Anda di halaman 1dari 40

EVALUASI PENERAPAN TAX PLANNING GUNA

MENINGKATKAN EFISIENSI PAJAK PERTAMBAHAN


NILAI PADA PT AGRIMARA CIPTA NUTRINDO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Nama : Yuyun
NPM : 18130310122
Program Studi : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Perpajakan

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


FAKULTAS EKONOMI
KEDIRI
2022

i
EVALUASI PENERAPAN TAX PLANNING GUNA
MENINGKATKAN EFISIENSI PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI PADA PT AGRIMARA CIPTA NUTRINDO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Nama : Yuyun
NPM : 18130310122
Program Studi : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Perpajakan

Kediri, Mei 2022

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

BEBY HILDA AGUSTIN, SE., MM SRIKALIMAH, SE., MM


NIDN : 1981081620150727.1.70372 NIDN : 0727058201

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................... 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah........................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 8
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................... 8
2.2 Tinjauan dan Kajian Pustaka........................................................ 12
2.2.1 Perencanaan Pajak atau Tax Planning................................ 12
2.2.1.1 Pengertian Tax Planning........................................ 12
2.2.1.2 Motivasi Perencanaan Pajak.................................. 12
2.2.1.3 Manfaat Perencanaan Pajak................................... 14
2.2.1.4 Tujuan Perencanaan Pajak..................................... 15
2.2.1.5 Persyaratan Tax Planning yang Baik..................... 16
2.2.3 Pajak Pertambahan Nilai.................................................... 18
2.2.3.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai...................... 18
2.2.3.2 Subjek dan Objek PPN........................................... 19
2.2.3.3 Mekanisme Pengenaan PPN.................................. 20
2.2.3.4 DPP dan Tarif PPN................................................ 21
2.2.3.5 Mekanisme Pengkreditan PPN............................... 22
2.2.3.6 Perhitungan PPN.................................................... 23
2.2.3.7 Faktur Pajak........................................................... 24
2.2.4 Tax Planning Pajak Pertambahan Nilai............................. 25

iii
2.2.4.1 Memaksimalkan Pengkreditan PPN....................... 25
2.2.4.2 Penundaan Faktur Pajak......................................... 27
2.2.4.3 Pelaporan dan Penyetoran PPN.............................. 27
2.3 Teori Hubungan Antar Variabel................................................... 28
2.4 Kerangka Pikir.............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 31
3.1 Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 31
3.2 Jenis Penelitian............................................................................. 31
3.3 Lokasi Penelitian.......................................................................... 31
3.4 Data dan Teknik Pengumpulannya............................................... 32
3.4.1 Jenis Data............................................................................ 32
3.4.2 Sumber Data....................................................................... 32
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data................................................. 33
3.5 Identifikasi Variabel..................................................................... 34
3.6 Definisi Operasional Variabel...................................................... 34
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................... 35
3.8 Jadwal Penelitian.......................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan negara. Pajak

dibayarkan oleh rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 pajak didefinisikan sebagai kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Terdapat berbagai jenis pajak di Indonesia, diantaranya adalah Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Pajak

Daerah (Mardiasmo, 2018). Hal tersebut menandakan bahwa penerimaan pajak

memiliki peranan sangat penting dalam terlaksananya pembangunan nasional di

berbagai bidang.

Bagi negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara sedangkan bagi perusahaan,

pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba (Suandy, 2016:1). Namun,

satu faktor kunci dari usaha yang berkelanjutan adalah kepatuhan pajak yang

akurat. Untuk itu, tax planning dapat menjadi langkah awal dalam pengelolaan

pajak perusahaan. Tax Planning atau perencanaan pajak adalah upaya mengurangi

atau meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan kepada negara sehingga

pajak yang dibayar tidak melebihi jumlah yang sebenarnya. Salah satu praktik

1
2

dalam manajemen perpajakan ini dilakukan dengan tetap mematuhi peraturan

perpajakan yang berlaku (legal). Legal di sini, artinya penghematan pajak

dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur oleh undang-undang

sehingga tidak ada pelanggaran konstitusi atau Undang-Undang Perpajakan.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia mulai awal Maret 2020 lalu

masih belum berakhir. Seperti yang kita ketahui bahwa timbulnya penyakit

coronavirus disease 2019 atau yang disebut juga dengan Covid-19 bermula dari

kota Wuhan tepatnya di Tiongkok pada akhir tahun 2019. Virus jenis baru

tersebut telah menyebar ke berbagai negara di belahan dunia. Informasi terbaru

seputar penanganan Covid-19 di Indonesia oleh Pemerintah, berdasarkan data

sebaran dalam website resmi covid19.go.id per 09 Maret 2022 terdapat 228 negara

dengan kasus aktif virus corona menurut WHO. Oleh karena itu, pemerintah

masih berusaha menekan penyebaran virus Covid-19 dengan mengeluarkan

berbagai macam kebijakan yaitu dengan menggiatkan edukasi dan promosi

protokol kesehatan Covid-19, kebijakan PSBB, PPKM, dan Program vaksinasi

Covid-19 di Indonesia.

