USULAN PENELITIAN
Oleh :
Lestari Handayani
1762036
DEWANTARA
JOMBANG
2021
1
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKANYA SELAMA
MASA PANDEMI COVID-19
Usulan Penelitian
Diajukan oleh :
Lestari Handayani
1762036
Dosen Pembimbing
Omi Pramiana,SE.,M.AKS
NIDN. 0726099101
2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3
C. Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak ........................................27
D. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ............................................27
2.2.3. Pengetahuan Perpajakan 27-28
A. Pengertian Pengetahuan Perpajakan ........................................27
B. Indikator Pengetahuan Perpajakan ...........................................28
2.2.4. Tarif Pajak 29-30
A. Pengertian Tarif Pajak 29
B. Macam – Macam Tarif Pajak 29
C. Indikator Tarif Pajak 30
2.2.5. Self Assesment System 30-32
A. Pengertian Self Assesment System ..........................................30
B. Faktor - Faktor Self Assesment System ...................................31
C. Karakteristik Self Assesment System ......................................31
D. Indikator Self Assesment System .............................................32
2.3. Pengaruh Antar Variabel ....................................................................32-35
2.4. Kerangka Konseptual .........................................................................35
2.5. Hipotesis Penelitian.............................................................................36
4
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................56-59
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
Belanja Negara (APBN). Sektor perekonomian mengalami kondisi yang
menghawatirkan selama masa pandemi covid-19, sehingga pada bulan
Maret dan April menjadi sangat penting bagi sektor perpajakan di
Indonesia. Sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang Ketentuan
Umum dan Perpajakan, batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak Orang Pribadi adalah akhir bulan
ketiga tahun pajak berikutnya dan untuk wajib pajak Badan yaitu akhir
bulan keempat tahun pajak berikutnya. Namun kendalanya bagaimana
wajib pajak mampu membayar tunggakan pajak di tengah ketidakstabilan
ekonomi selama masa pandemi Covid-19.
Di sisi lain pemerintah sedang membutuhkan dana yang besar untuk
penanggulangan masyarakat terdampak virus covid-19 dan dana tersebut
dapat di peroleh dari sektor perpajakan, namun di sisi lain kondisi ekonomi
negara saat ini sedang tidak stabil maka sangat tidak mungkin negara
terlalu membebankan masyarakatnya untuk membayar pajak. Oleh karena
itu dampak yang ditimbulkan dari adanya wabah covid-19 sangat besar,
maka dengan adanya dampak tersebut pemerintah mulai mengeluarkan
sejumlah kebijakan fiskal yang tujuanya untuk membantu meringankan
beban perekonomian masyarakat.
Adanya wabah covid-19 memberikan dorongan kepada pemerintah
untuk membuat dan menerapkan banyak kebijakan – kebijakan baru untuk
memutus rantai penyebaran covid-19 seperti kebijakan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM). Hal tersebut membuat hampir semua orang memilih untuk
berada di rumah saja, semua kegiatan yang mereka lakukan sebelum
adanya covid-19 semua dilakukan secara online atau di rumah saja. Dalam
pembuatan kebijakan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran
covid-19 juga berdampak besar bagi industri pariwisata yang kian
mengalami penurunan, seperti biro perjalanan, perhotelan, dan restoran di
tempat wisata.
9
Adanya covid-19 juga berdampak pada realisasi penerimaan pajak
negara yang kian menurun dari yang sudah ditargetkan. Berikut data
realisasi penerimaan pajak dan target penerimaan pajak selama 5 tahun
terakhir :
Tabel 2.1.
Realisasi Penerimaan Pajak2
Tabel 2.2.
Realisasi Penerimaan Pajak
2
[ CITATION Kem20 \l 1057 ]
[ CITATION Boy21 \l 1057 ]
[ CITATION Muh20 \l 1057 ]
10
Tahun Rencana Realisasi
2018 1.383.276.730.161 1.255.560.258.905
2019 1.340.815.360.984 1.009.652.109.390
2020 1.316.535.344.000 974.443.786.229
Sumber: Data realisasi penerimaan pajak KPP Pratama Karawang Selatan
11
arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban dibidang perpajakan. Adanya pengetahuan perpajakan yang
baik dapat membantu meningkatkan kepatuhan wajib pajak akan
pentingnya membayar pajak dan wajib pajak dapat melakukannya
kewajiban perpajakanya sesuai dengan aturan perundang – undangan
perpajakan yang berlaku. Jika wajib pajak memiliki pengetahuan yang
minim akan peraturan perpajakan, maka wajib pajak tidak dapat
menentukan perilakunya dengan tepat (Tabun,2016:28). Pengetahuan
perpajakan dapat diperoleh dengan bertanya kepada petugas perpajakan
wilayah setempat, membaca artikel mengenai kebijakan – kebijakan
perpajakan dan juga dengan mencari sendiri informasi terkait dengan
perpajakan. Dalam proses perpajakan pengetahuan mengenai perpajakan
sangat penting dimiliki baik oleh wajib pajak maupun fiskus atau petugas
perpajakan. Apalagi di masa pandemi covid- 19 seperti sekarang ini
kegiatan apapun di lakukan dirumah, maka dengan hal itu masyarakat
mampu memanfaatkan kegiatanya dengan mengikuti seminar online
ataupun sosialisasi online mengenai perpajakan untuk menambah
pengetahuan akan pajak yang mereka miliki.
Karena pentingnya pengetahuan pajak, maka dilakukan penelitian
untuk menguji kepatuhan wajib pajak di pengaruhi oleh pengetahuan pajak
yang dimiliki wajib pajak.
Selama pandemi covid- 19, Direktorat Jenderal Pajak menghimbau
seluruh wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban dan pelaporan pajak
secara online karena seluruh kantor pelayanan pajak seluruh Indonesia
membatasi pelayanan perpajakan secara offline guna mencegah
penyebaran virus yang semakin melebar. Untuk mendukung tercapainya
target penerimaan negara dari sektor pajak di masa pandemi covid -19 saat
ini, pemerintah mengadakan suatu reformasi di bidang perpajakan (Tax
Reform), yang mencakup usaha penyempurnaan sistem dan mekanisme
perpajakan dari yang sebelumnya sudah ada. Termasuk didalamnya
diterapkan sistem pembayaran dan pelaporan pajak yang memberikan
12
wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunya sesuai ketentuan perundang –
undangan perpajakan yang ada, yang dikenal dengan sistem pemungutan
self assessment system (Misman,2016). Direktorat Jenderal Pajak
memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftar,
menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakanya sendiri,
sehingga kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kesadaran wajib
pajak itu sendiri untuk melakukan kewajiban perpajakanya atas
penghasilan yang diperoleh. Dalam pemungutan pajak self assesment
system, kesadaran wajib pajak menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam
upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Upaya menumbuhkan
kesadaran tentang kewajiban membayar pajak bagi sebagian rakyat
tidaklah mudah, atau bisa dikatakan banyak rakyat yang malah meloloskan
diri dari pembayaran pajak. Apalagi dimasa pandemi covid-19 banyak dari
berbagai sektor yang mengalami kerugian khususnya pada sektor ekonomi
yang menyebabkan perekonomian negara menjadi tidak stabil maka sangat
tidak mungkin negara terlalu membebankan masyarakatnya untuk
membayar pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh irna liani putri anjani, dini wahjoe
hapsari dan ardan gani asalam yang berjudul pengaruh penerapan self
assessment system, pengetahuan wajib pajak, dan kualitas pelayanan
terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan hasil bahwa semu variabel
yang di uji berpengaruh terhaadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakanya Selama Masa Pandemi
Covid-19 ( Studi Kasus Pada KPP Pratama Karawang Selatan ).”
