0 14 5,547,883,763 554,788,376 6,102,672,139
2 FEBRUARI 2017 1 16 3,598,187,030 359,818,703 3,958,005,733
3 MARET 2017 1 9 4,677,869,661 467,786,966 5,145,656,627
4 APRIL 2017 0 7 4,767,203,409 476,720,341 5,243,923,750
5 MEI 2017 0 11 5,432,588,576 543,258,858 5,975,847,434
6 JUNI 2017 0 14 4,676,490,027 467,649,003 5,144,139,030
7 JULI 2017 2 13 4,426,124,815 442,612,481 4,868,737,296
8 AGUSTUS 2017 0 26 8,137,858,410 744,025,840 8,881,884,250
9 SEPTEMBER 2017 0 13 836,076,598 83,607,660 919,684,258
10 OKTOBER 2017 1 16 2,840,674,020 284,067,402 3,124,741,422
11 NOVEMBER 2017 0 24 5,420,211,780 522,821,177 5,943,032,957
12 DESEMBER 2017 0 29 17,241,117,565 1,724,111,757 18,965,229,322
  TOTAL 192 67,602,285,654 6,671,268,564 74,273,554,218

2. PPN atas Transaksi Pembelian di PT. Maxitherm Boilers Indonesia

Transaksi pembelian barang/jasa yang dilakukan oleh PT. MBI

sebagian besar dari Vendor yang sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak

(PKP). Transaksi pembelian dari dalam negeri yang disertai dengan Faktur

Pajak, PT MBI akan membayarkan PPN sebesar 10% atau sebesar 1% ke

Vendor ditambah dengan nilai Dasar Pengenaan Pajak. Hal ini dilakuka

karena PT. MBI bukan merupakan Wajib Pungut (WAPU).


81

Untuk pembelian barang dari luar negeri, PT MBI diharuskan untuk

membayar terlebih dahulu Pajak atas Impor Barang (PIB) agar barang yang

masih dalam pengawasan Bea Cukai bisa dikirimkan dengan terlebih dahulu

membayar Bea Masuk, PPN Impor dan PPh pasal 22 atas Impor, Bea Masuk

dan PPh Pasal 22 Impor bisa tidak dipungut jika memenuhi syarat-syarat

pembebasan yang berlaku sesuai dengan undang-undang.

Faktur pajak yang diterima Vendor dilaporkan oleh PT. MBI sebagai

pajak masukan. Pajak Masukan ada yang dapat dibiayakan dan tidak dapat

dibiayakan. Faktur pajak yang dapat dibiayakan jika berhubungan langsung

dengan operasional perusahaan sedangkan faktur pajak yang tidak dapat

dikreditkan adalah faktur pajak yang tidak berhubungan dengan operasional

perusahaan.

Faktur Pajak Masukan dan dokumen Impor Barag yang telah disetor

ke Kas Negara dilaporkan di Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) PPN.

PT. Maxitherm Boilers Indonesia melakukan pembelian sebesar Rp. 576.450.000

kepada PT. Bromo Steel Indonesia sesuai dengan PO No 1500633N, maka

penghitungan sebagai berikut :

DPP = Rp. 576.450.000

PPN Keluaran 10% = Rp. 57.645.000

d. Karena penjualan tersebut secara kredit maka jurnalnya pada saat

penerbitan faktur penjualan sebagai berikut :


82

Jurnal Debit Kredit

Stock 634.095.000  

VAT In   576.450.000
Account Payable
  57.645.000
Bromo Steel Indo

e. Pada saat pelunasan pembayaran maka jurnalnya sebagai berikut :

Jurnal Debit Kredit


Account Payable Bromo
634.095.000  
Steel Indo
Bank   634.095.000

f. Berikut list transaksi PT. MBI Selama 2 tahun terakhir :

