Kelompok 5 (P1)
i
4.1.1 Analisis Transaksi Penyerahan BKP/penerimaan
pembayaran .......................................................................................... 19
4.1.2 Analisis Transaksi Perolehan BKP/JKP dan pembayaran ............. 19
4.1.3 Menghitung PPN Kurang Lebih Disetor dan PPnBM ................... 20
4.2 Penyetoran PPN dan PPnBM ............................................................... 24
4.3 Pelaporan PPN dan PPnBM ................................................................. 30
BAB 5 PenutuP ..................................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 34
5.2 Saran ..................................................................................................... 35
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 36
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 30 Daftar PM yang tidak Dapat Dikreditkan / Mendapat Fasilitas..32
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu jenis pajak yang
merupakan sumber penerimaan Negara yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn)
sejak 1 April 1985, yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1994 dan Undang
Undang No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM Undang-Undang ini disebut
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Dasar pemikiran pengenaan pajak
ini dasarnya adalah untuk pengenaan pajak pada tingkat kemampuan masyarakat
untuk berkonsumsi, yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung kepada
konsumen.
1
1.1.2 Penghasilan dan Gaji
2
berdasarkan konsep ini mendapat predikat sebagai definisi penghasilan yang diterima
secara umum (Genser, 2006)
Gaji (sallary) adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang
diberikan secara teratur kepada seorang karyawan atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji
sering juga disebut sebagai upah, di mana keduanya merupakan suatu bentuk
kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang
diberikan kepada seorang pegawai. Dalam hal ini perbedaan gaji dan upah terletak
pada kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaannya saja. Seseorang
menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat, sedangkan seseorang menerima upah
apabila ikatan kerjanya kurang kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya, gaji
pada umumnya diberikan pada setiap akhir bulan, sedangkan upah diberikan pada
setiap hari ataupun setiap minggu. Dalam hal ini pengertian gaji biasanya disebut
sebagai gaji pokok, basarnya gaji pokok yang diberikankepada seorang karyawan,
biasanya sangat tergantung dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki,
kemampuan maupun pengalaman kerjanya.
Pemikul beban pajak ini secara nyata berkedudukan sebagai pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, sedangkan penanggungjawab atas
pembayaran pajak ke kas Negara adalah Pengusaha Jasa Kena Pajak. Oleh karena itu
apabila terjadi penyimpangan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, Administrasi
Pajak (fiskus) akan meminta pertanggungjawaban kepada penjual Barang Kena Pajak
tersebut, bukan pembeli,walaupun pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai
Pengusaha Kena Pajak. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di lakukan
antara selisih pajak keluaran dan pajak masukan yang tarifnya sudah ditentukan 10%
dari barang atau jasa yang dikeluarkan maupun yang diterima. Penyetoran PPN
dilakukan pembayaran ke Bank persepsi melalui SSP (Surat Setor Pajak), dan
pelaporan PPN dilakukan menggunakan surat pemberitahuan masa (SPT-Masa PPN)
bukan surat pemberitahuan Tahunan Pajak Pertambahan Nilai karena SPT Masa PPN
lebih kumulatif. Artinya laporan keuangan dihitung tahunan, tapi perhitungan
pajaknya dihitung bulanan, karena setiap bulannya banyak transaksi dan pajak
dihitung dari atau ditanggung konsumen.
3
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem faktur,
sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib pajak dibuat faktur
pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang atau jasa. Hal ini merupakan ciri
khas dari Pajak Pertambahan Nilai, karena faktur pajak merupakan bukti pungutan
pajak yang bagi pengusaha yang dipungut pajak dapat dikreditkan dengan jumlah
pajak yang terutang. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. PPN
dilaporkan dalam SPT Masa, paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak dan
paling lama disetor pada tanggal 15 setelah akhir pajak. Keterlambatan
menyampaikan SPT Masa PPN akan dikenakan denda sebesar Rp.500.000,- (Pasal 7
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan)
sedangkan pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan
yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran.
