PERENCANAAN PAJAK
Disusun Oleh :
IRHAMNA RAHMADANTI
0102268226010
BKU AKUNTANSI
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Tinjauan Umum Strategi Pajak dan
Perencanaan Pajak" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Perpajakan Lanjutan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pentingnya
perlindungan hukum bagi anak korban kekerasan seksual di Indonesia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sa’adah Siddik, M. Si., Ak. C,A selaku
dosen mata kuliah Perpajakan Lanjutan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan
oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan
mengurangi laba bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari yang masih ada di dalam bingkai peraturan perpajakan
sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak
ini sering disebut dengan perencanaan pajak (taxplanning). Melaksanakan
kewajiban pembayaran pajak dengan jumlah yang sebenarnya sesuai peraturan
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap subyek pajak suatu negara,
dimana tindakan penyelewengan merupakan tindakan melawan hukum, tetapi
melakukan penghematan pajak merupakan suatu hal yang sah-sah saja asalkan
tidak melanggar ketentuan perpajakan yang ada.
Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi
suatu usaha yang berorientasi kepada keuntungan, dan malahan predikat seorang
manajer yang sukses kadang-kadang ditentukan pula oleh tidaknya penyusunan
suatu perencanaan pajaknya ( Tax Planning), perencanaan pajak adalah perbuatan
yang sifatnya mengurangi beban pajak secara legal dan bukan mengurangi
kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakannya melunasi utang-utang pajak.
Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan Tindakan penstrukturan yang
terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap
transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut
dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah melalui apa yang disebut
sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindak pidana fiscal yang tidak akan ditoleransi. Walaupun kedua cara tersebut
kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak criminal, namun suatu hal yang
jelas berbeda di sini, bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang
lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sementara itu, penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan illegal yang melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib
pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dan pengabdian kewajiban dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Namun satu hal yang harus
diingat bahwa pajak bukanlah merupakan iuran yang sifatnya sukarela, akan tetapi dapat
dipaksakan, sehingga kelalaian dalam memenuhi kewajiban perpajakan dapat merugikan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan kemungkinan-kemungkinan surat paksa, sita dan lelang serta
sanksi-sanki pidana yang dapat diancam dengan kurungan atau penjara.
Pada dasarnya, tidak seorangpun yang senang membayar pajak dan potensi untuk
bertahan terhadap pembayaran pajak agaknya sudah melekat pada diri wajib pajak sesuai asumsi
Leon Yudkin yang mengatakan :
a) Bahwa wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil
mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b) Bahwa para wajib pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak (tax evasion) yaitu
usaha penghindaran pajak yang terutang secara illegal, sepanjang wajib pajak tersebut
mempunyai alas an yang meyakinkan bahwa akibat dari perbuatannya tersebut,
kemungkinan besar mereka tidak akan dihukum serta yakin pula bahwa rekan-rekannya
melakukan hal yang sama.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah pada
makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana Etika Praktik Perpajakan?
2. Bagaimana Kerugian Pajak (Tax Losses) dalam Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
perpajakan?
3. Bagaimana perbedaan antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penyelundupan
Pajak (Tax Evasion)?
4. Bagaimana Sifat dan Cara Pendekatan Perencanaan Pajak (Tax Planning)?
5. Bagaimana Ekonomi dan Tahapan Perencanaan Pajak dalam Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan?
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini,
sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Etika Praktik Perpajakan
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kerugian Pajak (Tax Losses) dalam Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana perbedaan antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan
Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Sifat dan Cara Pendekatan Perencanaan Pajak (Tax
Planning)
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Ekonomi dan Tahapan Perencanaan Pajak dalam Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan?
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada umumnya ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan biasanya diukur dan
dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance)
dan penyelundupan pajak (tax evasion) yang kesemuanya itu bertujuan untuk meminimalkan beban pajak,
melalui beberapa cara antara lain melalui pengecualian-pengecualian, pengurangan-pengurangan, insentif
pajak, penghasilan yang bukan onjek pajak, penangguhan pengenaan pajak, pajak ditanggung negara
sampai kepada kerjasama dengan aparat ajakan perpajakan, suap-menyuap dan pemalsuan-pemalsuan.
Secara garis besar perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib
pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan
maupun pajak pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan
baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial
Hingga saat ini tidak ada suatu penggarisan tegas yang memberikan indikasi dan rincian tentang
perbedaan antara menghindarkan pajak dan penyelundupan pajak sehingga seorang Perencana pajak
hendaknya berhati hati dalam menyusun perencanaan pajak nya untuk tidak terperangkap ke dalam
perbuatan yang diklasifikasikan sebagai penyelundupan pajak.
Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas penghasilannya
untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang sedangkan penghindaran pajak diartikan sebagai
manipulasi penghasilannya secara legal yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan perpajakan untuk mengefisiensikan pembayaran jumlah pajak yang terutang.