Tabel 4.2.1.2
Rekap Transaksi PPN Masukan Selama Tahun 2016-2017 PT. MBI

TAHU TOTAL
N MASA PEMBETULAN
N TRANSAKSI DPP (Rp) PPN (Rp) TOTAL
O PAJAK KE
PAJAK PM

               
83

1 JANUARI 2016 1 119 4,951,559,656 495,155,963 5,446,715,619


2 FEBRUARI 2016 1 119 4,871,516,726 487,151,668 5,358,668,394
3 MARET 2016 1 123 5,305,365,069 530,536,505 5,835,901,574
4 APRIL 2016 3 136 5,709,696,522 570,969,650 6,280,666,172
5 MEI 2016 1 125 4,413,276,072 441,327,599 4,854,603,671
6 JUNI 2016 0 148 3,558,100,350 355,810,031 3,913,910,381
7 JULI 2016 0 91 2,080,051,391 208,005,139 2,288,056,530
8 AGUSTUS 2016 0 147 5,086,620,213 508,662,015 5,595,282,228
9 SEPTEMBER 2016 2 187 5,823,140,336 582,314,022 6,405,454,358
10 OKTOBER 2016 0 158 7,719,847,430 771,984,740 8,491,832,170
11 NOVEMBER 2016 1 184 3,534,465,679 353,446,562 3,887,912,241
12 DESEMBER 2016 1 160 4,062,347,350 406,234,726 4,468,582,076
  TOTAL 1697 57,115,986,794 5,711,598,620 62,827,585,414
         
1 JANUARI 2017 0 142 4,600,718,077 460,071,805 5,060,789,882
2 FEBRUARI 2017 1 151 4,413,666,448 441,244,140 4,854,910,588
3 MARET 2017 1 155 6,911,658,831 691,042,276 7,602,701,107
4 APRIL 2017 0 82 1,990,306,194 198,904,606 2,189,210,800
5 MEI 2017 0 101 3,574,662,476 357,369,130 3,932,031,606
6 JUNI 2017 0 74 3,351,641,414 335,164,140 3,686,805,554
7 JULI 2017 2 108 7,396,475,339 739,359,100 8,135,834,439
8 AGUSTUS 2017 0 126 8,350,796,598 834,931,258 9,185,727,856
9 SEPTEMBER 2017 0 121 3,715,692,069 371,367,634 4,087,059,703
10 OKTOBER 2017 1 136 6,925,357,912 692,343,542 7,617,701,454
11 NOVEMBER 2017 0 170 7,915,113,706 791,304,961 8,706,418,667
12 DESEMBER 2017 0 91 2,390,069,512 280,619,349 2,670,688,861
  TOTAL 1457 61,536,158,576 6,193,721,941 67,729,880,517

4.2.2 Pengakuan Pajak Pertambahan Nilai Terutang PT. MBI

Faktur Pajak Keluaran, Dokumen Export Barang, Faktur Pajak

Masukan dan PPN Impor dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa (SPT)

Masa PPN, apabila selisih antara Faktur Pajak Keluaran dikurangi Faktur

Pajak Masukan ditambah PPN Impor hasilnya lebih besar Faktur Pajak Keluaran

maka PPN yang terutang terjadi kurang bayar. Kurang bayar tersebut harys

dibayarkan ke Kas Negara paling lambat pada bulan berikutnya dan


84

dilaporkan di SPT Masa PPN yang pelaporannya paling lambat pada bulan

berikutnya.

Jika selisih antara Faktur Pajak Keluaran dikurangi Faktur Pajak

Masukan ditambah PPN Impor hasilnya lebih kecil Faktur Pajak Keluaran

maka PPN yang terutang terjadi lebih bayar. Kelebihan Bayar tersebut dilaporkan

di SPT Masa PPN paling lambat bulan berikutnya dan kelebihan bayar bisa

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau dapat direstitusikan pada akhir

tahun.

4.2.2 Rekap SPT Masa PT. MBI Tahun 2016-2017

Total Selisih
Selisih Kurang KB/(LB)
Masa Pajak Pajak Kurang LB/
Bayar/(Lebih Karena Keterangan
Pajak Keluaran Masukan Bayar/(Lebih KB
Bayar) Pembetulan
Bayar)
Dilaporkan Sesuai Transaks
Jan 137,480,774 495,155,963 (357,675,189) - (357,675,189) LB
Selama Bulan Januari 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Feb 330,662,033 487,151,668 (514,164,824) - (514,164,824) LB
Selama Bulan Februari 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Mar 156,957,982 530,536,505 (887,743,347) - (887,743,347) LB
Selama Bulan Maret 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Apr 349,796,535 570,969,650 (1,122,646,462) - (1,122,646,462) LB
Selama Bulan April 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
May 262,376,188 438,237,504 (1,286,508,149) - (1,286,508,149) LB
Selama Bulan Mei 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Jun 975,746,100 355,810,031 (663,481,985) - (663,481,985) LB
Selama Bulan Juni 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Jul 28,175,374 208,005,139 (843,311,750) - (843,311,750) LB
Selama Bulan Juli 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Aug 710,539,390 508,662,015 (641,434,375) (14,500,000) (655,934,375) LB
Selama Bulan Agustus 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Sep 304,675,200 582,314,022 (936,663,292) (589,724) (937,253,016) LB
Selama Bulan September 201
Dilaporkan Sesuai Transaks
Oct 691,137,243 771,984,740 (1,017,510,789) - (1,017,510,789) LB
Selama Bulan Oktober 2016
Dilaporkan Sesuai Transaks
Nov 932,915,665 353,446,562 (438,041,686) (589,724) (438,631,410) LB
Selama Bulan Nopember 201
Disetorkan Dan Dilaporkan
Dec 847,590,538 406,234,726 2,724,402 2,724,402 KB
Sesuai Transaksi Desember 20

