Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

TERHADAP PAJAK ASLI DAERAH (PAD) SEBELUM DAN SELAMA


PANDEMI COVID-19 DI BAPENDA KABUPATEN CIREBON

PROPOSAL SKRIPSI

Bidang Kajian: Perpajakan

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi


Program Sarjana Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:

CHIKA BAGJA PUSPITA WIJAYA

NPM: 119040187

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………… 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………………… 3

1.3.1Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 3

1.3.2Kegunaan Penelitian ……………………………………………………… 5

1.4 Unit Analisis dan Jadwal Penelitian ……………………………………………. 6

1.4.1 Unit Analisis ………………………………………………………………. 6

1.4.2 Jadwal Penelitian ………………………………………………………….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ……… 7

2.1 Kajian Pustaka …………………………………………………………………… 7

2.1.1 Teori Kemanfaatan (Utility) ……………………………………………….. 7

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah …………………………………………………… 9

2.1.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah …………………………………… 9

2.1.2.2 Klarifikasi Pendapatan Asli Daerah …………………………………… 11

2.1.3 Pajak Daerah ……………………………………………………………… 13

2.1.3.1 Pengertian Pajak Daerah ……………………………………………… 13

2.1.3.2 Jenis-jenis Pajak Daerah ………………………………………………. 14

2.1.4 Retribusi Daerah …………………………………………………………… 15

ii
2.1.4.1 Pengertian Retribusi Daerah …………………………………………… 15

2.1.4.2 Jenis Retribusi Daerah …………………………………………………. 16

2.1.5 Pandemi Covid-19………………………………………………………….. 19

2.1.5.1 Sejarah dan Pengertian …………………………………………………. 19

2.1.5.2 Kebijakan Pemerintah ……………………………………………….... 20

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………………………………… 20

2.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………………. 23

2.4 Hipotesis ……………………………………………………………………….. 23

2.4.1 Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sebelum Masa Pandemi Covid-19………………………………….………... 23

2.4.2 Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum

Masa Pandemi Covid-19 ……………………………………………………… 24

2.4.3 Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Selama Masa Pandemi Covid-19 ……………………………………………… 25

2.4.4 Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Selama

Masa Pandemi Covid-19 ……………………………………………………… 27

2.4.5 Uji Beda Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum dan Selama Masa

Pandemi Covid-19 ……………………………………………………………. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………….... 31

3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………………….. 31

3.2 Operasional Variabel ………………………………………………………... 32

3.2.1 Variabel Dependen …………………………………………………… 32

iii
3.2.2 Variabel Independen ………………………………………………… 32

3.2.3 Skala Pengukuran ……………………………………………………. 35

3.3 Populasi dan Sampel …………………………………………………………. 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………... 36

3.5 Metode Analisis Data ………………………………………………………… 37

3.5.1 Alat Analisis …………………………………………………………… 37

3.5.2 Analisis Deskriptif …………………………………………………….. 37

3.5.3 Uji Asumsi Klasik …………………………………………………….. 37

3.5.3.1 Uji Normalitas …………………………………………………… 38

3.5.3.2 Uji Autokorelasi ………………………………………………… 38

3.5.3.3 Uji Multikolinearitas …………………………………………….. 38

3.5.3.4 Uji Heteroskedastisi ……………………………………………… 39

3.5.4 Uji Hipotesis ………………………………………………………… 39

3.5.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda …………………………………. 39

3.5.4.2 Uji F ……………………………………………………………….. 39

3.5.4.3 Uji Linieritas Regresi ……………………………………………… 40

3.5.4.4 Uji t ………………………………………………………………... 41

3.5.4.5 Uji Analisis Determinasi (R2) ……………………………………... 41

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………......... 43

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid-19 yang terjadi pada akhir tahun 2019 menimbulkan

dampak bagi multisektor di dunia(Junaedi & Salistia, 2020). Berdasarkan

Keuangan Republik Indonesia tahun 2021 mengatakan bahwa salah satu

sektor yang terkena dampak Covid-19 yakni sektor ekonomi. Sektor ekononi

di Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sebesar - 2,07% di tahun 2020.

Menyikapi keadaan ini, pemerintah melakukan beberapa kebijakan guna

mengatasi pelemahan perekonomian ini. Kebijakan ini muncul dalam Undang-

Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020. Terbitnya Perppu Nomor 1 Tahun

2020 berisi tentang kumpulan atau campuran kebijakan di bidang keuangan

negara (kebijakan fiskal) dan kebijakan stabilitas sistem keuangan.

Pada kebijakan fiskal, pemerintah memberlakukan realokasi anggaran.

Selain realokasi anggaran, Kementerian Keuangan juga menerbitkan insentif

pajak bagi wajib pajak yang terdampak pandemi Covid-19. Penerbitan insentif

pajak ini tercantum dalam PMK 23/2020 (EdwardUP Nainggolan, 2020).

Adanya insentif pajak diharapkan dapat lebih mempermudah masyarakat

dalam memenuhi kewajibannya dalam melakukan kewajiban dalam membayar

pajak. Selain dalam pemenuhan kewajiban, adanya insentif pajak diharapkan

juga membantu dalam keseimbangan usaha serta penerimaan pajak daerah.

Penerimaan pajak daerah pada masa pandemi Covid-19 mengalami

penurunan. Salah satu faktor penurunan pajak daerah adalah diberlakukannya

1
pembatasan di beberapa daerah (Nurvalita, 2021). Penerimaan pajak daerah

yang berdampak karena pembatasan yakni jenis pajak daerah yang sifatnya

berhubungan dengan kegiatan di tempat umum dan menimbulkan kerumunan

dan keramaian seperti pajak parkir, pajak reklame, pajak hotel, pajak restoran,

dan pajak hiburan (Wahyuningsih & Atmadja, 2021). Dilihat dari Penerimaan

pajak daerah Kabupaten Cirebon dipastikan akan mengalami penurunan.