1.2 Tujuan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP), dimana PPN dipungut oleh PKP dalam hal:
5
PKP melakukan penyerahan BKP
PKP melakukan penyerahan JKP
PKP melakukan ekspor BKP, ekspor BKP Tidak Berwujud, ekspor JKP
2. Non-PKP, dimana PPN akan tetap terutang meski yang melakukan kegiatan
bukanlah berstatus PKP, dalam hal:
Impor BKP
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Melakukan kegiatan membangun sendiri
Sementara, orang pribadi yang memanfaatkan BKP/JKP di dalam daerah pabean
Indonesia, juga merupakan subjek PPN. Namun, kewajiban subjek PPN yang
memanfaatkan atau mengkonsumsi BKP/JKP di dalam daerah pabean ini hanya
sebatas pada pembayaran PPN, yang umumnya harga yang dibayarkan oleh
konsumen sudah termasuk pungutan PPN.
Kewajiban subjek PPN orang pribadi maupun non-PKP ini diatur dalam UU Nomor
42 Tahun 2009 (UU PPN) Pasal 4 Ayat (1) huruf b dan huruf e, serta Pasal 16C.
Pengusaha kecil juga merupakan subjek PPN dengan kewajiban-kewajiban yang
mengikat, utamanya apabila pengusaha kecil memilih untuk ditetapkan sebagai PKP.
Objek PPN dapat diartikan sebagai barang dan jasa kena pajak yang terkena
pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sejatinya semua barang dan jasa
merupakan objek PPN, namun ada beberapa pertimbangan, baik soal ekonomi
maupun sosial, maka ada beberapa barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN,
sehingga tidak termasuk dalam objek PPN.
1. Barang Kena Pajak (BKP), yaitu barang berwujud berupa barang bergerak
dan barang tidak bergerak, serta barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.
6
2. Jasa Kena Pajak (JKP), yaitu tiap-tiap kegiatan berupa pelayanan yang
dengan berdasarkan perikatan atau perbuatan hukum memungkinkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak, tersedia untuk dipakai. Selain
itu, jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, juga termasuk
dalam kategori JKP, yang dikenakan pungutan PPN.
2. Tarif khusus 0% diterapkan atas ekspor Barang Kena Pajak (BKP) berwujud
maupun tidak berwujud, dan ekspor Jasa Kena Pajak (JKP).
3. Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan
paling tinggi 15% sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.
Untuk menghitung PPN, kita harus menggunakan rumus yakni: tarif PPN x
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau 10% x DPP.
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPN Dan PPnBM :
1. Bagi PPN dan PPn BM bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Sedangkan
untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak.
7
3. Bagi PPN dan PPnBM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan berikutnya,
sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal 20
bulan berikutnya.
8
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA DAN SEJARAH
PERUSAHAAN
3.1.1 Sejarah
PT.Dwi Ananda merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha industri alat-
alat musik yang didirikan pada tahun 2010. PT.Dwi Ananda telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Semarang Timur. Berikut ini
adalah identitas PT.Dwi Ananda untuk kepentingan administrasi pajak:
Produk yang dihasilkan oleh PT.Dwi Ananda termasuk barang kena pajak tergolong
mewah dengan tariff pajak 20%. PT.Dwi Ananda menjual barang hasil produksinya
ke luar negeri (ekspor), kepada pemungut PPN (Instansi Pemerintah), kepada
Pengusaha Kena Pajak, kepada bukan Pengusaha Kena Pajak dan kepada konsumen
akhir. Seluruh penjualan dibuatkan faktur pajak. PT.Dwi Ananda membeli bahan
baku dari luar negeri (Impor) dan pengusaha dalam negeri.
Setiap pembelian bahan baku maupun bahan penolong/pembantu dari supplier
Pengusaha Kena Pajak disertai Faktur Pajak, sedangkan pembelian dari bukan
Pengusaha Kena Pajak hanya disertai faktur pembelian atau bukti pembelian lainnya
9
(invoice).Setiap penerimaan penghasilan diperoleh bukti pemotongan/pemungutan
pajak berupa Bukti Pemotongan Pajak,Surat Setoran Pajak, Faktur Pajak maupun
bukti lainnya.