Disetorkan Dan Dilaporkan


Jan 554,788,376 460,071,805 94,716,571 (7,238,528) 87,478,043 KB
Sesuai Transaksi Januari 201
Feb 359,818,703 441,244,140 (81,425,437) - (81,360,892) LB Dilaporkan Sesuai Transaks
85

Selama Bulan Februari 2017


Dilaporkan Sesuai Transaks
Mar 467,786,966 691,042,276 (304,616,202) - (304,680,747) LB
Selama Bulan Maret 2017
Dilaporkan Sesuai Transaks
Apr 476,720,341 198,904,606 (26,865,012) - (26,865,012) LB
Selama Bulan April 2017
Disetorkan Dan Dilaporkan
May 543,258,858 357,369,130 159,024,716 - 159,024,716 KB
Sesuai Transaksi Mei 2017
Disetorkan Dan Dilaporkan
Jun 467,649,003 335,164,140 132,484,863 - 132,484,863 KB
Sesuai Transaksi Juni 2017
Dilaporkan Sesuai Transaks
Jul 442,612,481 739,359,100 (296,746,619) - (296,746,619) LB
Selama Bulan Juli 2017
Dilaporkan Sesuai Transaks
Aug 744,025,840 834,931,258 (383,691,075) - (383,691,075) LB
Selama Bulan Agustus 2017
Dilaporkan Sesuai Transaks
Sep 83,607,660 371,367,634 (671,451,049) - (671,451,049) LB
Selama Bulan September 201
Dilaporkan Sesuai Transaks
Oct 284,067,402 692,343,542 (1,079,727,189) - (1,079,727,189) LB
Selama Bulan Oktober 2017
Dilaporkan Sesuai Transaks
Nov 522,821,177 791,304,961 (1,348,210,973) - (1,348,210,973) LB
Selama Bulan Nopember 201
Disetorkan Dan Dilaporkan
Dec 1,724,111,757 280,619,349 95,281,435 (3,750,000) 91,531,435 KB
Sesuai Transaksi Desember 20

4.2.3 Penyetoran dan Pelaporan PPN Terutang PT. MBI

Setelah mengetahui total SPT Masa PPN Selama 2 Tahun Terakhir, PT.

MBI langusung melakukan pelaporan di KPP Pratama Cikarang Selatan, adapun

transaksi yang masih ada terdapat kurang bayar yakni SPT Masa Desember 2016

dan SPT Masa Tahun 2017 yakni bulan Januari, Mei, Juni, dan Desember, PT

MBI menyiapkan SSE (Surat Setoran Eletronik) untuk selanjutnya di bayarkan ke

Kas Negara sesuai Kurang Bayar di eSPT, untuk SPT Masa yang mengalami lebih

bayar langsung dikompensasikan di bulan berikutnya ataupun bulan saat

terjadinya pembetulan akibat baru diketahui kalau ada pajak penjualan dari

supplier yang belum terlapor.

Peraturan mengenai penyetoran dan pelaporan PPN tertuang dalam

Undang-Undang PPN No.42 tahun 2009 pasal 15A ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
86

“Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama

akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak”(ayat 1) dan “Penyetoran

Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai disampaikan”(ayat2).

Berikut daftar penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN PT. MBI selama

taun 2016 dan 2017.