Kepala Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kabupaten Cirebon,

mengatakan bahwa potensi penghasil pendapatan daerah dari sektor pajak

semuanya dipastikan akan mengalami penurunan. Hal tersebut karena

pandemi Covid-19 ini. (BAPENDA JABAR, n.d.)

Melihat kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah provinsi yang

memiliki kasus Covid-19 terbanyak juga memberlakukan insentif pada

retribusi daerah. Pengeluaran insentif pada retribusi daerah berupa

pengurangan beban biaya tetap bagi masyarakat dan mengurangi beban

pembayaran retribusi di masa pandemi Covid-19. Pemberlakuan insentif ini

meliputi penurunan tarif dan penghapusan sanksi administratif.

Pemberlakuan insentif pada pajak daerah dan retribusi juga sebagai bentuk

langkah pemerintah dalam menjaga nilai pendapatan pajak daerah dan

retribusi daerah itu sendiri. Hal ini dikarenakan, pendapatan pajak daerah dan

retribusi daerah akan berdampak langsung pada Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Seperti masa pandemi Covid-19 saat ini, PAD juga mengalami

penurunan. Menurut Djpk.kemenkeu.go.id, selama masa pandemi Covid-19,

realisasi PAD di beberap wilayah mengalami penurunan. Penurunan PAD di

2
yang paling bayak terjadi di dalam Pulau Jawa. Pulau jawa memiliki total

kasus Covid-19 mencapai 60% dari total kasus Covid-19 yang terjadi di

Indonesia (Nabila & Jannah, 2022). Hal ini menandakan, mayoritas kasus

Covid-19 di Indonesia, terjadi di pulau Jawa.

Yang mendorong peneliti untuk tetap melakukan penelitian ini adanya

perbedaan tahun, lokasi, dan didorongnya fenomena pandemi covid-19 dengan

peneliti sebelumnya. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang

berkaitan dengan ” Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum dan Selama

Masa Pandemi Covid-19 di BAPENDA Kabupaten Cirebon”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di BAPENDA Kabupaten Cirebon sebelum masa

pandemi Covid-19?

2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di BAPENDA Kabupaten Cirebon sebelum masa pandemi

Covid-19?

3. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di BAPENDA Kabupaten Cirebon selama masa

pandemi Covid-19?

3
4. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di BAPENDA Kabupaten Cirebon selama masa pandemi

Covid-19?

5. Bagaimana Uji Beda Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan

selama masa pandemi Covid-19 di BAPENDA Kabupaten Cirebon?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diangkat oleh penulis, tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh penerimaan pajak daerah

berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum

pandemi Covid-19 di BAPENDA Kabupaten Cirebon.

2. Untuk menganalisis pengaruh retribusi daerah berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum pandemi Covid-

19 di BAPENDA Kabupaten Cirebon.

3. Untuk menganalisis penerimaan pajak daerah berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama pandemi Covid-19

di BAPENDA Kabupaten Cirebon.

4. Untuk menganalisis pengaruh retribusi daerah berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama pandemi Covid-19

di BAPENDA Kabupaten Cirebon.

4
5. Untuk mengetahui Uji Beda Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sebelum dan selama masa pandemi Covid-19 di BAPENDA

Kabupaten Cirebon.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan. Manfaat dari penelitian ini yaitu

angtara lain

1.1 Bagi Peneliti

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan bisa memberi manfaat

pada pengembangan kompetensi peneliti serta bisa memberi

penambahan keilmuan mengenai pengaruh pajak daerah dan

retribusi pajak terhadap pendapatan asli daerah sebelum dan

selama masa pandemi covid-19 di BAPENDA Kabupaten Cirebon.

2.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bisa menjadikan informasi aktual

dan dapat menambah wawasan kita bersama terlebih tentang

pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD sebelum

dan selama masa pandemi covid-19 di BAPENDA Kabupaten

Cirebon.

3.1 Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam upaya meningkatkan pendapatan pajak daerah di

BAPENDA Kabupaten Cirebon.

5
1.4 Unit Analisis dan Jadwal Penelitian

1.4.1 Unit Analisis

Unit analisis analisis variabel yang diteliti objeknya adalah pendapatan

asli daerah yang terdaftar di BAPENDA Kabupaten Cirebon dengan

variabel pajak daerah, dan retribusi daerah.

1.4.2 Jadwal Penelitian

Feb Mar Apr


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Verifikasi Judul
Pembekalan Skripsi dan SPA
Penyusunan dan Bimbingan
Proposal
Seminar Proposal

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Kemanfaatan (Utility)

Pada pengelolaan pajak agar sesuai dengan makna otonomi

daerah, pemanfaatannya harus diupayakan untuk pelayanan pada

sektor pajak yang bersangkutan, Apabila pembayar pajak dapat

merasakan manfaat atas pembayarannya, diharapkan timbul

kesadaran untuk melakukan pembayaran secara sukarela.

Pemungutan pajak daerah harus mempertimbangkan asas

kemanfaatan bagi pemerintah daerah itu sendiri. Secara umum

pemungutan pajak daerah harus dilihat dari dua sisi yakni, sisi hasil

guna dan daya guna bagi pemerintah daerah dan masyarakat daerah

bersangkutan.

Setidaknya ada lima kriteria untuk menilai pendapatan asli

daerah, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan hal yang

penting dan salah satunya terkait dengan asas kemanfaatan (daya

guna ekonomi). Kelima kriteria tersebut adalah:

1. Hasil (Yield)

Memadai tidaknya hasil suatu pajak daerah dalam

kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, yakni

7
stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar hasil itu. dan

elastisitas hasil pajak terhadap inflasi. pertumbuhan penduduk dan

sebagainya,

2. Keadilaan (Equality)

Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak

sewenang-wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal,

artinya beban pajak haruslah sama besar antara berbagai kelompok

yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, hams

adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki sumber daya

ekonomi yang lebih besar memberikan sumbangan yang lebih besar

dari pada kelompok yang tidak banyak memiliki sumber daya

ekonomi. Pajak haruslah adil dari tcmpat ke tempat dalam arti,

hendaknya tidak ada perbedaan-perbedaan besar dan .sewenang-

wenang dalam beban pajak dari satu daerah kedaerah lain, kecuali

jika mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan

masyarakat.