13
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka secara
terperinci masalah yang akan diteliti adalah kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakanya selama masa pandemi covid-19.
Dari masalah di atas maka dapat diperoleh rumusan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah tarif pajak selama masa pandemi covid-19 berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak ?
2. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak ?
3. Apakah sistem pemungutan pajak self assessment system
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak ?
14
pengetahuan perpajakan, dan self assesment system Wajib Pajak
Orang Pribadi KPP Pratama Karawang Selatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi KPP Pratama
1. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai alat untuk
pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
KPP Pratama mengenai :
Kepatuhan wajib pajak dengan adanya tarif pajak selama
masa pandemi covid-19.
Kepatuhan wajib pajak yang dipengaruhi oleh
pengetahuan pajak.
Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh sistem
pemungutan pajak self assessement system.
b. Bagi wajib pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
wajib pajak terkait dengan masalah perpajakan selama masa
pandemi covid-19.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau gambaran
pada penelitian selanjutnya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.3
Penelitian terdahulu
Variabel
No Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Pengaruh Insentif Insentif Pajak Metode penelitian Berdasarkan hasil
Pajak, Tarif Tarif Pajak menggunakan metode penelitian yang dilakukan
Pajak, Sanksi Sanksi Pajak penelitian kuantitatif, di peroleh hasil yang
Pajak dan Pelayanan data bersumber dari menyatakan bahwa
Pelayanan Pajak Pajak data primer yang hipotesis pertama ditolak.
terhadap diperoleh langsung Hipotesis pertama
Kepatuhan Wajib melalui kuisoner atau berpengaruh positif tetapi
Pajak selama wawancara dengan tidak signifikan, sehingga
masa Pandemi narasumber. disimpulkan bahwa
Covid-19 insentif pajak yang
Syanti Dewi diberikan pemerintah
Widyasari selama pandemi tidak
Nataherwin berpengaruh signifikan
(2020) terhadap kepatuhan wajib
pajak. Hipotesis kedua
[ CITATION Nat20 \l menyatakan bahwa tarif
1057 ] pajak berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
adalah tidak ditolak,
karena menghasilkan nilai
original sample positif
0,26 > 0 yang menyatakan
prediksi positif.
Hipotesis ketiga
menyatakan sanksi pajak
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
adalah tidak ditolak,
karena menghasilkan nilai
original sample positif
16
Variabel
No Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
0,361 > 0 yang
menyatakan prediksi
positif.
Hipotesis keempat
menyatakan bahwa
pelayanan pajak
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
adalah ditolak, karena
meskipun menghasilkan
nilai original sample
positif 0,158 > 0 yang
menyatakan prediksi
positif, tetapi nilai t-
statistik 0,879 < 1,645
serta nilai p-values 0,190 >
0,05 yang artinya prediksi
tidak signifikan.
2 Tingkat Dalam Penelitian yang Hasil analisa data ,
Kepatuhan Wajib penelitian ini digunakan adalah terdapat sedikit
Pajak Badan menguji satu penelitian jenis riset peningkatan kepatuhan
Usaha Mikro variabel yaitu eksploratoria yang wajib pajak badan di KPP
Kecil dan tingkat bersifat deskriptif Pratama Pontianak. Hal ini
Menengah kepatuhan naratif. Penelitian ditunjukkan dari total 91
Setelah eksploratoria adalah responden tingkat
Diberlakukanya suatu penelitian yang kepatuhan pajak sebelum
Tarif 1% (Final) dilakukan untuk adanya kebijakan pajak
PPh ( Studi Kasus memperoleh 1% sebesar 51% memiliki
di KPP Pratama keterangan, tingkat kepatuhan pajak “
Pontianak) penjelasan dan data rendah ”. Sedangkan
Sari Zawitri dan mengenai hal yang sesudah adanya kebijakan
Elsa Sari Yuliana belum diketahui yang pajak 1% sebesar 52%
(2016) berupa suatu studi wajib pajak badan
kasus. memeiliki tingkat
[ CITATION kepatuhan “ tinggi ”,
Zaw16 \l 1057 ] sedangkan 48% lagi
tingkat kepatuhan masih “
rendah “.
17
Variabel
No Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
System, perpajakan penelitian kuantitatif assesment system,
Pengetahuan Kualitas yang berdasarkan pengetahuan Wajib Pajak,
Wajib Pajak, dan pelayanan tujuan penelitian dan kualitas pelayanan
Kualitas deskriptif. Penelitian serta simultan berpengaruh
Pelayanan ini bersifat kausal terhadap kepatuhan Wajib
Terhadap untuk melihat Pajak Orang Pribadi non
Kepatuhan Wajib hubungan variabel karyawan. Terdapat
Pajak (Studi pada terhadap objek yang keterbatasan dalam
wajib pajak orang diteliti yang bersifat penelitian yaitu sampel
pribadi non sebab akibat. yang digunakan hanya 99
karyawan di KPP Pengumpulan data responden dan responden
Pratama Ciamis melalui kuisoner dalam penelitian ini hanya
tahun 2017) dengan tipe Wajib Pajak Orang Pribadi
Irna Liani Putri pernyataan non karyawan sehingga
Anjani, Dini menggunakan skala hanya berlaku bagi Wajib
Wahjoe Hapsari, likert. Teknik analisis Pajak yang melakukan
Ardan Gani yang digunakan pekerjaan bebas dan
Asalam (2017) dalam penelitian ini memiliki usaha.
menggunakan analisis
[ CITATION Anj17 \l statistik deskriptif,
1057 ] analisis regresi linier
berganda dan uji
hipotesis
4 Pengaruh Self assesment Metode pengumpulan Berdasarkan hasil
Penerapan Self data dilakukan pembahasan penelitian
system
Assesment dengan metode survei dapat disimpulkan bahwa
System terhadap dengan pengumpulan penerapan self assesment
Kepatuhan Wajib data melalui teknik system berpengaruh positif
Pajak Orang kuisoner. Teknik terhadap kepatuhan wajib
Pribadi yang analisis yang pajak orang pribadi yang
melakukan digunkaan dalam melakukan kegiatan usaha
kegiatan usaha penelitian ini adalah dan pekerjaan bebas di
dan pekerjaan statistik dekskriptif kota Denpasar
bebas ( Studi dan pengujian
empiris terhadap hipotesis
wajib pajak orang menggunakan teknik
pribadi di kota analisis regresi.
Denpasar ) Populasi yang
Ni Putu Ayu digunakan dalam
Siska Wulantari penelitian ini adalah
dan I Made Endra orang pribadi sebagai
Lesmana Putra pelaku UMKM dan
(2020) pekerja bebas dan
18
Variabel
No Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
teknik penentuan
[ CITATION Sis20 \l sampel dalam
1057 ] penelitian ini adalah
teknik purposive
sampling.
5 Pengaruh Pengetahuan Metode penelitian Hasil pembahasan dari
Pengetahuan yang digunakan yaitu penelitian menunjukkan
perpajakan
Perpajakan, pendekatan penelitian bahwa Pengetahuan
Kualitas Kualitas kuantitatif yang Perpajakan berpengaruh
Pelayanan Pajak, merupakan metode positif dan signifikan
pelayanan
dan Kesadaran untuk meneliti terhadap motivasi
Perpajakan pajak populasi atau sampel membayar pajak yang
terhadap Motivasi tertentu dengan dapat dilihat dari nilai
Kesadaran
Membayar Pajak pengambilan sampel koefisien regresi yang
Wajib Pajak perpajakan secara random, serta bernilai positif yaitu 0,282.