Tanggal
Masa Tahu Tanggal Menurut U
Pajak Tanggal Pelaporan
Paja n Status LB/KB Pelaporan Tahun 2009 P
Terhutang Penyetoran Pembetula
k Pajak Normal d
n
Sesuai dgn UU
Jan 2016 Pembetulan Ke 1 (357,675,189) LB - 23/02/2016 20/04/2016
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Feb 2016 Pembetulan Ke 1 (514,164,824) LB - 21/03/2016 20/04/2016
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Mar 2016 Pembetulan Ke 2 (887,743,374) LB - 25/04/2016 26/10/2017
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Apr 2016 Pembetulan Ke 3 (1,122,646,462) LB - 25/05/2016 16/12/2016
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
May 2016 Pembetulan Ke 1 (1,286,508,149) LB - 27/06/2016 14/10/2016
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Jun 2016 Normal (663,481,985) LB - 26/07/2016 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Jul 2016 Normal (843,311,750) LB - 25/08/2016 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Aug 2016 Normal (655,934,375) LB - 19/09/2016 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Sep 2016 Pembetulan Ke 2 (937,253,016) LB - 18/10/2016 19/12/2016
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Oct 2016 Normal (1,017,510,789) LB - 16/11/2016 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Nov 2016 Pembetulan Ke 1 (438,631,410) LB - 19/12/2016 24/02/2017
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Dec 2016 Pembetulan Ke 1 2,724,402 KB 18/01/2017 21/01/2017 24/02/2017
Pasal 15A

Sesuai dgn UU
Jan 2017 Normal 87,478,043 KB 23/02/2017 24/02/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Feb 2017 Pembetulan Ke 1 (81,425) LB - 15/03/2017 05/08/2017
Pasal 15A
Mar 2017 Pembetulan Ke 1 (304,680,747) LB - 13/04/2017 12/05/2017 Sesuai dgn UU
87

Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Apr 2017 Normal (26,865,012) LB - 12/05/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
May 2017 Normal 159,024,716 KB 15/06/2017 16/06/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Jun 2017 Pembetulan Ke 1 132,484,863 KB 13/07/2017 14/07/2017 01/08/2017
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Jul 2017 Pembetulan Ke 2 (296,746,619) LB - 11/08/2017 16/01/2018
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Aug 2017 Normal (383,691,075) LB - 19/09/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Sep 2017 Normal (671,451,049) LB - 18/10/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Oct 2017 Pembetulan Ke 1 (1,079,727,189) LB - 14/11/2017 15/12/2017
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Nov 2017 Normal (1,348,210,973) LB - 15/12/2017 -
Pasal 15A
Sesuai dgn UU
Dec 2017 Normal 91,531,435 KB 16/01/2018 16/01/2018 -
Pasal 15A
4.2.3 Tabel Daftar Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPN

4.2.4 Analisis Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai PT. MBI

Akuntasi Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan oleh PT. MBI

mengacu berdasarkan pada perundang-undangan dan Standar Akuntansi Kuangan

(SAK), yaitu dengan menghitung atau menetapkan besarnya pajak teruntang yang

berfungsi untuk mengolah data kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan

laporan keuangan yang memuat perhitungan perpajakan.

Berikut analisis data terhadap Akuntansi PPN yang terurut bedasarkan

teori P4 yakni Pengakuan, Penilaian, Pencatatan dan Pelaporan sebagai berikut :

1. Pengakuan

Berdasarkan data table sebelumnya yakni pada tabel 4.2.1.1 dan tabel

4.2.1.2 PT. MBI telah melakukan 383 transaksi penjualan dan 3154

transaksi pembelian selama tahun 2016 sampai 2017.


88

Akuntansi pajak di PT. MBI yaitu dilakukan pengakuan terhadap

transaksi seperti, mengakui PPN pada saat terjadinya pembelian

BKP/JKP ke suplier dan penjualan BKP/JKP ke customer dan pada

saat penyetoran PPN ke Kas Negara bila terjadi Kurang Bayar.

Ketika melakukan pembayaran ke suplier, PT. MBI melakukan

pembayaran DPP dan PPN dengan didukung dokumen-dokumen asli

yang diterima dari suplier seperti: invoice, Faktur Pajak, Surat Jalan

dan Purchase Order, Sedangkan ketika proses penagihan ke customer

juga didukungdengan dokumen-dokumen seperti : invoice, Faktur

Pajak, Surat Jalan atau Berita Acara dan Purchase Order.