Dalam bulan Juli 2017, PT Dwi Ananda memperoleh nomor seri faktur pajak
900.17.00000901 sampai dengan 900.17.000009050.Kode transaksi dan kode status
untuk penyerahan barang kena pajak kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
menggunakan kode 020,sedangkan selain kepada Pemungut PPN tersebut
menggunakan kode 010. Pembayaran PPn dan PPnBM yang kurang distor dilakukan
setiap tanggal 25 masa pajak berikutnya, sedangkan penyampaian SPT Masa PPN
dilakukan pada setiap tanggal 30 masa pajak berikutnya.
10
Gambar 1 Transaksi Penyerahan BKP/JKP dan Penerimaan Pembayaran
11
3.3 Rincian Faktur Pajak yang Diketahui
Faktur Pajak yang telah diketahui merupakan Faktur Pajak yang menjadi dasar
perhitungan Transaksi Pembelian/Perolehan BKP/JKP dan Pembayaran.
Gambar 3 Faktur Pajak PT Toyota Halaman 28 Gambar 4 Faktur Pajak UD Glagah Halaman 30
12
Gambar 5 PT Equipment Halaman 32 Gambar 6 PT Sinar Surya Halaman 33
13
Gambar 7 PT Naga Mas Halaman 35 Gambar 8 PT Arista Halaman 36
14
Gambar 9 Bukti Pemotongan Pajak Impor Halaman 37 Gambar 10 Faktur Pajak CV Wahyu Halaman 38
15
Gambar 11 Faktur Pajak UD Pesona Pingka Halaman 40
16
3.4 Metode Pengumpulan Data
17
tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk
suaplagiat.”
18
BAB 4
PEMBAHASAN
tabel 1 Analsis Transaksi Penyerahan BKP/ Penerimaan Pembayaran Buku 2 Halaman 55-56
19
kedua dan tanggal 12 Juli 2017, tidak dapat dikreditkan karena bukan termasuk
PKP.
20
21
tabel 3 Menghitung PPN Kurang (Lebih) Disetor dan PPnBM
22
Berdasarkan hasil perhitungan tabel-tabel sebelumnya yaitu dimulai dari
perhitungan tabel rekapitulasi penyerahan,perolehan dan perhitungan PPN
kurang/lebi disetor, didapatkan bahwa total pajak keluaran nilainya lebih besar
dibandingkan dengan pajak masukan dengan selisih Rp.24.720.000, selisih tersebut
merupakan pajak kurang setor. Pajak kurang disetor wajib dibatar oeh PKP paling
lambat pada akhir bulan berikutnya sebelum penyampaian SPT Masa PPN, jadi PKP
PT Dwi Ananda harus setor kekurangan pajak tersebut paling akhir pada tanggal 31
Agustus 2017. Sedangkan untuk total penyerahan PPN dan PPnBm nya tidak
dipungut yaitu masing-masing sebesar Rp.123.600.000 (PPN) dan Rp.247.200.000
(PPnBM).
23
tabel 5 Perhitungan Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan
PT. Dwi Ananda melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yaitu paling lambat akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai disampaikan.
PT Dwi Ananda melakukan penyetoran SSP yaitu pada tanggal 25 Agustus 2017
Surat Setoran Pajak PT Dwi Ananda terdiri dari dua lembar, lembar yang pertama
yaitu yang pertama Surat Setoran Pajak PPN dengan jumlah pembayaran
Rp.24.720.000 dan yang kedua Surat Setoran Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) dengan jumlah pembayaran Rp.159.200.000. Dengan masing-masing kode
akun pajak untuk PPN dan PPnBM yaitu 411211 dan kode jenis setoran 100.