Orang Pribadi di pengumpulan data Hipotesis kedua yaitu
KPP Pratama dengan menggunakan Kualitas Pelayanan Pajak
Kebumen instrumen penelitian berpengaruh positif dan
Istien dan analisis data signifikan terhadap
Haryaningsih bersifat motivasi membayar pajak
(2018) kuantitatif/statistik. yang dapat dilihat dari
Teknik pengambilan nilai koefisien regresi yang
[ CITATION Har18 \l sampel yang berilai positif yaitu 0,416.
1057 ] digunakan dalam Hipotesis ketiga yaitu
penelitian ini yaitu Kesadaran Perpajakan
non probability berpengaruh positif dan
sampling, sedangkan signifikan terhadap
teknik sampel dalam motivasi membayar pajak
penelitian ini yang dapat dilihat dari
menggunakan koefisien regresi yang
insidental sampling. berilai positif yaitu 0,559.
Hipotesis keempat pada
penelitian ini yaitu
Pengetahuan Perpajakan,
Kualitas Pelayanan Pajak,
dan Kesadaran Perpajakan
secara sama – sama
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
motivasi membayar pajak
diterima yang dilihat dari
nilai koefisien regresi yang
bernilai positif yaitu 0,117;
19
Variabel
No Nama Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
0,228; dan 0,280.
6 Pengaruh Tarif pajak Penelitian ini Berdasarkan hasil analisis
Penurunan Tarif menggunakan data yang dilakukan, maka
Pajak UMKM pendekatan disimpulkan adanya
terhadap kuantitatif dan pengaruh positif antara
Kepatuhan Wajib metode penelitian penurunan tarif pajak
Pajak UMKM yang digunakan UMKM dengan kepatuhan
( Studi Kasus peneliti menggunakan wajib pajak UMKM pada
Pada KPP metode survei. KPP Pratama Pondok
Pratama Pondok Populasi dalam Aren. Hal ini dibuktikan
Aren ) penelitian ini adalah berdasarkan hasil
Ilfi Laili wajib pajak UMKM perhitungan dan analisis
Marasabessy yang terdaftar di KPP yang dilakukan pada Uji
(2020) Pratama Pondok Aren data diketahui Sig sebesar
yaitu sebanyak 0,000 kurang dari 0,05.
[ CITATION 299.961 wajib pajak Nilai t hitung 3,699 > dari
Mar20 \l 1057 ] dan pengambilan nilai t tabel sebesar 1,985,
sampel dalam maka hasilnya adalah H0
penelitian ini ditolak dan H1 diterima.
menggunakan teknik Dalam penelitian ini juga
probability sampling menunjukkan hasil regresi
dengan menggunakan linier sederhana antara
sampling secara acak penurunan tarif pajak
sederhana. UMKM (x) terhadap
kepatuhan wajib pajak
UMKM (y) yang koefisien
regresinya positif dan nilai
konstanta juga positif.
Sumber : Diolah berdasarkan data terkait
20
No Nama Persamaan Perbedaan
[ CITATION Nat20 \l responden. Perbedaan lain
1057 ] terletak pada objek penelitian
pada penelitian terdahulu
berlokasi di KPP Pratama
Kebumen dan pada penelitian
sekarang terletak pada KPP
Pratama Karawang Selatan.
2. Tingkat Kepatuhan Persamaan terletak pada Perbedaan pada penelitian ini
Wajib Pajak Badan teknik pengambilan sampel terletak pada variabel yang
Usaha Mikro Kecil yaitu nonprobability diuji dalam penelitian
dan Menengah sampling dengan purposive terdahulu hanya menguji satu
Setelah sampling. Persamaan lainya variabel yaitu tingkat
Diberlakukanya yaitu jumlah sampel yang kepatuhan sedangkan pada
Tarif 1% (Final) digunakan sejumlah 100 penelitian sekarang menguji 3
PPh ( Studi Kasus responden variabel yaitu tarif pajak,
di KPP Pratama pengetahuan pajak dan self
Pontianak) assesment system. Perbedaan
Sari Zawitri dan lainya terletak pada objek
Elsa Sari Yuliana penelitian yang dilakukan,
(2016) pada penelitian terdahulu
dilakukan di KPP Pratama
[ CITATION Zaw16 \l Pontianak sedangkan penelitian
1057 ] sekarang dilakukan di KPP
Pratama Karawang Selatan.
3. Pengaruh Persamaan penelitian ini Perbedaan penelitian ini
Penerapan Self terletak pada metode terletak dari jumlah sampel
Assesment penelitian yaitu kuantitatif yang digunakan yaitu
System, dengan penelitian bersifat berjumlah 99 responden dan
Pengetahuan kausal komparatif. objek penelitian yang di
Wajib Pajak, dan Persamaan lainya adalah gubakan penelitian terdahulu
Kualitas Pelayanan pada teknik analisis data adalah di KPP Pratama Ciamis
Terhadap yang digunakan yaitu sedangkan penelitian sekarang
Kepatuhan Wajib mengunakan analisis di KPP Pratama Karawang
Pajak (Studi pada statistik deskriptif. Selatan. Perbedaan lainya
wajib pajak orang Persamaan lainya adalah terletak pada objek yang
pribadi non kesamaan variabel yang diteliti, pada penelitian
karyawan di KPP diuji yaitu self assesment terdahulu menguji kepatuhan
Pratama Ciamis system wajib pajak orang pribadi non
tahun 2017) karyawan, sedangkan
Irna Liani Putri penelitian sekarang mengiji
Anjani, Dini kepatuhan wajib pajak pribadi
Wahjoe Hapsari, secara keseluruhan
Ardan Gani
Asalam (2017)
21
No Nama Persamaan Perbedaan
[ CITATION Anj17 \l
1057 ]
4. Pengaruh Persamaan penelitian ini Perbedaannya terletak pada
Penerapan Self terletak pada variabel yang objek penelitian, penelitian
Assesment System digunakan yaitu variabel terdahulu berlokasi di
terhadap self assesment system, Denpasar dan menguji
Kepatuhan Wajib persamaan lainya yaitu kepatuhan wajib pajak dengan
Pajak Orang berdasarkan teknik pekerjaan bebas, sedangkan
Pribadi yang pengambilan sampel yang penelitian sekarang berlokasi di
melakukan digunakan yaitu teknik Karawang Selatan dengan
kegiatan usaha dan purposive sampling dan menguji kepatuhan wajip pajak
pekerjaan bebas metode pengumpulan data orang pribadi yang terdaftar di
( Studi empiris melalui survei berupa KPP Pratama Karawang
terhadap wajib penyebaran kuisoner dan Selatan.
pajak orang persamaanya adalah pada
pribadi di kota teknik analisis data yaitu
Denpasar ) analisis statistik deskriptif.
Ni Putu Ayu Siska
Wulantari dan I
Made Endra
Lesmana Putra
(2020)
[ CITATION Sis20 \l
1057 ]
5. Pengaruh Persamaanya terletak pada Perbedaanya terletak pada
Pengetahuan variabel yang digunakan objek penelitian yang
Perpajakan, yaitu pengetahuan dilakukan, pada penelitian
Kualitas Pelayanan perpajakan dan jenis terdahulu dilakukan di KPP
Pajak, dan penelitian yang digunakan Pratama Kebumen sedangkan
Kesadaran yaitu penelitian kausal penelitian saat ini dilakukan di
Perpajakan komparatif dengan menguji KPP Pratama Karawang
terhadap Motivasi kepatuhan wajip pajak yang Selatan. Perbedaan lainya
Membayar Pajak terdaftar di KPP Pratama terletak pada jumlah sampel
Wajib Pajak Orang Karawang Selatan. yang digunakan. Dalam
Pribadi di KPP Persamaan lainya adalah penelitian terdahulu
Pratama Kebumen pada pendekatan yang berdasarkan teori Roscoe
Istien digunakan yaitu pendekatan sejumlah 200 responden,
Haryaningsih kuantitatif dengan teknik sedangkan penelitian saat ini
(2018) pengambilan sampel yaitu berdasarkan teori Slovin
non probability sampling. berjumlah 100 responden.