2. Penilaian

Penilaian atas Pajak Keluaran, Pajak Masukan dan Pajak Terutang

PT. MBI selama tahun 2016 sampai 2017 sesuai dengan penelitian

yang dilakukan penulis dideskriptifkan sebagai berikut :

1. PPN Keluaran

Dalam penilaian PPN Keluaran pada PT. MBI, dapat dilihat dalam

perinciannya pada tabel 4.2.1.1 dan penjelasannya sebagai berikut :

a. Pada bulan Januari 2016 perusahaan melakukan 10 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 1.374.807.741 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 137.480.774.


89

b. Pada bulan Februari 2016 perusahaan melakukan 10 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.306.620.336 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 330.662.033

c. Pada bulan Maret 2016 perusahaan melakukan 16 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 1.569.579.828 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 156.957.982

d. Pada bulan April 2016 perusahaan melakukan 8 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.497.965.350 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 349.796.535

e. Pada bulan Mei 2016 perusahaan melakukan 18 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 2.648.261.882 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 262.376.188 serta PPn tidak dipungut

Rp. 2.450.000

f. Pada bulan Juni 2016 perusahaan melakukan 19 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 9.767.460.985 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 975.746.100 serta PPn tidak dipungut

Rp. 1.000.000

g. Pada bulan Juli 2016 perusahaan melakukan 9 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 281.753.741 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 28.175.374


90

h. Pada bulan Agustus 2016 perusahaan melakukan 19 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 7.105.393.901 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 710.539.390

i. Pada bulan September 2016 perusahaan melakukan 23 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.078.752.000 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 304.675.200 serta PPn dipungut

oleh pemungut Rp. 3.200.000

j. Pada bulan Oktober 2016 perusahaan melakukan 15 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 7.091.372.436 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 691.137.243 serta PPn dipungut oleh

pemungut Rp. 18.000.000

k. Pada bulan Nopember 2016 perusahaan melakukan 24 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 9.487.156.650 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 932.915.665 serta PPn dipungut

oleh pemungut Rp. 15.800.000

l. Pada bulan Desember 2016 perusahaan melakukan 20 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 8.475.905.378 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 847.590.538

m. Pada bulan Januari 2017 perusahaan melakukan 14 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.547.883.763 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 554.788.376


91

n. Pada bulan Februari 2017 perusahaan melakukan 16 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.598.187.030 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 359.818.703

o. Pada bulan Maret 2017 perusahaan melakukan 9 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.677.869.661 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 467.786.966

p. Pada bulan April 2017 perusahaan melakukan 7 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.767.203.409 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 476.720.341

q. Pada bulan Mei 2017 perusahaan melakukan 11 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.432.588.576 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 543.258.858

r. Pada bulan Juni 2017 perusahaan melakukan 14 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.676.490.027 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 467.649.003

s. Pada bulan Juli 2017 perusahaan melakukan 13 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.426.124.815 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 442.612.481

t. Pada bulan Agustus 2017 perusahaan melakukan 26 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 8.137.858.410 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 744.025.840 serta PPn dipungut oleh

pemungut Rp. 69.760.000


92

u. Pada bulan September 2017 perusahaan melakukan 13 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 836.076.598 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 83.607.660

v. Pada bulan Oktober 2017 perusahaan melakukan 16 transaksi PPN

Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 2.840.674.020 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 284.067.402

w. Pada bulan Nopember 2017 perusahaan melakukan 24 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.420.211.780 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 522.821.177 serta PPn dipungut

oleh pemungut Rp. 19.200.000

x. Pada bulan Desember 2017 perusahaan melakukan 29 transaksi

PPN Keluaran dengan nilai DPP sebesar Rp. 17.241.117.565 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 1.724.111.757

Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Pada Transaksi

Penjualan PT. Maxitherm Boilers Indonesia selama tahun 2016-2017 :

Jumlah DPP Tahun 2016 : Rp. 57.685.030.228

PPN 10% : Rp. 5.728.053.022

PPN Tidak Dipungut : Rp. 3.450.000

PPN Dipungut Oleh Pemungut : Rp. 37.000.000


93

Jumlah DPP Tahun 2017 : Rp. 67.602.285.654

PPN 10% : Rp. 6.671.268.564

PPN Tidak Dipungut : Rp.

PPN Dipungut Oleh Pemungut : Rp. 88.960.000

Jadi, dari data tabel di atas diketahui bahwa, Pajak Keluaran pada PT.