3. Daya guna ekonomi (Economi Efficiency)

Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak

menghambat pcnggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam

kehidupan ekonomi, mencegah jangan sampai pilihan konsumen

dan pilihan produsen menjadi salah arah atau memperkecil beban

pajak.

8
4. Kemampuan melaksanakan (Abihility lo Implement)

Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan dari sudut

kemauan politik dan kemampuan latar usaha.

5. Kecocokan atau sumber penerimaan daerah

(Suitabilityas a Local Revenue Source)

Berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak

harus dibayarkan dan tempat memungut pajak sedapat mungkin

sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidak mudah

dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah

ke daerah lain. Paiak daerah jangan hendaknya mempertaiam

perbedaan- perbedaan daerah dari segi potensi ekonomi masing-

masing dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih

besar dari kemampaun tata usaha pajak daerah.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

2.1.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pemerintah daerah harus mampu mengelola anggarannya

secara mandiri dan untuk meningkatkan kemandirian tersebut,

pemerintah daerah harus mampu meningkatkan pendapatan asli

daerah. Pendapatan Daerah merupakan sumber Pengeluaran

Daerah dan dananya dipotong seiring dengan kenaikan PAD. Hal

ini ditingkatkan oleh pemerintah daerah untuk mendukung

kemandirian daerah.

9
Menurut Mardiasmo (2012 : 132), Pendapatan Asli Daerah

adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan Iain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Menurut Halim (2007 : 96), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan Iain-Iain

PAD yang sah.

Dari definisi Pendapatan Asli Daerah yang dikemukakan

oleh beberapa ahli di atas pada dasaniya memiliki karakteristik

yang sama. Maka dari itu penulis dapat menarik suatu kesimpulan

bahwa pendapatan asli daerah adalah scgala penerimaan daerah

setempat yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.dan Iain-Iain PAD

yang sah.

Pemerintah daerah harus mampu mengelola anggarannya

secara mandiri dan untuk meningkatkan kemandirian tersebut,

pemerintah daerah harus mampu meningkatkan pendapatan asli

daerah. Pendapatan Daerah merupakan sumber Pengeluaran

Daerah dan dananya dipotong seiring dengan kenaikan PAD. Hal

10
ini ditingkatkan oleh pemerintah daerah untuk mendukung

kemandirian daerah.

Menurut Mardiasmo (2012 : 132), Pendapatan Asli Daerah

adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan Iain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Menurut Halim (2007 : 96), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan Iain-Iain

PAD yang sah.

Dari definisi Pendapatan Asli Daerah yang dikemukakan

oleh beberapa ahli di atas pada dasarnya memiliki karakteristik

yang sama. Maka dari itu penulis dapat menarik suatu kesimpulan

bahwa pendapatan asli daerah adalah segala penerimaan daerah

setempat yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.dan Iain-Iain PAD

yang sah.

2.1.2.2 Klarifikasi Pendapatan Asli Daerah

Klasifikasi PAD berdasarkan Permendagri Nomor 13

Tahun 2006 terdiri dari Pajak daerah, retribusi daerah, hasil

11
pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan Iain-lain pendapatan asii

daerah yang sah Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci

menurut objek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang

pajak daerah dan retribusi daerah.

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik daerah. Bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah, dan bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

Jenis Iain-Iain PAD yang sah disediakan untuk

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam

pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengeloaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang

mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,

jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti

kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk

lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa

oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah

terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keteriambatan

pelaksanaan pekeijaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda

retribusi.

12
Menurut Halim (2014:67) PAD dipisahkan menjadi empat

jenis pendapatan. yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik

daerah yang dipisahkan, Iain-Iain PAD yang sah.

2.1.3 Pajak Daerah

2.1.3.1 Pengertian Pajak Daerah

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh

Negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat

dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayamya

dengan tidak mendapat prestasi kembali secara langsung, yang

hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini

menunjukkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang

dikenakan berdasarkan Undang-Undang yang tidak dapat dihindari

bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau

membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian.akan

terjamin bahwa kas Negara selalu bcrisi uang pajak. Selain itu,

pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang akan menjamin

adanya keadilan dan kepastian hokum bagi pembayar pajak

sehingga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan

besamya pajak.

13
Menurut (mardiasmo, 2009), pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperiuan negara bagi sebesar-besamya kemakmuran rakyat.

Sedangkan pajak daerah itu sendiri menurut Undang-

Undang No. 28 Tahun 2009, yang selanjutnya disebut pajak adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Dari definisi di atas, penulis dapat menarik suatu

kesimpulan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada daerahnya tanpa imbalan

yang langsung dapat dirasakan, yang bersifat dipaksakan

berdasarkan peraturan pcrundang-undangan yang berlaku yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah

dan pembangunan daerah setempat.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak kabupaten atau kota yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2022 adalah sebagai berikut:

14
1. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(PBB-P2).

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

3. Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT).

4. Pajak Reklame.

5. Pajak Air Tanah (PAT).

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB).

7. Pajak Sarang Burung Walet.

8. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

9. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Dari jenis pajak, Kabupaten atau Kota dapat tidak

memungut salah satu dari beberapa jenis pajak yang telah

ditentukan apabila potensi pajak di darah Kabupaten atau Kota

tersebut dipandang kurang memadai. Dari jenis pajak, Kabupaten

atau Kota dapat tidak memungut salah satu dari beberapa jenis

pajak yang telah ditentukan apabila potensi pajak di darah

Kabupaten atau Kota tersebut dipandang kurang memadai.