Tak hanya berdampak pada sisi kesehatan, pandemi Covid-19 juga

berdampak pada perekonomian. Aktivitas ekonomi yang terganggu menyebabkan

penerimaan pajak mengalami kontraksi. Pajak memiliki peranan krusial dalam

APBN dalam waktu beberapa tahun belakangan. Hal tersebut dapat dilihat dari

kontribusi pajak yang terus meningkat terhadap penerimaan negara. Pada tahun

awal pandemi, yaitu tahun 2020 aktivitas ekonomi yang tidak sepenuhnya

berjalan, membuat penerimaan pajak ikut terperosok. Pemerintah akhirnya


3

mengeluarkan kebijakan perpajakan pada masa pandemi Covid-19 diantaranya

adalah kebijakan insentif untuk PPh pasal 21, 22, 25 dan PPN serta relaksasi pajak

selama pandemi tahun 2020 dan 2021. Dan peraturan terbaru adalah

diterbitkannya Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP)

terkait Pajak Pertambahan Nilai dimana tarif sebelumnya dalam Undang-Undang

No 42 Tahun 2009 adalah sebesar 10 persen naik menjadi 11 persen berlaku mulai

tanggal 01 April 2022.

Pajak Pertambahan Nilai atau disingkat PPN, diartikan sebagai pungutan

pemerintah yang dibebankan atas transaksi jual beli barang maupun jasa yang

dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau badan yang telah dikukuhkan sebagai

PKP (Pengusaha Kena Pajak). Dalam perhitungan PPN yang dipungut, ada dua

skema yakni pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran ialah PPN yang

dipungut ketika PKP menjual produknya. Sedangkan, pajak masukan ialah PPN

yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat produknya.

Sama halnya dengan pajak lainnya, efisiensi diperlukan dalam mengendalikan

Pajak Pertambahan Nilai supaya tidak merugikan perusahaan. Menurut KBBI

(KBBI Daring, 2021) efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan

tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.

Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak

dengan pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin

karena membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak.

Di lain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Perbedaan


4

kepentingan tersebut menyebabkan wajib pajak cenderung mengurangi jumlah

pembayaran pajak, baik legal maupun ilegal (Suandy, 2016:2). Dengan masih

adanya pandemi Covid-19 di Indonesia yang masih belum dapat diprediksi kapan

akan berakhir, perusahaan harus mengantisipasi kebijakan-kebijakan perpajakan

yang akan datang. Kebijakan perpajakan pada pandemi Covid-19 cenderung

mengalami penurunan tarif contohnya seperti Pajak Penghasilan badan dari 25%

menjadi 22%, namun Pajak Pertambahan Nilai mengalami kenaikan tarif pada

tahun 2022 dan diprediksi akan naik pada tahun selanjutnya. Kenaikan tarif

tentunya akan menambah beban pajak yang ditanggung perusahaan. Untuk itu,

perusahaan harus segera melakukan strategi tax planning atau perencanaan pajak

agar dapat mencapai efisiensi pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai.

PT Agrimara Cipta Nutrindo merupakan perusahaan dagang yang bergerak

pada bidang distribusi obat hewan berupa Farmasetik, Premix, Feed Additive,

Feed Suplemen dan lain sebagainya. Berdiri pada tahun 2018 yang beralamat di

Jalan Ki Hajar Dewantoro RT 01 RW 01 Kelurahan Sekoto, Kecamatan Badas,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur. PT Agrimara Cipta Nutrindo telah dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga wajib memungut Pajak Pertambahan

Nilai berupa pajak keluaran dan perusahaan juga dipungut Pajak Pertambahan

Nilai berupa pajak masukan.

Berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu UU No

42 Tahun 2009 disebutkan bahwa seluruh pembelian barang yang berhubungan

dengan usaha, maka seluruh pajak masukan yang dilakukan dapat dikreditkan.

Namun ada beberapa ketentuan tentang pembelian yang tidak dapat dikreditkan.
5

(Harjanti et al., 2019). Dalam perusahaan terdapat ketidakefisienan berkaitan

dengan pengkreditan PPN, seperti tidak mempertimbangkan PKP atau non-PKP

dalam transaksi pembelian serta kurang memperhatikan waktu pembuatan faktur

pajak mengakibatkan PPN terutang tidak merata dalam masa pajak. Hal tersebut

berpengaruh terhadap ekonomi perusahaan terutama pada masa pandemi Covid-

19 sehingga perencanaan pajak diperlukan agar perusahaan dapat terhindar dari

risiko ketidakpatuhan pajak yang juga meminimalkan beban pajak.

Penelitian sebelumnya oleh Atmojo, menyebutkan bahwa penting bagi

perusahaan untuk menerapkan perencanaan pajak (tax planning), karena dengan

menerapkannya maka perusahaan tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar

sehingga dapat mengalokasikan dana tersebut untuk pengembangan perusahaan

(Atmojo et al., 2016). Berkaitan dengan hal tersebut efisiensi pajak diperlukan

dalam mengantisipasi naiknya tarif pajak, terutama Pajak Pertambahan Nilai pada

masa pandemi covid-19 karena beban pajak perusahaan akan lebih besar dari

sebelumnya. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada PT Agrimara Cipta Nutrindo dengan judul penelitian

“Analisis Strategi Tax Planning Sebagai Antisipasi Kebijakan Perpajakan

Pada Masa Pandemi Covid-19 Guna Mencapai Efisiensi Pajak Pertambahan

Nilai”