MBI periode tahun 2016 adalah senilai Rp 5.728.053.022 sedangkan

periode 2017 adalah senilai Rp.6.671.268.564 dan tarif PPN telah

sesuai dengan UU PPN No 42 tahun 2009 pasal 7 ayat 1 yaitu sebesar

10%.

2. PPN Masukan

Dalam penilaian PPN Masukan pada PT. MBI, dapat dilihat dalam

perinciannya pada tabel 4.2.1.2 dan penjelasannya sebagai berikut :

a. Pada bulan Januari 2016 perusahaan melakukan 119 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.951.559.656 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 495.155.963

b. Pada bulan Februari 2016 perusahaan melakukan 119 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.871.516.726 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 487.151.668


94

c. Pada bulan Maret 2016 perusahaan melakukan 123 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.305.365.069 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 530.536.505

d. Pada bulan April 2016 perusahaan melakukan 136 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.709.696.522 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 570.969.650

e. Pada bulan Mei 2016 perusahaan melakukan 125 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.413.276.072 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 441.327.599

f. Pada bulan Juni 2016 perusahaan melakukan 148 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.558.100.350 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 355.810.031

g. Pada bulan Juli 2016 perusahaan melakukan 91 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 2.080.051.391 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 208.005.139

h. Pada bulan Agustus 2016 perusahaan melakukan 147 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.086.620.213 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 508.662.015

i. Pada bulan September 2016 perusahaan melakukan 187 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 5.823.140.336 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 582.314.022


95

j. Pada bulan Oktober 2016 perusahaan melakukan 158 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 7.719.847.430 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 771.984.740

k. Pada bulan Nopember 2016 perusahaan melakukan 184 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.534.465.679 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 353.446.562

l. Pada bulan Desember 2016 perusahaan melakukan 160 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.062.347.350 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 406.234.726

m. Pada bulan Januari 2017 perusahaan melakukan 142 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.600.718.077 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 460.071.805

n. Pada bulan Februari 2017 perusahaan melakukan 151 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 4.413.666.448 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 441.244.140 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 122.503

o. Pada bulan Maret 2017 perusahaan melakukan 155 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 6.911.658.831 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 691.042.276 serta PPN tidak dapat

dikreditkan Rp. 123.605

p. Pada bulan April 2017 perusahaan melakukan 82 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 1.990.306.194 dan nilai


96

PPNnya adalah sebesar Rp. 198.904.606 serta PPN tidak dapat

dikreditkan Rp. 126.011

q. Pada bulan Mei 2017 perusahaan melakukan 101 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.574.662.476 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 357.369.130 serta PPN tidak dapat

dikreditkan Rp. 97.112

r. Pada bulan Juni 2017 perusahaan melakukan 74 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.351.641.414 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 335.164.140

s. Pada bulan Juli 2017 perusahaan melakukan 108 transaksi PPN

Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 7.396.475.339 dan nilai

PPNnya adalah sebesar Rp. 739.359.100 serta PPN tidak dapat

dikreditkan Rp. 288.430

t. Pada bulan Agustus 2017 perusahaan melakukan 126 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 8.350.796.598 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 834.931.258 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 148.398

u. Pada bulan September 2017 perusahaan melakukan 121 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 3.715.692.069 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 371.367.634 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 201.567


97

v. Pada bulan Oktober 2017 perusahaan melakukan 136 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 6.925.357.912 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 692.343.542 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 192.248

w. Pada bulan Nopember 2017 perusahaan melakukan 170 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 7.915.113.706 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 791.304.961 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 206.394

x. Pada bulan Desember 2017 perusahaan melakukan 91 transaksi

PPN Masukan dengan nilai DPP sebesar Rp. 2.390.069.512 dan

nilai PPNnya adalah sebesar Rp. 280.619.349 serta PPN tidak

dapat dikreditkan Rp. 198.896

Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Pada Transaksi

Pembelian PT. Maxitherm Boilers Indonesia selama tahun 2016-2017 :

Jumlah DPP Tahun 2016 : Rp. 57.115.986.794

PPN 10% : Rp. 5.711.598.620

PPN Tidak Dikreditkan : Rp.

Jumlah DPP Tahun 2017 : Rp. 61.536.158.158

PPN 10% : Rp. 6.193.721.941


98

PPN Tidak Dikreditkan : Rp. 1.705.164

Jadi, dari data tabel di atas diketahui bahwa, Pajak Masukan pada PT.