[ CITATION Har18 \l Persamaan lainya adalah
1057 ] pada objek yang diuji yaitu
wajib pajak pribadi yang
terdaftar di masing- masing
22
No Nama Persamaan Perbedaan
KPP
6 Pengaruh Persamaan penelitian ini Perbedaannya terletak pada
Penurunan Tarif dengan penelitian Ilfi Laili objek yang diteliti, pada
Pajak UMKM Marasabessy adalah sama penelitian terdahulu menguji
terhadap menguji kepatuhan wajib kepatuhan wajib pajak UMKM
Kepatuhan Wajib pajak berdasarkan tarif pada KPP Pratama Pondok
Pajak UMKM pajak. Persamaan lainya Aren, sedangkan pada
( Studi Kasus Pada terletak pada pendekatan penelitian sekarang menguji
KPP Pratama yang digunakan yaitu kepatuhan wajib pajak pribadi
Pondok Aren ) melalui pendekatan pada KPP Pratama Karawang
Ilfi Laili kuantitatif dan sampel yang Selatan
Marasabessy diuji berdasarkan teori
(2020) Slovin berjumlah 100
responden.
[ CITATION Mar20 \l
1057 ]
Sumber : Diolah berdasarkan data terkait
3
[ CITATION Rah20 \l 1057 ]
4
[ CITATION Wal13 \l 1057 ]
23
negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Definisi pajak menurut S.I Djajaningrat sebagai berikut, “
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagaian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dengan
negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak dipungut
berdasarkan undang – undang serta aturan pelaksanaanya yang
sifatnya dapat dipaksakan, tidak adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah, dipungut oleh negara baik pemerintah pusat
maupun daerah, dan diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah,
serta pajak sebagai sarana mengatur dan mengendalikan fiskal.
B. Unsur Pajak
Berdasarkan pengertian pajak menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa unsur – unsur pajak yang terdapat pada pajak
yaitu (Waluyo,2013:3) :
A. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang serta aturan
pelaksanaan sifatnya dapat dipaksakan.
B. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
C. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
D. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran - pengeluaran
pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
24
E. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgetair, yaitu
mengatur (regulerend).
C. Fungsi Pajak
Fungsi pajak adalah pengertian fungsi sebagai kegunaan akan
suatu hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat
pokok pajak, sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian
pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum5. Dengan pajak sebagai salah satu pos
penerimaan negara diharapkan banyak pembangunan dapat
dilaksanakan sesuai tujuan negara. Umumnya dikenal dengan 2
macam fungsi pajak, yaitu Budgetair dan Regulerend.
1) Fungsi Anggaran ( Budgetair )
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaranya.
2) Fungsi Mengatur ( Regulerend )
Fungsi regulerend disebut juga dengan fungsi mengatur, yaitu
pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai
tujuan tertentu. Pajak berfungsi sebagai usaha pemerintah
untuk ikut andil dalam hal mengatur perekonomian
masyarakat.
Fungsi regulerend tentang fasilitas perpajakan pada Tax
Reform tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1. Pasal 5 Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai
2. Pasal 16B Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009
tentang Pajak Pertambahan Nilai
3. Pasal 16C Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009
tentang Pajak Pertambahan Nilai
4. Pasal 31A Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan
5
[ CITATION Mad18 \l 1057 ]
25
5. Pasal 31C Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan
6. Pasal 31E Undang – Undang nomor 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras
untuk mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
3) Fungsi Stabilitas
Pajak dalam hal ini adalah sebagai alat kebijakan pemerintah
untuk menstabilkan harga di masyarakat sehingga inflansi
dapat dikendalikan sesuai kebutuhan perekonomian negara.
Dengan pajak maka pemerintah dapat mengatur peredaran
uang di masyarakat melalui pemungutan pajak dari masyarakat
kepada negara dan selanjutnya menggunakan pajak dengan
efektif dan efisien.
4) Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
terbesar yang digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum dan untuk membiayai pembangunan.
D. Pengelompokan Pajak
Dalam pengelompokan pajak, pajak dikelompokkan menjadi
tiga golongan yaitu menurut golonganya, menurut sifatnya dan
menurut lembaga pemungutnya.
1. Menurut Golonganya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
26
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
Untuk menentukan apakah suatu pajak termasuk sebagai
pajak langsung atau tidak langsung dapat dilakukan dengan
cara mengetahui unsur – unsur yang terdapat dalam
kewajiban pemenuhan perpajakan. Unsur – unsur tersebut
adalah :
1. Penanggung jawab pajak, yaitu orang yang diharuskan
melunasi pajak secara formal yuridis.
2. Penanggung pajak, yaitu orang yang pada kenyataanya
menanggung beban pajak terlebih dahulu.
3. Pemikul pajak, yaitu orang yang harus dibebani pajak
secara undang –undang.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
27
Pajak daerah terdiri atas :
1. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
2. Pajak Kabupaten Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan.
E. Tata Cara Pemungutan Pajak
Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel
a. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata), sehingga pemungutanya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan yang
sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang
dikenakan lebih realistis, sedangkan kekuranganya adalah
pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan rill diketahui)
b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang – undang. Misalnya suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak
sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk
tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat
dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada
akhir tahun, sedangkan kelemahanya adalah pajak yang
dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran
Stelsel campuran ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata
dengan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak
dihitung berdasarkan atas suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
28
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus
menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihanya dapat
dimitai kembali (Restitusi).
F. Asas Pemungutan Pajak
1) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan
wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal
wajib pajak.
3) Asas Kebangsaaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu
negara.
G. Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
Adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
Ciri – ciri :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkanya surat ketetapan
pajak.
2. Self Assessment System
29
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
Ciri – ciri :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada wajib pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. Witholding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri – ciri :
a. Wewenang memotong atau memungut pajak yang terutang
ada pada pihak ketiga, yaitu selain fiskus dan wajib pajak
seperti bendahara dikenai pajak semakin besar. Hal
tersebut untuk memicu supaya lebih meningkatkan
perdagangan internasional (ekspor dan impor).
6
[ CITATION Nur05 \l 1057 ]
30
formal sesuai dengan ketentuan dalam undang – undang
perpajakan.
Misalnya, ketentuan batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31
Maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan SPT PPh sebelum
atau pada tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi
kepatuhan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi
ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara
subtantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni
sesuai isi dan jiwa undang – undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal.
Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib
pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar SPT sesuai
dengan ketentuan dan menyampaikanya ke kantor pelayanan pajak
sebelum batas waktu berakhir.
Undang – undang tidak pernah menegaskan siapa dan
bagaimana kriteria dari wajib pajak yang tergolong patuh. Kriteria
WP patuh hanya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 235/kmk 03/2003. Hal ini pun hanya sebatas kriteria yang
dikaitkan dengan masalah pengambilan pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 1 antara lain :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT dalam 2 tahun
terakhir;
b. dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat
tidak lebih dari 3 masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak
berturut – turut.;
c. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf
b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian
SPT Masa pajak berikutnya;
d. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak :
31
1. kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
2. tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP
yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;
e. tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terakhir;
f. laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan dan dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan
pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal.
7
[ CITATION Rah20 \l 1057 ]
32
Kepatuhan perpajakan dapat ditingkatkan melalui tekanan
kepada wajib pajak untuk tidak melakukan pelanggaran atau
tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak.
Tindakan pemberian sanksi apabila wajib pajak diketahui
melakukan pelanggaran perpajakan melalui adanya sistem
administrasi pajak yang baik dan terintegrasi, serta melalui
pemeriksaan pajak yang berkualitas baik. Pemberian sanksi
perpajakan merupakan salah satu enforcement pada wajib pajak
agar tidak lagi melakukan pelanggaran.
d. Kualitas pemeriksaaan pajak
Kualitas pemeriksaan pajak ditentukan dengan kompetensi
pemeriksa, keahlian pemeriksa, independensi pemerintah,
maupun integritas pemeriksa yang baik. Pemeriksaan dikatakan
berkualitas apabila setiap tahapan pemeriksaan dilakukan sesuai
prosedur, sehingga menghasilkan ketetapan pajak yang
berkualitas.
e. Tinggi rendahnya tarif pajak yang ditetapkan
Tarif pajak yang tinggi tentunya memberikan dorongan bagi
wajib pajak untuk berupaya mengurangi jumlah utang pajaknya
melalui tindakan penghindaran maupun penyelundupan pajak.
Disisi lain negara membutuhkan penerimaan pajak sesuai
dengan target yang telah ditetapkan untuk menjalankan fungsi
pemerintahan. Hal ini membutuhkan kebijakan – kebijakan
penetapan tarif pajak yang tetap dapat berpihak kepada wajib
pajak.
2. Faktor Internal
a. Kesadaran wajib pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan kemampuan untuk dapat
melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar melalui
pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki wajib pajak.
Kesadaran ini timbul dari kondisi dimana wajib pajak mengerti
33
dan memahami arti, fungsi maupun tujuan pembayaran pajak
kepada negara.
b. Pemahaman wajib pajak
Pemahaman wajib pajak merupakan kemampuan wajib pajak
dalam mendefinisikan, merumuskan, dan menafsirkan peraturan
perpajakan, serta mampu melihat konsekuensi atau implikasi
atas kemungkinan yang ditimbulkan dalam pemahaman tersebut.
Wajib pajak dapat memahami peraturan perpajakan setelah
memiliki pengetahuan mengenai perpajakan dan peraturan
perpajakan tersebut diingat, sehingga dapat memberikan
penjelasan atau uraian atas apa yang diketahuinya tentang
peraturan perpajakan.
c. Perilaku wajib pajak
Perilaku wajib pajak menunjukkan kemampuan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakanya, sebagai bentuk
respon terhadap pengetahuan atas peraturan perpajakan yang
dianggap dapat diterima oleh wajib pajak. Perilaku wajib pajak
diketahui, dipahami dan dilaksanakan wajib pajak berkenaan
dengan peraturan perpajakan. Ruang lingkup perilaku wajib
pajak mencakup :
Tingkat pengetahuan perpajakan yang dimiliki.
Sikap positif atau negatif wajib pajak atas pengetahuan
peraturan perpajakan yang dimiliki yang sudah melibatkan
pendapat dan emosi wajib pajak.
Tindakan dalam memenuhi kewajiban perpajakan
berdasarkan atas pengetahuan dan sikap yang dimiliki
wajib pajak.
C. Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak
Key Performance Indicator (KPI) yang digunakann dalam
mengukur kepatuhan wajib pajak (Lampiran SE 18/PJ.22/200) :
34
1. Mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
dan Badan dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar
dalam satu periode.
2. Mengukur tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam
menyampaikan SPT Masa PPN dibandingkan dengan jumlah
Pengusaha Kena Pajak dalam suatu periode tertentu.
8
[CITATION Sof05 \l 1057 ]
9
[ CITATION And00 \l 1057 ]
35
penginderaan terhadap suatu objek tertentu”. 10 Selanjutnya definisi
pajak menurut Soemitro dalam Waluyo (2013:2) “Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Sedangkan menurut Carolina (2009:7) “ Pengetahuan pajak
adalah informasi terkait perpajakan yang dapat digunakan oleh
wajib pajak sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan,
mengambil keputusan, dan untuk menempuh strategi tertentu
sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibanya di bidang
perpajakan”. 11
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan merupakan informasi
yang dimiliki seseorang terkait perpajakan baik jenis pajak, objek
pajak, tarif pajak, perhitungan sampai dengan pengisian dan
pelaporan pajak yang digunakan oleh seseorang sebagai dasar
membayarkan kewajiban perpajakanya kepada pemerintah
berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam perundang – undangan.
B. Indikator Pengetahuan Perpajakan
Widayati dan Nurlis (2010) menyatakan indikator – indikator
pengetahuan perpajakan adalah sebagai berikut :
1) Kepemilikan NPWP
2) Pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan
3) Pemahaman dasar perpajakan
4) Pemahaman self assesment system
5) Pemahaman tentang sanksi jika melakukan pelanggaran
perpajakan
6) Pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak
10
[ CITATION Har181 \l 1057 ]
11
[ CITATION Car09 \l 1057 ]
36
7) Pemahaman tentang peraturan pajak melalui sosialisasi
37
Misal : tarif PPN 10% dan tarif PPh pasal 26 adalah 20%
3. Tarif Progresif
Tarif pajak yang makin tinggi objek pajaknya, makin tinggi pula
persentase tarif pajaknya. Tarif ini digunakan terutama ditujukan
kepada pajak – pajak subjektif.
Misal : tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
4. Tarif Degresif
Tarif yang persentasenya makin menurun apabila jumlah yang
dijadikan dasar perhitungan naik. Apabila objek pajaknya makin
tinggi, maka makin rendah tarifnya.
C. Indikator – Indikator Tarif Pajak :
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017: 186), komponen tarif pajak
adalah sebagai berikut12 :
1. sesuai dengan kemampuan wajib pajak, dengan
memperhatikan sifat - sifat yang melekat pada individu,
2. diberlakukan berbeda pada wajib pajak dalam keadaan yang
berbeda,
3. diberlakukan seimbang dengan penghasilan yang dinikmati
wajib pajak di bawah perlindungan negara,
4. memberikan akibat untuk memperkecil perbedaan penghasilan
dan kekuasaan masyarakat,
5. sesuai dengan kondisi ekonomi Negara.
12
[ CITATION Rah20 \l 1057 ]
38
kewajiban perpajakanya. Jadi self assesment system ini diterapkan
pada sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah untuk
memberikan kepercayaan yang sebesar – besarnya pada Wajib
Pajak agar kesadaran dan kepatuhan perpajakanya meningkat
karena fitrahnya manusia tidak menyukai suatu ketetapan
pembayaran pajak yang tidak dipahami besaran jumlah pajak yang
harus dibayarkan
B. Faktor – Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Self
Assesment System
1. Wajib pajak memiliki pengetahuan perpajakan yang baik.
2. Wajib pajak memiliki disiplin yang tinggi dalam memenuhi
kewajiban perpajakanya.
3. Terdapat kepastian hukum.
4. Perhitungan pajak yang sederhana.
5. Kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan pembayaran pajak.
C. Karakteristik sistem pemungutan pajak dengan menggunakan
Self Assesment System
1. Wajib Pajak (dapat dibantu oleh Konsultan Pajak) melakukan
peran aktif alam melaksanakan kewajiban perpajakanya.
2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas
kewajiban perpajakanya sendiri.
3. Pemerintah dalam hal instansi perpajakan melakukan
pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban perpajakan bagi wajib pajak, melalui pemeriksaan
pajak dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak
sesuai peraturan yang berlaku.
D. Indikator – Indikator Sistem Pemungutan Self Assesment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017 : 111) bahwa indikator Self
Assesment System adalah sebagai berikut13 :
1. Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak.
13
[ CITATION Rah20 \l 1057 ]
39
2. Menghitung pajak oleh wajib pajak.
3. Menyetorkan pajak ke Bank/ Kantor pos.
4. Melaporkan penyetoran kepada Dirjen Pajak.
40
positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah diterima
karena menghasilkan nilai original sample positif 0,260 > 0, yang
menyatakan prediksi positif dan nilai t-statistik 1,949 < 1,645 serta p-
values 0,026 > 0,05 yang artinya prediksi bersifat signifikan. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika tarif pajak menurun, maka
akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian diatas,
hal tersebut yang mendasari peneliti mempunyai dugaan bahwa Tarif
Pajak mempunyai pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
2) Pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
selama masa pandemi covid-19.
Definisi pengetahuan pajak menurut Andriani (2000:25)
mengemukakan bahwa “pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan
terkait konsep tentang ketentuan umum di bidang perpajakan, jenis
pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subjek pajak, objek pajak,
tarif pajak, perhitungan pajak terutang, sampai dengan bagaimana
pengisian pelaporan pajak”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan perpajakan merupakan informasi yang dimiliki
seseorang terkait perpajakan baik jenis pajak, objek pajak, tarif pajak,
perhitungan sampai dengan pengisian dan pelaporan pajak yang
digunakan oleh seseorang sebagai dasar membayarkan kewajiban
perpajakanya kepada pemerintah berdasarkan ketentuan yang berlaku
dalam perundang – undangan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
memiliki peranan yang penting bagi wajib pajak untuk melakukan
suatu tindakan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakanya.
Apabila wajib pajak mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
perpajakan maka hal ini akan mendasari wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban dalam membayar pajak, sebaliknya apabila pengetahuan
terkait perpajakan wajib pajak rendah maka akan menimbulkan
ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar kewajiban
41
perpajakanya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Astuti (2009) dengan judul “ Analisis Pengaruh Pemahaman terhadap
Undang – Undang Perpajakan dengan tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan pada KPP Pratama Tanah
Abang Dua “14. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara pemahaman wajib pajak terhadap undang –
undang perpajakan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakanya sebesar 24,4% dan korelasinya
49,4%. Berdasarkan uraian diatas, ha tersebut yang mendasari peneliti
memiliki dugaan bahwa Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
3) Pengaruh sistem pemungutan Self Assesment System terhadap
kepatuhan wajib pajak selama masa pandemi covid-19.
Self Assesment terdiri dari dua kata bahasa Inggris yakni self
yang artinya sendiri, dan to asses yang artinya menilai, menghitung,
menaksir. Dengan demikian maka pengertian self assesment adalah
menghitung atau menilai sendiri. Jadi Wajib Pajak sendirilah yang
menghitung dan menilai pemenuhan kewajiban perpajakanya. Jadi
self assesment system ini diterapkan pada sistem pemungutan pajak di
Indonesia adalah untuk memberikan kepercayaan yang sebesar –
besarnya pada Wajib Pajak agar kesadaran dan kepatuhan
perpajakanya meningkat karena fitrahnya manusia tidak menyukai
suatu ketetapan pembayaran pajak yang tidak dipahami besaran
jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan penerapan sistem
pemungutan pajak Self Assesment System akan sangat mempermudah
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajaknya, dimana saat
ini wajib pajak berperan aktif dalam menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Hal tersebut juga
memberikan kemudahan bagi kantor pelayanan pajak bila sistem
14
[CITATION Placeholder1 \l 1057 ]
42
pemungutan diberikan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk
memperhitungkan sendiri pajak terutangnya. Adanya kesadaran
menjadi faktor terpenting dalam melaksanakan sistem tersebut.
Apabila sistem ini dilaksanakan dengan baik maka akan
menghasilkan tingkat kepatuhan yang semakin baik pula. Hal tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irna Liani Putri Anjani
(2017), Dini Wahjoe Hapsari (2017), dan Aran Gani Asalam (2017)
dengan judul “ Pengaruh Penerapan Self Assesment System,
Pengetahuan Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi Non
Karyawan di KPP Pratama Ciamis Tahun 2017) 15“. Berdasarkan uji
parsial yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan self assesment
system memiliki nilai signifikasi 0,000. Hal tersebut menunjukkan
signifikasi kurang dari 0,05, dengan demikian disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak yang artinya bahwa penerapan self assesment
system secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian diatas, hal tersebut yang
mendasari peneliti memiliki dugaan bahwa Self Assesment System
berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
15
[ CITATION Anj17 \l 1057 ]
43
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan menggambarkan
kepatuhan Wajib Pajak yang dipengaruhi oleh Insentif Pajak, Tarif Pajak,
Pengetahuan Pajak dan Self Assesment System.
H1
Tarif Pajak (X1)
44
BAB III
METODE PENELITIAN
16
[ CITATION Wib13 \l 1057 ]
45
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif yaitu menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang sudah dikumpulkan oleh
peneliti secara statistik (Sugiyono, 2015: 208)17. Statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data sehingga data dapat
dipahami dengan jelas. Hal ini dilihat pada mean, median, modus,
standart deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Daniswara, 2016:
35).
Uji prasyarat yang digunakan meliputi Uji Normalitas, Uji
Linearitas, Uji Heterosdastisitas, dan Uji Multikolinearitas sedangkan Uji
Hipotesis yang digunakan meliputi Analisis Regresi Linear Sederhana
dan Analisis Regresi Linear Berganda serta terakhir dilakukan Uji
Simultan (F-test).
3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Karawang Selatan yang beralamatkan di Jalan Interchange
Karawang Barat Sukaluyu, Teluk Jambe Karawang, Jawa Barat
Penelitian dan permintaan izin ini dilaksanakan pada bulan Januari
2021 – Desember 2021, serta dilanjutkan dengan menganalisis data
dan menyusun laporan pada bulan April 2021 - selesai.
17
[ CITATION Sug08 \l 1057 ]
46
kembali Surat Pemberitahuan. Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ita
Salsalina Lingga (2009) Indikator Kepatuhan Wajib Pajak meliputi18 :
a. Kepatuhan mendaftarkan diri.
b. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.
c. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak.
d. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan.