Hendaknya setiap wajib pajak ataupun konsultan pajak mempertimbangkan kemungkinan
dikenakannya sanksi-sanksi pidana terhadap perbuatannya, disamping kode etik profesinya bagi seorang
konsultan pajak dan etika praktik perpajakan bagi seorang wajib pajak.
Selisih antara potensi pajak dan realisasi penerimaan pajak disebut sebagai kerugian
pajak yang dapat terdiri dari kerugian karena ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, kerugian karena aparat pajak, kerugian wajib pajak. Kerugian karena ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang disebut sebagai pengeluaran pajak (Tax
Expenditure).
Pemberian insentif, subsidi, konsensi atau yang semacam dengan itu disebut sebagai
pengeluaran pajak yang pada dasarnya tersusun dari dua unsur yaitu di satu pihak terjadi kehilangan
penerimaan dalam jumlah yang seharusnya diterima sebagai pembayaran pajak apabila tidak ada
ketentuan khusus dan di lain pihak pada saat yang bersamaan jumlah tersebut merupakan pula
pengeluaran pemerintah yang berbentuk bantuan yang menguntungkan bagi orang atau badan yang
mendapat perlakuan khusus tersebut. Pemberian insentif tersebut memang dimungkinkan karena
pada umumnya struktur sistem perpajakan terdiri atas dua unsur yaitu
a. Struktur pertama adalah struktur yang diperlukan untuk mengenakan pajak, yang terdiri dari
ketentuan struktural yang diperlukan dalam rangka pemungutan pajak tersebut, yang secara
keseluruhan berisikan pengertian tentang apa yang dibutuhkan untuk memungut pajak, Hal in
lebih dikenal dengan istilah normative tax model, dengan segala ketentuan tambahan yang
diperlukan.
b. Struktur kedua adalah struktur yang merefleksikan anggaran pengeluaran pajak (tax expenditure
budget) dan terdiri dari ketentuan yang mengatur bantuan keuangan yang diajukan dalam
anggaran tersebut atau dengan perkataan lain terdiri dari sistem penyaluran bantuan keuangan
pemerintah melalui jalur ketentuan khusus dan bukan jalur pengeluaran langsung melalui
APBN.
Struktur kedua in merupakan okulasi pada struktur yang asli (struktur pertama) yang tidak
mempunyai hubungan yang mendasar pada struktur tersebut dan sesungguhnya tidak begitu
diperlukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan yang
dimaksud. Tetapi sebaliknya, struktur kedua ini merupakan alat pemberian subsidi yang luas yang
digunakan oleh pemerintah yang memakai mekanisme pajak sebagai metode pemberian subsidi.
Kehilangan uang pajak dari sisi ini, sesungguhnya sama sekali tidak terkait dengan esensi
pemungutan pajak tersebut dan juga tidak terkait dengan pembentukan kerangka struktural yang
diperlukan untuk pemungutan pajak tersebut.
Yang termasuk dalam pengertian kerugian karena materi ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan adalah selain subsidi pajak tersebut, juga perbuatan atau usaha pembayar pajak
untuk membayar pajak seefisien mungkin melalui celah-celah yang terdapat dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini dilakukan dengan cara penghindaran pajak (tax
avoidance) dan penghematan pajak (tax saving) yang sama sekali tidak dapat dianggap sebagai
pelanggaran hukum.
Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses,
haruslah dengan jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak. Semua ahli sependapat bahwa
sesungguhnya antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental,
akan tetapi kemudian ternyata bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur, baik secara teori maupun
aplikasinya. Secara konseptual, justru dalam menentukan perbedaan antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak, kesulitannya terletak pada penentuan perbedaannya, akan tetapi berdasarkan
konsep perundang-undangan, garis pemisahnya adalah antara melanggar undang-undang (unlawful) dan
tidak melanggar undang-undang (lawful).
Penghindaran pajak yang juga disebut sebagai tax planning, adalah proses pengendalian tindakan
agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran pajak adalah
suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu pengadilan yang tidak dapat menghukum
seseorang karena perbuatannya tidak melanggar hukum atau tidak termasuk dalam kategori pelanggaran
atau kejahatan, begitu pula mengenai pajak yang tidak dapat dipajaki, apabila tidak ada tindakan/transaksi
yang dapat dipajaki. Dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan dan
malahan sebaliknya akan diperoleh penghematan pajak dengan cara mengatur tindakan yang
menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-(akta sedemikian rupa, sehingga
terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak.
Walaupun pada dasarnya antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai sasaran
yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan
perbuatan ilegal dalam usaha mengurangi beban pajak tersebut., Beberapa definisi tentang penghindaran
pajak dan penyelundupan pajak menurut beberapa ahli yaitu :
“Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak -apakah berhasil
atau tidak- untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang
berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan
usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
“Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas penghasilannya untuk
memperkecil jumlah pajak yang terutang. Penghindaran pajak diartikan sebagai manipulasi
penghasilannya secara legal, yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang”.
Sedangkan, cara lain untuk mengefisienkan beban pajak adalah melalui penghematan pajak (tax
saving), yaitu suatu cara yang dilakukan oleh wajib pajak dalam mengelakkan utang pajaknya dengan
jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, pajak
penjualannya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya
sehingga penghasilannya menjadi kecil dan terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
Dalam hal ini, aparat perpajakan tidak dapat berbuat apa-apa, karena hal tersebut berada di luar rang
lingkup pemajakan. Secara sepintas terlihat bahwa ada kesamaan antra penghematan pajak dan
penghindaran pajak, tetapi sesungguhnya secara teoritis kedua hal tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut:
Penghematan pajak adalah usaha memperkecil jumlah utang pajak yang tidak termasuk dalam ruang
lingkup pemajakan, sedang penghindaran pajak juga merupakan usaha yang sama dengan cara
mengeksploitir celah-celah yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, di
mana apart perpajakan tidak dapat melakukan tindakan apa-apa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa cara meminimkan beban pajak melalui penyelundupan pajak
yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak akan ditolerir. Dengan
demikian, satu-satunya jalan yang ditempuh untuk meminimkan beban pajak adalah dengan cara
penghindaran pajak. Berkenaan dengan hal ini, lebih cenderung untuk mengklasifkasikan penyelundupan
pajak tersebut sesuai Pasal 38 dan Pasal 39 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Dan telah diubah,
terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000,
Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut, wajib pajak diwajibkan menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pada
wajib pajak sendiri. Selain itu, wajib pajak wajib melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang
dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh dua ketentuan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu:
1. Ketentuan pertama menyangkut masalah Pajak Penghasilan itu sendiri yang bukan merupakan biaya
yang fiskal dapat dikurangkan dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak (Pasal 9 ayat (1) hurut h
UU PPh). Sebagai konsekuensinya, apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak akan
terjadi penurunan dalam jumlah biaya fskal yang dapat dikurangkan dan oleh karena itu juga tidak
akan menimbulkan kenaikan Penghasilan Kena Pajak, Pengurangan pembayaran PPh tersebut, yang
juga merupakan jumlah pajak, yang dapat dihemat, hanya akan meningkatkan laba setelah pajak.
Berbeda dengan aktivitas mencari laba/menambah penghasilan, suatu perencanaan pajak hanya akan
memberikan Keuntungan yang sama sekali tidak termasuk dalam ruang lingkup pengenaan PPh.
2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkannya biaya yang ada kaitannya dengan
penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dischut sebagai biaya sentuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (Pasal
6 ayat (1) huruf a UU PPh) oleh karena perencanaan pajak terkait dengan penentuan besarnya pajak
yang terutang, maka biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan pajak tersebut, merupakan biaya
yang fiskal dapat dikurangkan. Biaya neto rancangan perencanaan pajak adalah biaya bruto
dikurangi dengan jumlah-jumlah pajak yang dapat dihemat atau dengan kata lain biaya setelah pajak
(after tax cost). Suatu perencanaan pajak dapat dinyatakan sebagai berikut :
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib
pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dan pengabdian kewajiban dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Namun satu hal yang harus
diingat bahwa pajak bukanlah merupakan iuran yang sifatnya sukarela, akan tetapi dapat
dipaksakan, sehingga kelalaian dalam memenuhi kewajiban perpajakan dapat merugikan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan kemungkinan-kemungkinan surat paksa, sita dan lelang serta
sanksi-sanki pidana yang dapat diancam dengan kurungan atau penjara.
Pada umumnya ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan biasanya diukur dan
dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance)
dan penyelundupan pajak (tax evasion) yang kesemuanya itu bertujuan untuk meminimalkan beban pajak,
Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses,
haruslah dengan jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak. Semua ahli sependapat bahwa
sesungguhnya antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak terdapat perbedaan antara melanggar
undang-undang (unlawful) dan tidak melanggar undang-undang (lawful).
Secara umum dapat dikatakan bahwa cara meminimkan beban pajak melalui penyelundupan
pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak akan ditolerir. Dengan
demikian, satu-satunya jalan yang ditempuh untuk meminimkan beban pajak adalah dengan cara
penghindaran pajak.
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://
riskymahira.blogspot.com/
2013/01/tahapan-dalam-
membuat-perencanaan-
pajak.html?m=1
http://riskymahira.blogspot.com/2013/01/tahapan-dalam-membuat-perencanaan-pajak.html?m=1