MBI periode tahun 2016 adalah senilai Rp 5.711.598.620 sedangkan

periode 2017 adalah senilai Rp. 6.193.721.941 dan tarif PPN telah

sesuai dengan UU PPN No 42 tahun 2009 pasal 7 ayat 1 yaitu sebesar

10%.

3. PPN Terutang

Besarnya PPN Terutang dalam setiap Masa PPN di PT. MBI diperoleh

dari selisih Masa Pajak Masukan dan Masa Pajak Keluaran, bila terjadi

Kurang Bayar dan tidak memiliki kompensasi kelebihan kelebihan

PPN Masa Pajak sebelumnya, maka Kurang Bayar tersebut harus

disetor ke Kas Negara, bila terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa

Pajak sebelumnya maka perlu diperhitungkan dulu dan dapat dicek di

e-SPT saldo Lebih Bayar dari Masa sebelumnya.


99

Dalam penilaian PPN Terutang PT. MBI, dapat dilihat perincian pada

tabel diatas yaitu tabel 4.2.2 dan untuk penjelasannya yaitu sebagai

berikut :

a. Masa Pajak Januari 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 137.480.774 dan Pajak

Masukan Rp. 495.155.963. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

maka terjadi Lebih Bayar sebesar Rp. 357.675.189. Dikarenakan

tidak ada Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya lalu

lebih bayar dikompensasi ke Masa berikutnya.

b. Masa Pajak Februari 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 330.662.033 dan Pajak

Masukan Rp. 487.151.668. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 357.675.189 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

514.164.824 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

c. Masa Pajak Maret 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 156.957.982 dan Pajak

Masukan Rp. 530.536.505. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya


100

sebesar Rp. 514.164.824 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

887.743.347 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

d. Masa Pajak April 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 349.796.535 dan Pajak

Masukan Rp. 570.969.650. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 887.743.347 serta kompensasi dari pembetulan sebesar

Rp. 13.370.000 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp. 1.122.646.462

lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

e. Masa Pajak Mei 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 262.376.188 dan Pajak

Masukan Rp. 438.237.504. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 1.122.646.462 serta pengurangan dari pembetulan

sebesar Rp. 15.089.724 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

1.286.508.149 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

f. Masa Pajak Juni 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 975.746.100 dan Pajak

Masukan Rp. 355.810.031. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan


101

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 1.286.508.149 serta pengurangan dari pembetulan

sebesar Rp. 3.090.095 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

663.481.985 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

g. Masa Pajak Juli 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 28.175.374 dan Pajak

Masukan Rp. 208.005.139. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 663.481.985 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

843.311.750 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

h. Masa Pajak Agustus 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 710.539.390 dan Pajak

Masukan Rp. 508.662.015. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 843.311.750 serta penambahan dari pembetulan

sebesar Rp. 14.500.000 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

655.934.375 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

i. Masa Pajak September 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 304.675.200 dan Pajak

Masukan Rp. 582.314.022. Karena Pajak Pertambahan Nilai


102

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 843.311.750 serta penambahan dari pembetulan

sebesar Rp. 589.724 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

937.253.016 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

j. Masa Pajak Oktober 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 691.137.243 dan Pajak

Masukan Rp. 771.984.740. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 937.253.016 serta pengurang dari pembetulan sebesar

Rp. 589.724 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp. 1.017.510.789

lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

k. Masa Pajak Nopember 2016 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 932.915.665 dan Pajak

Masukan Rp. 353.446.562. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 1.017.510.789 serta penambahan dari pembetulan

sebesar Rp. 589.724 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

438.631.410 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

l. Masa Pajak Desember 2016 :


103

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 847.590.538 dan Pajak

Masukan Rp. 406.234.726. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 438.631.410 maka terjadi kurang bayar sebesar Rp.

2.724.402 lalu dibayarkan tgl 18/01/2017 ke Kas Negara untuk

selanjutnya diinput pada eSPT.