2.1.4 Retribusi Daerah

2.1.4.1 Pengertian Retribusi Daerah

Sesuai dengan ketentuan pcrundang-undangan di Indonesia

saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah

daerah. Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini

adalah retribusi daerah. Menurut Indra Bastian (2011:156),

15
retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh Pcmerintah Daerah

atas pelayanan dan pcnggunaan tasilitas-fasihtas umum yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah bagi kepentingan masyarakal,

sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku.

Menurut Mursyidi (2009; 135) retribusi dipungut oleh

pemerintah daerah karena pemberian ijin atau jasa kepada orang

pribadi atau badan. Retribusi menurut Siahaan (20I0;5) adalah

pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya

jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara

perorangan.

Dari definisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli di

atas, maka dari itu, penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa

retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pelayanan dan pcnggunaan fasilitas yang disediakan dan

diberikan oleh pcmerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau badan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu

hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari

Negara.

2.1.4.2 Jenis Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2010;620) penggolongan jenis retribusi

dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip

dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Sesuai Undang-

16
Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi daerah dibagi atas tiga

golongan, sebagaimana disebut di bawah ini:

1. Retribusi Jasa Umum.

2. Retribusi Jasa Usaha.

3. Retribusi Perizinan Tertentu.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 I'ahun 2009,

penetapan jenis retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu

untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten atau kota disesuaikan

dengan kewenangan daerah masing-masing sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Hal yang sama juga berlaku

untuk penetapan jenis retribusi jasa usaha untuk daerah provinsi

dan kabupaten/kota, dilakukan sesuai dengan jasa atau pelayanan

yang diberikan oleh daerah masing-masing.

Rincian jenis objek dari setiap retribusi jasa umum,

retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu diatur dalam

peraturan daerah yang bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa

umum, usaha dan perizinan tertentu saat ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 127-138, sebagaimana di

bawah ini. Jenis-jenis retribusi jasa umum:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan.

2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

17
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda

Penduduk Dan Akte Catatan Sipil.

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman Dan Pengabuan

Mayat.

5. Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.

6. Retribusi Pelayanan Pasar.

7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.

10. Retribusi Penyediaan atau Penyedotan Kakus.

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair.

12. Retribusi Pelayanan Tera atauTera Ulang.

13. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

2. Retribusi Pasar Grosir atau Pertokoan.

3. Retribusi Tempat Pelelangan.

4. Retribusi Terminal.

5. Retribusi Tempat Khusus Parkir.

6. Retribusi Tempat Penginapan.

7. Retribusi Rumah Potong Hewan.

8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan.

18
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

10. Retribusi Penyeberangan di Air.

11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Jenis-jenis retribusi Perizinan Tertentu

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

3. Retribusi Izin Trayek Angkutan Umum.

4. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

5. Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga

Kerja Asing (IMTA).

2.1.5 Pandemi Covid-19

2.1.5.1 Sejarah dan Pengertian

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit

corona virus 2019 (corona virus disease 2019, disingkat covid-

19) di seluruh dunia untuk semua Negara. Penyakit ini disebabkan

oleh corona virus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.

Wabah covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei,

Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019, dan ditetapkan

sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada

tanggal 11 Maret 2020.

Pandemi covid-19 adalah salah satu penyakit yang

disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dan penyakit ini memiliki

19
gejala yang mirip dengan flu biasa yang berlanjut pada radang

paru. Berdasarkan penjelasan pengertian pandemi covid-19 di

atas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya pandemi covid-19

ini merupakan salah satu penyakit flu yang disebabkan oleh virus

SARS CoV-2 yang mempengaruhi banyak orang. Salah satunya

mengakibatkan banyak penurunan sosial atau phsyichal

distancing, maka dari itu kegiatan masyarakat pun juga terbatasi.

Banyak sekali tempat umum yang dibatasi dalam aktivitasnya.

2.1.5.2 Kebijakan Pemerintah

Pandemi covid-19 merupakan salah satu faktor eksternal

dalam menurunnya perekonomian. Pemerintah menetapkan

kebijakan work from home dalam penyelenggaraan layanan

pemerintahan melalui Surat Menteri Pemberdayaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang

Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya

Pencegahan Penyebaran Covid-19 Nomor 6 Tahun 6 2018

Undang-Undang tentang ke karantinaan Wilayah.

2.2 Hasil Peneliti Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah ada sebelumnya

yang kemudian digunakan sebagai acuan pada penelitian selanjutnya. Hasil

penelitian sebelumnya yang terdapat pada peneliti ini yaitu:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya

20
No Peneliti Variabel Hasil Peneliti
1 Iqbal, (2018) Variabel Independen : Penerimaan pajak secara
Pajak Daerah parsial berpengaruh positif
Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli
Variabel Dependen : Daerah Kabupaten Bandung.
Pendapatan Asli Daerah Retribusi pajak secara parsial
tidak berpengaruh positif
terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Bandung.
Secara simultan berpengaruh
positif terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten
Bandung.
2 Rizqy Ramadhan, Variabel Independen : Pajak daerah berpengaruh
(2019) Pajak Daerah positif terhadap Pendapatan
Retribusi Daerah Asli Daerah Kabupaten/Kota
Variabel Dependen : Di Sumatera Utara.
Pendapatan Asli Daerah Retribusi daerah berpengaruh
positif terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten/Kota
Di Sumatera Utara.
Secara berpengaruh positif
secara simultan terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota Di Sumatera
Utara..
3 Dwiyanti & Jati, Variabel Independen : Retribusi daerah, dan pajak
(2020) Pajak Daerah daerah secara simultan
Retribusi Daerah maupun parsial berpengaruh
Variabel Dependen : signifikan terhadap