24
Gambar 13 FP Karunia Musik Halaman 175
Gambar 12 FP Dinas Dikpora Halaman 174
25
Gambar 14 FP PT Matahari Halaman 176 Gambar 15 FP PT Pelangi Halaman 177
26
Gambar 16 FP PT Bulan Halaman 178 Gambar 17 FP Dinas Pariwisata Halaman 179
27
Gambar 18 FP Univ.Negeri Halaman 180
Gambar 19 FP PT Matahari Halaman 181
28
Gambar 20 FP Aman Sejahtera Halaman 182 Gambar 21 FP Konsumen Akhir Halaman 183
29
4.3 Pelaporan PPN dan PPnBM
Pelaporan atas PPN dan PPnBM oleh PT Dwi Ananda yaitu dilakukan paling
lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN),
PT Dwi Ananda melakukan SPT Masa PPN pada tanggal 25 Agustus 2017. PT Dwi
Ananda sebelumnya membuat bukti potong yang telah dibuat sebelumnya. PT Dwi
Ananda juga sudah memiliki kelengkapan SPT dengan formulir 1111AB-Formulir
1111 B3 .
Gambar 22 SSP Masa PPN Bulan Juli 2017 Gambar 23 SSP Masa PPnBM dalam Negeri Bulan Juli 2017
30
Gambar 25 Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan
Gambar 24 SPT Masa PPN Bulan Juli 2017
31
Gambar 26 Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP tidak Berwujud / JKP Gambar 27 Daftar PK Atas Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak
32
Gambar 28 Daftar PM atas Impor dan Pemanfaatan BKP tak Berwujud dari
Gambar 29 Daftar PM yang Dapat Dikreditkan atas Perolehan BKP/JKP dalam
Luar Daerah Pabean
negeri
33
Gambar 30 Daftar PM yang tidak Dapat Dikreditkan / Mendapat Fasilitas
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
34
Berdasarkan penjelasan mengenai perhitungan PPN dan PPnBM Masa Pajak
bulan Juli 2017 Pengusaha Kena Pajak PT Dwi Ananda maka dapat disimpulkan
beberapa point penting diantaranya yaitu:
1.Perhitungan PPN dan PPnBM PKP PT Dwi Ananda, berdasarkan hasil
perhitungannya yaitu didapatkan pajak kurang disetor sebesar Rp.24.720.000 yang
dimana pajak keluaran nilai nya lebih besar dibandingkan dengan pajak masukan.
PPN kurang disetor ini wajib dibayar oleh PT Dwi Ananda paling lambat pada akhir
bulan berikutnya sebelum dilakukannya penyampaian SPT Masa PPN.
2. Penyetoran SSP Masa PPN dan PPnBM bulan Juli 2017 oleh PT.Dwi Ananda
sudah disetorkan sesuai ketentuan dan tanggal penyetoran SSP yaitu untuk SSP PPN
dengan jumlah pembayaran sebesar Rp.24.200.000 dan untuk SSP PPnBM yaitu
sebesar Rp.159.200.000. Selain itu pengisian SSP PT Dwi Ananda juga sudah sesuai
dengan kode akun pajak dan kode jenis setorannya.
3.Pelaporan SPT Masa PPN PT Dwi Ananda diisi dengan formulir 1111 dengan
pengisian yang sudah berdasarkan ketentuan pengisian SPT, pelaporan juga
dilakukan dengan tepat waktu yaitu pada tanggal 25 Agustus 2017 dengan lampiran
formulir SPT nya sudah lengkap dan diotorisasi oleh Akbar Perdana sebagai Direktur
Utama PT Dwi Ananda.
5.2 Saran
1. PT Dwi Ananda sebagai PKP untuk tetap melakukan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku selama perusahaan
beroperasi. Sehingga PT Dwi Ananda dapat menjadi Wajib Pajak Badan yang baik
taat akan pajak dan dapat berkontribusi kepada Negara.
2.PT Dwi Ananda dapat mulai untuk menggunakan sistem pelaporan pajak E-Filling
(Electronic Filling Identification Number) (EFIN), karena dengan sistem perpajakan
online tersebut, wajib pajak tidak perlu mengantri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Dan selain itu dapat mencoba fitur terbaru yang disediakan oleh DJP yaitu terkait
dengan E-Pajak diantaranya terdapat fitur E-Fin,E-Filling,E-Faktur ,E-Form dan E-
Billing yang dapat memudahkan wajib pajak dalam menghitung,menyetor dan
melapor pajak.
35
DAFTAR REFERENSI
Genser, B., 2006. The Dual Income Tax : Implementation and Experience in
European Countries. Issue Tax Policy.
Pohan, 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
36