Jadi dari tabel diatas 4.2.3 selama tahun 2016 PT. MBI

membayarkan PPN Kurang Bayar hanya dibulan desember, karena

pada bulan desember PT. MBI mengalami kurang bayar karena

transaksi penjualan mereka lebih banyak daripada transaksi

pembelian.

m. Masa Pajak Januari 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 554.788.376 dan Pajak

Masukan Rp. 460.071.805. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat penambahan dari pembetulan sebesar Rp. 7.238.528

maka terjadi kurang bayar sebesar Rp. 87.478.043 lalu dibayarkan

tgl 23/02/2017 ke Kas Negara untuk selanjutnya diinput pada eSPT

n. Masa Pajak Februari 2017 :


104

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 359.818.703 dan Pajak

Masukan Rp. 441.244.140. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan tak terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak

sebelumnya maka terjadi lebih bayar sebesar Rp. 81.360.892 lalu

dikompensasi ke Masa berikutnya.

o. Masa Pajak Maret 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 467.786.966 dan Pajak

Masukan Rp. 691.042.276. Karena Pajak Pertambahan Nilai

masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

yakni sebesar Rp. 81.360.892 maka terjadi lebih bayar sebesar

Rp. 304.680.747 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

p. Masa Pajak April 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 476.720.341 dan Pajak

Masukan Rp. 198.904.606. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

yakni sebesar Rp. 304.680.747 maka terjadi lebih bayar sebesar

Rp. 26.865.012 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

q. Masa Pajak Mei 2017 :


105

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 543.258.858 dan Pajak

Keluaran Rp. 357.369.130. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

yakni sebesar Rp. 26.865.012 maka terjadi kurang bayar sebesar

Rp. 159.024.716 lalu dibayarkan tgl 15/06/2017 ke Kas Negara

untuk selanjutnya diinput pada eSPT

r. Masa Pajak Juni 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 467.649.003 dan Pajak

Keluaran Rp. 335.164.140. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan tak terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak

sebelumnya maka terjadi kurang bayar sebesar Rp. 132.484.863

lalu dibayarkan tgl 13/07/2017 ke Kas Negara untuk selanjutnya

diinput pada eSPT

s. Masa Pajak Juli 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 442.612.481 dan Pajak

Masukan Rp. 739.359.100. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan tak terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak

sebelumnya maka terjadi lebih bayar sebesar Rp. 296.746.619 lalu

dikompensasi ke Masa berikutnya.


106

t. Masa Pajak Agustus 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 744.025.840 dan Pajak

Masukan Rp. 834.931.258. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 296.746.619 serta pengurang dari pembetulan sebesar

Rp. 3.960.962 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp. 383.691.075

lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

u. Masa Pajak September 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 83.607.660 dan Pajak

Masukan Rp. 371.367.634. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 383.691.075 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

671.451.049 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

v. Masa Pajak Oktober 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 284.067.402 dan Pajak

Masukan Rp. 692.343.542. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 671.451.049 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

1.079.727.189 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.


107

w. Masa Pajak Nopember 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 522.821.177 dan Pajak

Masukan Rp. 791.304.961. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Masukan lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 1.079.727.189 maka terjadi lebih bayar sebesar Rp.

1.348.210.973 lalu dikompensasi ke Masa berikutnya.

x. Masa Pajak Desember 2017 :

Terdapat Pajak Keluaran sebesar Rp. 1.724.111.757 dan Pajak

Masukan Rp. 280.619.349. Karena Pajak Pertambahan Nilai

Keluaran lebih besar daripada Pajak Pertambahan Nilai Masukan

dan terdapat Kompensasi Kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya

sebesar Rp. 1.348.210.973 serta penambahan dari pembetulan

sebesar Rp. 3.750.000 maka terjadi kurang bayar sebesar Rp.

91.531.435 dan dibayarkan pada 16/01/2018.


108

DAFTAR PUSTAKA

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya
Tentang Pengertian Pajak

https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/10/31/tax-planning-perencanaan-pajak/
Tentang Pengertian Perencanaan Pajak & Tax Planning

https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak Definisi Pajak

http://www.organisasi.org/1970/01/teori-yang-mendasari-negara-untuk memungut-
pajak-dari-rakyat.html Tentang Teori Pajak

https://wiwiksunaryatipujilestari.wordpress.com/2015/03/26/teknik-pengumpulan-data/
Teknik Pengumpulan Data

Erly Suandy. 2016. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Chairil Anwar Pohan. 2015. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta

Mardiasmo 2016. perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: Andi Offset

Untung Sukardji 2015. Pokok-Pokok PPN Edisi Terbaru 2015. Depok: RajaGrafindo P
109

Anda mungkin juga menyukai