21
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Badung. Hasil ini
memberi arti bahwa, semakin
meningkatnya penerimaan
dari pajak dan retribusi
daerah akan mengakibatkan
semakin meningkat pula
pendapatan asli daerah yang
akan diterima oleh
pemerintah Kabupaten
Badung.
4 Arifiyanti & Variabel Independen : Perbedaan antara pajak hotel,
Didik Ardiyanto, Pajak Daerah (pajak pajak restoran, pajak hiburan
(2022) hotel, pajak restoran, dan retribusi daerah terhadap
pajak hiburan, dan PAD, sebelum dan selama
pajak reklame) pandemi Covid-19 dengan
Retribusi Daerah nilai signifikansi.
Variabel Dependen : Sedangkan pada pajak
Pendapatan Asli Daerah reklame terhadap PAD tidak
memilik perbedaan sebelum
dan selama pandemi Covid-
19. Analisis ini hanya
dilakukan di beberapa
Kabupaten/ Kota di Pulau
Jawa.
5 Casroni et al., Variabel Independen : Penerimaan pajak secara
(2022) Pajak Daerah parsial berpengaruh positif
Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli
Variabel Dependen : Daerah Kabupaten Brebes.
Pendapatan Asli Daerah Retribusi pajak secara parsial

22
tidak berpengaruh positif
terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Brebes.
Secara simultan variabel
independen berpengaruh
positif terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten
Brebes.

2.3 Kerangka Pemikiran

PAD Sebelum
Uji Beda
Selama
Covid-19
Covid-19

H1 H2 H3 H4

Pajak Retribusi Pajak Retribusi


Daerah Daerah Daerah Daerah

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

2.4.1 Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Sebelum Masa Pandemi Covid 19

Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pajak daerah

sangat berperan dalam penciptaan sumber keuangan bagi

pembangunan nasional dan daerah. Dalam hal ini, pajak daerah

membantu meningkatkan pendapatan awal daerah dan mendorong

23
pertumbuhan ekonomi daerah. Penggunaan dana pembayar pajak

bervariasi dari biaya tenaga kerja hingga pembiayaan berbagai

proyek pembangunan. Pembangunan fasilitas umum seperti

jembatan, sekolah, jalan dan rumah sakit dibiayai dari uang pajak.

Pajak juga digunakan untuk memberikan rasa aman bagi seluruh

masyarakat dan seluruh warga negara sejak lahir sampai meninggal

untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan pemerintah yang

diberikan dengan pajak. Berdasarkan penelitian sebelumnya

Muhammad Iqbal et al., (2018), Rizqy Ramadhan, (2019), dan

Usman, (2020) menyatakan bahwa pajak daerah berpengaruh

terhadap pendapatan asli daerah. Jadi hipotesis yang dapat

dikembangkan yaitu:

H1 : Penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum Masa Pandemi

Covid-19.

2.4.2 Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sebelum Masa Pandemi Covid-19

Retribusi daerah adalah pembayaran jasa atau pemberian

izin khusus yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada

perorangan atau lembaga, diharapkan dapat mendukung sumber

pembiayaan daerah dalam pembangunan daerah, sehingga dapat

meningkatkan dan menyeimbangkan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Retribusi daerah

24
dipungut atas balas jasa sehingga pembayaran dapat dilakukan

terus menerus. Yang menikmati jasa yang disediakan pemerintah

daerah dapat dikenakan retribusi. Faktor yang membedakan antara

pungutan retribusi dengan sumber pendapatan yang lain adalah ada

tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah. Sektor

retribusi berkaitan erat dengan tingkat aktivitas sosial ekonomi

masyarakat. Artinya semakin berkembang tingkat ekonomi

masyarakat, maka semakin tinggi retribusi yang bisa dipungut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Muhammad Iqbal et al.,

(2018), Rizqy Ramadhan, (2019), dan Usman, (2020) menyatakan

bahwa pajak daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

Jadi hipotesis yang dapat dikembangkan yaitu:

H2 : Retribusi berpengaruh positif terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum Masa Pandemi

Covid-19.

2.4.3 Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Selama Masa Pandemi Covid 19

Pajak daerah adalah salah satu sumber utama dari PAD

kabupaten/kota di Indonesia. Di masa pandemi Covid-19, terdapat

beberapa jenis pajak daerah yang paling tertekan, yaitu pajak hotel,

pajak restoran, pajak hiburan, pajak parkir, dan pajak air tanah.

Turunnya pendapatan daerah dari sumber pajak daerah, disebabkan

beberapa objek pajak mengalami penurunan omzet usaha pada

25
waktu pandemi Covid-19. Dikarenakan mobilitas masyarakat dan

bisnis menjadi berkurang, bahkan berhenti setelah diterapkannya

kebijakan pembatasan sosial, untuk membatasi penyebaran virus

Covid- 19. Dengan demikian, usaha hotel dan restoran tutup, bisnis

hiburan berhenti, jam operasional dan kapasitas pusat

pembelanjaan terbatas. Padahal, dari sektor ini sumber utama pajak

daerah tersebut diperoleh. Menurut Ketua Badan PHRI Sutrisno

Iwantono, yang dikutip dari Andri (2021) menyatakan bahwa

pandemi Covid-19 berimbas pada lumpuhnya industri hotel dan

restoran, ribuan hotel dan restoran tutup. Mencatat saat ini di

Indonesia terdapat 1.033 restoran dan hotel yang tutup permanen

imbas pandemi Covid-19. Merujuk pada data yang dipublis di

menu Portal Data APBD Kementrian Keuangan, tercatat realisasi

penerimaan pajak daerah tahun 2019 sebesar Rp208.938,20

Milliar, sementara realisasi pada tahun 2020 sebesar 179.257,32

Milliar. Artinya, secara nasional terjadi penurunan penerimaan

pajak daerah sebesar 14,21 persen, setara dengan Rp29.680,88

Milliar (Kemenkeu, 18 November 2021). Intinya, selama pandemi

Covid-19 terdapat penurunan PAD, yang bersumber dari pajak

daerah.

H3 : Penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Selama Masa Pandemi Covid-

19.

26
2.4.4 Retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Selama

Masa Pandemi Covid-19

Penopang utama PAD juga bersumber dari retribusi daerah.