1.2 Batasan Masalah

Peneliti melakukan batasan masalah agar pembahasan dari penelitian tidak

meluas yaitu penelitian dilakukan terhadap data-data yang berkaitan dengan Pajak

Pertambahan Nilai berupa buku besar dan laporan keuangan serta SPT Masa PPN
6

pada PT Agrimara Cipta Nutrindo yang digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melakukan tax planning. Data yang digunakan adalah data dalam periode

satu tahun yaitu tahun awal pandemi Covid-19 atau tahun 2020.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi

rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

strategi tax planning sebagai antisipasi kebijakan perpajakan pada masa pandemi

Covid-19 guna mencapai efisiensi Pajak Pertambahan Nilai pada PT Agrimara

Cipta Nutrindo.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Tax Planning sebagai

antisipasi kebijakan perpajakan pada masa pandemi Covid-19 guna mencapai

efisiensi Pajak Pertambahan Nilai pada PT Agrimara Cipta Nutrindo.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dengan diadakannya penelitian ini terbagi

menjadi dua, yaitu :

1. Manfaat Operasional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

atau saran serta menambah pengetahuan PT Agrimara Cipta Nutrindo sebagai

Wajib Pajak Badan dalam menerapkan strategi tax planning terhadap Pajak

Pertambahan Nilai sebagai pertimbangan dalam melaksanakan kewajiban


7

perpajakannya terutama untuk mengantisipasi kebijakan yang berubah-ubah pada

masa pandemi Covid-19.

2. Manfaat Akademik

Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai strategi tax planning Pajak Pertambahan Nilai dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan pada masa pandemi Covid-19 serta dapat

digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi bagi peneliti yang akan

melakukan penelitian yang akan datang dalam konteks permasalahan yang serupa.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Tujuan adanya penelitian terdahulu adalah untuk mengkaji hasil-hasil dari

penelitian-penelitian yang pernah ada pada area serupa. Terdapat empat penelitian

terdahulu yang dipilih oleh peneliti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu
1. Peneliti & (Tahuteru et al., 2021)
Tahun
Judul Evaluasi Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai pada CV. Rosi Prima Karya di Ambon
Variabel 1. Penghitungan
Penelitian 2. Penyetoran
3. Pelaporan
4. Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Jurnal EMBA (Ekonomi dan Pembangunan)
Penelitian
Alat Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Analisis deskriptif. Fokus penelitian ini adalah perhitungan,
penyetoran dan pelaporan pajak pertambahan nilai untuk
tahun 2017 dan 2018.
Hasil Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa CV. Rosi
Penelitian Prima Karya dalam menerapkan Pajak Pertambahan Nilai
untuk perhitungan, penyetoran, dan pelaporan telah sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku.
Persamaan Judul yang akan diambil peneliti memiliki persamaan pada
salah satu variabelnya dengan judul penelitian terdahulu
diatas, yaitu Pajak Pertambahan Nilai
Perbedaan Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini memfokuskan tentang Strategi tax planning
terhadap PPN. Selain itu, objek penelitian yang akan peneliti
ambil adalah data yang berhubungan dengan PPN pada PT
Agrimara Cipta Nutrindo Kediri

8
9

Tabel 2.1 Lanjutan


2. Peneliti & (Atmojo et al., 2016)
Tahun
Judul Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai
(Studi Kasus pada CV Guyub Rukun Putra Sakti Tahun
Pajak 2014)
Variabel 1. Perencanaan Pajak
Penelitian 2. Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Jurnal Perpajakan
Penelitian
Alat Tax planning dengan penundaan pengkreditan pajak
Analisis masukan, pembelian BKP dengan PPN, penggabungan
penundaan pengkreditan pajak masukan dan pembelian BKP
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan
Penelitian pajak menggunakan penundaan pengkreditan Pajak Masukan
mampu meratakan Pajak Pertambahan Nilai terutang
sehingga tidak ada lagi Pajak Pertambahan Nilai yang lebih
bayar sedangkan saat menerapkan pembelian Barang Kena
Pajak dengan Pajak Pertambahan Nilai mampu
meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai terutang sebesar
15%.
Persamaan Judul yang akan diambil peneliti memiliki persamaan pada
dua variabelnya dengan judul penelitian terdahulu diatas,
yaitu perencanaan pajak (tax planning) dan Pajak
Pertambahan Nilai
Perbedaan Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
ini,memfokuskan pada efisiensi PPN dan kebijakan
perpajakan pada masa pandemi Covid-19. Selain itu, objek
penelitian yang akan peneliti ambil adalah data yang
berhubungan dengan PPN pada PT Agrimara Cipta Nutrindo
Kediri
3. Peneliti & (Marentek & Budiarso, 2016)
Tahun
Judul Evaluasi Penerapan Tax Planning Untuk Meminimalkan
Pajak Pertambahan Nilai Pada Pt. Transworld Solution
Jakarta Selatan
Variabel 1. Tax planning
Penelitian 2. Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi
Penelitian
Alat Mengevaluasi tax planning yang telah dilakukan, melakukan
Analisis perhitungan kembali pajak masukan yang dapat dikreditkan
tetapi belum dikreditkan perusahaan, menganalisa faktur
pajak, pelaporan pajak, serta membandingkan PPN terutang
sebelum dan sesudah dilakukan evaluasi apakah sudah
10

diterapkan secara maksimal atau belum.


Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa PT. Transworld
Penelitian Solution sudah menerapkan beberapa tax planning yang baik
dalam bidang Pajak Pertambahan Nilai. Itu bisa dilihat
dalam pengkreditan pajak masukan yang dilakukan
perusahaan terhadap pajak keluaran yang di dapat pada masa
pajak yang sama, juga perusahaan menyetor SSP dan
melaporkan SPT tepat pada waktunya, serta perusahaan juga
menunda pembuatan faktur pajak yang pembayarannya
belum diterima perusahaan. Dari total pajak keluaran yang
harus dibayarkan perusahaan pada tahun 2014, dengan
mengkreditkan pajak masukan yang dapat dikreditkan
perusahaan memperoleh total keuntungan sebesar Rp.
62.253.962
Persamaan Judul yang akan diambil peneliti memiliki persamaan pada
dua variabelnya dengan judul penelitian terdahulu diatas,
yaitu tax planning dan Pajak Pertambahan Nilai
Perbedaan Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini memfokuskan tentang efisiensi PPN dan
kebijakan perpajakan pada masa pandemi Covid-19. Selain
itu, objek penelitian yang akan peneliti ambil adalah data
yang berhubungan dengan PPN pada PT Agrimara Cipta
Nutrindo Kediri
4. Peneliti & (Harjanti et al., 2019)
Tahun
Judul Analisis Tax Planning Dalam Rangka Mancapai Efisiensi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada PT Ramadhan
Caturkarsa Layorda Tegal
Variabel 1. Tax planning
Penelitian 2. Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Jurnal MONEX
Penelitian
Alat Peneliti menghitung jumlah Pajak Pertambahan Nilai
Analisis perusahaan tahun 2018 sebelum diterapkan tax planning
berdasarkan data yang ada pada tahun 2017, melakukan tax
planning yang tepat dengan menghitung penjualan dua kali
lipat dari sebelumnya, dan melakukan semua pembelian
hanya ke Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan
Penelitian tax Planning PPN Terutang sebesar Rp 87.586.884,-.
Sedangkan setelah dilakukan tax planning jumlah PPN
Terutang sebesar Rp 68.849.914,- Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan melakukan tax planning maka
PT RCL Tegal dapat mencapai efisiensi PPN Terutang atau
PPN yang dibayar.
Persamaan Judul yang akan diambil peneliti memiliki persamaan
11

dengan dua variabelnya dengan judul penelitian terdahulu


diatas, yaitu tax planning dan efisiensi Pajak Pertambahan
Nilai
Perbedaan Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini memfokuskan pada antisipasi kebijakan
perpajakan pada masa pandemi Covid-19 dalam tax
planning PPN. Selain itu, objek penelitian yang akan peneliti
ambil adalah data yang berhubungan dengan PPN pada PT
Agrimara Cipta Nutrindo Kediri
Sumber : Data diolah, 2022

2.2 Tinjauan dan Kajian Pustaka

2.2.1 Perencanaan Pajak atau Tax Planning

2.2.1.1 Pengertian Tax Planning

Tax planning atau disebut juga perencanaan pajak adalah suatu


proses mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang
pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam
jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan
undang-undang. (Pohan, 2013:6)

Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya meminimalkan


pajak secara eufimisme. Perencanaan pajak merujuk pada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak
berada dalam jumlah minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan
perpajakan. Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan
meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak.
Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan
untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya
apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya,
dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap Wajib Pajak akan membuat
rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan dengan seksama.
(Suandy, 2016)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas disimpulkan bahwa perencanaan

pajak atau tax planning adalah suatu usaha yang dilakukan Wajib Pajak untuk

melaksanakan kewajiban perpajakannya secara efisien dengan tetap mematuhi

peraturan perpajakan.

2.2.1.2 Motivasi Perencanaan Pajak


12

Berdasarkan jurnal yang diolah oleh T.N. Srinivansan berjudul “Tax

Evasion : A Model” dalam Journal of Public Economics (Pohan, 2013)

menyebutkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk

meminimumkan kewajiban pembayaran pajak mereka yaitu adalah berikut:

1. Tingkat kerumitan suatu peraturan

Makin rumit peraturan perpajakan, muncul kecenderungan wajib pajak untuk

menghindarinya karena biaya untuk mematuhinya menjadi tinggi.

2. Besarnya pajak yang dibayar

Makin besar jumlah pajak yang harus dibayar, akan semakin besar pula

kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan dengan cara

memperkecil jumlah pembayaran pajaknya.

3. Biaya untuk negosiasi

Disengaja atau tidak, kadang-kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan

memberikan uang sogokan kepada fiscus dalam pelaksanaan hak dan

kewajiban perpajakannya. Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semaki

kecil pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

4. Risiko deteksi

Risiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah pelanggaran

ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak. Makin rendah risiko

terdeteksi, wajib pajak cenderung melakukan pelanggaran. Sebaliknya bila

suatu pelanggaran mudah diketahui, wajib pajak akan memilih posisi

konservatif dengan tidak melanggar peraturan.

5. Besarnya denda
13

Makin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan

cenderung mengambil posisi konservatif dengan tidak melanggar ketentuan

perpajakan. Sebaliknya makin ringan sanksi atau bahkan ketiadaan sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka kecenderungan untuk

melanggar akan lebih besar.

6. Moral masyarakat

Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan

kepatuhan dan kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya.