3.2.2. Variabel Bebas ( Independent Variable )
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (Sugiyono, 2015: 61). Variabel bebas yang
digunakan yaitu Tarif Pajak, Pengetahuan Pajak, dan Self Assesment
System.
a. Tarif Pajak (X1)
Tarif pajak adalah suatu penetapan atau persentase berdasarkan
undang – undang yang dapat digunakan untuk menghitung dan
menentukan jumlah pajak yang harus dibayar, disetor dan
dipungut oleh wajib pajak. Tarif pajak harus didasarkan atas
pemahaman setiap orang yang mempunyai hak yang sama (prinsip
keadilan). Sehingga tercapai penetapan tarif – tarif pajak yang
proposional atau sebanding. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:
186) Tarif Pajak dapat diukur dengan mengggunakan 5 indikator
sebagai dasar prinsp keadilan yaitu :
1. sesuai dengan kemampuan wajib pajak;
2. dengan memperhatikan sifat - sifat yang melekat pada
individu;
3. diberlakukan berbeda pada wajib pajak dalam keadaan yang
berbeda;
4. diberlakukan seimbang dengan penghasilan yang dinikmati
wajib pajak di bawah perlindungan negara;
18
[ CITATION Rah20 \l 1057 ]
47
5. memberikan akibat untuk memperkecil perbedaan
penghasilan dan kekuasaan masyarakat;
6. sesuai dengan kondisi ekonomi Negara
b. Pengetahuan Pajak (X2)
Pengetahuan perpajakan merupakan informasi yang dimiliki
seseorang terkait perpajakan baik jenis pajak, objek pajak, tarif
pajak, perhitungan sampai dengan pengisian dan pelaporan pajak
yang digunakan oleh seseorang sebagai dasar membayarkan
kewajiban perpajakanya kepada pemerintah berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam perundang - undangan. Widayati
dan Nurlis (2010) menyatakan Pengetahuan pajak diukur dengan
menggunakan 7 indikator yaitu:
1. Kepemilikan NPWP;
2. Pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan;
3. Pemahaman dasar perpajakan;
4. Pemahaman self assesment system;
5. Pemahaman tentang sanksi jika melakukan pelanggaran
perpajakan;
6. Pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak,;
7. Pemahaman tentang peraturan pajak melalui sosialisasi
c. Self Assesment System (X3)
Self assesment system ini diterapkan pada sistem pemungutan
pajak di Indonesia adalah untuk memberikan kepercayaan yang
sebesar – besarnya pada Wajib Pajak agar kesadaran dan
kepatuhan perpajakanya meningkat karena fitrahnya manusia tidak
menyukai suatu ketetapan pembayaran pajak yang tidak dipahami
besaran jumlah pajak yang harus dibayarkan. Menurut Siti Kurnia
Rahayu (2017: 111) Self Assesment dapat diukur menggunakan 4
indikator yaitu :
1. Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak;
2. Menghitung pajak oleh wajib pajak;
48
3. Menyetorkan pajak ke Bank/ Kantor pos;
4. Melaporkan penyetoran kepada Dirjen Pajak.
Adapun kisi – kisi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4.
Kisi – kisi Instrumen Penelitian
49
pajak terutang kepada negara.
3. Pemahaman dasar 3. Saya memahami bahwa fungsi
perpajakan pajak adalah untuk membiayai
pengeluaran negara.
4. Pemahaman self assesment 4. Sebagai wajib pajak, saya
system memahami kebijakan self
assesment system yang
dikeluarkan pemerintah.
5. Pemahaman tentang sanksi 5. Sebagai wajib pajak, saya
jika melakukan memahami bila saya melakukan
pelanggaran perpajakan pelanggaran pembayaran pajak
akan terkena sanksi.
6. Pemahaman mengenai 6. Sebagai wajib pajak saya
PTKP, PKP dan tarif pajak mengetahui besarnya PTKP,
PKP dan tarif pajak.
7. Pemahaman tentang 7. Sebagai wajib pajak, saya
peraturan pajak melalui mengikuti berbagai sosialisasi
sosialisasi. perpajakan untuk memahami
peraturan perpajakan yang
berlaku.
Self 1. Mendaftarkan diri ke 1. Saya mendaftarkan diri sebagai
Assesment kantor pelayanan pajak wajib pajak ke kantor pelayanan
System pajak terdekat.
50
3. Menyetorkan pajak ke 3. Saya sebagai wajib pajak
Bank/ Kantor pos diberikan kepercayaan untuk
menyetorkan sendiri jumlah
pajak yang dibayarkan.
51
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015:
134). Bentuk jawaban skala likert terdiri dari jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dengan menggunakan
ukuran skala likert, responden hanya memilih jawaban dalam bentuk
ceklist yang telah disediakan oleh peneliti. Berikut merupakan kriteria
penilaian dalam kuisoner dengan menggunakan skala likert :
Tabel 2.5.
Skor Skala Likert
No Keterangan Skor
1. Sangat Setuju (SS) 4
2. Setuju (S) 3
3. Tidak Setuju (TS) 2
4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Badan 11.019
19
[ CITATION Nur02 \l 1057 ]
52
Pribadi 401.277
Pemungut 1.727
Total 414.023
Sumber : Data resmi KPP Pratama Karawang Selatan 2021
3.3.2. Sampel
Sampel adalah meneliti sebagian dari elemen – elemen populasi
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009: 115). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non
probability sampling. Menurut Sugiyono (2015: 122) non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota untuk
dipilih menjadi sampel, sedangkan teknik sampel dalam penelitian ini
adalah insidental sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
(Sugyono, 2008: 96).
Besarnya sampel yang diambil menurut Juliansyah Noor dalam
bukunya ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut20 :
N
n= 2
1+( N x e )
401.277
n=
1+(401.277 x 0,12)
= 99,975
= 100 sampel (Dibulatkan)
Keterangan :
n : Jumlah elemen/ anggota sampel
N : Jumlah elemen/ anggota populasi
20
[ CITATION Jul12 \l 1057 ]
53
e : Error level ( tingkat kesalahan ) ( umumnya digunakan 1% atau
0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1% ( catatan dapat dipilih oleh
peneliti ).
54
dikembalikan kepada peneliti untuk digunakan sebagai bahan data dalam
penelitian yang dilakukan.
Keterangan :
f : Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu
P : Angka persentase
Setelah angka persentase didapatkan, selanjutnya angka tersebut di
klasifikasikan kategorinya menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah
bobot nilai terbesar
Skor tertinggi= X 100 %
bobot nilai terbesar
Keterangan :
Bobot nilai terbesar = 5
55
Bobot nilai terendah = 1
b. Menentukan rentang skor
Keterangan :
Skor tertinggi = 100%
Skor terendah = 25%
c. Menentukan Interval Nilai
rentang skor
Interval nilai= X 100 %
banyak klasifikasi
Keterangan :
Rentang skor = 75%
Banyak klasifikasi = 5
Berdasarkan rumus diatas maka akan diperoleh kategori berdasarkan
persentase sebagai berikut :
Tabel 2.7.
Interval nilai persentase
56
reliabilita. Hal ini dilakukan supaya dapat memperoleh hasil yang sesuai
dengan fakta ( Sugiyono, 2008:177).
1. Uji Validitas Data
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo mengemukakan untuk
memperoleh validitas data yang akurat ditentukan oleh proses
pengukuran yang akurat. Suatu instrumen dikatakan valid jika
instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan
kata lain instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan
yang diharapkan peneliti. Uji validitas ini digunakan untuk mengukur
sah atau tidaknya suatu kuisoner. Suatu kuisoner dikatakan valid jika
pernyataan dalam kuisoner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuisoner tersebut. Teknik yang digunakan
dalam uji validitas pada penelitian ini yaitu Product Moment dari
Person dengan rumus perhitungan sebagai berikut
r xy =n ¿ ¿
Keteramgan :
rxy : koefisien korelasi product moment
N : jumlah responden
X : skor butir utem tertentu
Y : skor total
∑X : jumlah skor butir
∑Y : jumlah skor total
∑XY : perkalian skor butir dan skor total
∑X2 : jumlah kuadrat skor butir
∑Y2 : jumlah kuadrat skor total
57
a. Apabila r hitung > tabel maka item – item pernyataan yang
terdapat pada instrumen berkorelasi signifikan terhadap skor total
item pernyataan, maka instrumen atau item – item pernyataan
dinyatakan valid.
b. Apabila r hitung < tabel maka item – item pernyataan yang
terdapat pada instrumen tidak berkorelasi signifikan terhadap skor
total item pernyataan, maka instrumen atau item – item
pernyataan dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2009; 180) “
konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut
yaitu konsistensi “. Peneliti dapat mengevaluasi instrumen penelitian
berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda. Reliabilitas
merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi instrumen untuk
menjawab hal – hal yang berkaitan dengan konstruk – konstruk
pertanyaan yang disusun menjadi sebuah kuisoner. Pada penelitian ini
digunakan koefisien Cronboch’s Alpha. Rumus perhitungan
Cronboch’s Alpha sebagai berikut :
R11 =(
k
)(1
∑ sb ) 2
k −1 st2
Dimana :
r11 : Reliabilitas Instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
St 2 : Deviasi standart total
∑Sb2 : Jumlah deviasi standart butir
58
sebaliknya apabila nilai Cronboch’s Alpha kurang dari 0,6 maka
pertanyaan pada variabel dianggap tidak reliabel (Ghozali,2006).
21
[ CITATION Bur02 \l 1057 ]
59
Apabila signifikansi data kurang dari 5%, maka data dikatakan
tidak normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen mempunyai hubungan
yang linier secara signifikan atau tidak (Imam Ghozali, 2011:
166)22. Pengambilan keputusan dalam uji linearitas dapat
dilakukan dengan melihat signifikansi data. Data dikatakan
signifikan bila signifikansi lebih dari 5%. Apabila data yang
diperoleh lebih dari 5% , maka data dapat dikatakan linear,
sebaliknya apabila data yang diperoleh kurang dari 5%, maka
data dikatakan tidak linear.
c. Uji Heterosdastisitas
Persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau
tidak varian dari residual dan observasi yang satu dengan
observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang
sama disebut terjadi homoskedatisitas, dan jika varianya tidak
sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:
139). Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan
tingkat signifikasi sebesar 0,05 denagn kriteria pengujian sebagai
berikut
1. Jika sign > 0,05 tidak terjadi heteroskedastisitas
2. Jika sign < 0,05 terjadi heteroskedastisitas
d. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu situasi dimana adanya
korelasi sempurna antara variabel bebas yang satu dengan
variabel bebas yang lainya (Danang Sunyoto, 2010:97) 23. Uji
multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
22
[ CITATION Ima11 \l 1057 ]
23
[ CITATION Dan10 \l 1057 ]
60
multikolinearitas di dalam model regresi, yakni dengan melihat
dari nilai tolerance, dan lawanya yaitu Variance Inflation Factor
(VIP). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
1. Dengan menggunakan nilai tolerance
a. Apabila nilai tolerance < 0,10, maka terjadi
multikolinearitas
b. Apabila nilai tolerance > 0,10, maka tidak terjadi
multikolinearitas
2. Dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIP)
a. Apabila nilai VIP < 10, maka tidak terjadi
multikolinearitas.
b. Apabila nilai VIP > 10, maka terjadi multikolinearitas.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik/turun)
variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik
turunkan nilainya ) (Sugiyono, 2008: 275). Persamaan umum
regresi linear berganda adalah :
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana :
Y : Kepatuhan Wajib Pajak
a : Konstanta
b1 : Koefisien Insentif Pajak
b2 : Koefisien Tarif Pajak
b3 : Koefisien Pengetahuan Pajak
b4 : Koefisien Self Assesment System
X1 : Insentif Pajak
X2 : Tarif Pajak
61
X3 : Pengetahuan Pajak
X4 : Self Assesment System
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
62
DAFTAR PUSTAKA
63
Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kebumen . Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 1-227.
Hery. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah I, Edisi I, Cetakan Pertama.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Idris, M. (2020, Agustus 26). APBN 2020: Penerimaan Pajak Anjlok,
Pengeluaran Meroket. Dipetik April 22, 2021, dari Kompas.com :
https://money.kompas.com/read/2020/12/26/163815526/babak-belur-
apbn-2020-penerimaan-pajak-anjlok-pengeluaran-meroket?page=all
Indonesia, K. K. (2020, 09 22). Realisasi Penerimaan Perpajakan Hingga
Agustus 2020. Dipetik 4 22, 2021, dari
kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-paparkan-realisasi-penerimaan-
perpajakan-hingga-agustus-2020/:
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-paparkan-realisasi-
penerimaan-perpajakan-hingga-agustus-2020/
Indonesia, K. K. (2021). Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok - Pokok Kebijakan
Fiskal tahun 2021. Dipetik 4 19, 2021, dari
https://fiskal.kemenkeu.go.id/data/document/kem/2021/files/kem_ppkf_20
21.pdf:
https://fiskal.kemenkeu.go.id/data/document/kem/2021/files/kem_ppkf_20
21.pdf
J, S. (2008). Statistik Teori dan Aplikasi . Jakarta: Erlangga.
Juliansyah , N. (2012). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana.
Madiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Terbaru . Yogyakarta: Andi Offset.
Marasabessy , I. L. (2020). Pengaruh Penurunan Tarif Pajak UMKM terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ( Studi Kasus Pada KPP Pratama Pondok
Aren ). Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , 1-151.
Nataherwin, S. W. (2020, Oktober 2). Pengaruh Insentif Pajak, Tarif Pajak, Sanksi
Pajak dan Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak selama Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol.9, 108 - 1124.
Nur, I., & Bambang , S. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen Edisi Pertama . Yogyakarta : BPFE.
Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan Edisi ke-3. Jakarta : Granit .
Pajak, D. J. (2021). Direktorat Jenderal Pajak Tanggap COVID-19. Dipetik 4 19,
2021, dari https://www.pajak.go.id/covid19:
https://www.pajak.go.id/covid19
Pajak, D. j. (2021). Omnibus Law, Covid-19, dan PERPPU Nomor 1 Tahun 2020.
Dipetik 4 19, 2021, dari https://www.pajak.go.id/id/artikel/omnibus-law-
64
covid-19-dan-perppu-nomor-1-tahun-2020:
https://www.pajak.go.id/id/artikel/omnibus-law-covid-19-dan-perppu-
nomor-1-tahun-2020
Rahayu, S. K. (2020). Perpajakan Konsep, Sistem, dan Implementasi Edisi
Revisi . Bandung: Rekayasa Sains .
Reeve, J., Warren, J., Wahyuni, Supriyanto, & Jusuf dan, D. (2013). Pengantar
Akuntansi . Jakarta : Salemba Empat .
Siregar. (2012). Statistika Deskriptif untuk Penelitian . Jakarta : Rajawali Pers.
Siska Wulantari, N., & Lesmana Putra, I. (2020). Pengaruh Penerapan Self
Assesment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas ( Studi empiris terhadap
wajib pajak orang pribadi di kota Denpasar ). Widya Akuntansi dan
Keuangan , 1-7.
Sofyan , M. T. (2005). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Tangerang. Jurnal Riset
Akuntansi.
Sofyan , M. T. (2013). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Tangerang Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara . Jurnal Riset Akuntansi Vol 5.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualittif dan R & D . Bandung:
Alfabeta.
Waluyo. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Wibisono , D. (2013). Paduan Penyusunan Skripsi,Tesis & Disertasi .
Yogyakarta: Andi Offset .
Zawitri, S., & Yuliana, E. S. (2016). Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Setelah Diberlakukanya Tarif 1%
(Final) PPH ( Studi Kasus di KPP Pratama Pontianak). Jurnal Ekonomi,
Bisnis dan Kewirausahaan , 144 - 162.
65