Akan tetapi, selama pandemi Covid-19 pendapatan daerah dari

sumber tersebut juga terganggu. Utamanya, pada saat penerapan

pembatasan sosial, mengakibatkan pelayanan publik tidak berjalan.

Terhambatnya pelayanan publik, mengindikasikan berhentinya jasa

yang diberikan kepada masyarakat, membuat daerah tidak dapat

memungut retribusi kepada masyarakat. Kondisi ini juga telah

diungkapkan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Jokowi

Widodo, yang mengungkapkan pembatasan aktivitas masyarakat

dengan harapan dapat mengisolasi penyebaran Covid-19

menghalangi pemerintah daerah untuk melakukan pemungutan

retribusi. Padahal menurut Beliau, retribusi adalah salah satu

andalan penerimaan daerah (Syamsul, Nuelahlah, 2022). Data yang

disajikan dalam laman Kementrian Keuangan pada menu Portal

Data APBD menunjukkan realisasi retribusi daerah pada tahun

2019 sebesar Rp9.790,45 Milliar, dan pada tahun 2020 sebesar

Rp8.414,21 Milliar. Angka ini menunjukkan adanya penurunan

realisasi retribusi daerah sebesar Rp1.376,24 Milliar, atau terjadi

pertumbuhan minus 14,06 persen (Kemenkeu, 18 November 2021).

Singkatnya, secara nasional terdapat penurunan PAD selama

pandemi Covid-19 yang dipungut dari retribusi daerah.

27
H4 : Retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) selama masa pandemi Covid-19 di

Kabupaten Cirebon.

2.4.5 Uji Beda Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum dan Selama

Masa Pandemi Covid-19

Dalam lingkup pemerintah daerah di Indonesia, pada saat

penerapan kebijakan kebijakan pembatasan sosial terkait

penanganan penyebaran Covid-19, menyebabkan aktivitas

masyarakat dan dunia usaha di daerah berkurang, dan pelayanan

publik di daerah juga dibatasi. Karena terbatasnya kegiatan

tersebut, hal ini pada akhirnya berdampak pada pendapatan daerah.

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu jenis pendapatan

daerah, yang diterima pemerintah daerah berdasarkan hasil

pengelolaan potensi daerah itu sendiri. Sumber utama PAD, yaitu

pajak daerah dan retribusi daerah sangat tergantung dari lancarnya

aktivitas masyarakat dan bisnis di suatu wilayah. Misalnya, dari

sumber pajak daerah, sebelum pandemi Covid-19 aktivitas

masyarakat dan bisnis tidak dibatasi, sehingga berimpilikasi pada

tingginya daya beli masyarakat dan bertambahnya laba yang

diperoleh entitas bisnis.

Kondisi ini mengakibatkan tingginya penerimaan daerah

dari sektor perpajakan. Sebaliknya, di saat hadirnya pandemi

Covid-19, aktivitas masyarakat dan bisnis berkurang, berakibat

28
pula pada lemahnya daya beli masyarakat dan laba yang diperoleh

entitas bisnis juga berkurang, yang pada akhirnya terjadi pula

penurunan pada pendapatan daerah dari sumber pajak daerah.

Misalnya, usaha kuliner selama pandemi Covid-19 berlansung,

tidak seramai sebelum merebaknya pandemi Covid-19.

Berkurangnya pengunjung ke tempat usaha kuliner tersebut,

berimbas pula pada sumber pendapatan dari sektor perparkiran.

Selama pandemi Covid-19 pendapatan daerah dari sumber pajak

mineral bukan logam dan batuan, dikarenakan terjadinya

refoucousing pemotongan anggaran program pembangunan yang

dialihkan ke program penanganan Covid-19.

Begitupula, dari sumber pajak daerah yang berasal dari

industri perhotelan, selama pandemi Covid-19 tingkat okupasi

turun, karena terbatas kunjungan masyarakat dari luar daerah yang

menjadi pelanggan utama usaha perhotelan, sehingga berdampak

pula pada turunnya pendapatan dari sumber pajak hotel. Kondisi

yang sama juga terjadi dari sumber pajak usaha restoran

mengalami penurunan selama pandemi Covid-19 karena

berkurangnya permintaan dari masyarakat.

Kemudian, pendapatan daerah yang diperoleh dari retribusi

daerah sangat tergantung pada lalu lintas pengerakan masyarakat

dan bisnis. Sebelum pandemi Covid- 19 pelayanan publik

pemerintah daerah tidak dibatasi, maka pendapatan daerah yang

29
diterima dari sumber retribusi daerah pun tinggi. Lain halnya, di

saat pandemi Covid- 19, pelayan publik yang diberikan oleh

pemerintah daerah sangat terbatas, sehingga pendapatan daerah

dari sumber retribusi daerah juga sedikit (rendah). Misalnya,

sumber pendapatan dari usaha pariwisata, dimasa pandemi Covid-

19 sepi pengujung, karena dibatasi dan bahkan di beberapa lokasi

ditutup sementara, sehingga pendapatan daerah dari sumber

tersebut turun. Begitupula, dari sumber hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, penerimaan

pendapatan daerah dari kedua sumber tersebut juga sangat

tergantung dari aktivitas masyarakat dan bisnis di wilayah itu.

Intinya, PAD turun karena perekonomian daerah lesu imbas dari

berkurangnya aktivitas masyarakat.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013 : 56) berdasarkan tingkat eksplanasinya

penelitian dibagi tiga yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Eksplanasi artinya penjelasan, tingkat eksplanasi artinya tingkat atau kadar

penjelasan.

a. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel

mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain. Peneliti

berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan

(mendeskripsikan) apa adanya. Penelitian Deskriptif dibagi menjadi dua

yakni metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kuaiitatif.

b. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan

dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak berhubungan atau

mandiri. Tujuan penelitian ini antara lain untuk bisa menentukan mana yang

lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.

c. Penelitian Asosiatif

31
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari hubungan

antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungannya bisa simetris. kausal,

atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan anatara dua variabel yang

bersifat sejajar, sama. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-

akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain

(dependen). Hubungan interaktif adalah hubungan antara variabel yang saling

mempengaruhi.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh antara Satu

variabel atau lebih terhadap variabel lain.

3.2 Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel ouput,

kriteria, konsumen. Dalam Bahsa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, kerena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2018, p. 57). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah Pendapatan Asli Derah (Y).

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut variabel bebas. Variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

32
2018, p. 57). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pajak

daerah sebelum masa pandemi Covid-19 (X1), Retribusi daerah

sebelum masa pandemi Covid-19 (X2), pajak daerah setelah masa

pandemi Covid-19 (X3), Retribusi daerah setelah pandemi Covid-

19 (X3), Retribusi daerah setelah masa pandemi Covid-19 (X4).

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala


Pendapatan Asli 1. Hasil pajak daerah Rasio
Daerah (Y). 2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah
Sumber : (Halim 2014:67)
Pajak daerah 1. Pajak Bumi dan Bangunan Rasio
sebelum masa Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
pandemi Covid- P2)
19 (X1). 2. Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)
3. Pajak Barang dan Jasa Tertentu
(PBJT)
4. Pajak Reklame
5. Pajak Air Tanah (PAT)
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan (MBLB)
7. Pajak Sarang Burung Walet

33
8. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB)
9. Opsen Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Sumber : (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022)
Retribusi daerah 1. Retribusi Jasa Umum. Rasio
sebelum masa 2. Retribusi Jasa Usaha.
pandemi Covid- 3. Retribusi Perizinan Tertentu.
19 (X2).
Sumber : (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)
Pajak daerah Pajak daerah adalah salah satu sumber Rasio
selama masa utama dari PAD kabupaten/kota di
pandemi Covid- Indonesia. Di masa pandemi COVID-
19 (X3). 19, terdapat beberapa jenis pajak
daerah yang paling tertekan, yaitu
pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak parkir, dan pajak air
tanah. Turunnya pendapatan daerah
dari sumber pajak daerah, disebabkan
beberapa objek pajak mengalami
penurunan omzet usaha pada waktu
pandemi COVID-19.
Sumber : (Andri, 2021)
Retribusi daerah Penopang utama PAD juga bersumber Rasio
selama masa dari retribusi daerah. Akan tetapi,
pandemi Covid- selama pandemi COVID-19
19 (X4). pendapatan daerah dari sumber
tersebut juga terganggu. Pembatasan
aktivitas masyarakat dengan harapan
dapat mengisolasi penyebaran

34
COVID-19 menghalangi pemerintah
daerah untuk melakukan pemungutan
retribusi.
Sumber: ( Syamsul, Nuelahlah, 2022)

3.2.3 Skala Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka

atau simbol dilekatkan pada karakteristik atu properti suatu stimuli

sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan (Ghozali,

2018, p. 3). Pengukuran dalam penelitian in menggunakan skala

rasio. Menurut (Irianto, 2015) Skala rasio adalah skala pengukuran

yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama.

Misalnya umur seseorang dan ukuran timbangan berat badan badan

seseorang keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya

seseorang tidak dapat berumur di bawah nol tahun dan seseorang

harus memiliki timbangan di atas nol pula. Skala rasio adalah

tingkat skala yang tertinggi karena menyatakan kuantitas yang

absolut dan hasil pengukurannya dapat dipergunakan untuk semua

keperluan analisis dalam penelitian dengan menggunakan semua

prosedur statistik.

35
3.3 Populasi dan Sampel

Menurut (Kerlinger, 1979), populasi adalah “set of all the object of

elements under considerationí” (sekumpulan objek elemen yang tengah ditinjau).

Populasi riset adalah semua data BAPENDA Kabupaten Sumber.

Sampel menurut (Kerlinger, 1979) adalah “a portion of a population

usually taken as representative of the population” (porsi dari suatu populasi yang

diambil sebagai perwakilan populasi). Menurut Arikunto sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Jadi sampel merupakan bagian dari

populasi. Umumnya, sampel dapat digunakan untuk mewakili karakteristik

populasinya.. Data yang diambil dari data tahun 2018-2022, khususnya

menyangkut retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan asli daerah sebelum dan

selama pandemi Covid-19. Peneliti yakin mendapatkan data riset yang

dibutuhkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penulisan peneliti ini yaitu:

a. Studi Lapangan

Penulis melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data retribusi

daerah, pajak daerah, dan pendapatan asli daerah sebelum dan selama pandemi

Covid 19 yang dapat dilihat dalam laporan realisasi BAPPENDA Kabupaten

Cirebon.

b. Studi Pustaka

36
Dalam melakukan studi pustaka, penulis berusaha memperoleh referensi-

referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diangkat dalam

penulisan penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Alat Analisis

Untuk mengetahui besaran pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat, model regresi linear berganda memakai program SPSS

versi 20.0 digunakan. Piranti ini punya sifat ideal dan bisa diandalkan,

secara teknis amat kuat, mudah dikalkulasi dan disimpulkan

interpretasinya (Gujarati & Porter, 1999).

3.5.2 Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan sampel dan

populasi di Kabupaten Cirebon. Data yang bersumber dari laporan

BAPENDA pemerintahan daerah Kabupaten Cirebon yakni data retribusi

daerah, pajak daerah, pendapatan asli daerah dan penerimaan lain-lain

yang diperoleh dari kantor BAPENDA Kabupaten Cirebon. Analisis

deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai

data, sehingga dapat dilihat nilai minimum, rata- rata, maksimum, serta

standar deviasinya.

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

37
Uji ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis regresi.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji

normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas.

3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui variabel dependen dan

independen berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal yaitu

distribusi tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan (Santoso, 2016). Penulis

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05. Jika

signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulan bahwa data terdistribusi

secara normal.

3.5.3.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada umumnya dilakukan menggunakan Pengujian

Durbin- Watson (Santoso, 2016). Dengan syarat pengambilan keputusan

yaitu nilai Durbin- Watson lebih besar dari DU (nilai atas) dan lebih kecil

dari 4-DU, maka tidak terjadi gejala autokorelasi.

3.5.3.3 Uji Multikolinearitas

Menurut (Santoso, 2016) uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara

variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya

38
tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Pada umumnya jika VIF

lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan

multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

3.5.3.4 Uji Heteroskedastisi

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2018:120). Dalam

pengamatan ini untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan cara uji Harvey. Uji Harvey adalah meregresikan nilai

absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2018:137).

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai p value ≥ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya tidak

terdapat masalah heteroskedastisitas.

2. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya terdapat

masalah heteroskedastisitas.

3.5.4 Uji Hipotesis

3.5.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda merupakan teknik analisis yang

mencoba menjelaskan ketergantungan variabel terikat. Untuk

meramalkan nilai rata-rata tambahan berdasarkan nilai tetap variabel

bebas (Gujarati & Porter, 1999). Model regresi linear berganda yang

39
digunakan sebagai alat analisis adalah menggunakan persamaan

regresi berganda, yang dijelaskan sebagai berikut:

Y=a+b1X1 +b2X2 +e

Di mana:

Y = Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon

a = Konstanta

X1 = Pajak Daerah

X2 = Retribusi Daerah

e = Kesalahan Pengganggu

3.5.4.2 Uji F

Uji f bertujuan untuk menilai kelayakan sebuah model regresi.

Uji f dilakukan dengan membandingkan nilai f tabel dengan f hitung.

Dalam tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 dengan

derajat kebebasan (df) pembilang adalah k-1, dan df penyebut adalah

n-k, di mana k adalah jumlah variabel dan n adalah jumlah sampel.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika F-hitung > F-tabel; Ho ditolak dan Ha diterima

Jika F-hitung < F-tabel; Ho diterima dan Ha ditolak

3.5.4.3 Uji Linieritas Regresi

40
Menurut Sugiyono dan Susanto (2015:323) uji linearitas dapat

dipakai untuk mengetahui apakah variabel terikat dengan variabel

bebas memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan. Uji

linearitas dapat dilakukan melalui test of linearity. Kriteria yang

berlaku adalah jika nilai signifikansi pada linearity ≤ 0,05, maka dapat

diartikan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat

hubungan yang linear.

3.5.4.4 Uji t

Uji t dalam penelitian ini membandingkan antara t hitung

dengan t tabel dengan tingkat signifikan 0,05 . Uji t digunakan untuk

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen yang

diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Santoso, 2016). Jika t hitung lebih

besar dari t tabel, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap variabel

independen secara individual berpengaruh terhadap variabel

dependen.

3.5.4.5 Analisis Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel amat terbatas karena R2 memiliki kelemahan,

41
yaitu terdapat bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan kedalam model. Setiap tambah satu variabel maka R2

akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dalam penelitian

ini menggunakan adjusted R2 . Jika nilai adjusted R2 semakin

mendekati satu (1) maka semakin baik kemampuan model tersebut

dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2018:286).

42
DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanti, A., & Didik Ardiyanto, M. (2022). Analisis Penerimaan Pajak Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sebelum Dan Setelah Adanya Pandemi

Covid-19 Di Kabupaten Dan Kota Se-Jawa Tengah. Diponegoro Journal of

Accounting, 11(1), 1–13. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting

BAPENDA JABAR. (n.d.). No Title. 2022.

https://bapenda.jabarprov.go.id/2022/02/02/optimalisasi-pendapatan-daerah-

cirebon-bapenda-berencana-tambah-titik-layanan-samsat-di-kabupaten-

cirebon/

Casroni, C., Wulandari, H. K., Dumadi, D., & ... (2022). Analisis Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Brebes

(Studi Empiris Kantor BAPENDA Kabupaten Brebes Periode …. Jurnal …,

6(3), 5515–5525. http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3971

Dwiyanti, I. A. I., & Jati, I. ketut. (2020). PENGARUH RETRIBUSI DAERAH

DAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI

DINAS PENDAPATAN DAERAH. Manajemen, 9(2), 1338–1357.

https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2020.v09.i04.p06%0AISSN

EdwardUP Nainggolan, K. K. D. K. (2020). No Title.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-

Moneter-Mengadapi-Dampak-Covid-19.html

Iqbal, M. W. S. (2018). Kabupaten Bandung. Pengaruh Penerimaan Pajak

43
Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bandung, 9(April), 10–35.

http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/AKURAT

Junaedi, D., & Salistia, F. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Terdampak. In Simposium Nasional

Keuangan Negara (pp. 995–1115).

mardiasmo. (2009). pajak.

Nabila, N., & Jannah, ul. (2022). Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Pulau Jawa.

Jurnal Riset Rumpun Ilmu Ekonomi (JURRIE), 1(1), 121–135.

Nurvalita, S. A. (2021). Analisis Penerimaan Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah

Pelaksanaan Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di

Kabupaten Bekasi. Jurnak Akuntansi Bisnis Dan Ekonomi, 7(1), 1855–1868.

Rizqy Ramadhan, P. (2019). Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara. JURNAL

AKUNTANSI DAN BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 5(1), 81.

https://doi.org/10.31289/jab.v5i1.2455

Syamsul, Nuelahlah, N. (2022). Krisis Pandemi Covid-19 Dampaknya Pada

Pendapatan Daerah. Syamsul, Nurlailah, Nurhadi, 10(2), 1–10.

https://doi.org/10.32497/keunis.10i2.3293

Wahyuningsih, & Atmadja, S. S. (2021). Analisis Dampak Pandemi Corona Virus

Disease ( Covid-19 ) Terhadap Realisasi Pembayaran Pajak Daerah Di

44
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Sosial

(EMBISS), 1(4), 318–322.

https://embiss.com/index.php/embiss/article/view/41%0A318

45

Anda mungkin juga menyukai