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax planning)

adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak. Karena pajak itu mempengaruhi

pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk

melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau

kesempatan dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk

memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya

sama dengan memanfaatkan :

a. Perbedaan tarif pajak (tax rates)

b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax

base)

c. Loopholes, shelters, havens.

2.2.1.3 Manfaat Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak yang dilakukan secara cermat akan memperoleh

beberapa manfaat (Pohan, 2013) sebagai berikut :


14

1. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya

dapat dikurangi.

2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cashflow), karena dengan perencanaan

pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan

menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran

kas lebih akurat.

2.2.1.4 Tujuan Perencanaan Pajak

Secara umum tujuan pokok yang ingin dicapai dari perencanaan pajak

yang baik (Pohan, 2013) adalah :

1. Meminimalisasi beban pajak terutang.

Tindakan yang harus diambil dalam rangka perencanaan pajak tersebut berupa

usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup

pemajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan.

2. Memaksimalkan laba setelah pajak.

3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak jika terjadi pemeriksaan pajak oleh

fiskus.

4. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien, dan efektif sesuai

dengan ketentuan perpajakan meliputi :

a. Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari

pengenaan sanksi, baik sanksi administratif maupun pidana seperti bunga,

kenaikan, denda, dan hukum kurungan, atau penjara.


15

b. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan

yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi

keuangan seperti pemotongan dan pemungutan pajak (PPh pasal 21, Pasal

22, dan Pasal 23).

2.2.1.5 Persyaratan Tax Planning yang Baik

Tax planning yang baik mensyaratkan beberapa hal (Pohan, 2013):

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.

Jadi rekayasa perpajakan yang didesain dan diimplementasikan bukan

merupakan tax evasion.

2. Secara bisnis masuk akal (reasonable).

Kewajaran melakukan transaksi bisnis harus berpegang kepada praktik

perdagangan yang sehat dan menggunakan harga pasar yang wajar, yakni

tingkat harga antara pembeli dan penjual yang independent, bebas

melakukan transaksi.

3. Didukung oleh bukti-bukti pendukung yang memadai. (misalnya : kontrak,

invoice, faktur pajak, PO, dan DO).\

Kebenaran formal dan materiil suatu transaksi keuangan perusahaan dapat

dibuktikan dengan adanya kontrak perjanjian dengan pihak ketiga atau

purchase order (PO) dari pelanggan, bukti penyerahan barang/jasa

(delivery order), invoice, faktur pajak, sebagai bukti penagihannya serta

pembukuannya (general ledger).


16

2.2.3 Pajak Pertambahan Nilai

2.2.3.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Salman, (2017:237) menyatakan bahwa Pajak


Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) atau JKP (Jasa Kena Pajak)
yang dilakukan oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak) di dalam daerah
pabean atau atas impor BKP.

Sedangkan menurut Pohan, (2016:21) mengemukakan bahwa Pajak


Pertambahan Nilai dikenakan atas “Nilai Tambah” dari Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan oleh Pengusaha Kena
Pajak. Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya merupakan pajak yang
dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dibebankan atas transaksi penyerahan

barang maupun jasa yang dikenakan pajak dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau

badan yang telah dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) di dalam

daerah pabean.

2.2.3.2 Subjek dan Objek PPN

Subjek pajak menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah

Pengusaha Kena Pajak (Salman, 2017). Yang menjadi Pengusaha Kena Pajak

yaitu:

1. Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP di

dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor BKP diwajibkan :

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b. Memungut pajak yang terutang;


17

c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal

Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat dikreditkan,

serta menyetorkan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang;

d. Melaporkan penghitungan pajak.

Objek pajak di dalam Pajak Pertambahan Nilai yang disebutkan dalam

pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun (2009) dikenakan atas:

1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

Syarat-syaratnya adalah:

a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP.

b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud.

c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

2. Impor BKP

3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

Syarat-syaratnya adalah:

a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP.

b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean.

5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

6. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.


18

8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

digunakan pihak lain.

9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak

Masukannya tidak dapat dikreditkan.

2.2.3.3 Mekanisme Pengenaan PPN

Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut

(Mardiasmo, 2018) :

1. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP

penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut

merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan.

Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.

2. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut

PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti

telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

3. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa

PPN). Sebagaimana pengertian SPT yang tercantum dalam

PMK-09/PMK.03/2018 Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disingkat SPT

adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan/atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak, dan/harta dan
19

kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan.

SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa pajak.

2.2.3.4 DPP dan Tarif PPN

Berdasarkan Undang-Undang PPN Nomor 42 Tahun 2009, untuk

menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya Dasar Pengenaan

Pajak (DPP). Pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak

dengan Dasar Pengenaan Pajak. Yang menjadi DPP adalah:

1. Harga jual.

2. Penggantian

3. Nilai impor.

4. Nilai ekspor.

5. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Tarif PPN yang berlaku mulai 1 April 2022 dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun (2021) tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan adalah 11%

(sebelas persen). Sedangkan tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud.

b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

c. Ekspor Jasa Kena Pajak.

Sebelumnya tarif Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 42 Tahun (2009) adalah sebesar 10%.

2.2.3.5 Mekanisme Pengkreditan PPN


20

Mekanisme pengkreditan PPN dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2021 digambarkan sebagai berikut :

1. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran

dalam Masa Pajak yang sama.

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak, Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dapat dikreditkan sepanjang

memenuhi ketentuan pengkreditan

3. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang

memenuhi persyaratan.

4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak

Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor

oleh Pengusaha Kena Pajak.

5. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan

lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak

yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

6. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak

Keluaran pada Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak

berikutnya paling lama 3 (tiga) Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak

saat Faktur Pajak dibuat sepanjang belum dibebankan sebagai biaya atau
21

belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak serta memenuhi ketentuan pengkreditan.

2.2.3.6 Perhitungan PPN

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang PPN

dengan cara sebagai berikut :

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Contoh :

Tanggal 19 Desember 2020, PKP “A” menjual tunai BKP kepada PKP “B”

dengan harga jual Rp25.000.000 belum termasuk PPN. Maka, PPN yang terutang

adalah:

PPN = 10% x Rp25.000.000

= Rp2.500.000

PPN sebesar Rp2.500.000 tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut

oleh PKP “A”. Sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan Pajak

Masukan.

Misal PKP “A” melakukan pembelian BKP dan dikenakan Pajak Masukan

sebesar Rp2.000.000, maka

Perhitungan :

Jumlah Pajak Keluaran : Rp2.500.000

Jumlah Pajak Masukan : Rp2.000.000

PPN Kurang Bayar : Rp 500.000


22

Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp500.000 dan harus disetorkan ke kas negara.

2.2.3.7 Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha

Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa

Kena Pajak.

Faktur pajak dibuat pada:

1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa

Kena Pajak.

3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan.

4. Saat ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan atau ekspor

JKP, atau

5. Saat lain yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang PPN. (PER-03/PJ/2022)

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan

BKP dan atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:

1. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP.

2. Identitas pembeli BKP atau penerima JKP.

3. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan

harga.

4. PPN yang dipungut.


23

5. PPn BM yang dipungut.

6. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak.

7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.

PKP perlu memperhatikan tata cara pembuatan pembuatan Faktur Pajak

agar tidak dikenai sanksi perpajakan. Keterlambatan atau kekeliruan dalam

pembuatan Faktur Pajak dapat dikenakan sanksi 2% dari DPP sesuai dengan Pasal

14 ayat (4) sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) UU KUP Nomor 28 Tahun 2007.

Secara umum, Faktur Pajak dapat dibagi menjadi tiga:

1. Faktur Pajak

2. Faktur Pajak Gabungan

3. Dokumen tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak

2.2.4 Tax Planning Pajak Pertambahan Nilai

2.2.4.1 Memaksimalkan Pengkreditan PPN

Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak atau Jasa Kena

Pajak dari Pengusaha Kena Pajak, supaya pajak masukannya dapat dikreditkan.

Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan sampai terdapat pajak

masukan yang belum dikreditkan. (Pohan, 2013)

Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan yang

berhubungan langsung dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen

atas BKP/JKP dan faktur pajaknya adalah faktur pajak standar atau dokumen yang

disamakan dengan faktur pajak standar.

Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dalam:


24

1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai

hubungan langsung dengan kegiatan usaha.

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station

wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa

Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak.

5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya

tidak memenuhi ketentuan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan

Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

Kena Pajak.

6. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa

Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi

ketentuan.

7. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya

ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.

2.2.4.2 Penundaan Faktur Pajak

Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan penundaan pembuatan faktur

pajak sebagai berikut :

1. Dalam hal penjualan BKP/JKP yang pembayarannya belum diketahui,

pembuatan faktur pajak bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah
25

penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Dalam kaitan dengan

saat pembuatan Faktur Pajak, makin lambat PKP membuat Faktur Pajak,

maka akan lebih baik karena PKP tidak perlu menalangi pembayaran PPN.

2. Berkaitan dengan hal ini, sebaiknya PKP penjual dalam menentukan syarat

pembayaran yang ideal, yaitu tidak lebih 45 hari setelah penyerahan BKP

atau JKP (penerbitan invoice). Jika pembayaran baru diterima PKP setelah

lewat waktu 45 hari berarti bahwa PKP penjual akan menalangi pembayaran

PPN ke Kas Negara. (Pohan, 2013)

2.2.4.3 Pelaporan dan Penyetoran PPN

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) UU PPN Nomor 42 Tahun 2009

dan (PER-DJP/14/PJ/2010) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya

setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai disampaikan. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan

Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa

Pajak. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur

termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran dapat dilakukan

pada hari kerja berikutnya.

Penjagaan terhadap batas waktu penyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa

PPN ini sangat penting, karena keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN tersebut

akan dikenai denda Rp500.000, sedangkan untuk keterlambatan penyetoran PPN

dikenai denda bunga 2% per bulan dari PPN yang terutang sesuai yang tertuang

dalam UU KUP Nomor 28 Tahun (2007).


26

2.3 Teori Hubungan Antar Variabel

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan beban

pajak dalam batas yang tidak melanggar aturan disebut tax planning atau

perencanaan pajak. Dengan masih adanya pandemi Covid-19 di Indonesia yang

masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir, perusahaan harus

mengantisipasi kebijakan-kebijakan perpajakan yang akan datang supaya tetap

melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan menghemat waktu, biaya

dan tenaga sehingga dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Kebijakan perpajakan pada pandemi Covid-19 cenderung mengalami

penurunan tarif contohnya seperti Pajak Penghasilan badan dari 25% menjadi

22%, namun Pajak Pertambahan Nilai dalam Undang-Undang Harmonisasi

Peraturan Perpajakan mengalami kenaikan tarif pada tahun 2022 yaitu dari 10%

menjadi sebesar 11% dan diprediksi akan naik pada tahun selanjutnya. Kenaikan

tarif tentunya akan menambah beban pajak yang ditanggung perusahaan. Untuk

itu, perusahaan harus segera melakukan strategi tax planning atau perencanaan

pajak agar dapat mencapai efisiensi pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai.

2.4 Kerangka Pikir

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Tax Planning
Pajak Pertambahan Nilai
27

Perhitungan Faktur Pengkreditan


PPN Pajak Pajak Masukan

Menekan Beban Antisipasi Kebijakan


Pajak Perpajakan

Efisiensi

Keterangan :

Kerangka pemikiran oleh peneliti untuk penelitian ini yaitu peneliti

melakukan perencanaan pajak (Tax Planning) terhadap salah satu kewajiban pajak

perusahaan berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak pertambahan nilai

diteliti terlebih dahulu dengan menganalisis dokumen-dokumen yang terkait,

melakukan perhitungan PPN sesuai ketentuan perpajakan, pemeriksaan dan

perencanaan terkait faktur pajak, dan melakukan perencanaan yang tepat terhadap

pengkreditan pajak masukan agar dapat menekan beban pajak dan mengantisipasi

kebijakan perpajakan yang akan datang pada masa pandemi covid-19. Dengan

analisis tersebut, peneliti mengharapkan hasil berupa strategi tax planning yang

tepat sehingga dapat mencapai efisiensi Pajak Pertambahan Nilai.


28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu membahas mengenai analisis

strategi tax planning yang tepat sebagai antisipasi kebijakan perpajakan terutama

pada masa pandemi Covid-19 guna mencapai efisiensi pajak pertambahan nilai di

PT Agrimara Cipta Nutrindo. Data yang digunakan untuk penelitian adalah data

perusahaan terkait PPN berupa buku besar, faktur pajak, laporan keuangan dan

SPT Masa PPN periode 1 tahun yaitu tahun 2020.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Maria,dkk

(dalam Harjanti et al., 2019:67) mendefinisikan metode deskriptif sebagai suatu

analisis mengumpulkan, menyusun, menganalisis data agar dapat memberikan

suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Peneliti melakukan

perhitungan terhadap data kuantitatif yang dikumpulkan dan melakukan evaluasi

atas tax planning untuk meningkatkan efisiensi Pajak Pertambahan Nilai.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada sebuah badan usaha yaitu PT Agrimara

Cipta Nutrindo merupakan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang

distribusi obat dan kebutuhan hewan yang beralamat di Jalan Ki Hajar Dewantoro

RT 01 RW 01 Kelurahan Sekoto, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa

29
30

Timur. Alasan peneliti menetapkan tempat tersebut sebagai tempat penelitian

karena :

1. Akses ke tempat penelitian tidak terlalu sulit maupun terlalu jauh dengan

peneliti sehingga dapat menghemat biaya penelitian.

2. Perusahaan memberikan izin dan terbuka terkait pajaknya yaitu Pajak

Pertambahan Nilai

3.4 Data dan Teknik Pengumpulannya

3.4.1 Jenis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk uraian deskriptif

mengenai gambaran dan sebagainya. Data kualitatif mencakup profil

perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi perusahaan dan kegiatan

operasional sehubungan dengan pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan

Nilai perusahaan.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk angka-angka

dan tabel. Data kuantitatif berupa data dalam angka yaitu data penjualan,

pembelian, serta laporan-laporan pajak terkait PPN.

3.4.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung

atau data yang masih asli seperti apa adanya. (Tarjo, 2019:92) Data primer

pada penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi yang diperoleh
31

peneliti yang memerlukan keterlibatan langsung oleh diri peneliti yaitu profil

perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, kegiatan

operasional perusahaan, laporan-laporan dalam perusahaan berupa laporan

penjualan, pembelian, laporan keuangan serta laporan-laporan pajak terkait

PPN, serta pelaksanaan kewajiban perpajakan pada perusahaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan yang

telah melewati proses perhitungan. (Tarjo, 2019:93) Data sekunder dalam

penelitian ini adalah jurnal dan penelitian terdahulu.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Metode wawancara

Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara atau tanya

jawab secara langsung terhadap pihak yang berkaitan dalam bidang yang diteliti.

Wawancara ini melibatkan pemilik perusahaan dan bagian keuangan perusahaan.

Data yang diperoleh adalah profil perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi

perusahaan dan kegiatan operasional perusahaan serta pelaksanaan kewajiban

perpajakan pada perusahaan.

2. Survei

Metode survei dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung

kegiatan dalam lingkungan perusahaan, Peneliti mengamati proses pelaksanaan

kewajiban pajak pertambahan nilai dan data-data yang dihasilkan berupa kegiatan

atau aktivitas mengenai keseharian perusahaan terutama kegiatan pemenuhan

kewajiban Pajak Pertambahan Nilai.


32

3. Dokumentasi

Dokumentasi dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan dengan melakukan peng-copyan atau penyalinan data-data perusahaan

terkait Pajak Pertambahan Nilai, seperti faktur pajak masukan, faktur pajak

keluaran, laporan keuangan, dan SPT Masa PPN tahun 2020.

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi atau yang akan diteliti

dari satuan pengamatan. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Tax Planning

2. Pajak Pertambahan Nilai

2.6 Definisi Operasional Variabel

1. Tax Planning

Tax planning atau perencanaan pajak adalah suatu usaha yang dilakukan

Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya secara efisien dengan

tetap mematuhi peraturan perpajakan.

2. Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dibebankan atas transaksi

penyerahan barang maupun jasa yang dikenakan pajak dilakukan oleh wajib pajak

pribadi atau badan yang telah dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak)

di dalam daerah pabean.


33

2.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif dimana peneliti menjelaskan dalam bentuk kalimat berkaitan

dengan data penelitian berupa angka dan uraian mengenai perencanaan pajak.

Tahap-tahap analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data-data perusahaan terkait PPN yang dibutuhkan

dalam penelitian yaitu : laporan keuangan, faktur pajak masukan dan keluaran

serta SPT Masa PPN tahun 2020

2. Peneliti melakukan pehitungan PPN sebelum dilakukan tax planning.

PPN = DPP x Tarif PPN

3. Selanjutnya dari data-data yang diperoleh peneliti menganalisis dan

melakukan evaluasi untuk tax planning PPN dengan cara :

a. Memaksimalkan pengkreditan pajak masukan dengan melakukan

pembelian ke PKP dan ditingkatkan pembelian barangnya.

b. Perencanaan pembuatan faktur pajak, dengan mempertimbangkan

waktu pembuatannya.

c. Melakukan evaluasi perencanaan terhadap pelaporan dan penyetoran

PPN

4. Melakukan perhitungan setelah dilakukan tax planning

5. Dari hasil tersebut peneliti membandingkan hasil sebelum dan sesudah

dilakukan tax planning.

6. Interpretasi

2.8 Jadwal Penelitian


34

Peneliti menetapkan rencana waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

penelitian yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

Februari Maret April Mei Juni


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei
tempat
penelitian
Mencari
literatur
Pengajuan
judul
Pembuatan
proposal
Proses
bimbingan
Seminar
proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Penyusunan
pembahasan
Sidang TA
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, M. D., Rahayu, S. M., & Budihardjo, O. (2016). Analisis Penerapan


Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada CV Guyub Rukun
Putra Sakti Tahun Pajak 2014). Perpajakan, 8(96), 1–11.

Harjanti, R. S., Karunia, A., & Kamal, B. (2019). Analisis Tax Planning Dalam
Rangka Mancapai Efisiensi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada PT
Ramadhan Caturkarsa Layorda Tegal. Jurnal MONEX, 8(2), 66–72.

KBBI Daring. (2021). Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa,


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia. Tersedia: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/efisiensi

Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Terbaru 2018 (2018th ed.). Yogyakarta :


PENERBIT ANDI.

Marentek, E., & Budiarso, N. (2016). Evaluasi Penerapan Tax Planning Untuk
Meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Pada Pt. Transworld Solution
Jakarta Selatan. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi,
4(1), 868–879.

Peraturan Dirjen Pajak Nomor 14/Pj/2010 tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-146/Pj./2006 Tentang Bentuk,
Isi, Dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT MASA PPN).2010). Tersedia :
https://www.pajakku.com/tax-guide/8668/PER_DIRJEN_PJK/14/PJ/2010

Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-03/PJ/2022 Tentang Faktur Pajak.2022


Tersedia :
https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/peraturan-
direktur-jenderal-pajak-per-03pj2022

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2018 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat
Pemberitahuan (SPT).2018.
Tersedia : https://jdih.kemenkeu.go.id/in/dokumen/peraturan/3cabe40a-9e65-
4dc9-a0b5-802cb3aec562

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan


Bisnis (Revisi). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Pohan, C. A. (2016). PEDOMAN LENGKAP PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


Teori, Konsep, dan Aplikasi PPN. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Salman, K. R. (2017). Perpajakan PPh dan PPN (1st ed.). Jakarta : Penerbit

35
36

Indeks.

Suandy, E. (2016). Perencanaan Pajak (6th ed.). Jakarta : Salemba Empat.

Tahuteru, G., Elim, I., & Mintalangi, S. (2021). Evaluasi Perhitungan, Penyetoran,
dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada CV. Rosi Prima Karya di
Ambon. 746 Jurnal EMBA, 9(1), 746–753.

Tambunan, M. R. U. D. (2020). Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik


KEBIJAKAN PERPAJAKAN DI INDONESIA UNTUK KEMUDAHAN
EKONOMI SAAT MASA PANDEMI COVID-19. Kebijakan Perpajakan
Di Indonesia Untuk Kemudahan Ekonomi Saat Masa Pandemi Covid-19, V,
20.

Tarjo. (2019). Metode Penelitian Sistem 3x Baca. In Metode Penelitian Sistem 3x


Baca. Yogyakarta : DEEPUBLISH.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-


Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan,(2007).Tersedia:
https://jdih.kemenkeu.go.id/in/dokumen/peraturan/f38cb769-ec2f-4fb8-aa7d-
693b5444ec84

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, (2009).

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan


Perpajakan.
(2021).Tersedia:https://jdih.kemenkeu.go.id/in/dokumen/peraturan/1261ff41-
c359-4b2c-7596-08d99eb1213d

Wulandari, R. (2019). Pengaruh Kebijakan Administrasi Perpajakan dan


Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus
Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Surabaya Mulyorejo). Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai